Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA TENTANG DEMENSIA

Dosen Pembimbing :

Ns. Novi Herawati Sp.Kep.Jiwa

Disusun Oleh
Kelompok III. A:
Rahmawati Aulia Hardi
Novia Yuliani
Reza Rahmatun Shaumi
Rika fitriana
Refi Amelia Putri
Naila Berna Fadila
Nikita Fajrina
Ongki Yon Saputra
M. Ikhsan Agung Prabowo
Richi Yashika

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

PRODI D III KEPERAWATAN SOLOK

2017/2018

KEP JIWA DEMENSIA Page 1


BAB I
KONSEP TEORITIS

1. Definisi
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi atau keadaan yang
terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian, dan interpretasi atas komunikasi
tertulis dan lisan dapat terganggu. Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai
gangguan fungsi kognitif antara lain intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan
masalah, orientasi, persepsi, perhatian dan konsentrasi, penyesuaian dan kemampuan
bersosialisasi (Corwin, 2009).
2. Etiologi
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3 golongan
besar yaitu :
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal kelainan yaitu :
terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada system enzim, atau pada
metabolism
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati, penyebab utama
dalam golongan ini diantaranya :
1. Penyakit degenerasi spino - serebelar
2. Subakut leuko-esefalitis sklerotik fan bogaert
3. Khorea Hungtington
c. Sindrome demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan ini
diantranya :
1. Penyakit cerrebro kardiovaskuler
2. penyakit

3. Klasifikasi
Klasifikasi demensia antara lain :
1. Demensia karena kerusakan struktur otak
Demensia ini ditandai dengan gejala :
1. Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,
2. Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan fungsi
eksekutif.
3. Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,
4. Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),
5. Kehilangan inisiatif.

KEP JIWA DEMENSIA Page 2


2. Demensia Vascular
Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak dan setiap
penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia. Depresi bisa disebabkan
karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi dapat diduga
sebagai demensia vascular.
Tanda-tanda neurologis fokal seperti :
1. Peningkatan reflek tendon dalam
1. Kelainan gaya berjalan
2. Kelemahan anggota gerak

3. Demensia menurut umur:


 Demensia senilis ( usia > 65 tahun)
 Demensia prasenilis (usia < 65 tahun)

4. Demensia menurut perjalanan penyakit :


 Reversibel (mengalami perbaikan)
 Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit.B, Defisiensi,
Hipotiroidisma, intoxikasi Pb)

Pada demensia tipe ini terdapat pembesaran vertrikel dengan meningkatnya cairan
serebrospinalis, hal ini menyebabkan adanya :
1. Gangguan gaya jalan (tidak stabil, menyeret).
2. Inkontinensia urin
3. Demensia.
Menurut menurut sifat klinis:
1. Demensia proprius
2. Pseudo-demensia

KEP JIWA DEMENSIA Page 3


4. Patofisiologi
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia. Penuaan
menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan saraf pusat yaitu berat
otak akan menurun sebanyak sekitar 10 % pada penuaan antara umur 30 sampai 70 tahun.
Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di atas merupakan kondisi-kondisi yang dapat
mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri.
Penyakit degeneratif pada otak, gangguan vaskular dan penyakit lainnya, serta gangguan
nutrisi, metabolik dan toksisitas secara langsung maupun tak langsung dapat menyebabkan sel
neuron mengalami kerusakan melalui mekanisme iskemia, infark, inflamasi, deposisi protein
abnormal sehingga jumlah neuron menurun dan mengganggu fungsi dari area kortikal ataupun
subkortikal.
Di samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk proses konduksi
saraf juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya
pikir dan belajar), gangguan sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi dan
mood. Fungsi yang mengalami gangguan tergantung lokasi area yang terkena (kortikal atau
subkortikal) atau penyebabnya, karena manifestasinya dapat berbeda. Keadaan patologis dari hal
tersebut akan memicu keadaan konfusio akut demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).

5. Menifestasi Klinik
Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga pasien dengan keluarga
tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit. Gejala klinik dari dEmensia Nugroho
(2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda dan gejala demensia adalah :
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi bagian
keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat
penderita demensia berada.
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita
yang sama berkali-kali.
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama
televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan
gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-
perasaan tersebut muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.

