Askep Demensia Kel 3
Askep Demensia Kel 3
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh
Kelompok III. A:
Rahmawati Aulia Hardi
Novia Yuliani
Reza Rahmatun Shaumi
Rika fitriana
Refi Amelia Putri
Naila Berna Fadila
Nikita Fajrina
Ongki Yon Saputra
M. Ikhsan Agung Prabowo
Richi Yashika
2017/2018
1. Definisi
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual tanpa gangguan fungsi atau keadaan yang
terjadi. Memori, pengetahuan umum, pikiran abstrak, penilaian, dan interpretasi atas komunikasi
tertulis dan lisan dapat terganggu. Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai
gangguan fungsi kognitif antara lain intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan
masalah, orientasi, persepsi, perhatian dan konsentrasi, penyesuaian dan kemampuan
bersosialisasi (Corwin, 2009).
2. Etiologi
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3 golongan
besar yaitu :
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal kelainan yaitu :
terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada system enzim, atau pada
metabolism
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati, penyebab utama
dalam golongan ini diantaranya :
1. Penyakit degenerasi spino - serebelar
2. Subakut leuko-esefalitis sklerotik fan bogaert
3. Khorea Hungtington
c. Sindrome demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan ini
diantranya :
1. Penyakit cerrebro kardiovaskuler
2. penyakit
3. Klasifikasi
Klasifikasi demensia antara lain :
1. Demensia karena kerusakan struktur otak
Demensia ini ditandai dengan gejala :
1. Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,
2. Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan fungsi
eksekutif.
3. Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,
4. Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),
5. Kehilangan inisiatif.
Pada demensia tipe ini terdapat pembesaran vertrikel dengan meningkatnya cairan
serebrospinalis, hal ini menyebabkan adanya :
1. Gangguan gaya jalan (tidak stabil, menyeret).
2. Inkontinensia urin
3. Demensia.
Menurut menurut sifat klinis:
1. Demensia proprius
2. Pseudo-demensia
5. Menifestasi Klinik
Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga pasien dengan keluarga
tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit. Gejala klinik dari dEmensia Nugroho
(2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda dan gejala demensia adalah :
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi bagian
keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat
penderita demensia berada.
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita
yang sama berkali-kali.
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama
televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan
gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-
perasaan tersebut muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya
adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif
yang berlebihan.
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif : Kegiatan rohani &
memperdalam ilmu agama.
4. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan
minat atau hobi
5. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-
hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
8. Komplikasi
Kushariyadi (2010) menyatakan koplikasi yang sering terjadi pada demensia adalah:
1) Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh.
a) Ulkus diabetikus
b) Infeksi saluran kencing
c) Pneumonia
2) Thromboemboli, infarkmiokardium
3) Kejang
4) Kontraktur sendi
5) Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
6) Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan menggunakan peralatan.
I. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama Lansia :…………..
Umur :…………..
Jenis kelamin :…………..
Status kawin :…………..
Agama :…………..
Suku/Bangsa :…………..
Pendidikan :…………..
Pekerjaan :…………..
Alamat asal :…………..
4. Kebiasaan sehari-hari
1. Nutrisi cairan / makanan
Nafsu makan klien menurun, jumlah makan klien 3x sehari, jumlah makan klien klien yang
masuk kurang satu porsi, klien sering makan makanan yang banyak mengandung protein,
mengandung karbonhidrat, dan yang mengandung kalsium untuk menjaga kesehatan klien serta
meningkat status nutrisi klien. Jumlah minum klien 1000 cc / hari dengan air mineral.
2. Eliminasi
Frekuensi BAB 1 x 24 jam, warna feses kuning, bau khas. Frekuensi BAK 2 x 24 jam, volume
urine 400cc, warna kuning, bau urine khas.
3. Aktivitas – latihan
Klien makan, mandi, berpakaian, kerapian, buang air besar, buang air kecil, di bantu orang/
perawat.
4. Tidur – istirahat
Klien tampak ada tidur siang kurang lebih 30 menit, tidur malam klien kurang lebih 5 jam.
5. Data sosial
Hubungan klien dengan keluarga / kerabat kurang baik, hubungan klien dengan penghuni lain
kurang baik, hubungan dengan petugas kurang baik dan adat istiadat yang dianut klien yaitu
melayu. Dikarenakan klien mengalami gangguan memori dan orentasi sehingga klien kurang
berintraksi sosial dengan baik.
6. Data spritual
klien menganut agama islam, klien tampak sering sholat dan sering berdoa.
11. Abdomen
I : Tidak terdapat lesi, dan perut pasien tidak membuncit.
A : Bising usus normal ( 10 x /menit )
P : Tidak teraba masa.
P : Perkusi terdengar : Tympani
12. Muskulo skeletal
Kekuatan otot klien 4 dan terdapat kaku sendi, gaya berjalan klien lambat.
4444 4444
4444 4444
Ket : dapat gerak dan dapat melawan hambatan yang ringan.
14. Integumen/kulit
Warna kulit telinga luar sawo matang, tekstur keriput, suhu kulit normal/ alamiah, keadaan kuku
klien tampak kotor.
A. ANALISA DATA
DO:
Klien tampak mengalami gangguan
memori dan orientasi
Klien tampak bingung
Pemeriksaan MMSE: nilai 11 (berat)
DO:
Kuku klien tampak kotor
Badan klien Bau
Penampilan kurang menarik
Kulit kepala kotor dan bau
Mulut klien bau dan Tampak adanya
caries
DO :
Gigi klien tidak lengkap
Klien tampak hanya menghabiskan
setengah porsi makannya
Hb : 9 gr/dl
4. DS : kesulitan
Petugas panti mengatakan kekuatan keseimbangan
otot klien menurun sehingga klien dalam beraktifitas
berjalan dengan lambat
DO :
klien tampak sering mengalami kaku
sendi
klien tampak menggunkan tongkat
klien tampak berjalan dengan hati-
hati
kekuatan otot klien
NO Diagnosa keperawatan
1. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel)
2. Defisit perawatan diri b.d menurunnya kemampuan merawat diri
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan tidak adekuat
4. Resiko cidera b.d kesulitan keseimbangan
C. INTERVENSI
D. IMPLEMENTASI
4. Resiko cidera b.d1. 1. Mengkaji derajat gangguan kemampuan, tingkah laku impulsive
kesulitan dan penurunan persepsi visual.
keseimbangan 2. 2. Menghilangkan sumber bahaya lingkungan.
3. 3. Mengalihkan perhatian saat perilaku teragitasi/ berbahaya,
memenjat pagar tempat tidur.
4. 4. Menghindari terjadinya cedera
5. 5.Mengkaji efek samping obat, tanda keracunan (tanda
ekstrapiramidal, hipotensi ortostatik, gangguan penglihatan, gangguan
gastrointestinal).
Hasil :
D. EVALUASI
NO Diagnosa Evaluasi
keperawatan
1. Perubahan proses Hari pertama :
pikir b.d S:
perubahan Klien mengatakan senang jika di panggil dengan namanya
fisiologis Klien mengatakan memahami pembicaraan menggunakan kata-
(degenerasi kata pendek
neuron O:
ireversibel) Klien tmapak mengalami gangguan memori dan orientasi
Klien tampak bingung
Pemeriksaan MMSE: 11 (berat)
A : masalah teratasi sebagian
P P : intervensi dilanjutkan
Hari kedua :
S:
Klien mengatakan senang jika di panggil dengan namanya
Hari kedua :
S : klien mengatakan ia menggunakan tongkat untuk berjalan
O:
klien tampak mengalami kaku sendi
klien tampak menggunkan tongkat untuk berjalan
klien tampak berjalan dengan hati- hati
kekuatan otot klien
4444 4444
4444 4444
A : Masalah belum teratasi
P : P : intervensi di lanjutkan
Boedhi – Darmojo. 2009. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta: FKUI.
Elizabeth.J.Corwin. 2009. Buku Saku : Patofisiologi. Ed.3. Jakarta : EGC
Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika
Nugroho, W.2009. Keperawatan Gerontik & Geriatric Edisi 3.Jakarta : EGC
Arif, Muttaqin . 2008 . Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan . Jakarta : Salemba Medika
Aru, Sudoyo W. 2009 . Ilmu Penyakit Dalam . Jakarta : Internal Publisting