Anda di halaman 1dari 10

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)


http://jurnal.pasca.uns.ac.id

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN


PROSES DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI
DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN ANALISIS

Hadma Yuliani 1, Widha Sunarno 2, Suparmi 3


1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
hadmayuliani@yahoo.co.id
2
Dosen Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
widhasunarno@gmail.com
3
Dosen Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
suparmiuns@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses
menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi, sikap ilmiah, kemampuan analisis, dan interaksinya terhadap
prestasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Populasinya terdiri dari siswa kelas
XI SMAN 1 Jakenan tahun pelajaran 2011/2012. Sampel yang diambil 2 kelas yaitu kelas XI IPA 5 dan XI IPA
6 dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data kemampuan analisis dan
prestasi kognitif menggunakan metode tes. Untuk data sikap ilmiah dan prestasi afektif menggunakan metode
angket. Teknik analisis data menggunakan multivariate analysis of variance (manova). Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan: 1) tidak terdapat pengaruh pembelajaran dengan metode terhadap prestasi kognitif.
Namun, terdapat pengaruh pembelajaran dengan metode terhadap prestasi afektif; 2) terdapat pengaruh sikap
ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif dan afektif; 3) terdapat pengaruh kemampuan analisis tinggi
dan rendah terhadap prestasi kognitif. Namun tidak terdapat pengaruh kemampuan analisis tinggi dan rendah
terhadap prestasi afektif; 4) tidak terdapat interaksi antara metode dengan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif
dan afektif; 5) tidak terdapat interaksi antara metode dengan kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif,
namun terdapat interaksi antara metode dengan kemampuan analisis terhadap prestasi afektif; 6) tidak terdapat
interaksi sikap ilmiah dengan kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif dan afektif; 7) tidak terdapat
interaksi pembelajaran antara metode, sikap ilmiah, dan kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif dan
afektif.

Kata kunci : pendekatan keterampilan proses, sikap ilmiah, kemampuan analisis, prestasi belajar,
fluida statis.