KEP JIWA DEMENSIA Page 4


6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan demensia antara lain sebagai berikut :
1. Farmakoterapi
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase seperti
Donepezil , Rivastigmine , Galantamine , Memantine
b. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin , Ticlopidine ,
Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga memperbaiki gangguan
kognitif.
c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi perkembangannya
bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi atau
kencing manis yang berhubungan dengan stroke.
d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi seperti
Sertraline dan Citalopram.
e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa menyertai
demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-psikotik (misalnya Haloperidol ,
Quetiapine dan Risperidone).
2. Dukungan atau Peran Keluarga
Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap memiliki orientasi.
Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding dengan angka-angka yang
3. Terapi Simtomatik
Pada penderita penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatik, meliputi :
a. Diet
b. Latihan fisik yang sesuai
c. Terapi rekreasional dan aktifitas
d. Penanganan terhadap masalah-masalah
4. Pencegahan dan perawatan demensia

Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya
adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif
yang berlebihan.
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif : Kegiatan rohani &
memperdalam ilmu agama.
4. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan
minat atau hobi
5. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-
hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

KEP JIWA DEMENSIA Page 5


7. Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien dengan demensia antara lain :
1. Pemeriksaan laboratorium rutin
2. Imaging : Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging)
3. Pemeriksaan EEG
4. Pemeriksaan cairan otak
5. Pemeriksaan genetika
6. Pemeriksaan neuropsikologis

8. Komplikasi
Kushariyadi (2010) menyatakan koplikasi yang sering terjadi pada demensia adalah:
1) Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh.
a) Ulkus diabetikus
b) Infeksi saluran kencing
c) Pneumonia
2) Thromboemboli, infarkmiokardium
3) Kejang
4) Kontraktur sendi
5) Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
6) Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan menggunakan peralatan.

KEP JIWA DEMENSIA Page 6


ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama Lansia :…………..
Umur :…………..
Jenis kelamin :…………..
Status kawin :…………..
Agama :…………..
Suku/Bangsa :…………..
Pendidikan :…………..
Pekerjaan :…………..
Alamat asal :…………..

1. Riwayat kesehatan saat ini


Keluarga klien mengatakan bahwa Tn. B mengalami gangguan memori dan orientasi, dan
Tn. B juga sering lupa jalan pulang apa bila sedang berpergian, sulit mandi, berpakaian, dan
toileting, Tn. B juga sering tersinggung dan mudah marah.
Saat pengkajian di dapatkan bahwa TD : 140/80 MmHg, S : 370C, RR: 24 x/menit, N : 75
x/menit. Kuku klien tampak kotor, badan klien bau, penampilan kurang menarik, kulit kepala
kotor dan bau, mulut klien bau, gigi klien tampak tidak lengkap dan tampak adanya caries pada
gigi klien serta klien tampak binggung. Nafsu makan klien menurun, jumlah makan klien yang
masuk kurang satu porsi, klien sering makan makanan yang banyak mengandung protein,
mengandung karbonhidrat, dan yang mengandung kalsium untuk menjaga kesehatan klien serta
meningkatkan status nutrisi klien, fungsi mengunyah kurang baik. Jumlah minum klien 1000
cc/hari dengan air mineral. Perawat mengatakan kekuatan otot klien menurun sehingga klien
berjalan dengan lambat, klien tampak mengalami kaku sendi, klien tampak menggunakan
tongkat, klien tampak berjalan dengan hati- hati

2. Riwayat kesehatan masa lalu


Keluarnga klien mengatakan dulunya klien pernah bekerja di pabrik alumunium. Klien
tidak pernah di rawat di RS, tidak pernah dioperasi, tidak pernah alergi obat, makan, dan klien
juga tidak mempenyai kebiasaan merokok, alkohol dan juga obat- obatan.

KEP JIWA DEMENSIA Page 7


3. Riwayat kesehatan keluarga
Susunan anggota keluarga
Genogram : ( 3 generasi)
: Pasien
: tinggal serumah
: Laki-laki
:perempuan
: meninggal
Keluarga klien mengatakan bahwa anggota keluarga klen tidak pernah menderita penyakit
yang sama separti klien dan juga tidak pernah menderita penyakit penyakit lainnya.

