Anda di halaman 1dari 16

PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN KEMAHIRAN

BERBAHASA INDONESIA DENGAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF

Sumadi
FBS Universitas Negeri Malang (www.sumadi.um.ac.id)

Abstract: Assessment of the Indonesian Language Learning Outcomes Using the


Communicative Approach. Since the 1994 Curriculum was launched up to now,
the assessment of the Indonesian language learning outcomes has been directed to
the student’s ability to use Indonesian communicatively in real situations.
However, many teachers still assess such an ability based on the students’
theoretical knowledge, not on their communicative ability. This might happen
because of the teacher’s lack of understanding about the use of the communicative
approach in the Indonesian language learning. This article discusses the assessment
of the Indonesian language learning outcomes using the communicative approach.
The discussion consists of the assessment philosophy, techniques and procedures,
rubrics, and sample test items constructed based on the communicative approach.

Keywords: assessment, communicative approach

PENDAHULUAN bagai alat komunikasi, dan untuk


Sejak diberlakukannya kurikulum mengukur tingkat keberhasilan pembe-
pembelajaran bahasa Indonesia tahun lajaran dilakukan dengan mengguna-
1994 dinyatakan secara eksplisit bahwa kan pendekatan komunikatif. Proses
pembelajaran bahasa Indonesia dilaku- komunikasi dapat terjadi jika ada tema
kan dengan menggunakan pendekatan sebagai pengikat yang melibatkan lebih
komunikatif. Pada saat itu pembelajar- dari satu domain kemahiran berbahasa,
an bahasa Indonesia menggunakan tiga maka pembelajaran bahasa Indonesia
pendekatan, yaitu (1) pendekatan ko- digunakan pendekatan tematik dan in-
munikatif; (2) pendekatan tematik dan tegratif. Sementara itu, digunakannya
integratif; dan (3) pendekatan keteram- pendekatan CBSA sebagai penegas bah-
pilan proses dan CBSA (Cara Belajar wa tujuan pembelajaran adalah mema-
Siswa Aktif). Pembelajaran bahasa In- hirkan siswa terampil berbahasa. Oleh
donesia diarahkan pada kenyataan bah- karena itu, yang harus aktif berlatih
wa fungsi bahasa adalah sebagai alat berbahasa adalah siswa (Depdikbud,
komunikasi. Hal ini berarti bahwa pen- 1994).
dekatan, metode, dan teknik pembe- Penggunaan pendekatan komunika-
lajaran bahasa Indonesia diarahkan un- tif dipertegas dengan diberlakukannya
tuk memahirkan siswa mahir berkomu- Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun
nikasi, bahan ajar diadopsi dari Kenya- 2004. Dalam kurikulum ini dikemuka-
taan penggunaan bahasa Indonesia se- kan bahwa bahasa memungkinkan ma-

239
240

nusia untuk saling berkomunikasi, sa- katan komunikatif yang meliputi (1)
ling berbagi pengalaman, dan untuk filosofi penilaian kemahiran berbahasa
meningkatkan kemampuan intelektual Indonesia dengan menggunakan pen-
dan kesusastraan merupakan salah satu dekatan komunikatif; (2) teknik dan
sarana untuk menuju pemahaman ter- prosedur penilaian kemahiran berbaha-
sebut. Untuk itu dirumuskan standar sa Indonesia dengan pendekatan komu-
kompetensi yang meliputi aspek kema- nikatif; dan (3) contoh soal penilaian
hiran berbahasa dan kemahiran bersas- kemahiran berbahasa Indonesia dengan
tra. Aspek kemahiran berbahasa meli- menggunakan pendekatan komunikatif.
puti kemahiran menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis, baik terkait FILOSOFI PENILAIAN DENGAN
dengan ragam bahasa nonsasra mau- PENDEKATAN KOMUNIKATIF
pun ragam sastra. Siswa belajar bahasa Filosofi penilaian hasil pembelajar-
sebagai alat komunikasi, bukan belajar an kemahiran berbahasa Indonesia pen-
teori bahasa. Oleh karena itu, rumusan dekatan komunikatif berangkat dari fi-
kompetensi pada dasarnya juga hanya losofi hakikat pembelajaran bahasa pen-
diarahkan pada pembentukan kemahir- dekatan komunikatif. Pendekatan ini
an menyimak, berbicara, membaca, dan berasumsi bahwa fungsi utama bahasa
menulis, baik dalam ragam sastra mau- adalah sebagai alat komunikasi. Halli-
pun nonsastra (Depdiknas, 2004). day dan Hasan (1985) menyatakan bah-
Penggunaan pendekatan komunika- wa istilah “fungsi” bahasa dalam ko-
tif dalam pembelajaran bahasa Indone- munikasi secara sederhana dapat dipa-
sia dipertegas dalam KTSP (Kurikulum dankan dengan kata “penggunaan”.
Tingkat Satuan Pendidikan). Sebagai Dengan demikian, apabila berbicara
penyempurnaan Kurikulum Berbasis tentang fungsi bahasa dapat diartikan
Kompetensi (Muslich, 2008), tujuan sebagai cara orang menggunakan ba-
pembelajaran dalam kurikulum ini ada- hasa mereka. Jika seseorang melakukan
lah memahirkan siswa agar terampil sesuatu dengan bahasa, orang itu ber-
berkomunikasi. Teknik dan prosedur harap dapat mencapai banyak sasaran
penilaian untuk mengukur pencapaian dan tujuan.
keberhasilan pembelajaran bahasa Indo- Hakikat bahasa adalah sebagai alat
nesia juga harus berorientasi pada komunikasi dan tujuan pembelajaran
penggunaan pendekatan komunikatif. bahasa adalah agar siswa mahir berko-
Tetapi, kenyataannya sejauh ini masih munikasi, maka pembelajaran bahasa
banyak guru yang belum memahami harus menggunakan pendekatan komu-
penggunaan pendekatan komunikatif nikatif. Artinya, perencanaan, pelaksa-
dalam pembelajaran bahasa Indonesia, nakan, dan penilaian pembelajaran ha-
termasuk penilaian kemahiran berbaha- rus didasarkan pada hakikat penggu-
sa dengan menggunakan pendekatan naan bahasa sebagai alat komunikasi
komunikatif. Berkaitan dengan itu, beri- itu. Rumusan tujuan pembelajaran me-
kut dipaparkan penilaian hasil pembe- ngacu pada pembentukan kompetensi
lajaran bahasa Indonesia dengan pende- berbahasa yang secara garis besar dapat