Pendahuluan Untuk mendukung tercapainya fungsi


tersebut perlu adanya pengembangan
Pendidikan nasional yang berdasarkan kemampuan siswa maka perlu adanya
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara keterlibatan dari orang tua, guru, dan pemerintah.
Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi: Pengembangan kemampuan siswa perlu adanya
“Mengembangkan kemampuan dan membentuk dukungan dari orang tua. Selain itu, perubahan di
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat bidang pendidikan terus diupayakan baik
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, perubahan kurikulum pendidikan maupun
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta peranan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
didik agar menjadi manusia yang beriman dan Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menyelenggarakan suatu sistem pendidikan
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-
mandiri, dan menjadi warga negara yang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
demokratis serta bertanggung jawab”. Pendidikan Nasional yaitu: ”Pendidikan nasional
harus mampu menjamin pemerataan kesempatan
207
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta diperlukan kontak langsung dengan hal yang
efisiensi manajemen pendidikan. Peningkatan ingin diketahui. Inilah sebabnya dalam fisika
mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan terdapat metode eksperimen dan inkuiri, dimana
kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui siswa dapat mengamati, mengukur,
olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga agar mengumpulkan data, menganalisa data, dan
memiliki daya saing dalam menghadapi menyimpulkan sangat cocok dalam mendalami
tantangan global”. Tetapi pada kenyataannya, fisika. Metode ilmiah yang sangat jelas
mutu pendidikan di Indonesia lebih rendah menunjukkan proses abstraksi terhadap kejadian
dibandingkan dengan mutu pendidikan negara- konkrit, tepat untuk digunakan dalam
negara lain di tingkat regional dan internasional. mempelajari fisika (Suparno, 2007: 12). Selain
Indonesia dengan telah tiga kali berpartisipasi itu fisika juga merupakan ilmu pengetahuan yang
dalam TIMSS, yaitu tahun 1999, 2003, dan 2007 berusaha menguraikan dan menjelaskan hukum-
dengan mengikutkan siswa kelas VIII SMP/MTs. hukum dan kejadian-kejadian dalam alam
Capaian siswa kelas VIII di Indonesia dalam menurut pemikiran manusia.
matematika dan sains yang berada di papan Dari pendapat diatas dapat disimpulkan
bawah dibandingkan capaian siswa di beberapa bahwa fisika adalah pengetahuan yang
negara di Asia (Hongkong, Japan, Korea, mempelajari kejadian-kejadian yang bersifat fisis
Taiwan, Malaysia, Thailand). Siswa Indonesia yang mencakup proses, produk dan sikap ilmiah
menempati peringkat 32 dari 38 negara (tahun bersifat siklik, saling berhubungan, dan
1999), peringkat 37 dari 46 negara (tahun 2003), menerangkan bagaimana gejala-gejala alam
dan peringkat 35 dari 49 negara (tahun 2007). tersebut terukur melalui pengamatan dan
Dengan capaian tersebut, rata-rata siswa penelitian. Produk merupakan kumpulan
Indonesia hanya mampu mengenali sejumlah pengetahuan yang dapat berupa fakta, konsep,
fakta dasar tetapi belum mampu prinsip, hukum, dan teori. Proses merupakan
mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai langkah-langkah yang harus ditempuh untuk
topik sains, apalagi menerapkan konsep-konsep memperoleh pengetahuan misalnya mengamati,
yang kompleks dan abstrak (data dari TIMSS menafsirkan pengamatan, mengklarifikasi,
diambil dari Prosiding Seminar Nasional Fisika meramalkan, menerapkan konsep, merencanakan
2010 pada tanggal 28 April 2010) percobaan, berkomunikasi dan menyimpulkan.
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia Sikap ilmiah terbentuk saat melakukan proses,
berdasarkan TIMSS, khususnya pembelajaran misalnya objektif dan jujur pada saat
sains karena pembelajaran sains tidak diajarkan mengumpulkan dan menganalisa data.
sesuai dengan karakteristik sains itu sendiri. Pembelajaran sains khususnya fisika harus
Pembelajaran sains adalah pembelajaran untuk sesuai karakteristik fisika melalui pengukuran
mendapatkan pengetahuan yang dengan langsung, penggunaan metode eksperimen dan
menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk demonstrasi dan penjabaran rumus. Mata
menggambarkan dan menjelaskan fenomena – pelajaran fisika di SMA dikembangkan untuk
fenomena yang terjadi di alam. mendidik siswa agar mampu mengembangkan
Fisika oleh Piaget dikelompokkan sebagai observasi dan eksperimentasi serta berfikir taat
pengetahuan fisis. Pengetahuan fisis terjadi asas. Berfikir taat asas dikembangkan dari
karena abstraksi terhadap alam. Pengetahuan kemampuan matematis yang dimiliki lewat
fisis adalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari pelajaran matematika. Kemampuan observasi
suatu objek atau kejadian dalam bentuk, besar dan eksperimentasi ditekankan pada melatih
kekasaran, berat serta bagaimanan objek-objek kemampuan berpikir eksperimental. Kemampuan
itu berinteraksi satu dengan yang lainnya (Piaget, berpikir eksperimental mencakup tata laksana
1970, 1971: Wadsworth, 1989) yang dikutip oleh percobaan dan mengenal peralatan laboratorium.
Suparno (2007: 12). Siswa memperoleh Standar kompetensi mata pelajaran fisika untuk
pengetahuan fisis tentang suatu objek dengan SMA kelas XI telah dirumuskan oleh
mengerjakan atau bertindak terhadap objek itu Departemen Pendidikan Nasional antara lain:
melalui inderanya. Pengetahuan fisis ini didapat menganalisis gejala alam dan keteraturannya
dari abstraksi langsung akan suatu objek. Oleh dalam cakupan mekanika benda titik,
karena itu fisika adalah pengetahuan fisis, maka menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik
sangat jelas bahwa untuk mempelajari fisika dan sistem kontinyu dalam menyelesaikan masalah,