4. Kebiasaan sehari-hari
1. Nutrisi cairan / makanan
Nafsu makan klien menurun, jumlah makan klien 3x sehari, jumlah makan klien klien yang
masuk kurang satu porsi, klien sering makan makanan yang banyak mengandung protein,
mengandung karbonhidrat, dan yang mengandung kalsium untuk menjaga kesehatan klien serta
meningkat status nutrisi klien. Jumlah minum klien 1000 cc / hari dengan air mineral.
2. Eliminasi
Frekuensi BAB 1 x 24 jam, warna feses kuning, bau khas. Frekuensi BAK 2 x 24 jam, volume
urine 400cc, warna kuning, bau urine khas.
3. Aktivitas – latihan
Klien makan, mandi, berpakaian, kerapian, buang air besar, buang air kecil, di bantu orang/
perawat.
4. Tidur – istirahat
Klien tampak ada tidur siang kurang lebih 30 menit, tidur malam klien kurang lebih 5 jam.

5. Data sosial
Hubungan klien dengan keluarga / kerabat kurang baik, hubungan klien dengan penghuni lain
kurang baik, hubungan dengan petugas kurang baik dan adat istiadat yang dianut klien yaitu
melayu. Dikarenakan klien mengalami gangguan memori dan orentasi sehingga klien kurang
berintraksi sosial dengan baik.

6. Data spritual
klien menganut agama islam, klien tampak sering sholat dan sering berdoa.

KEP JIWA DEMENSIA Page 8


7. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan sakit
klien tampak sakit berat karena klien mengalami gangguan memori dan orientasi. Selain itu klien
tidak mampu melakukan devisit keperawan diri secara mandiri melainkan membutuhkan bantuan
orang.
2. Tanda- tanda vital
Kesadaran klien komposmentis, klien masih dalam kesadaran penuh. Tekanan darah 140/80
mmhg, nadi 75 x / menit, suhu 37oC menggunakan axila, RR : 24x/menit, pola pernapasan klien
tampak teratur.
3. Kepala
Bentuk kepala simetris, warna rambut memutih/ beruban, keadaan rambut rontok, kulit kepala
kotor dan bau.
4. Mata/ penglihatan
Ketajaman penglihatan klien kabur, sclera putih dan jernih, ukuran isocor, warna gelap, reaksi
terhadap cahaya miosis. Refleks pupil sama besar, dan bereaksi terhadap cahaya, konjungtiva
anemis, lapang pandang kurang jelas, penglihatan klien terasa kabur apabila tidak menggunakan
kacamata.
5. Hidung/penciuman
Bentuk simetris, struktur bagian dalam merah muda, fungsi penciuman klien kurang baik.
6. Telinga/ pendengaran
Warna kulit luar telinga bagian luar sawo matang, tidak terdapat lesi, kulit telinga berkurang
elastisitasnya. fungsi pendengaran kurang baik, tidak ada nyeri, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
7. Mulut/pengecap
Bibir berwarna pucat, simetris, kelembaban baik, mukosa mulut merah muda baik, gigi kurang
bersih, ada caries, gigi tidak lengkap, kaadaan gusi kurang baik, tidak ada peradangan. Fungsi
mengunyah kurang baik, fungsi pengecap tidak begitu baik, fungsi bicara kurang jelas, bau
mulut, refleks menelan juga kurang baik.
8. Leher
Saat diraba tidak terdapat pembengkakan kelenjar getah bening, kelenjar tryroid dan sub
mandibulalis baik, kaku kuduk dan sulit menelan tidak ada.
9. Dada/pernapasan
I : bentuk dada simetris, kwalitas nafas cepat, klien tidak ada batuk dan tidak menggunakan
alat bantu pernapasan
P : tidak terdapat tonjolan, tactile fremitus seimbang kiri dan kanan
P : perkusi dada resonan
A : suara napas vesiculer

KEP JIWA DEMENSIA Page 9


10. Kardiovaskuler
I : bentuk jantung simetris.
P : Denyut nadi perifer teraba melemah, ictus kordis teraba.
P : Perkusi terdapat bunyi pekak
A : Bunyi jantung normal Lub Dub (tidak ada bunyi tambahan), biasanya S1 terdengar lebih
keras dari pada S2, namun nada S1 lebih rendah sedangkan S2 tinggi. Jarak antara bunyi lub dan
dub sekitar 1 detik / kurang.

11. Abdomen
I : Tidak terdapat lesi, dan perut pasien tidak membuncit.
A : Bising usus normal ( 10 x /menit )
P : Tidak teraba masa.
P : Perkusi terdengar : Tympani
12. Muskulo skeletal
Kekuatan otot klien 4 dan terdapat kaku sendi, gaya berjalan klien lambat.
4444 4444
4444 4444
Ket : dapat gerak dan dapat melawan hambatan yang ringan.

13. Keadaan neurologi


Penciuman pada klien terganggu N.1 (olfaktorius), penglihatan klien terganggu N. II (optikus),
refleks menelan klien terganggu N. V (trigeminus), dan pengecap klien terganggu N. XII
(hipoglosus) sedangkan untuk pendengaran klien masih normal N. VII (koklearis).

14. Integumen/kulit
Warna kulit telinga luar sawo matang, tekstur keriput, suhu kulit normal/ alamiah, keadaan kuku
klien tampak kotor.

15. Catatan khusus


Klien tidak mengerti tentang kondisinya, hubungan klien dengan keluarga kurang baik, orang
yang paling dekat dengan klien hanya perawat.

KEP JIWA DEMENSIA Page 10


I. Informasi penunjang
Nama pasien : Tn.B
Diagnosa medik : Demensia
Tgl. Pengkajian : 20 januari 2013
1. laboratorium
a) Hb : 9 gr/ dl (P : 13-18 gr dan W : 12-16 gr)
b) Leukosit : 11000 mm3 (4000 - 11000 / 5000 – 10000 mm3)
c) Trombosit : 340.000/ mm3 (150.000 – 450.000/mm3)

A. ANALISA DATA

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1. DS: perubahan Perubahan proses
Petugas panti mengatakan klien sering fisiologis pikir
tersinggung dan mudah marah (degenerasi neuron
Perawat mengatakan klien sering lupa ireversibel)
jalan pulang bila berpergian

DO:
Klien tampak mengalami gangguan
memori dan orientasi
Klien tampak bingung
Pemeriksaan MMSE: nilai 11 (berat)

2. DS: Menurunya defisit perawatan


Petugas panti mengatakan klien sulit kemampuan diri
mandi, berpakaian dan toileting merawat diri

DO:
Kuku klien tampak kotor
Badan klien Bau
Penampilan kurang menarik
Kulit kepala kotor dan bau
Mulut klien bau dan Tampak adanya
caries

KEP JIWA DEMENSIA Page 11


3. DS : Asupan tidak Perubahan nutrisi,
Petugas panti mengatakan nafsu adekuat kurang dari
makan klien menurun kebutuhan tubuh

DO :
Gigi klien tidak lengkap
Klien tampak hanya menghabiskan
setengah porsi makannya
Hb : 9 gr/dl

4. DS : kesulitan
Petugas panti mengatakan kekuatan keseimbangan
otot klien menurun sehingga klien dalam beraktifitas
berjalan dengan lambat

DO :
klien tampak sering mengalami kaku
sendi
klien tampak menggunkan tongkat
klien tampak berjalan dengan hati-
hati
kekuatan otot klien

KEP JIWA DEMENSIA Page 12


B. DIOAGNOSA KEPERAWATAN

NO Diagnosa keperawatan
1. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel)
2. Defisit perawatan diri b.d menurunnya kemampuan merawat diri
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan tidak adekuat
4. Resiko cidera b.d kesulitan keseimbangan

C. INTERVENSI

NO Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Perubahan Tujuan : Mandiri 1. Mengurangi kecemasan
proses pikir Setelah 1. Kembangkan dan emosional.
b.d perubahan diberikan lingkungan yg
fisiologis tindakan 3 x 24 mendukung & hubungan
(degenerasi jam keperawatan klien-perawat yg 2.Kebisingan merupakan
neuron diharapkan klien terapeutik. sensori berlebihan yg
ireversibel) mampu 2. Pertahankan meningkatkan gangguan
mengenali lingkungan yg neuron.
perubahan dalam menyenangkan dan 3.Menimbulkan perhatian,
berpikir dengan tenang. terutama pada klien dg
KH: 3. Tatap wajah ketika gangguan perceptual.
Mampu berbicara dengan klien. 4.Nama adalah bentuk
memperlihatkan4. Panggil klien dengan identitas diri &
kemampuan namanya. menimbulkan pengenalan
kognitif untuk terhadap realita & klien.
menjalani 5. Meningkatkan
konsekuensi 5. Gunakan suara yang pemahaman. Ucapan tinggi
kejadian yang agak rendah dan & keras menimbulkan
menegangkan berbicara dengan stress yg mencetuskan
terhadap emosi perlahan pada klien. konfrontasi & respon
& pikiran 6. Gunakan kata-kata marah.
tentang dirinya pendek, kalimat, dan 6. Seiring perkembangan
Mampu instruksi penyakit, pusat komunikasi
mengembangkan sederhana(tahap demi dlm otak terganggu
strategi untuk tahap). sehingga menghilangkan
mengatasi kemampuan klien dlm
anggapan diri respons penerimaan pesan

KEP JIWA DEMENSIA Page 13


yang negative. 7. Ciptakan aktivitas & percakapan secara
sederhana, bermanfaat, keseluruhan.
dan tidak bersifat 7. memotivasi klien dlm
kompetitif sesuai cara yang menguatkan
kemampuan klien. kegunaannya & kesenangan
8. Evaluasi pola tidur. diri serta merangsang
realita.
Kolaborasi
1. Berikan obat sesuai 8. Kurang tidur dpt
indikasi mengganggu proses piker
& kemampuan koping
klien.
Kolaborasi
1. Untuk mengurangi rasa
defresi pada klien.

2. Defisit Tujuan : Mandiri : 1. Memahami penyebab yg


perawatan Setelah 1. Identifikasi kesulitan mempengaruhi intervensi.
diri b.d dilakukan dalam berpakaian/ Masalah dpt diminimalkan
menurunnya tindakan perawatan diri, seperti: dengan menyesuaikan atau
kemampuan keperawatan 3 x keterbatasan gerak fisik, memerlukan konsultasi dari
merawat diri 24 jam apatis/ depresi. ahli lain.
diharapkan klien2. Identifikasi kebutuhan2. Seiring perkembangan
dapat merawat kebersihan diri & penyakit, kebutuhan
dirinya sesuai berikan bantuan sesuai kebersihan dasar mungkin
dengan kebutuhan dg perawatan dilupakan.
kemampuannya rambut /kuku/kulit,
dengan bersihkan kaca mata, &
KH : gosok gigi.
Mampu3. Perhatikan adanya 3.
Kehilangan sensori dan
melakukan tanda-tanda nonverbal penurunan fungsi bahasa
aktivitas yg fisiologis. menyebabkan klien
perawatan diri mengungkapkan kebutuhan
sesuai dg tingkat perawatan diri dg cara
kemampuan. nonverbal, seperti terengah-
4. Beri banyak waktu engah, ingin berkemih
untuk melakukan tugas. dengan memegang dirinya.
4. Pekerjaan yg tadinya
5. Bantu mengenakan mudah sekarang menjadi
pakaian yang rapi dan terhambat karena

KEP JIWA DEMENSIA Page 14


indah. penurunan motorik &
perubahan kognitif.
5. Meningkatkan
kepercayaan untuk hidup.

3. Perubahan Tujuan: Mandiri 1. Identifikasi kebutuhan


nutrisi kurang Dalam waktu 3x1. Kaji pengetahuan membantu perencanaan
dari 24 jam keluarga/ klien pendidikan.
kebutuhan kebutuhan mengenai kebutuhan 2. Klien tidak mampu
tubuh b.d nutrisi klien makanan. menentukan pilihan
asupan tidak terpenuhi 2. Usahakan/ beri kebutuhan nutrisi.
adekuat bantuan dalam memilih 3. Ketidakmampuan
Kriteria hasil: menu. menerima dan hambatan
Mengerti 3. Beri Privasi saat sosial dari kebiasaan makan
tentang kebiasaan makan berkembang seiring
pentingnya menjadi masalah. berkembangnya penyakit.
nutrisi bagi 4. Makan makanan kecil
tubuh. 4. Beri makanan kecil meningkatkan masukan
sesuai kebutuhan. yang sesuai.
5. Hindari makanan yang5. makanan yang panas
terlalu panas. mengakibatkan mulut
Kolaborasi : terbakar atau menolak
1. konsultasikan dengan untuk makan.
ahli gizi
1. Meningkatkan status
nutrisi

4. Resiko cidera Tujuan : Mandiri 1. Mengidentifikasi risiko di


b.d kesulitan Setelah 1. Kaji derajat gangguan lingkungan dan
keseimbangan dilakukan kemampuan, tingkah mempertinggi kesadaran
tindakan laku impulsive dan perawat akan bahaya. Klien
keperawatan 3x penurunan persepsi dengan tingkah laku
24 jam visual. Bantu keluarga impulsi berisiko trauma
diharapkan mengidentifikasi risiko karena kurang mampu
Risiko cedera terjadinya bahaya yang mengendalikan perilaku.
tidak terjadi mungkin timbul. Penurunan persepsi visual
dengan 2. Hilangkan sumber berisiko terjatuh.
KH : bahaya lingkungan.
Meningkatkan 2. Klien dengan gangguan
tingkat aktivitas. kognitif, gangguan persepsi

KEP JIWA DEMENSIA Page 15


Dapat 3. Alihkan perhatian saat adalah awal terjadi trauma
beradaptasi perilaku teragitasi/ akibat tidak bertanggung
dengan berbahaya, memenjat jawab terhadap kebutuhan
lingkungan pagar tempat tidur. keamanan dasar.
untuk 4. Kaji efek samping 3. Mempertahankan
mengurangi obat, tanda keracunan keamanan dengan
risiko trauma/ (tanda ekstrapiramidal, menghindari konfrontasi
cedera. hipotensi ortostatik, yang meningkatkan risiko
gangguan penglihatan, terjadinya trauma.
gangguan 4. Klien yang tidak dapat
gastrointestinal). melaporkan tanda/gejala
obat dapat menimbulkan
kadar toksisitas pada lansia.
Ukuran dosis/ penggantian
obat diperlukan untuk
mengurangi gangguan.

D. IMPLEMENTASI

NO Diagnosa Implementasi keperawatan


Keperawatan
1. Perubahan proses1. 1. Mengembangkan lingkungan yg mendukung & hubungan klien
pikir b.d 2. perawat yg terapeutik.
perubahan 3. 2. Mempertahankan lingkungan yg menyenangkan dan tenang.
fisiologis 4. 3.Menatap wajah ketika berbicara dengan klien.
(degenerasi 5. 4. Memanggil klien dengan namanya.
neuron 6. 5. Menggunakan suara yang agak rendah dan berbicara dengan
ireversibel) perlahan pada klien.
7. 6. Menggunakan kata-kata pendek, kalimat, dan instruksi
sederhana(tahap demi tahap).
8. 7. Menciptakan aktivitas sederhana, bermanfaat, dan tidak bersifat
kompetitif sesuai kemampuan klien.
9. 8. Mengevaluasi pola tidur.
10. 9. Kolaborasi dengan obat sesuai indikasi

2. Defisit perawatan1. 1.Mengidentifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri,


diri b.d seperti: keterbatasan gerak fisik, apatis/ depresi,
menurunnya 2. 2. Mengidentifikasi kebutuhan kebersihan diri & berikan bantuan
kemampuan sesuai kebutuhan dg perawatan rambut /kuku/kulit, bersihkan kaca

KEP JIWA DEMENSIA Page 16


merawat diri mata, & gosok gigi.
3. 3. Memperhatikan adanya tanda-tanda nonverbal yg fisiologis.
4. 4. Memberi banyak waktu untuk melakukan tugas.
5. 5. Membantu mengenakan pakaian yang rapi dan indah.
Hasil
3. Perubahan nutrisi1. 1. Mengkaji pengetahuan keluarga/ klien mengenai kebutuhan
kurang dari makanan.
kebutuhan tubuh 2. 2. Mengusahakan/ beri bantuan dalam memilih menu.
b.d asupan tidak 3. 3. Memberi Privasi saat kebiasaan makan menjadi masalah.
adekuat 4. 4. Memberi makanan kecil sesuai kebutuhan.

4. Resiko cidera b.d1. 1. Mengkaji derajat gangguan kemampuan, tingkah laku impulsive
kesulitan dan penurunan persepsi visual.
keseimbangan 2. 2. Menghilangkan sumber bahaya lingkungan.
3. 3. Mengalihkan perhatian saat perilaku teragitasi/ berbahaya,
memenjat pagar tempat tidur.
4. 4. Menghindari terjadinya cedera
5. 5.Mengkaji efek samping obat, tanda keracunan (tanda
ekstrapiramidal, hipotensi ortostatik, gangguan penglihatan, gangguan
gastrointestinal).
Hasil :

D. EVALUASI

NO Diagnosa Evaluasi
keperawatan
1. Perubahan proses Hari pertama :
pikir b.d S:
perubahan Klien mengatakan senang jika di panggil dengan namanya
fisiologis Klien mengatakan memahami pembicaraan menggunakan kata-
(degenerasi kata pendek
neuron O:
ireversibel) Klien tmapak mengalami gangguan memori dan orientasi
Klien tampak bingung
Pemeriksaan MMSE: 11 (berat)
A : masalah teratasi sebagian
P P : intervensi dilanjutkan
Hari kedua :
S:
Klien mengatakan senang jika di panggil dengan namanya

KEP JIWA DEMENSIA Page 17


Klien mengatakan mudah memahami pembicaraan dengan kata-
kata pendek
O:
Klien tmapak mengalami gangguan memori dan orientasi
Klien tampak bingung
Pemeriksaan MMSE:11 (berat)

A : masalah teratasi sebagian


P : intervensi dilanjutkan

2. Defisit perawatanS :Hari pertama :


diri b.d S s: Klien mengatakan tidak mampu malakukan perawatan diri secara
menurunnya mandiri
kemampuan O:
merawat diri Kuku klien tampak kotor
Badan klien Bau
Penampilan kurang menarik
Kulit kepala kotor dan bau
Mulut klien bau dan Tampak adanya caries
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi di lanjutkan
Hari kedua :
S : S : klien mengatakan tidak mampu untuk melakukan perawatan diri
secara mandiri
O:
Kuku klien tampak bersih
Bau badan mulai berkurang
Penampilan klien sudah rapi
Kulit kepala agak bersih
Bau mulut klien mulai berkurang dan Tampak masih adanya caries
A : Masalah teratasi sebagian
P : P : intervensi di lanjutkan

3. Perubahan nutrisi Hari pertama :


kurang dari S : klien mengatakan belum bisa mamilih makanan yang di sukainya
kebutuhan tubuh O:
b.d asupan tidak - klen tampak hanya menghabiskan setegah porsi makanan
adekuat - hb : 9 gr/dl
A : masalah belum teratasi
P : P : intervensi di lanjutkan

KEP JIWA DEMENSIA Page 18


Hari kedua :
S : S : Klien mengatakan belum bisa memilih makanan yang di sukainya
O:
- klen tampak hanya menghabiskan setegah porsi makanan
- hb : 9 gr/dl
A : masalah teratasi sebagian
P : P : intervensi dan kolaborasi, di lanjutkan

4. Resiko cidera b.d Hari pertama :


kesulitan S : klien mengatakan ia menggunakan tongkat untuk berjalan
keseimbangan O:
klien tampak mengalami kaku sendi
klien tampak menggunkan tongkat untuk berjalan
klien tampak berjalan dengan hati- hati
kekuatan otot klien
4444 4444
4444 4444

A : Masalah belum teratasi


P : P : intervensi di lanjutkan

Hari kedua :
S : klien mengatakan ia menggunakan tongkat untuk berjalan
O:
klien tampak mengalami kaku sendi
klien tampak menggunkan tongkat untuk berjalan
klien tampak berjalan dengan hati- hati
kekuatan otot klien
4444 4444

4444 4444
A : Masalah belum teratasi
P : P : intervensi di lanjutkan

KEP JIWA DEMENSIA Page 19


DAFTAR PUSTAKA

 Boedhi – Darmojo. 2009. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta: FKUI.
 Elizabeth.J.Corwin. 2009. Buku Saku : Patofisiologi. Ed.3. Jakarta : EGC
 Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika
 Nugroho, W.2009. Keperawatan Gerontik & Geriatric Edisi 3.Jakarta : EGC
 Arif, Muttaqin . 2008 . Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan . Jakarta : Salemba Medika
 Aru, Sudoyo W. 2009 . Ilmu Penyakit Dalam . Jakarta : Internal Publisting

KEP JIWA DEMENSIA Page 20

Anda mungkin juga menyukai