Anda di halaman 1dari 4

Tentukan nilai indeks erosi (IE) dari lahan seluas 20 tersebut.

Tingkat erosi diprediksi dengan metode


USLE.

Perhitungan:

Tingkat erosi A = RKLSCP

Faktor R,

Nilainya dihitung dengan metode Lenvain, Rb = 2.21 x (Pb) pangkat 1.36, karena data hujan yang tersedia
adalah data hujan bulanan. Hasil perhitungan nilai R untuk rata-rata 1 tahun adalah sebesar 1058 dari
total hujan tahunan rata-rata sebesar 1623 mm.

0g0

Faktor K,

Lahan Tegal Ciri-ciri : a) % debu + pasir halus = 65 %, b) % pasir 5 %, c) % bahan organic 2 % (=2), d)
struktur tanah granular halus (=2), dan e) permeabilitas tanah lambat sampai sedang (=4). Dengan
menggunakan nomograph maka dapat diperoleh nilai K = 0.51

Lahan Sawah Ciri-ciri : a) % debu + pasir halus = 80 %, b) % pasir 4 %, c) % bahan organic 3 % (=3), d)
struktur tanah granular sangat halus (=1), dan e) permeabilitas tanah lambat (=5). Maka dengan
menggunakan nomograph diperoleh nilai K = 0.48

Lahan Hutan Ciri-ciri: a) % debu + pasir halus = 52 %, b) % pasir 28 %, c) % bahan organic 5 % (=4), d)
struktur tanah granular kasar (3), dan e) permeabilitas tanah cepat (=1). Maka dengan menggunakan
nomograph diperoleh nilai K = 0.26.

Faktor LS.

Lahan Tegal L= 40 m dengan S = 40 %, LS = 14.5 (dengan menggunakan chart) LS = 1.35 x 6.74 = 9.1
(metode McCool)
Lahan Sawah L= 150 m dengan S = 21 %, LS = 9.5 (dengan menggunakan chart) LS = 2.61 x 3.95 = 10.3
(metode McCool)

Lahan Hutan L= 50 m dengan S = 45 %, LS = 19 (dengan menggunakan chart) LS = 1.5 x 7.39 = 11.1


(metode McCool)

Faktor C,

Lahan Tegal = Pola jagung+kacang tanah//kacang tanah//ketela pohon Nilai C = (0.4 + 0.4 + 0.7)/3 = 0.5

Lahan Sawah = Pola padi//padi//bera Nilai C = (0.05 + 0.05 + 1.0) = 0.35

Lahan Hutan = Hutan sekunder tanpa tanaman bawah Nilai C = 0.03

Faktor P,

Lahan Tegal = Teras bik (10%) + teras tradisional (30%) + guludan (60%) Nilai P = (0.04 x 10%) + (0.4 x
30%) + (0.5 x 60%) = 0.424

Lahan Sawah = Teras bangku, P = 0.04

Lahan Hutan = Tanpa praktek konservasi tanah, P = 1

Hasil Nilai Prediksi Erosi: A = R K L S C P

Lahan tegal = 1058 x 0.51 x 9.1 x 0.5 x 0.424 = 1041 ton/ha/th

Lahan sawah = 1058 x 0.48 x 10.3 x 0.35 x 0.04 =73.2 ton/ha/th

Lahan hutan = 1058 x 0.26 x 11.1 x 0.03 x 1 = 91.6 ton/ha/th

Nilai prediksi erosi pada unit lahan seluas 20 ha dengan komposisi tegal 60%, sawah 10%, dan hutan
30%, maka rata-rata tahunan tingkat erosinya = (1041 x 60%) + (73.2 x 10%) + (91.6 x 30%) = 659.4
ton/ha/th

Nilai Tingkat Erosi yang Diijinkan (Tolerasi Nilai Erosi) untuk:

Lahan tegal Tebal solum 40 cm, maka nilai T = 4 ton/ha/th


Lahan sawah Tebal solum 60 cm, maka nilai T = 6 ton/ha/th

Lahan hutan Tebal solum 25 cm, maka nilai T = 2 ton/ha/th

Nilai T tertimbang untuk unit lahan seluas 20 ha adalah = (4 x 60%) + (6 x 10%) + (2 x 30%) = 3.6
ton/ha/th Nilai Erosi 659.4 t/ha/th

0g0

Nilai Indeks Erosi > 1, maka lahan di DAS tersebut dalam kondisi yang jelek.

4. Pengelolaan Lahan (PL)

Penilaian indikator pengelolaan lahan (PL) adalah tingkat pengelolaan lahan dan vegetasi di DAS,
merupakan perkalian antara faktor penutupan lahan/pengelolaan tanaman (C) dengan faktor praktek
konservasi tanah/pengelolaan lahan (P).

PL = C x P CxP = ∑ (Ai x CPi )/A

Ket :

CP = Nilai tertimbang pengelolaan lahan dan tanaman pada DAS tertentu

CPi = Nilai pengelolaan lahan dan tanaman pada unit lahan ke i

Ai = Luas unit lahan ke i (ha) pada DAS tertentu

A = Luas DAS (ha )

Penentuan nilai faktor C dan P sebagai indikator pengelolaan lahan dilakukan seperti pada penentuan
nilai faktor C dan P pada persamaan USLE, yaitu dengan mengidentifikasi jenis penutupan lahan dan cara
pengelolaannya (pola dan sistem tanam) dari peta penutupan lahan aktual di DAS/Sub DAS. Peta
penutupan lahan dan cara pengelolaannya (C dan P) yang diperoleh dari peta RBI (Rupa Bumi Indonesia)
dan atau hasil analisis citra satelit harus sudah dikoreksi (uji lapangan). Citra satelit yang dapat digunakan
sebaiknya yang memiliki resolusi sedang, misalnya citra SPOT 4 atau SPOT 5, dan akan lebih baik jika
telah tersedia citra dengan resolusi tinggi seperti IKONOS atau QuickBird. Citra satelit dengan resolusi
rendah seperti Landsat ETM atau TM terbaru juga bisa dipakai jika citra yang resolusinya sedang-tinggi
tidak tersedia. Selain menggunakan citra satelit, analisis penutupan lahan dan praktek konservasi tanah
aktual (C dan P) yang juga cukup detil informasinya adalah menggunakan foto udara terbaru dengan
skala 1:10.000 – 1:20.000. Untuk mendapatkan tingkat ketelitian nilai penutupan dan pengelolaan lahan
yang lebih baik, maka harus dilakukan cek lapangan dari obyek-obyek yang dianalisis agar tingkat
akurasinya meningkat. Nilai faktor C dan P atau CP untuk berbagai jenis penutupan dan pengelolaan
lahan disajikan pada Tabel 26. Klasifikasi nilai penutupan lahan (PL) atau CP disajikan pada Tabel 27.

Anda mungkin juga menyukai