A. PENGERTIAN
Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga leiomioma,
fibromioma, atau fibroid.
C. PATOFISIOLOGI
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding
miometrium normal. Teori cell nest atau teori genitoblat membuktikan dengan
pemberian estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal
dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang tersusun
seperti konde diliputi pseudokapsul. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada
nulipara, faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder pada mioma
uteri sebagian besar bersifaf degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke
mioma uteri. Menurut letaknya, mioma terdiri dari mioma submukosum,
intramular dan subserosum.
1
Pathways: Penyebab: belum diketahui
- Nyeri - Infertilitas
Resiko tinggi - Perdarahan abnormal (menometroragia)
kekurangan cairan - Abortus spontan, gejala dan tanda
penekanan seperti retensio urine,
hidronefrosis.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG abdominal dan transvaginal
2
2. Laparaskopi.
F. PENGKAJIAN SEKUNDER
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan mioma uteri adalah dengan tindakan pembedahan yaitu
miomektomi dan atau histerektomi.
3
1. Pengkajian Fokus
a. Identitas pasien dan identitas penanggung jawab
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak
sekitar perut. Tidak nafsu makan, mual, muntah dan diare. Badan panas
hanya 1 hari pertama sakit.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal sebelumnya,
atau gejala-gejala tumor wilms.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada riwayat keluarga klien pernah mengidap kanker atau
tumor sebelumnya.
c. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan TTV pada klien, melakukan pemeriksaan
secara head to toe yang harus diperhatikan adalah palpasi abdomen
yang cermat dan pengukuran tekanan darah pada klien. Tumor dapat
memproduksi rennin atau menyebabkan kompresi vaskuler sehingga
mengakibatkan hipertensi pada anak.
d. Pemeriksaan kebutuhan Fisik dan Psikososial
1. Pola Nutrisi dan Metabolik.
Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium
dan air,edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah
mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya
mual,muntah,dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak
adekuat. BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat
terjadi karena uremia.
2. Pola Eliminasi.
4
Eliminasi urine : gangguan pada glomerulus menyebabkan sisa-sisa
metabolisme tidak dapat di ekskresi dan terjadi penyerapan kembali air
dan natrium pada tubulus ginjal yang tidak mengalami gangguan yang
menyebabkan oliguri, anuria, proteinuria, dan hematuria.
3. Pola Aktivitas dan latihan.
Pada klien dengan kelemahan malaise,kelemahan otot dan kehilangan
tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan,klien perlu istirahat
karena adanya kelainan jantung dan tekanan darah mutlak selama 2
minggu dan mobilisasi duduk di mulai bila tekanan darah udah normal
selama satu minggu. Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat
retraksi dada,penggunaan otot bantu napas, teraba massa, auskultasi
terdengar rales, dispnea, ortopnea, dan pasien terlihat lemah ( kelebihan
beban sirkulasi sehingga menyebabkan pembesaran jantung ), anemia, dan
hipertensi yang di sebabkan oleh spasme pembuluh darah.
4. Pola Tidur dan Istirahat.
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena
adanya uremi, keletihan, kelemahan malaise, keemahan otot dan
kehilangan tonus.
5. Pola Kognitif dan Perseptual.
Penigkatan ureum darah menyebabkan kuit bersisik kasar dan gatal-
gatal karena adanya uremia. Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila
terjadi ensefalopati hipertensi.
6. Persepsi Diri
Klien dan orang tuanya cemas dan takut karena adanya warna urine
yang berwarna merah, adanya edema, serta perawatan yang lama.
e. Pemeriksaan Penunjang
5
1. Foto thoraks (Rontgen)
Merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya
metastasis ke paru-paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk
pasien dengan tumor Wilms bilateral atau termasuk horseshoe kidney.
2. Ultrasonografi
Merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat membedakan
tumor solid dengan tumor yang mengandung cairan. Dengan pemeriksaan
USG, tumor Wilms nampak sebagai tumor padat di daerah ginjal. USG
juga dapat digunakan sebagai pemandu pada biopsi. Pada potongan sagital
USG bagian ginjal yang terdapat tumor akan tampak mengalami
pembesaran, lebih predominan digambarkan sebagai massa hiperechoic
dan menampakkan area yang echotekstur heterogenus.
3. CT-Scan
Memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor Wilms.
Ini meliputi konfirmasi mengenai asal tumor intrarenal yang biasanya
menyingkirkan neuroblastoma; deteksi massa multipel; penentuan
perluasan tumor, termasuk keterlibatan pembuluh darah besar dan evaluasi
dari ginjal yang lain. CT scan memperlihatkan massa heterogenus di ginjal
kiri danmetastasis hepar multiple. CT scan dengan level yang lebih tinggi
lagi menunjukkan metastasishepar multipel dengan thrombus tumor di
dalam vena porta.
4. Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yangmenunjang
untuk tumor Wilms adalah kadar lactic dehydro genase (LDH) meninggi
dan Vinyl mandelic acid (VMA) dalam batas normal. Urinalisis juga dapat
menunjukkan bukti hematuria, LED meningkat, dan anemia dapat juga
terjadi, terlebih pada pasien dengan perdarahan subkapsuler. Pasien
dengan metastasis di hepar dapat menunjukkan abnormalitas pada analisa
serum.
2. Diagnosa Keperawatan
6
1.Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (Mioma) dan agen injuri
fisik (jika dilakukan terapi pembedahan).
2.Cemas berhubungan dngan krisis situasional (Miemoktomi
salprgetomi), ancaman terhadap konsep diri, perubahan dalam status
kesehatan, stres
3. Resiko infeksi dengan faktor resiko ketidak adekuatan pertahanan
sekunder, ketidak adekuatan pertahanan imun tubuh, imunosupresi
(Pembedahan miomaktomi), dan prosedur invasif
7
NIC Manajemen nyeri
- Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi' lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan
faktor-faktor pencetus
-Observasi isyarat-isyarat verbal dan non verbal dari ketidaknyamanan,
meliputi ekspres iwajah, pola tidur, nasfu makan, aktitas dan hubungan sosial.
-Kolaborasi pemberian analgetik sesuai dengan anjuran. Pemberian analgetik
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : prinsip pemberian obat 9 benar
(benar nama, benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu pemberian, dan
benar dokumentasi)
- gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri
- Kaji pengalaman masa lalu individu tentang nyeri
-evaluasi tentang keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan
- Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga
-Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab, berapa
l a m a t e r j a d i d a n t i n d a k a n pencegahan
- Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (seperti' relaksasi, guided
imagery, terapimusik, dan distraksi)
- Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon pasien
- Anjurkan klien untuk meningkatkan tidur dan istirahat
- Anjurkan klien untuk melaporkan kepada tenaga kesehatan jika tindakan tidak
berhasil atau terjadi keluhan lain
8
- Klien mampu menurunkan penyebab penyebab kecemasan
- perawat dan keluarga dapat menurunkan stimulus lingkungan ketika pasien
cemas
- klien mampu mencari informasi tentang hal -hal yang dapat dilakukan
untuk menurunkan kecemasan
- Klien manpu menggunakan strategi koping yang efektif
- klien melaporkan kepada pera!at penurunan kecemasan
- klien mampu menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas
- klien mampu mempertahankan hubungan sosial, dan konsentrasi
- klien melaporkan kepada perawat tidur cukup, tidak ada keluhan fisik
akibat kecemasan,dan tidak ada perilaku yang menunjukkan kecemasan
9
3. Resiko infeksi dengan faktor resiko ketidak adekuatan pertahanan
sekunder, ketidak adekuatan pertahanan imun tubuh, imunosupresi
(Pembedahan miomaktomi), dan prosedur invasif
10
DAFTAR PUSTAKA
Kapita Selekta Kedokteran, 2013, Editor: Arif Mansjoer dkk, Edisi 3, Jilid 1,.
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Ilmu Kandungan, 2011, Editor : Hanifa Wiknjosastro dkk, Edisi II, Cetakan 3,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
11