membentuk pengetahuan tentang fisika,
208
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
menerapkan konsep termodinamika dalam mesin Ada faktor-faktor yang mempengaruhi
kalor. prestasi belajar siswa antara lain adalah kondisi
Materi dalam pembelajaran fisika untuk internal dan kondisi eksternal dari siswa. Kondisi
SMA kelas XI salah satunya fluida statis yang internal adalah faktor-faktor yang berasal dari
terdapat dalam standar kompetensi menerapkan dalam diri siswa meliputi kemampuan awal,
konsep dan prinsip mekanika klasik sistem pengetahuan prasyarat yang telah dimiliki siswa,
kontinyu dalam menyelesaikan masalah. aktivitas, kreativitas, sikap ilmiah, intelegensi,
Karakteristik materi fluida statis merupakan gaya belajar, interaksi sosial, bakat, dan
materi pembelajaran yang bisa diamati oleh kemampuan analisis. Sikap ilmiah dan
siswa secara langsung. Pada materi fluida statis kemampuan analisis berpengaruh terhadap
banyak berkaitan dalam kehidupan sehari-hari pembelajaran fisika. Baharuddin (1982:34)
maka materi fluida statis penting untuk dipahami mengemukakan bahwa sikap ilmiah pada
siswa. Dalam pembelajaran fluida statis kurang dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh
berhasil bila tidak ditunjang dengan kegiatan para ilmuwan saat ilmuwan melakukan kegiatan
praktikum/laboratorium. Metode eksperimen dan eksperimen. Dengan perkataan lain
demonstrasi yang digunakan untuk proses kecenderungan siswa untuk bertindak atau
pembelajaran dalam kegiatan berperilaku dalam memecahkan suatu masalah
praktikum/laboratorium dengan menggunakan secara sistematis melalui langkah-langkah
pendekatan keterampilan proses. ilmiah. Aspek sikap ilmiah terdiri dari sikap
Pembelajaran keterampilan proses dengan ingin tahu, sikap kritis, sikap obyektif, sikap
metode eksperimen dan demonstrasi di SMA menghargai karya orang lain, sikap tekun, dan
Negeri 1 Jakenan sudah dilaksanakan dalam sikap terbuka.
pembelajaran fisika tetapi kurang maksimal. Faktor lain yang harus diperhatikan adalah
Maka sebaiknya, siswa diberikan pembelajaran kemampuan analisis. Kemampuan analisis adalah
fisika dengan pembelajaran proses dimana kemampuan menjabarkan atau menguraikan
melibatkan siswa secara aktif dalam konsep menjadi bagian-bagian yang lebih rinci
pembelajaran dengan melakukan pengamatan dan menjelaskan keterkaitan atau hubungan antar
dalam memperoleh pengetahuan/konsep bagian-bagian tersebut. Komponen kemampuan
pembelajaran sehingga pembelajaran bermakna. analisis yang dimaksud adalah mengintepretasi
Pembelajaran bermakna diharapkan mampu data, menentukan hubungan antar hal, memerinci
bertahan lama diingatan/memori siswa karena informasi, menginterprestasi data untuk
siswa menemukan pengetahuannya melalui memecahkan masalah dan membuat hipotesis.
metode ilmiah. Kondisi pembelajaran harus diperbaiki
Pendidikan sains di Indonesia khususnya yaitu dengan berbagai pendekatan, model dan
fisika masih monoton dan membosankan. Proses metode pembelajaran antara lain pendekatan
belajar mengajar yang dilakukan guru pada keterampilan proses, pendekatan kontekstual,
umumnya adalah guru sebagai pusat pengetahuan model kooperatif, model PBI, metode inkuiri,
di depan kelas, siswa belum terlibat aktif dari metode eksperimen, dan metode demonstrasi.
pembelajaran, pembelajaran belum melibatkan Keterampilan proses atau metode ilmiah
keterampilan proses dan kontekstual, dan soal merupakan bagian dari sains (Subiyanto, 1988:
yang diberikan belum kontekstual sehingga hasil 114). Dengan menggunakan keterampilan-
belajar yang diperoleh siswa rendah karena guru keterampilan memproses perolehan pengetahuan,
fisika SMA lebih menekankan pada pencapaian siswa akan mampu untuk menemukan konsep
target kurikulum dan kurang menekankan pada atau prinsip tau teori, untuk mengembangkan
pemahaman konsep. Selain itu, pelajaran fisika konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun
merupakan salah satu pelajaran yang dianggap untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu
sulit dan tidak disukai oleh siswa, karena fisika penemuan (falsfilasi) (Indrawati, 1999: 3). Proses
biasanya melalui pendekatan secara matematis. belajar mengajar dengan pendekatan
Pembelajaran fisika bukan hanya sekedar keterampilan prose akan menciptakan kondisi
mengerti matematika, tetapi lebih jauh siswa belajar yang melibatkan siswa serta aktif.
diharapkan mampu memahami konsep yang Ada beberapa alasan yang melandasi perlu
terdapat dalam pembelajaran fisika, menuliskan diterapkannya pendekatan keterampilan proses
simbol-simbol fisis, memahami permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar. Alasan
serta menyelesaikan secara matematis. pertama, perkembangan ilmu pengetahuan
209
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
berlangsung semakin cepat sehingga tak interaksi antara pendekatan keterampilan proses
mungkin lagi para guru mengajar semua fakta dengan metode eksperimen dan demonstrasi
dan konsep kepada siswa. Kedua, para ahli dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar
psikologi pada umumnya sependapat bahwa siswa, (5) interaksi antara pendekatan
anak-anak mudah memahami konsep-konsep keterampilan proses dengan metode eksperimen
yang rumit dan abstrak jika disertai dengan dan demonstrasi dengan kemampuan analisis
contoh-contoh konkret. Ketiga, penemuan ilmu terhadap prestasi belajar siswa, (6) interaksi
pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus antara sikap ilmiah dengan kemampuan analisis
persen, penemuannya bersifat relatif. Alasan terhadap prestasi belajar siswa, (7) interaksi
keempat, dalam proses belajar mengajarnya antara pendekatan keterampilan proses dengan
seyogyanya pengembangan konsep tidak lepas metode eksperimen dan demonstrasi dengan
dari perkembangan sikap dan nilai dalam anak sikap ilmiah dan kemampuan analisis terhadap
didik. Karena itu, pengembangan keterampilan prestasi belajar siswa.
dalam memperoleh data dan pengetahuan akan
berperan sebagai wahana penyatu antara
Metode Penelitian
pengembangan konsep dan pengembangan sikap Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri –
dan nilai (Conny, 1988: 14-16) 1 Jakenan Tahun Pelajaran 2011/2012 yang
Selain pendekatan pembelajaran, guru beralamat di Kecamatan Jakenan, Kabupaten
didukung metode pembelajaran. Seorang guru Pati, Provinsi Jawa Tengah. Adapun waktu
diharapkan dapat menggunakan metode pelaksanaan penelitian ini mulai dari penyusunan
pembelajaran yang tepat, sehingga materi akan proposal hingga pembuatan laporan penelitian
lebih mudah diterima siswa. Metode eksperimen dimulai bulan September tahun 2011 sampai
dan demonstrasi merupakan salah satu alternatif dengan tahun Juli 2012. Penelitian ini adalah
metode pembelajaran yang digunakan guru pada penelitian kuasi eksperimen. Kelompok
proses pembelajaran berlangsung. Metode eksperimen I diajar dengan pendekatan
eksperimen mempunyai tujuan agar siswa keterampilan proses menggunakan metode
mampu mencari dan menemukan sendiri eksperimen dan kelompok eksperimen II dengan
berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang menggunakan pendekatan keterampilan proses
dihadapinya dengan mengadakan percobaan menggunakan metode demonstrasi.
sendiri. Metode eksperimen merupakan suatu Rancangan penelitian dalam penelitian ini
cara mengajar agar siswa dapat terlatih dalam disusun sesuai dengan variabel-variabel yang
cara berpikir yang ilmiah (scientific thinking). terlibat. Variabel-variabel terlibat dalam
Dengan eksperimen siswa menemukan bukti penelitian ini merupakan cerminan dari data-data
kebenaran dari sesuatu yang telah dipelajarinya. yang akan diperoleh setelah perlakuan terhadap
Sedangkan, metode demonstrasi merupakan sampel penelitian yang dilakukan. Data yang
suatu cara mengajar yang hampir sejenis dengan diperoleh kemudian dianalisis menggunakan uji
eksperimen tetapi siswa tidak melakukan manova. Teknik pengambilan sampel
percobaan. Siswa hanya melihat yang dikerjakan menggunakan teknik cluster random sampling.
oleh guru atau perwakilan dari siswa. Metode “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi
demonstrasi adalah cara mengajar agar seseorang yang diteliti” (Suharsimi: 2006). Sampel yang
siswa menunjukkan dan memperlihatkan sesuatu digunakan dalam penelitian ini ada 2 kelas, yaitu
proses/kegiatan percobaan (Roestiyah, 2008: 80- kelas XI IPA 5 sebagai kelas eksperimen pertama
82). Berdasarkan uraian diatas maka akan dengan pendekatan keterampilan proses
dilakukan penelitian menerapkan pembelajaran menggunakan metode eksperimen dan kelas XI
fisika dengan pendekatan keterampilan proses IPA 6 sebagai kelas eksperimen kedua dengan
dengan metode eksperimen dan demonstrasi pendekatan keterampilan proses menggunakan
ditinjau dari sikap ilmiah dan kemampuan metode demonstrasi.
analisis. Adapun tujuan dalam penelitian ini Teknik pengumpulan data dalam
adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh penelitian ini menggunakan: (1) metode tes
pendekatan keterampilan proses dengan metode untuk mengetahui prestasi belajar siswa dalam
eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi ranah kognitif dan juga untuk mengetahui
belajar siswa, (2) pengaruh sikap ilmiah terhadap kemampuan analisis siswa, (2) metode angket
prestasi belajar siswa, (3) pengaruh kemampuan digunakan untuk mengetahui sikap ilmiah dan
analisis terhadap prestasi belajar siswa, (4)
210
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
prestasi afektif siswa, (3) metode observasi Tabel 2. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif
dilakukan untuk mendapatkan kumpulan data Ditinjau Dari Sikap Ilmiah
Jumlah Rata- Standar
dari aktivitas belajar siswa pada saat melakukan Kelompok Maks. Min.
Data rata Deviasi
kegiatan praktikum dan untuk pengamatan Sikap Ilmiah
37 87 63 76.95 6.191
Tinggi
perilaku penilaian prestasi belajar ranah afektif. Sikap Ilmiah
Instrumen pelaksanaan penelitian dalam 35 83 47 67.20 8.102
Rendah
penelitian ini berupa silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Pada Tabel 2 diperlihatkan nilai rata-rata
Kerja Siswa (LKS). Instrumen pengambilan data prestasi belajar kognitif kelas dengan sikap
digunakan tes, angket dan observasi. Tes ilmiah tinggi lebih tinggi dan memiliki standar
digunakan untuk mengukur prestasi belajar deviasi yang lebih kecil dibandingkan sikap
kognitif siswa dan mengukur kemampuan ilmiah rendah. Dengan standar deviasi yang kecil
analisis siswa. Angket digunakan untuk pada sikap ilmiah tinggi menunjukkan bahwa
mengukur sikap ilmiah dan prestasi belajar ranah data mengumpul. Data mengumpul menunjukkan
afektif. Observasi untuk mengukur penilaian data nilai siswa yang baik untuk prestasi belajar
prestasi belajar ranah afektif. kognitif dengan sikap ilmiah tinggi. Sedangkan
Uji normalitas data menggunakan uji standar deviasi yang besar pada sikap ilmiah
Shapiro-Wilk yang terdapat pada software SPSS rendah menunjukkan data menyebar. Jadi, siswa
17. Dan uji homogenitas digunakan adalah test yang memiliki sikap ilmiah tinggi menunjukkan
of homogeneity variances. Kemudian nilai siswa lebih baik daripada sikap ilmiah.
Pengujian hipotesis pada penelitian ini
menggunakan uji manova dengan bantuan Tabel 3. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif
software SPSS 17 (Budiyono: 2009). Ditinjau Dari Kemampuan Analisis
Jumlah Rata- Standar
Kelompok Maks. Min.
Data rata Deviasi
Kemp.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Analisis 48 84 63 75.20 5.143
Tinggi
Deskripsi data untuk kedua kelas eksperimen Kemp.
Analisis 28 82 62 70.93 5.422
tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 Rendah

Tabel 1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif


Pada Tabel 3 diperlihatkan nilai rata-rata
Ditinjau Dari Metode Belajar
Jumlah Rata- prestasi belajar kognitif kelas dengan
Kelompok Maks.Min. SD
Data rata kemampuan analisis tinggi lebih tinggi dan
Metode Eksperimen 36 87 60 75.47 6.609 memiliki standar deviasi yang lebih kecil
Metode Demonstrasi 36 87 47 68.94 9.295
dibandingkan kemampuan analisis rendah.
Dengan standar deviasi yang kecil pada
Pada Tabel 1 diperlihatkan nilai rata-rata
kemampuan analisis tinggi menunjukkan bahwa
prestasi belajar kognitif kelas dengan metode
data mengumpul. Data mengumpul menunjukkan
eksperimen lebih tinggi dan memiliki standar
data nilai siswa yang baik untuk prestasi belajar
deviasi yang lebih kecil dibandingkan metode
kognitif dengan kemampuan analisis tinggi.
demonstrasi. Dengan standar deviasi yang kecil
Sedangkan standar deviasi yang besar pada
pada metode eksperimen menunjukkan bahwa
kemampuan analisis rendah menunjukkan data
data mengumpul. Data mengumpul menunjukkan
menyebar. Jadi, siswa yang memiliki
data nilai siswa yang baik untuk prestasi belajar
kemampuan analisis tinggi menunjukkan nilai
kognitif. Sedangkan standar deviasi yang besar
siswa lebih baik daripada kemampuan analisis
pada metode demonstrasi menunjukkan data
rendah.
menyebar. Dengan metode eksperimen
menunjukkan nilai siswa lebih baik daripada Tabel 4. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau
metode demonstrasi terhadap prestasi belajar Dari Metode Belajar
kognitif. Kelompok
Jumlah
Maks. Min.
Rata-
SD
Data rata
Metode
36 84 67 75.58 4.735
eksperimen
Metode
36 84 62 71.50 5.755
Demonstrasi

211
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Pada Tabel 4 diperlihatkan nilai rata-rata kemampuan analisis tinggi. Sedangkan standar
prestasi belajar afektif kelas dengan metode deviasi yang besar pada kemampuan analisis
eksperimen lebih tinggi dan memiliki standar rendah menunjukkan data menyebar. Jadi, siswa
deviasi yang lebih kecil dibandingkan metode yang memiliki kemampuan analisis tinggi
demonstrasi. Dengan standar deviasi yang kecil menunjukkan nilai siswa lebih baik daripada
pada metode eksperimen menunjukkan bahwa kemampuan analisis rendah terhadap prestasi
data mengumpul. Data mengumpul menunjukkan belajar afektif.
data nilai siswa yang baik untuk prestasi belajar Setelah dilakukan uji hipotesis
afektif. Sedangkan standar deviasi yang besar menggunakan manova, dapat dirangkum uji
pada metode demonstrasi menunjukkan data hipotesis penelitian, terlihat pada Tabel 7 :
menyebar. Dengan demikian metode eksperimen
menunjukkan nilai siswa lebih baik daripada Tabel 7. Rangkuman Uji Hipotesis Penelitian
Signifi
metode demonstrasi terhadap prestasi belajar Signifika kansi
afektif. Hipotesis
nsi Terhad
Terhadap Keputus ap Keput
dengan
Prestasi an prestas usan
Tabel 5. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau MANOVA
Belajar i
Dari Sikap Ilmiah Kognitif Belajar
Jumlah Rata- SD Afektif
Kelompok Maks. Min.
Data rata Ho
0,059 > 0,009 < Ho
Sikap Ilmiah Metode diterim
37 84 65 76.11 4.932 0,05 0,05 ditolak
Tinggi a
Sikap Ilmiah
35 82 62 70.83 5.050
Rendah 0,000 < Ho 0,000 Ho
Sikap Ilmiah
0,05 ditolak <0,05
ditolak
Pada Tabel 5 diperlihatkan nilai rata-rata Ho
prestasi belajar afektif kelas dengan sikap ilmiah Kemampuan 0,003 < Ho 0,088>
diterim
Analisis 0,05 ditolak 0,05
tinggi lebih tinggi dan memiliki standar deviasi a
Ho Ho
yang lebih kecil dibandingkan sikap ilmiah Metode * Sikap 0,409 >
diterim
0,982 >
rendah. Dengan standar deviasi yang kecil pada Ilmiah 0,05 0,05
a diterima
sikap ilmiah tinggi menunjukkan bahwa data Metode *
0,133>
Ho
0,024
Ho
Kemampuan diterim
mengumpul. Data mengumpul menunjukkan data Analisis
0,05
a
<0,05
ditolak
nilai siswa yang baik untuk prestasi belajar Sikap Ilmiah *
0,860>
Ho
0,373 >
Ho
afektif dengan sikap ilmiah tinggi. Sedangkan Kemampuan diterim diterim
0,05 0,05
Analisis a a
standar deviasi yang besar pada sikap ilmiah Metode * Sikap Ho
Ho
rendah menunjukkan data menyebar. Jadi, siswa Ilmiah * 0,920 > diterim 0,134 >
diterim
yang memiliki sikap ilmiah tinggi menunjukkan Kemampuan 0,05 a 0,05
a
Analisis
nilai siswa lebih baik daripada sikap ilmiah
terhadap prestasi afektif.
Tabel 6. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau
Berdasarkan Tabel 7 dan kriteria pengujian
Dari Kemampuan Analisis hipotesis pada uraian diatas, maka kesimpulan
dari pengujian hipotesis dalam penelitian ini
Jumlah Rata- SD
Kelompok Maks. Min. adalah sebagai berikut:
Data rata
a. Hipotesis pertama
Kemp. Analisis
48 84 63 75.20 5.143
Hipotesis pertama mengenai pengaruh
Tinggi metode pembelajaran terhadap prestasi kognitif
Kemp. Analisis
28 82 62 70.93 5.422 dan afektif. Hasil hipotesis pengaruh metode
Rendah
pembelajaran pada prestasi belajar kognitif
Pada Tabel 6 diperlihatkan nilai rata-rata menunjukkan P-value bernilai 0,059 dan prestasi
prestasi belajar afektif kelas dengan kemampuan belajar afektif menunjukkan P-value bernilai
analisis tinggi lebih tinggi dan memiliki standar 0,009. Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho
deviasi yang lebih kecil dibandingkan diterima untuk prestasi kognitif dan HO ditolak
kemampuan analisis rendah. Dengan standar pada prestasi afektif. Hal ini berarti dapat
deviasi yang kecil pada kemampuan analisis disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh
tinggi menunjukkan bahwa data mengumpul. pembelajaran fisika dengan pendekatan
Data mengumpul menunjukkan data nilai siswa keterampilan proses dengan menggunakan
yang baik untuk prestasi belajar afektif dengan metode eksperimen dan demonstrasi terhadap
212
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
prestasi belajar kognitif. Sedangkan, untuk dilakukan oleh guru atau temannya saja.
prestasi belajar afektif terdapat pengaruh Sehingga siswa yang kurang memperhatikan
pembelajaran fisika dengan pendekatan peragaan dari awal sampai akhir percobaan yang
keterampilan proses dengan menggunakan dilakukan guru atau temannya akan mendapatkan
metode eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi belajar kognitif yang rendah. Hal ini
prestasi kognitif. Sehingga hal ini tidak sesuai sesuai dengan salah satu kelemahan dari metode
dengan hipotesis awal untuk prestasi kognitif. demonstrasi dalam pembelajaran yang
Namun, sesuai dengan hipotesis awal untuk dikemukan Roestiyah (2008).
prestasi afektif yang menyatakan bahwa terdapat b. Hipotesis Kedua
pengaruh pembelajaran fisika dengan pendekatan Pada hipotesis kedua mengenai pengaruh
keterampilan proses dengan menggunakan sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif dan
metode eksperimen dan demonstrasi terhadap afektif. Hasil hipotesis pengaruh sikap ilmiah
prestasi belajar afektif. pada prestasi belajar kognitif menunjukkan P-
Pada pelaksanaan kedua metode value bernilai 0,000 dan prestasi belajar afektif
pembelajaran eksperimen dan demonstrasi tidak menunjukkan P-value bernilai 0,000.
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho ditolak
prestasi kognitif siswa. Pembelajaran fisika pada prestasi kognitif maupun afektif. Hal ini
dengan menggunakan metode demonstrasi dapat dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
memberikan prestasi kognitif yang baik. Hal ini sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif
dikarenakan, siswa masih dapat belajar dirumah dan afektif. Sehingga hal ini sesuai dengan
tentang materi yang diajarkan. Selain itu, siswa hipotesis awal yang menyatakan bahwa terdapat
dapat bertanya kepada teman sekelasnya apabila pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar
kurang mengerti dengan materi pembelajaran kognitif dan afektif
yang disampaikan oleh guru. Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap
Pada hasil penelitian di Tabel 7 dapat yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat siswa
disimpulkan bahwa metode ekseperimen melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap seperti kegiatan percobaan. Dengan perkataan
prestasi belajar afektif daripada metode lain kecenderungan siswa untuk bertindak atau
demonstrasi. Hal ini dikarenakan melalui metode berprilaku dalam memecahkan suatu masalah
eksperimen dapat melibatkan siswa secara aktif, secara sistematis melalui langkah-langkah
antara lain dalam melaksanakan eksperimen, ilmiah. Pada hasil penelitian ini berdasarkan
menemukan fakta, mengumpulkan data, menarik Tabel 7 disimpulkan bahwa sikap ilmiah tinggi
kesimpulan, merumuskan konsep. Sehingga, memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
siswa dapat melakukan pengujian kesimpulan prestasi belajar kognitif dan afektif daripada
atau pembuktian/penelitian kembali terhadap sikap ilmiah rendah. Hal ini dikarenakan, siswa
konsep atau prinsip yang telah ditemukan memecahkan masalah secara matematis melalui
melalui eksperimen. Berdasarkan analisis di atas langkah-langkah ilmiah dan siswa memiliki sikap
pada dasarnya dengan menggunakan metode ilmiah yang sangat baik berupa rasa ingin tahu,
eksperimen akan dapat memberikan pengaruh jujur, obyektif, tekun, teliti, terbuka kritis,
yang positif terhadap siswa. Hal ini dikarenakan menghargai penemuan orang lain, menghargai
dengan metode eksperimen siswa akan banyak pendapat orang lain, dan mampu menerima
berinteraksi dengan teman sehingga akan gagasan baru dapat meningkatkan prestasi belajar
menumbuhkan sikap, nilai, kepedulian antara baik kognitif maupun afektif. Hal ini sesuai
teman sekelompoknya (Sagala: 2009). Pada dengan hipotesis penelitian dan kerangka
aspek afektif yang dinilai adalah pada sikap dan berpikir dalam penelitian ini.
tingkah laku siswa sehingga jelas bahwa metode c. Hipotesis Ketiga
eksperimen akan dapat memberikan pengaruh Pada hipotesis ketiga mengenai pengaruh
yang lebih baik pada prestasi afektif. kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif
Metode demonstrasi kurang dapat dan afektif. Hasil hipotesis pengaruh
meningkatkan prestasi belajar afektif seperti kemampuan analisis pada prestasi belajar
metode eksperimen. Hal ini dikarenakan, kognitif menunjukkan P-value bernilai 0,003 dan
pembelajaran dengan metode demonstrasi kurang prestasi belajar afektif menunjukkan P-value
melibatkan seluruh siswa dalam pembelajaran bernilai 0,088. Berdasarkan hasil keputusan uji
karena siswa hanya melihat peragaan yang
213
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
maka Ho ditolak pada prestasi kognitif dan Ho Pada hipotesis keempat mengenai interaksi
diterima afektif. Hal ini dapat disimpulkan pembelajaran keterampilan proses menggunakan
bahwa terdapat pengaruh kemampuan analisis metode eksperimen dan demonstrasi dengan
siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan tidak sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif dan
terdapat pengaruh kemampuan analisis siswa afektif. Hasil hipotesis interaksi pembelajaran
terhadap prestasi belajar afektif. Sehingga hal ini keterampilan proses menggunakan metode
tidak sesuai dengan hipotesis awal yang eksperimen dan demonstrasi dengan sikap ilmiah
menyatakan bahwa terdapat pengaruh terhadap prestasi belajar kognitif menunjukkan
kemampuan analisis siswa terhadap prestasi P-value bernilai 0,409 dan prestasi belajar afektif
belajar kognitif dan afektif. menunjukkan P-value bernilai 0,982.
Kemampuan analisis dapat diartikan Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho
sebagai kemampuan individu untuk menentukan diterima pada prestasi kognitif dan afektif. Hal
bagian-bagian dari suatu masalah dan ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
menunjukkan hubungan antar bagian-bagian interaksi pembelajaran fisika pendekatan
tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu keterampilan proses menggunakan metode
peristiwa atau memberi argumen-argumen yang eksperimen dan demonstrasi dengan sikap ilmiah
menyokong suatu pernyataan. Selain itu, terhadap prestasi kognitif dan afektif. Sehingga
kemampuan analisis dapat diartikan sebagai hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang
kemampuan menjabarkan atau menguraikan menyatakan bahwa terdapat interaksi
konsep menjadi bagian-bagian yang lebih rinci pembelajaran fisika pendekatan menggunakan
dan menjelaskan keterkaitan atau hubungan antar metode eksperimen dan demonstrasi dengan
bagian-bagian tersebut. Selain itu, apabila sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif dan
mengacu pada indikator kemampuan analisis afektif.
siswa yang diukur adalah mengintepretasi data, Metode pembelajaran yang diberikan
menentukan hubungan antar hal, memerinci pada siswa dan sikap ilmiah yang dimiliki siswa
informasi, menginterprestasi data untuk adalah merupakan dua hal yang berdiri sendiri.
memecahkan masalah dan membuat hipotesis. Sehingga jika keduanya dipadukan maka tidak
Indikator pada kemampuan analisis ini terdapat interaksi. Siswa yang memiliki sikap
mempengaruhi siswa dalam prestasi kognitif ilmiah tinggi jika diberikan perlakuan
siswa. menggunakan metode apapun akan memiliki
Pada hasil hipotesis prestasi belajar afektif nilai yang baik dan sebaliknya. Jadi tidak
bahwa tidak terdapat pengaruh kemampuan terdapat interaksi antara metode pembelajaran
analisis siswa terhadap prestasi belajar afektif. dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar
Hal ini dikarenakan beberapa hal yang terjadi, kognitif dan afektif.
seperti pada siswa baik yang memiliki e. Hipotesis Kelima
kemampuan analisis tinggi dan rendah dapat Pada hipotesis kelima mengenai interaksi
mengikuti pembelajaran dengan baik. Selain itu pembelajaran pendekatan keterampilan proses
sistem penilaian prestasi belajar afektif hanya menggunakan metode eksperimen dan
menggunakan angket sehingga terdapat beberapa demonstrasi dengan kemampuan analisis
siswa yang asal-asalan menjawab pertanyaan terhadap prestasi kognitif dan afektif. Hasil
pada angket. hipotesis interaksi pendekatan keterampilan
Pada penilaian kemampuan analisis siswa proses menggunakan metode eksperimen dan
hanya menggunakan beberapa perwakilan soal demonstrasi dengan kemampuan analisis siswa
materi pembelajaran fisika saja dan tidak terhadap prestasi belajar kognitif menunjukkan
mencakup semua soal materi fisika. Sehingga P-value bernilai 0,133 dan prestasi belajar afektif
siswa yang mengerti di soal perwakilan yang menunjukkan P-value bernilai 0,024.
mengukur kemampuan analisis siswa akan Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho
mendapat nilai kemampuan analisis yang tinggi diterima pada prestasi kognitif dan Ho ditolak
dibandikan temannya yang lain. Walaupun pada prestasi afektif. Hal ini dapat disimpulkan
sebenarnya, siswa tersebut tidak mengusai semua bahwa tidak terdapat interaksi pembelajaran
soal kemampuan analisis yang ada pada fisika dengan pendekatan keterampilan proses
keseluruhan materi pembelajaran fisika. menggunakan metode eksperimen dan
d. Hipotesis Keempat demonstrasi dengan kemampuan analisis
terhadap prestasi kognitif dan terdapat interaksi
214
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
pembelajaran fisika dengan pendekatan menunjukkan P-value bernilai 0,134.
keterampilan proses menggunakan metode Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho
eksperimen dan demonstrasi dengan kemampuan diterima pada prestasi kognitif dan afektif. Hal
analisis terhadap prestasi afektif. ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya interaksi pendekatan keterampilan proses
interaksi antara metode pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen, demonstrasi,
kemampuan analisis siswa yang memberikan sikap ilmiah dan kemampuan analisis terhadap
pengaruh terhadap prestasi belajar kognitif. prestasi kognitif dan afektif.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat Tidak terdapat interaksi pendekatan
disimpulkan bahwa kedua hal antara metode dan keterampilan proses menggunakan metode
kemampuan analisis merupakan hal yang berdiri eksperimen, demonstrasi, sikap ilmiah dan
sendiri, sehingga tidak berhubungan. Sedangkan, kemampuan analisis terhadap prestasi kognitif
terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan afektif. Hal disebabkan karena beberapa
dengan kemampuan analisis siswa terhadap faktor baik internal maupun eksternal dari dalam
prestasi belajar afektif. Maka dapat disimpulkan diri siswa yang dapat mempengaruhi siswa untuk
bahwa kedua hal antara metode dan kemampuan mendapatkan prestasi belajar yang baik. Faktor-
analisis merupakan hal yang berkaitan. faktor tersebut meliputi pendekatan
pembelajaran, metode pembelajaran, sikap
f. Hipotesis Keenam ilmiah dan kemampuan analisis siswa yang
Pada hipotesis keenam mengenai interaksi digunakan dalam penelitian ini, serta masih
sikap ilmiah dengan kemampuan analisis siswa banyak keterbatasan dalam penelitian sehingga
terhadap prestasi kognitif dan afektif. Hasil peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor di
hipotesis sikap ilmiah dengan kemampuan luar kegiatan pembelajaran.
analisis terhadap prestasi belajar kognitif
menunjukkan P-value bernilai 0,860 dan prestasi
belajar afektif menunjukkan P-value bernilai Kesimpulan dan Rekomendasi
0,373. Berdasarkan hasil keputusan uji maka Ho
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
diterima pada prestasi kognitif dan afektif. Hal
sebagai berikut: 1) tidak terdapat pengaruh
ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
pembelajaran dengan pendekatan keterampilan
interaksi sikap ilmiah dengan kemampuan
proses menggunakan metode eksperimen dan
analisis terhadap prestasi kognitif dan afektif.
demonstrasi terhadap prestasi kognitif, namun
Sehingga hal ini tidak sesuai dengan hipotesis
terdapat pengaruh metode eksperimen dan
awal yang menyatakan bahwa terdapat interaksi
demonstrasi terhadap prestasi afektif; 2) terdapat
sikap ilmiah dengan kemampuan analisis
pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap
terhadap prestasi kognitif dan afektif.
prestasi kognitif dan afektif; 3) terdapat pengaruh
Siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi
kemampuan analisis tinggi dan rendah terhadap
dan rendah ketika berinteraksi dengan
prestasi kognitif. Namun tidak terdapat pengaruh
kemampuan analisis tidak memberikan pengaruh
kemampuan analisis tinggi dan rendah terhadap
yang berarti terhadap prestasi kognitif dan
prestasi afektif; 4) tidak terdapat interaksi
afektif. Sehingga keduanya antara sikap ilmiah
pembelajaran dengan pendekatan keterampilan
rendah dengan kemampuan analisis siswa
proses menggunakan metode eksperimen dan
merupakan dua hal yang berbeda dan tidak saling
demonstrasi dengan sikap ilmiah terhadap prestasi
berhubungan.
kognitif dan afektif; 5) tidak terdapat interaksi
g. Hipotesis Ketujuh
pembelajaran dengan pendekatan keterampilan
Pada hipotesis ketujuh mengenai interaksi
proses menggunakan metode eksperimen dan
pendekatan keterampilan proses menggunakan
demonstrasi dengan kemampuan analisis terhadap
metode eksperimen, demonstrasi, sikap ilmiah
prestasi kognitif. Namun terdapat interaksi
dan kemampuan analisis terhadap prestasi
pembelajaran dengan pendekatan keterampilan
kognitif dan afektif. Hasil hipotesis interaksi
proses menggunakan metode eksperimen dan
pendekatan keterampilan proses menggunakan
demonstrasi dengan kemampuan analisis terhadap
metode eksperimen, demonstrasi, sikap ilmiah
prestasi afektif; 6) tidak terdapat interaksi sikap
dan kemampuan analisis terhadap prestasi
ilmiah dengan kemampuan analisis terhadap
prestasi belajar kognitif menunjukkan P-value
prestasi kognitif dan afektif; 7) tidak terdapat
bernilai 0,920 dan prestasi belajar afektif
215
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 3, 2012 (hal 207-216)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
interaksi pembelajaran dengan pendekatan TIMSS. (2007). International Press Release . dalam
keterampilan proses menggunakan metode timss.bc.edu/timss2007/release.html diakses 26
eksperimen dan demonstrasi kemampuan berpikir April 2011.
abstrak, aktivitas siswa terhadap prestasi kognitif
dan afektif.
Hasil penelitian ini memberikan gambaran
yang jelas tentang penerapan pembelajaran fisika
dengan pendekatan keterampilan proses dengan
metode eksperimen dan demonstrasi ditinjau dari
sikap ilmiah dan kemampuan analisis pada
materi pembelajaran fluida statis
Implikasi praktis yang dapat dikemukakan
berdasarkan kesimpulan penelitian ini antara
lain: 1) sebaiknya guru menggunakan metode
eksperimen untuk meningkatkan prestasi belajar
afektif; 2) hendaknya guru memperhatikan sikap
ilmiah siswa agar guru lebih mengetahui sikap
yang seharusnya dimiliki dalam pembelajaran
fisika salah satunya materi fluida statis; 3)
hendaknya memperhatikan seberapa besar
kemampuan analisis siswa dalam pembelajaran
untuk membantu dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa.

Daftar Pustaka
Budiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian.
Surakarta. Sebelas Maret University Press.
Baharuddin. (1982). Peranan Kemampuan Dasar
Intelektual, Sikap, dan Pemahaman dalam
Fisika Terhadap Kemampuan Siswa SMA di
Sulawesi Selatan Membangun Model Analog
dan Model Mental. Bandung: Disertasi Pada
PPs IKIP Bandung.
Conny Semiawan, Tangyong, Belen, Yulaelawati
Matahelemual & Wahyudi Suseloardjo.
(1988). Pendekatan Keterampilan Proses.
Jakarta: Gramedia.
Indrawati. (1999). Keterampilan Proses Sains:
Tinjauan Kritis dan Teori ke Praktis.
Bandung: Pusat Pengembangan Penataran
Guru Ilmu Pengetahuan Alam..
Roestiyah N.K. (2008). Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Saiful Sagala. (2009). Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Subiyanto. (1988). Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam. Jakarta: Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik.
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Rineka
Cipta:Jakarta.
Paul Suparno. (2007). Metodologi Pembelajaran
Fisika Konstruktivis dan Menyenangkan.
Yogyakarta: UniversitasSanata Dharma

216

Anda mungkin juga menyukai