Penilaian Hasil Pembelajaran Kemahiran Berbahasa Indonesia


241

dipilah menjadi pembentukan empat mansi bahasa lepas konteks, sedangkan


kemahiran berbahasa. Materi pembe- language use adalah performansi bahasa
lajaran mengacu pada model-model untuk tujuan komunikasi yang sudah
wacana yang digunakan sebagai sarana barang tentu berada dalam konteks.
memahirkan siswa menggunakan baha- Canale dan Swain (1980) menyata-
sa. Metode dan teknik pembelajaran be- kan bahwa kompetensi komunikatif
rupa model-model pembelajaran yang mencakup (1) kompetensi gramatikal
memungkinkan siswa berlatih meng- (grammatical competence), yaitu penge-
gunakan bahasa sebagaimana berkomu- tahuan seseorang tentang kaidah-kai-
nikasi senyatanya di masyarakat. Peni- dah gramatika bahasanya; (2) kompe-
laian hasil pembelajaran bahasa juga tensi sosiolinguistik (sociolinguistic com-
harus sejalan dengan perencanaan dan petence), yaitu pengetahuan seseorang
pelaksanaan pembelajaran bahasa, yaitu tentang kaidah-kaidah penggunaan dan
menilai tingkat pencapaian kemahiran kaidah-kaidah wacana dalam bahasa-
berbahasa siswa. Dengan kata lain, pe- nya; serta (3) kompetensi strategis (stra-
nilaian hasil pembelajaran bahasa juga tegic competence), yaitu pengetahuan se-
harus sejalan dengan perencanaan dan seorang tentang strategi-strategi komu-
pelaksanaan pembelajaran bahasa, yaitu nikasi verbal dan nonverbal dalam ba-
menggunakan pendekatan komunikatif. hasanya. Allison (1999) menyatakan
Dalam berbagai literatur, konsep bahwa Canale (1983) mengubah model
kompetensi komunikatif itu diberi label teoretis kompetensi komunikasi itu
istilah yang berbeda-beda dengan mak- menjadi empat dimensi, yaitu kompe-
na yang sama atau hampir sama. tensi linguistik, kompetensi sosioli-
Carroll (1980) menggunakan istilah com- nguistik, kompetensi kewacanaan, serta
municative ‘performance’ untuk bukunya kompetensi strategis. Kompetensi sosio-
dengan judul Testing Communicative Per- linguistik mengacu pada kompetensi
formance. Menurut Weir (1990), hal ini kaidah-kaidah sosiokultural, sedangkan
dapat dipahami apabila mengacu pada kompetensi kewacanaan mengacu pada
performansi individual dalam situasi kompetensi kaidah-kaidah kohesi dan
tertentu. Tetapi, apabila mengacu pada koherensi.
berbagai situasi, komunikasi itu meli- Menurut Bachman (1990), communi-
batkan competence dan performance yang cative language ability terdiri atas kom-
oleh pengikut Widdowson (1983) di- petensi bahasa (language competence),
sebut capacity (kapasitas). Bachman kompetensi strategis (strategic competen-
(1990) menggunakan istilah communi- ce), dan mekanisme psikofisiologis (psy-
cative language ability yang mengacu pa- chophysiological mechanism). Kompetensi
da knowledge atau competence dan kapa- bahasa mencakup kompetensi organi-
bilitas menerapkan kompetensi bahasa sasional bahasa yang terdiri atas kom-
itu dalam language use. Widdowson petensi gramatikal dan tekstual, serta
(1978)memilahperformansi bahasa men- kompetensi pragmatik yang terdiri atas
jadi dua, yaitu language usage dan langu- kompetensi illocutionary dan kompeten-
age use. Language usage adalah perfor- si sosiolinguistik. Kompetensi strategis

Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2


242

berkenaan dengan hal-hal yang berkait- gunakan bahasa dalam situasi komuni-
an dengan pencapaian tujuan komuni- kasi yang bermakna (performance).
kasi. Sementara itu, mekanisme psikofi- Djiwandodo (2008) menyatakan bah-
siologis terjadi dalam pengimplemen- wa pendekatan komunikatif dapat di-
tasian kompetensi. Kompetensi bahasa pahami sebagai pengembangan pende-
adalah gabungan antara pengetahuan katan pragmatik dengan cakupan yang
dan keterampilan yang diperoleh untuk jauh lebih luas, lebih beragam, dan le-
menerapkan sistem bahasa, untuk me- bih kompleks. Pendekatan komunikatif
nepatkan makna ujaran, untuk mem- terhadap bahasa terkait juga dengan ga-
pekerjakan bahasa dalam konteks, dan gasan tentang konteks ekstralinguistik
untuk menerapkan bahasa pada level di seperti halnya dalam pendekatan prag-
atas kalimat. Kompetensi strategis me- matik, namun dengan cakupan yang le-
ngacu pada pengetahuan dan keteram- bih lengkap dan lebih luas karena berti-
pilan yang lebih umum berkaitan de- tik tolak dari komunikasi sebagai fungsi
ngan pencapaian tujuan komunikasi utama dalam penggunaan bahasa. De-
yang efektif. Sementara itu, mekanisme ngan menitikberatkan pada fungsi uta-
psikofisiologis mengacu pada keteram- ma sebagai alat komunikasi itu, pende-
pilan dan faktor-faktor yang berkaitan katan komunikatif pada penyelenggara-
dengan penggunaan bahasa dalam si- an pembelajaran bahasa dan tes bahasa
tuasi yang sesungguhnya. tidak pertama-tama mengedepankan
Hymes (1972) menyatakan bahwa struktur bahasa dengan komponen-
kompetensi komunikatif mencakup ke- komponen dan unsur-unsurnya secara
mampuan untuk menggunakan bahasa terpisah dan berkecil-kecil seperti pada
dan pengetahuan yang mendasari per- penerapan pendekatan dikret. Pende-
formansi bahasa. Sementara itu, istilah katan komunikatif tidak juga mendekati
kapasitas (capacity) dan kemampuan penggunaan bahasa sekadar sebagai
(ability) untuk menggunakan bahasa se- penggabungan unsur-unsur bahasa itu
cara komunikatif menurut Widdowson secara integratif seperti pada pendekat-
(1983) dan Bachman (1990) mengacu an integratif. Pendekatan komunikatif
pada kompetensi (competence) dan kete- bahkan juga tidak berangkat dari pema-
rampilan untuk menggunakan kompe- haman tentang penggunaan bahasa de-
tensi itu dalam berbahasa yang sesung- ngan sekadar mempertimbangkan pe-
guhnya. Berkaitan dengan kompetensi ran unsur-unsur ekstra linguistik seper-
komunikasi itu, Morrow (1979) dan ti halnya pendekatan pragmatik.
Canale dan Swain (1980) menyatakan
bahwa tes kemahiran berbahasa ber- TEKNIK PENILAIAN DENGAN PEN-
kaitan dengan apa yang diketahui siswa DEKATAN KOMUNIKATIF
tentang bentuk-bentuk bahasa yang me- Sebagaimana dikemukakan sebe-
reka pelajari dan bagaimana peng-gu- lumnya bahwa kemahiran berbahasa
naannya dalam konteks yang sesung- meliputi empat subkemahiran, yaitu (1)
guhnya (competence), serta berkaitan de- kemahiran menyimak; (2) kemahiran
ngan keterampilan siswa dalam meng- berbicara; (3) kemahiran membaca; dan

Penilaian Hasil Pembelajaran Kemahiran Berbahasa Indonesia


243

(4) kemahiran menulis. Teknik dan pro- harus memahami teks lisan yang di-
sedur penilaian kemahiran berbahasa simaknya dan dalam waktu yang bersa-
Indonesia terhadap empat subkemahir- maan siswa harus menuangkan kembali
an tersebut disajikan berikut. teks lisan yang disimak itu dalam ben-
tuk tertulis. Teks tulis yang dihasilkan
Teknik dan Prosedur Penilaian Ke- harus sama dengan teks lisan yang disi-
mahiran Menyimak maknya. Besar kecilnya perbedaan an-
Dalam menjelaskan tes menyimak, tara teks lisan yang didengarnya de-
Weir (1990) menggunakan istilah me- ngan teks tulis yang dihasilkan menun-
nyimak pemahaman. Istilah ini diguna- jukkan kemahiran siswa tersebut dalam
kan dengan meminjam istilah Vallete menyimak teks lisan yang disimaknya.
(1967) dengan alasan bahwa tujuan po- Teknik dan prosedur penilaian kema-
kok tes menyimak adalah mengukur hiran menyimak jenis ini adalah (1) me-
pemahaman siswa dalam menyimak. nyuruh siswa untuk menyimak teks li-
Selanjutnya, dia memilah tes menyimak san dan pada saat yang bersamaan sis-
itu menjadi dua, yaitu tes menyimak wa ditugasi untuk menuliskan teks li-
intensif dan tes menyimak ekstensif. san yang disimak itu; (2) mengoreksi
perbedaan teks tulis yang dihasilkan
Penilaian Kemahiran Menyimak Inten- dengan teks lisan yang disimaknya; dan
sif (3) menskor dan memberikan nilai pada
Menyimak intensif adalah jenis me- teks tulis yang dihasilkan siswa berda-
nyimak dengan tujuan memahami in- sarkan kriteria tertentu.
formasi yang disampaikan secara ter- Listening recall digunakan untuk
surat dalam teks yang disimak. Dalam mengukur ingatan siswa terhadap wa-
menyimak jenis ini,penyimak tidak per- cana lisan yang disimaknya. Dalam me-
lu melakukan penafsiran dan penerka- nilai kemampuan menyimak jenis ini
an lebih jauh terhadap isi teks yang di- digunakan teks tulis yang beberapa ka-
simak. Penyimak tidak perlu membuat ta ke-n dalam teks tersebut dikosong-
simpulan dengan melakukan analogi- kan seperti cloze test yang digunakan
analogi terhadap teks lisan yang di- untuk mengukur kemahiran membaca
simak dengan teks-teks lisan lain yang pemahaman. Bedanya, teks yang digu-
pernah disimak. Penyimak juga tidak nakan dalam penilaian kemahiran me-
perlu membuat simpulan dengan men- nyimak ini adalah teks yang disimak
dasarkan diri pada fakta-fakta, penge- siswa. Dalam teks itu, kata-kata yang
tahuan, atau pengalaman dirinya selain dikosongkan dipilih kata-kata yang
yang tersurat dalam teks lisan yang di- berjenis kata isi (content words) sehingga
simak. Weir (1990) mengemukakan ada sama dengan selective deletion gap filling.
dua jenis tes menyimak jenis ini, yaitu Teknik dan prosedur penilaiannya ada-
dictation dan listening recall. lah (1) memperdengarkan teks lisan ke-
Dikte adalah model penilaian kema- pada siswa; (2) memberikan “teks tulis”
hiran menyimak intensif yang paling yang sama dengan teks lisan yang baru
mudah dilakukan. Dalam dikte, siswa diperdengarkan kepada siswa, tetapi

Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2


244

beberapa di antara kata yang ada dalam kan pada informasi yang dinyatakan se-
teks tersebut dikosongkan sehingga se- cara tersurat dan tersorot. Prosedur pe-
perti cloze test dengan model selective nilaiannya adalah (1) memperdengar-
deletion gap filling; lalu (3) siswa disuruh kan teks lisan kepada siswa dan siswa
mengisi kata-kata yang dikosongkan ditugasi untuk menyimaknya; (2) mem-
itu. Jumlah isian benar yang dilakukan berikan sejumlah soal pilihan ganda
siswa merupakan gambaran kemam- (dapat dilakukan secara lisan dan dapat
puan menyimak ingatan (listening recall) pula dilakukan secara tertulis); lalu (3)
siswa tersebut. mengoreksi dan menilai jawaban siswa.
Jumlah jawaban benar yang dimiliki sis-
Penilaian Kemahiran Menyimak Eks- wa merupakan gambaran kemahiran
tensif menyimak ekstensif siswa yang ber-
Menyimak ekstensif ialah upaya sangkutan.
memahami isi teks lisan yang disimak Penilaian kemahiran menyimak eks-
secara komprehensif, tidak hanya isi tensif dengan teknik transfer informasi
teks lisan yang disampaikan secara ter- dilakukan dengan menugasi siswa un-
surat, tetapi juga yang disampaikan se- tuk mentransfer isi teks lisan yang baru
cara tersirat dan tersorot. Oleh karena disimaknya dalam bentuk lain dengan
itu, penilaian kemahiran menyimak bahasa mereka sendiri. Transfer infor-
ekstensif tidak hanya mengukur ke- masi itu dapat dilakukan secara lisan
mampuan siswa dalam memahami isi dalam bentuk berbicara dan dapat pula
teks lisan secara tersurat, tetapi juga dilakukan secara tertulis dalam bentuk
yang disampaikan secara tersurat dan mengarang. Karena penilaian ini dimak-
tersorot. Menurut Weir (1990), ada tiga sudkan untuk menilai kemahiran me-
teknik yang dapat digunakan untuk nyimak, fokus penilaiannya harus me-
mengukur kemahiran menyimak jenis ngacu pada kemahiran menyimak eks-
ini, yaitu (1) teknik tes bentuk pilihan tensif, yaitu menangkap informasi yang
ganda (multiple-choice questions); (2) tek- disampaikan secara lisan kepada penyi-
nik tes bentuk jawaban singkat (short mak. Teknik dan prosedur penilaiannya
answer questions); dan (3) teknik transfer adalah (1) memperdengarkan teks lisan
informasi (information transfer techniq- kepada siswa dan siswa ditugasi untuk
ues). menyimaknya; (2) menyuruh siswa un-
Penilaian kemahiran menyimak eks- tuk menuangkan kembali isi teks lisan
tensif dengan bentuk pilihan ganda di- yang baru disimaknya secara lisan da-
lakukan dengan menggunakan teks li- lam bentuk berbicara atau dalam ben-
san yang disertai dengan sejumlah per- tuk tertulis dalam bentuk mengarang;
tanyaan yang disusun dalam bentuk pi- lalu (3) mengoreksi dan menilai wicara
lihan ganda. Penyusunan pilihan jawab- atau karangan siswa. Kebenaran infor-
an, baik jawaban benar maupun pe- masi yang diungkapkan kembali oleh
ngecohnya, tidak hanya didasarkan pa- siswa, misalnya kelengkapan, kepadu-
da informasi yang dinyatakan secara an, keruntutan, dan lain-lain merupa-
tersurat dalam teks, tetapi juga didasar-

Penilaian Hasil Pembelajaran Kemahiran Berbahasa Indonesia


245

kan gambaran kemahiran menyimak wa untuk mengadakan wawancara ke-


ekstensif siswa yang bersangkutan. pada orang lain, bisa kepada sesama
teman; dan (2) siswa yang lain dan atau
Teknik dan Prosedur Penilaian Kema- guru mengadakan penilaian. Karena pe-
hiran Berbicara nilaian ini bertujuan untuk menilai ke-
Berbicara pada hakikatnya adalah mahiran berbicara pewawancara, bukan
kemahiran berkomunikasi lisan yang kemahiran berbicara orang yang diwa-
bersifat aktif produktif dan spontan. wancarai, fokus penilaiannya diarahkan
Oleh karena itu, teknik dan prosedur pada kemahiran berbahasa pewawan-
penilaian kemahiran berbicara harus cara.
mengacu pada hakikat kemahiran ber- Penilaian kemahiran berbicara de-
bicara tersebut. Weir (1990) menyatakan ngan menggunakan wawancara ter-
ada delapan teknik yang dapat diguna- struktur ini hampir sama dengan peni-
kan untuk mengukur dan menilai ke- laian kemahiran berbicara dengan meng-
mahiran berbicara ini, yaitu verbal essay, gunakan wawancara bebas. Bedanya
oral presentation, the free interview, the terletak pada digunakannya pedoman
control interview, information transfer: des- wawancara bagi pewawancara. Oleh
cription of a picture sequence, information karena itu, prosedur penilaiannya ada-
transfer: questions on a single picture, in- lah (1) menyuruh siswa untuk meng-
teraction tasks, dan role play. adakan wawancara kepada orang lain,
Penilaian kemahiran berbicara de- bisa kepada sesama teman; (2) siswa
ngan verbal essay dilakukan dengan me- yang lain dan atau guru mengadakan
nyuruh siswa untuk berbicara tentang penilaian. Di sini, fokus penilaian juga
topik umum dalam rentang waktu kira- diarahkan pada kemahiran berbahasa
kira tiga menit. Teknik dan prosedur pewawancara, bukan tingkat kemahir-
penilaiannya adalah (1) menunjuk sis- an berbicara orang yang diwawancarai.
wa tertentu untuk berbicara tentang Dalam penilaian kemahiran berbi-
topik umum dalam rentang waktu kira- cara dengan menggunakan teknik infor-
kira tiga menit; dan (2) siswa yang lain mation transfer: description of a picture se-
dan atau guru mengadakan penilaian quence ini dilakukan dengan mengguna-
dengan berpedoman pada rubrik peni- kan gambar berangkai yang menggam-
laian kemahiran berbicara. barkan urutan peristiwa atau kejadian.
Penilaian kemahiran berbicara de- Gambar berangkai ini digunakan seba-
ngan oral presentation hampir sama de- gai pancingan agar siswa berbahasa se-
ngan verbal essay. Bedanya adalah siswa cara lisan dalam bentuk berbicara. Tek-
ditugasi untuk berbicara tentang topik nik dan prosedur penilaiannya adalah
tertentu yang sudah dipersiapkan sebe- (1) menyuruh siswa untuk mengamati
lumnya. Penilaian kemahiran berbicara gambar berangkai yang sudah disedia-
dapat dilakukan dengan memberikan kan guru; (2) menyuruh siswa untuk
tugas kepada siswa untuk mengadakan menceritakan isi gambar berangkai me-
wawancara bebas. Teknik dan prosedur nurut penafsiran siswa; dan (3) siswa
penilaiannya adalah (1) menyuruh sis- lain dan atau guru mengadakan penilai-

Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2


246

an dengan menggunakan rubrik peni- Bermain peran (role play) digunakan


laian. untuk menilai tingkat kemahiran ber-
Penilaian kemahiran berbicara de- bicara siswa yang tingkat kemahiran
ngan information transfer: questions on a berbicaranya sudah cukup baik. Secara
single picture digunakan untuk meng- berkelompok, siswa ditugasi untuk ber-
ukur dan menilai kemahiran berbicara main peran, berinteraksi dengan meng-
siswa yang kemahiran berbicaranya su- gunakan bahasa seperti yang terjadi se-
dah cukup tinggi. Dalam teknik ini, sungguhnya dalam masyarakat. Prose-
gambar yang digunakan berupa gam- dur penilaiannya adalah (1) menugasi
bar tunggal. Prosedur penilaiannya ada- siswa untuk membentuk kelompok; (2)
lah (1) menyuruh siswa untuk meng- menugasi siswa untuk memilih peristi-
amati gambar tunggal yang sudah dise- wa komunikasi yang ada dalam masya-
diakan; (2) mengajukan sejumlah perta- rakat yang akan diperankan; (3) menu-
nyaan kepada siswa berkaitan dengan gasi siswa untuk berbagi peran yang di-
isi gambar itu; (3) menyuruh siswa un- perlukan dalam peristiwa komunikasi
tuk menceritakan isi gambar itu dengan itu; dan (4) menugasi siswa untuk ber-
berpedoman pada sejumlah pertanyaan main peran sesuai dengan yang diren-
yang disediakan pada langkah 2; serta canakan.
(3) siswa lain dan atau guru mengada- Sebenarnya masih ada teknik yang
kan penilaian dengan menggunakan ru- dapat digunakan untuk menilai kema-
brik penilaian kemahiran berbicara. hiran berbicara, yaitu dengan memberi
Penilaian kemahiran berbicara de- tugas berpidato. Teknik ini dalam pe-
ngan tugas berinteraksi digunakan un- laksanaannya memerlukan waktu yang
tuk menilai kemahiran berbicara siswa cukup banyak sehingga kurang sesuai
tingkat menengah, yaitu siswa yang su- untuk menilai kemahiran berbicara se-
dah mempunyai keberanian cukup un- jumlah siswa sekaligus. Prosedur peni-
tuk berinteraksi. Dengan berpasangan, laiannya adalah (1) menugasi siswa un-
siswa ditugasi untuk saling mengisi in- tuk membuat persiapan pidato; (2) me-
formasi yang diperlukan pasangannya. nugasi siswa untuk berpidato sesuai de-
Prosedur penilaiannya adalah (1) me- ngan persiapan yang sudah dibuat; dan
nyuruh siswa untuk berpasangan; (2) (3) siswa yang lain dan atau guru meng-
menyuruh pasangan itu untuk berko- adakan penilaian dengan menggunakan
munikasi dan saling melengkapi demi rubrik penilaian kemahiran berbicara.
terjadinya proses komunikasi; serta (3) Berikut disajikan contoh rubrik pe-
siswa lain dan atau guru mengadakan nilaian kemahiran berbicara. Rubrik ini
penilaian dengan menggunakan rubrik dapat digunakan untuk menilai ber-
penilaian kemahiran berbicara. bagai kemahiran berbicara sebagaimana
dikemukakan di atas.

Penilaian Hasil Pembelajaran Kemahiran Berbahasa Indonesia


247

Tabel 1: Rubrik Penilaian Kemahiran Berbicara


No. Aspek Subaspek Kriteria Skor
1. Bahasa a. Ketepatan pelafalan a. Sangat tepat 4
b. Tepat 3
c. Kurang tepat 2
d. Tidak tepat 1
b. Kejelasan pelafalan a. Sangat jelas 4
b. Jelas 3
c. Kurang jelas 2
d. Tidak jelas 1
c. Pilihan kata a. Sangat tepat 4
b. Tepat 3
c. Kurang tepat 2
d. Tidak tepat 1
d. Struktur kalimat a. Sangat tepat 4
b. Tepat 3
c. Kurang tepat 2
d. Tidak tepat 1
e. Paraton a. Sangat tepat 4
b. Tepat 3
c. Kurang tepat 2
d. Tidak tepat 1

2. Isi a. Kelengkapan a. Sangat lengkap 4


b. Lengkap 3
c. Kurang lengkap 2
d. Tidak lengkap 1
b. Keruntutan a. Sangat runtut 4
b. Runtut 3
c. Kurang runtut 2
d. Tidak runtut 1
c. Kepaduan a. Sangat padu 4
b. Padu 3
c. Kurang padu 2
d. Tidak padu 1
3. Fisik a. Mimik a. Sangat tepat 4
b. Tepat 3
c. Kurang tepat 2
d. Tidak tepat 1
b. Gesture a. Sangat tepat 4
b. Tepat 3
c. Kurang tepat 2
d. Tidak tepat 1

4. Kelancaran a. Sangat lancar 4


b. Lancar 3
c. Kurang lancar 2
d. Tidak lancar 1

Jumlah skor yang diperoleh siswa


Nilai = ----------------------------------------------- x 100
Jumlah skor maksimal

Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2


248

Teknik dan Prosedur Penilaian Kema- baca harus dapat memahami isi teks
hiran Membaca yang dibacanya. Contoh membaca jenis
Kemahiran membaca dapat dipilah ini dapat dilihat pada saat pembaca be-
menjadi membaca indah, membaca pe- rita di station TV tertentu membacakan
mahaman, dan membaca cepat. Dalam berita.
artikel ini dipaparkan penilaian kema- Penilaian kemahiran membaca jenis
hiran membaca teknik dan kemahiran ini mudah. Teknik dan prosedur peni-
membaca pemahaman. Membaca teknik laian membaca jenis ini adalah (1) me-
dikenal juga dengan istilah membaca nyesediakan teks yang sesuai dengan
indah. Pembaca dikategorikan mahir tingkat siswa; (2) menyuruh siswa ter-
apabila dapat membaca bersuara de- tentu untuk membaca teks bacaan yang
ngan pelafalan, jeda, nada, dan intonasi telah disediakan; dan (3) siswa lain dan
yang tepat. Agar dapat membaca indah atau guru mengadakan penilaian de-
dengan benar sudah barang tentu pem- ngan rubrik penilaian berikut.

Tabel 2: Rubrik Penilaian Kemahiran Membaca Indah


No. Aspek Kriteria Skor
1. Ketepatan pelafalan a. Sangat tepat 4
b. Tepat 3
c. Kurang tepat 2
d. Tidak tepat 1
2. Kejelasan pelafalan a. Sangat jelas 4
b. Jelas 3
c. Kurang jelas 2
d. Tidak jelas 1
3. Jeda a. Sangat tepat 4
b. Tepat 3
c. Kurang tepat 2
d. Tidak tepat 1
4. Nada a. Sangat tepat 4
b. Tepat 3
c. Kurang tepat 2
d. Tidak tepat 1
5. Intonasi a. Sangat tepat 4
b. Tepat 3
c. Kurang tepat 2
d. Tidak tepat 1
6. Kelancaran a. Sangat lancar 4
b. Lancar 3
c. Kurang lancar 2
d. Tidak lancar 1

Jumlah skor yang diperoleh siswa


Nilai = -------------------------------------------------- x 100
Jumlah skor maksimal

Penilaian Hasil Pembelajaran Kemahiran Berbahasa Indonesia


249

Berkaitan dengan penilaian kema- Teknik dan prosedur penilaian de-


hiran membaca pemahaman, Weir ngan dengan cloze test, dengan selective
(1990) menyatakan ada tujuh teknik deletion gap filling, dengan C-test, dan
yang dapat digunakan dalam penilaian dengan cloze elide juga hampir sama.
kemahiran membaca pemahaman. Ke- Pada tahap persiapan, guru memilih
tujuh teknik itu adalah (1) dengan tes teks yang sesuai dengan tingkat kema-
pilihan ganda (multiple-choice questions); hiran siswa. Dari teks tersebut diko-
(2) dengan tes jawaban singkat (short songkan setiap kata ke-n untuk cloze
answer questions); (3) dengan cloze test; test, setiap kata jenis tertentu ke-n untuk
(4) dengan selective deletion gap filling; (5) selective gap filling, paroh kata ke-n un-
dengan C-test; (6) dengan cloze elide; dan tuk C-tes, dan menyisipkan pilihan kata
(7) dengan transfer informasi (informat- tertentu pada kata ke-n untuk cloze elide.
ion transfer). Selanjutnya, soal tersebut diujicobakan
Teknik dan prosedur penilaian ke- dan digandakan. Pada tahap pelaksa-
mahiran membaca pemahaman dengan naan, teknik dan prosedur pelaksana-
tes pilihan ganda dan jawaban singkat annya adalah (1) menugasi siswa untuk
pada dasarnya hampir sama. Yang membaca teks; (2) menugasi siswa un-
membedakan adalah bentuk soal yang tuk mengisi bagian teks yang rumpang
disertakan pada teks bacaan yang di- atau memilih isian yang tepat; (3) me-
gunakan sebagai bahan penilaian, yaitu ngoreksi jawaban siswa; dan (4) meng-
dapat digunakan soal berbentuk pilihan adakan penilaian. Jumlah jawaban yang
ganda dan dapat digunakan soal ber- benar mencerminkan tingkat pemaham-
bentuk isian singkat. Teknik dan prose- an siswa terhadap teks tersebut.
dur penilaiannya dapat dipilah menjadi Teknik dan prosedur penilaian ke-
dua tahap, yaitu tahap persiapan dan mahiran membaca pemahaman dengan
tahap pelaksanaan. Pada tahap persiap- transfer informasi juga dilakukan pada
an, teknik dan dan prosedurnya meli- dua tahapan. Pada saat persiapan, guru
puti (1) menyediakan teks bacaan yang memilih teks yang sesuai dengan ting-
sesuai dengan kemampuan siswa; (2) kat kemahiran siswa. Pada tahap pelak-
melengkapi teks bacaan tersebut de- sanaan, teknik dan prosedur pelaksa-
ngan sejumlah soal pilihan ganda atau naannya adalah (1) menugasi siswa un-
isian singkat; (3) kalau diperlukan me- tuk membaca teks yang telah disedia-
ngujicobakan soal; dan (4) mengganda- kan; (2) menugasi siswa untuk meng-
kan soal. Pada saat penilaian, teknik ungkapkan kembali isi teks yang baru
dan prosedurnya meliputi (1) menyu- dibacanya ke dalam bentuk tulis (me-
ruh siswa untuk membaca dan men- ngarang) atau dalam bentuk lisan (ber-
jawab sejumlah pertanyaan yang telah bicara); (3) mengoreksi jawaban siswa;
disediakan; (2) mengoreksi lembar ja- dan (4) mengadakan penilaian. Karena
waban siswa; dan (3) mengadakan pe- yang menjadi fokus penilaian di sini
nilaian. adalah tingkat pemahaman siswa terha-
dap teks yang dibacanya, maka yang

Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2


250

dinilai adalah kesesuaian isi karangan adalah mengedit teks tersebut dengan
siswa (bukan penggunaan ejaan, tanda membetulkan bagian-bagian teks yang
baca, dan lain-lain) atau kesesuaian isi salah sehingga teks tersebut menjadi se-
bicara siswa (bukan pelafalan, jeda, dan buah teks yang benar.
lain-lain) dengan teks yang baru diba- Penilaian kemahiran menulis yang
canya. dilakukan dengan teknik menulis lang-
sung dilakukan dengan tugas menulis
Teknik dan Prosedur Penilaian Kema- bebas (essay test) dan menulis terbim-
hiran Menulis bing (controlled writing taks). Teknik ini
Kemahiran menulis adalah kema- disebut teknik menulis langsung karena
hiran menuangkan atau menyampaikan teks yang dihasilkan benar-benar ditulis
ide, gagasan, perasaan kepada orang langsung oleh siswa. Siswalah yang
lain dengan menggunakan bahasa tulis. membuat judul, mengembangkan para-
Kemahiran menulis adalah kemahiran graf, menyusun kalimat, memilih kata,
berbahasa yang bersifat aktif produktif menggunakan ejaan, dan menggunakan
tulis. Berbeda dengan kemahiran ber- tanda baca. Dalam tugas menulis bebas,
bahasa yang bersifat aktif produktif li- siswa diberi keleluasaan untuk memilih
san, dalam kemahiran menulis tersedia topik, judul karangan, panjang karang-
waktu yang cukup untuk memperbaiki an, dan sebagainya, sedangkan dalam
kesalahan berbahasa dengan cara me- tugas menulis terbimbing siswa dibatasi
ngoreksi kesalahan yang ada dalam pada, misalnya, topik tertentu, jumlah
teks tulis yang baru dibuatnya. Berkait- paragraf, panjang karangan, dan seba-
an dengan ini, Weir (1990) menyatakan gainya.
bahwa penilaian kemahiran menulis Dalam menilai karangan siswa da-
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pat dilakukan dengan dua pendekatan,
(1) dengan tugas menulis tidak lang- yaitu analitik dan holistik. Penilaian se-
sung; dan (2) dengan tugas menulis cara analitik dilakukan dengan mem-
langsung. beri tanda pada setiap aspek kemahiran
Teknik penilaian kemahiran menu- mengarang, mengelompokkannya, dan
lis dengan tugas menulis tidak lang- selanjutnya memberi skor dan nilai ber-
sung dilakukan dengan tugas mengedit dasarkan aspek-aspek yang memba-
teks bacaan yang beberapa bagiannya ngun kemahiran mengarang itu, sedang-
disengaja salah. Kesalahan yang dimak- kan penilaian secara holistik dilakukan
sud dapat berupa kesalahan pengguna- dengan membaca secara utuh karangan
an ejaan, kesalahan penggunaan tanda itu dan secara impresif penilai dapat
baca, kesalahan pilihan kata, kesalahan memberikan keputusan berapa skor
struktur frasa, kesalahan struktur kali- dan nilai karangan itu. Apabila pe-
mat, dan sebagainya. Disebut tugas me- nilaian dilakukan secara analitik, dapat
nulis tidak langsung karena teks bacaan digunakan rubrik penilaian kemahiran
itu sudah disediakan oleh penyusun menulis berikut.
soal, bukan oleh siswa. Tugas siswa

Penilaian Hasil Pembelajaran Kemahiran Berbahasa Indonesia


251

Tabel 3. Rubrik Penilaian Kemahiran Menulis


No. Aspek Subaspek Kriteria Skor
1. Bahasa a. Rumusan judul a. Sangat tepat 4
b. Tepat 3
c. Kurang tepat 2
d. Tidak tepat 1
b. Penggunaan ejaan a. Sangat tepat 4
b. Tepat 3
c. Kurang tepat 2
d. Tidak tepat 1
c. Penggunaan tanda baca a. Sangat tepat 4
b. Tepat 3
c. Kurang tepat 2
d. Tidak tepat 1
d. Pilihan kata a. Sangat tepat 4
b. Tepat 3
c. Kurang tepat 2
d. Tidak tepat 1
e. Struktur kalimat a. Sangat tepat 4
b. Tepat 3
c. Kurang tepat 2
d. Tidak tepat 1
f. Paragraf a. Sangat tepat 4
b. Tepat 3
c. Kurang tepat 2
d. Tidak tepat 1
2. Isi a. Kelengkapan a. Sangat lengkap 4
b. Lengkap 3
c. Kurang lengkap 2
d. Tidak lengkap 1
b. Keruntutan a. Sangat runtut 4
b. Runtut 3
c. Kurang runtut 2
d. Tidak runtut 1
c. Kepaduan a. Sangat padu 4
b. Padu 3
c. Kurang padu 2
d. Tidak padu 1

Jumlah skor yang diperoleh siswa


Nilai = ------------------------------------------------- x 100
Jumlah skor maksimal

Contoh Soal Menulis dengan Pende- munikatif, penilaian kemahiran berbaha-


katan Komunikatif sa itu tidak sama sekali meninggalkan
Sebagaimana dikemukakan dalam penilaian terhadap kompetensi bahasa
uraian filosofi penilaian hasil pembe- siswa. Menurut Canale dan Swain
lajaran kemahiran berbahasa Indonesia (1980), kompetensi bahasa itu menca-
dengan menggunakan pendekatan ko- kup juga kompetensi gramatikal, yaitu

Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2


252

pengetahuan tentang kaidah tata baha- kan kemampuan siswa dalam berbaha-
sa. Selanjutnya, Canale mengembang- sa. Soal ini disusun tidak menggunakan
kan teorinya tentang kompetensi komu- pendekatan komunikatif.
nikatif yang mencakup pula kompeten-
si linguistik (Allison, 1999). Persoalan- Soal Kemampuan Menulis
nya adalah bagaimana butir soal yang (1) Festival bertajuk Banteng Nuswantara
mengukur kemampuan bahasa, tetapi itu cukup menyedot puluhan ribu pe-
dirancang tetap menggunakan pende- nonton.
katan komunikatif. Berikut disajikan (2) Salah satunya dengan menggelar per-
contoh yang digunakan untuk meng- tunjukkan kesenian tradisional banteng-
ukur pengetahuan tentang bahasa Indo- an.
nesia dengan pendekatan komunikatif. (3) Mereka sangat penasaran ingin melihat
penampilan 110 bantengan itu.
Soal Kemampuan Memahami Imbuhan (4) Beragam program dilakukan di kota
Orang itu mendapatkan penghargaan Batu untuk menunjang promosi pari-
sebagai novelis terbaik. Kalimat berikut wisata.
yang sama maknanya dengan kalimat Keempat kalimat tersebut dapat di-
ini adalah … susun menjadi paragraf yang baik de-
A. Orang itu mendapatkan penghargaan ngan urutan ….
sebagai penjual novel terbaik. A. (1), (3), (2), (4)
B. Orang itu mendapatkan penghargaan B. (3), (1), (2), (4)
sebagai penyimpan novel terbaik. C. (4), (3), (1), (2)
C. Orang itu mendapatkan penghargaan D. (4), (2), (1), (3)
sebagai penulis novel terbaik. Jawaban: D
D. Orang itu mendapatkan penghargaan
sebagai perawat novel terbaik. PENUTUP
Jawaban: C Penilaian hasil pembelajaran kema-
Soal ini tidak mengukur penguasa- hiran berbahasa Indonesia sudah seha-
an teori tentang bahasa, tetapi meng- rusnya dilakukan dengan mengguna-
ukur kemampuan siswa dalam berba- kan pendekatan komunikatif. Hal ini se-
hasa. Bandingkan dengan soal berikut! jalan dengan penggunaan pendekatan
Orang itu mendapatkan pengharga- komunikatif dalam pembelajaran baha-
an sebagai novelis terbaik. Arti imbuh- sa Indonesia. Agar pembelajaran bahasa
an -is dalam kata novelis adalah …. Indonesia berhasil dengan baik, guru
A. penjual harus mampu membuat rencana peren-
B. penyimpan canaan pembelajaran (RPP), melaksana-
C. penulis kan pembelajaran sesuai dengan RPP
D. perawat itu, serta mampu mengevaluasi hasil
Jawaban: C pembelajaran kemahiran berbahasa In-
Soal ini mengukur penguasaan sis- donesia secara konsisten dengan pen-
wa tentang teori bahasa, yaitu pengua- dekatan yang sama, yaitu pendekatan
saan siswa tentang arti imbuhan –is, bu- komunikatif.

Penilaian Hasil Pembelajaran Kemahiran Berbahasa Indonesia


253

Uraian pendahuluan, filosofi, berba- Canale, M. 1983. “On some Dimensions


gai teknik dan prosedur penilaian, con- of Language Proficiency”. in
toh rubrik, serta contoh soal dalam arti- Oller, J.W. (ed.). 1983: Issues in
kel ini disusun agar dapat digunakan Language Testing Research: 333-
oleh pemerhati dan atau guru bahasa 342. Rowley, M.A: Newbury
Indonesia sebagai rujukan dalam kajian House.
teoretis maupun kepentingan praktis
pembelajaran bahasa Indonesia. Uraian Carroll, B.J. 1980. Testing Communicative
tersebut tidak diacukan secara khusus Performance. Oxford: Pergamon.
pada tingkat satuan pendidikan (SD,
SMP, SMA, atau SMK) dengan harapan Departemen Pendidikan dan Kebuda-
kita semua berpikir tentang teknik dan yaan. 1994. Kurikulum 1994 Mata
prosedur mana yang paling cocok un- Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta:
tuk setiap satuan tingkat pendidikan Pusat Kurikulum Depdikbud.
itu.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004.
UCAPAN TERIMA KASIH Kurikulum 2004: Standar Kompe-
Terima kasih saya ucapkan kepada tensi. Jakarta: Pusat Kurikulum,
Dewan Redaksi Jurnal Cakrawala Pendi- Balibang Depdiknas.
dikan yang telah memberi saran yang
berharga bagi perbaikan artikel ini. Djiwandono, M. Soenardi. 2008.Tes Ba-
Terima kasih juga saya ucapkan kepada hasa: Pegangan bagi Pengajar Ba-
staf Jurnal Cakrawala Pendidikan Univer- hasa. Jakarta: PT Indeks.
sitas Negeri Yogyakarta.
Hymes, D.H. 1972. “On Communicative
Competence”. in Pride, J.B. and
DAFTAR PUSTAKA
Holmes, J. (eds.). Sociolinguistics:
Allison, Desmond. 1999. Language Test- Selected Reading: 269-93.
ing & Evaluation: An Introductory
Course. Singapore: Singapore Uni- Muslich, Masnur. 2008. KTSP: Pembe-
versity Press. lajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual. Jakarta: PT Bumi
Bachman, L.F. 1990. Fundamental Consi- Aksara.
derations in Testing. Oxford: Ox-
ford University Press. Morrow, K.E. 1979. Communicative Langu-
age Testing: Revolution or Evolut-
Canale, M. dan Swain, M. 1980. “Theo- ion. in Brumfit, M. (ed.), 1986:1-
retical Basis of Communicative 13.
Approaches to Second Language
Teaching and Testing”. Aplied Valette, R.M. 1967. Modern Language
Linguistics, I: 1-47. Testing. New York: Harcourt,
Brace, and World.

Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2


254

Weir, Cyril J. 1990. Communicative


Language Testing. New York:
Prentice Hall.

Widdowson, H.G. 1978. Teaching Langu-


age as Communication. Oxford:
Oxford University Press.

______. 1983. Learning Purpose and


Language Use. Oxford: Oxford
University Press.

Penilaian Hasil Pembelajaran Kemahiran Berbahasa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai