LAPORAN TUTORIAL CLUSTER TYPE HEADACHE.d
LAPORAN TUTORIAL CLUSTER TYPE HEADACHE.d
BAB 1
PENDAHULUAN
1. PEMICU
Laki-laki usia 40 tahun mengeluh nyeri kepala yang hebat terutama pada malam hari,
nyeri berlangsung sekitar 30 menit setiap serangan dan dalam sehari dapat terjadi 4 kali
serangan. Nyeri dirasakan sekitar mata kanan sampai ke pelipis disertai keluarnya air
mata dan ingus. Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah 120/80mmHg, nadi
78x/menit, RR 20x/menit, pemeriksaan neurologis dalam batas normal.
2. UNFAMILIAR TERMS
-
3. MASALAH
a. Nyeri kepala hebat di sekitar mata kanan sampai pelipis
b. Nyeri episodik terutama di malam hari
4. ANALISIS MASALAH
Nyeri kepala
5. HIPOTESA
a. Neuralgia
b. Vertigo
c. Migrain
d. Cluster Headache
e. Tumor
6. LEARNING ISSUE
6.1. Anatomi Kranium
6.2. Fisiologi Sistem Saraf Perifer dan Jaras Nyeri
6.3. Diagnosis Banding Nyeri Kepala
6.4. Patofisiologi Kasus
6.5. Klasifikasi Nyeri Kepala menurut IHS
6.6. Penegakan Diagnosa
6.7. Penatalaksanaan
6.8. Komplikasi dan Prognosis
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Anatomi Kranium
1. Anatomi Cranium
Adalah skeleton kepala suatu rangkaian tulang
yang terbentuk atas 2 bagian :
a. Neurocranium
b. Viscerocranium
Anatomi Neurocranium
Membentuk bagian anterior cranium dan terdiri dari tulang-tulang yang mengelilingi mulut
(rahang atas dan rahang bawah), rongga hidung, dan sebagian besar orbita (rongga mata)
2. Persarafan Cranialis
Adalah berkas serat sensorik ataau motoric yang menginversi otot-otot atau kelenjar;
membawa impuls dari reseptor sensorik atau memperlihatkan kombinasi jenis-jenis saraf
tersebut. Berkas ini disebut Nervi cranialis karna keluar melalui foramina atau fissure dalam
cranium dan dilapisi oleh selubung tubular yang berasal dari meninges cranial.
a. Nervus Olfaktorius ( CN I )
Fungsi sensorik khusus (aferen visceral khusus) yaitu sensasi khusus penghidu.
Sarafnya berasal dari bulbus olfaktorius dalam fossa cranii anterior yang bersinaps dengan
neuron di bulbus, dan processus neuron tersebut mengikuti tractus olfactorius ke area primer dan
area terkait korteks cerebri.
Saraf ini memiliki serat sensorik yang berasal dari sel-sel ganglion dalam retina. Serat-serat saraf
tersebut keluar dari orbita melalui canalis opticus; serat-serat dari separuh nasal retina menyilang
sisi kontralateral pada chiasma opticum. Serat-serat kemudian berjalan melalui tractus opticus ke
corpus geniculatum thalami; disini bersinaps pada neuron-neuron yang processusnya membentuk
radiasi optic ke korteks visual primer lobus occipitalis.
Saraf-saraf tersebut berasal dari batang otak, yang keluar di medial pedunculus cerebri, dan
berjalan pada dinding lateral sinus cavernosus. Saraf-saraf tersebut masuk orbita melalui fissure
orbitalis superior dan terbagi menjadi ramus superior dan inferior.
Saraf-saraf keluar dari aspek posterior batang otak. Saraf-saraf memiliki perjalanan panjang
dalam cranium, berjalan di sekitar batang otak untuk masuk dura mater pada pinggir bebeas
tentorium cerebelii dekat dengan processus clinoideus posterior. Saraf berjalan pada dinding
lateral sinus cavernosus, yang masukorbita melalui fissure orbitalis superior.
Saraf nervus V berasal dari permukaan lateral pons melalui 2 akar : motoric dan sensorik. Akar-
akar tersebut masuk cavum trigeminale dura di lateral corpus sinus ossis sphenoidalis dan sinus
cavernosus. Akar sensorik mengarah ke ganglion trigeminale; akar motoric berjalan sejajar
dengan akar sensorik, kemudian memintas ganglion dan menjadi bagian nervus mandibularis .
Saraf berasal dari pons, menembus dura pada clivus, menyilang sinus cavernosus dan fissure
orbitalis superior dan masuk orbita.
Saraf nervus VII berasal dari batas posterior pons dan berjalan melalui meatus acusticus internus
dan canalis facialis pada pars petrosa ossis temporalis. Nervus VII keluar melalui foramen
stylomastoideum; truncus utamanya membentuk plexus intraparotideus.
Serat saraf berasal darii sulcus di antara pons dan medulla. Saraf tersebut berjalan melalui
acusticus internus dan terbagi menjadi N. cochlearis dan vestibularis.
Saraf-saraf tersbut berasal dari ujung rostral medulla dan keluar dari cranium melalui foramina
jugulare. Saraf-saraf itu berjalan diantara M. constrictor superior dan M. constrictor media
pharynges ke sinus tonsillaris dan memasuki sepertiga posterior lidah.
Saraf-saraf tersebut berasal dari 8-10 fila radicularia dari sisi lateral medulla batang otak. Saraf-
saraf tersbut masuk mediastinum superior di posterior articulation sternoclavicularis dan V.
brachiocephalicus. Saraf-sraf menjadi N recurrens dextra dan sinistra, dan kemudian dari
ples\xus oesophagus, terbentuk kembali sebagai truncus vagalis anterior dan posterior yang
berlanjut dalam abdomen.
Saraf-saraf berasal dari sisi medulla spinalis pada 5 atau 6 segmen cervicalis superior. Saraf-saraf
naik ke dalam cavitas cranii melalui foramen magnum dan keluar melalui foramen jugulare, yang
menyilang region cervicalis lateral.
Saraf tersebut keluar melalui beberapa fila radicularia diantara pyramid dan olive medulla. Saraf
berjalan melalui canalis hypoglossus dan berlari ke inferior dan anterior, yang berjalan disebelah
medial angulus mandibulae dan diantara M. myohyoideus dan M. Hypoglossus untuk mencapai
otot-otot lidah.
Rasa nyeri merupakan mekanisme oerlindungan. Rasa nyeri timbul bila ada kerusakan
jaringan, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan stimulus
nyeri.
Rassa nyeri dapa dibagi menjadi dua jenis utama : rasa nyeri cepat dan rasa nyeri
lambat.bila diberikan stimulus, rassa nyeri cepat timbul dalam waktu kira-kira 0,1 detik,
sedangkan rasa nyeri lambat timbul setelah 1 detik atau lebih dan kemudian secara perlahan akan
bertambah selama beberapa detik dan kadangkala bahkan dalam beberapa menit.
Rasa nyeri cepat juga digambarkan dengan banyak nama pengganti, seperti rasa nyeri tajam,
rasa nyeri tertusuk, rasa nyeri akut, dan rasa nyeri tersetrum. Jenis rasa nyeri ini akan terasa bila
sebuah jarum ditusukkan ke dalam kulit, bila kulot tersayat pisau, atau bila kulit terbakar seara
akut. Rasa nyeri ini juga akan terasa bila subjek mendapat setruman listrik. Rasa nyeri cepat-
tajam tak akan terasa disebagian besar jaringan dalam dari tubuh.
Rasa nyeri lambat juga mempunyai banyak nama, seperti rasa nyeri terbakar lambat, nyeri
pegal, nyeri berdenyut-denyut, nyeri mual, dan nyeri kronik. Jenis rasa nyeri ini biasanya
dikaitkann dengan kerusakan jaringan. Rasa nyeri ini dapat berlangsung lama, menyakitkan dan
dapat menjaddi penderitaan yang tak tertahankan. Rasa nyeri ini dapat terasa dikulit dan hampir
semua jarngan dalam atu organ.
Jaras Rangkap Dua untuk Penajalaran Sinyal Nyeri ke Dalam Sistem Saraf Pusat
Sekalipun semua reseptor nyeri merupakan ujung serabut saraf bebas, dalam menjalarkan
sinyal rasa nyeri kesistem saraf pusat ujung-ujung serabut ini menggunakan dua jaras yang
terpisah. Kedua jaras ini terutama berhubungan dengan kedua tipe rasa nyeri, jaras nyeri tajam-
cepat dan jaras nyeri lambat-kronik
Traktus Neospinotalamikus untuk Rasa Nyeri Cepat. Serabut rasa nyeri cepat tipe Aδ
terutama dilalui oleh rasa nyeri mekanik dan nyeri suhu akut. Serabut ini berakhir pada lamina I
(lamina marginalis) pada kornu dorsalis, dan disini merangsang neuron pengantar kedua dari
traktusneospinotalamikus. Neuron ini akan mengirimkan sinyal keserabut panjang yang terletak
didekat sisi lain medula spinalis dalam komisura anterior dan selanjutnya berbelok naik keotak
dalam kolumna anterolateralis.
serabut nyeri tipe C lambat-kronik perifer, walaupun jaras inimenjalarkan beberapa sinyal dari
serabut Aδ juga. Dalam jaras ini, serabut-serabut perifer berakhir didalam medula spinalis
hampir seluruhnya dilamina II dan III kornu dorsalis, yang bersama-sama disebut substansia
gelatinosa.
Sebagian besar sinyal kemudian melewati satu atau lebih neuron serabut pendek tambahan
didalam kornu dorsalisnya sebelum terutama memasuki lamina V , juga di kornu dorsalis. Di
sini, neuron –neuron terakhir dalam rangkaian merangsang akson-akson panjang yang sebagian
besar menyambungkan serabut-serabut dari jaras nyeri cepat, yang mula-mula melewati
komisura anterior kesisi berlawanan dari medula spinalis, kemudian naik keotak dalam jaras
anterolateral.
3. Neuralgia Ditandai dengan • Sebagian besar Pada 90% 1. Rasa nyeri yang tajam, Pada pemeriksaan fisik
Trigemin serangan nyeri kasus Trigeminal pasien, mula menusuk, seperti neurologi dapat
us paroksismal yang neuralgia timbulnya tersengat listrik didaerah ditemukan sewaktu terjadi
tajam menyengat merupakan kasus pada usia di hidung dan pipi sebelah serangan, penderita
atau menyetrum, yang klasik atas 40 kiri. tampak menderita
berlangsung (idiopatik) dan tahun dan 2. Serangan nyeri lebih sedangkan diluar serangan
singkat (detik sebanyak 15% wanita lebih dari 100 kali dalam tampak normal. Membuka
atau menit), pasien yang sering sehari. Serangan nyeri mulut dan deviasi dagu
unilateral pada mengalami tipe terkena kebanyakan terjadi untuk menilai fungsi otot
daerah distribusi simptomatik. daripada selama 20 detik sampai 2 masseter (otot pengunyah)
nervus V • Pada Trigeminal pria. menit. dan fungsi otot
(trigeminus). neuralgia, 3. Terkadang rasa nyeri pterygoideus.Pada
etiologinya tidak mengalami periode remisi neuralgia trigeminal biasa
diketahui dengan atau tidak hadir sama didapatkan sensibilitas
pasti (idiopatik). sekali. yang terganggu pada
• Beberapa teori 4. Rasa nyerinya sangat daerah wajah.
menyebutkan kuat sehingga saya Pemeriksaan penunjang
Trigeminal merasa ingin mati. hanya tambahan.
neuralgia terjadi 5. Faktor pemicu
akibat adanya timbulnya nyeri biasanya
kompresi seperti makan,
vaskular pada menggosok gigi,
saraf berbicara, tetapi rasa
menyebabkan nyeri bisa terjadi secara
kerusakan saraf tiba-tiba. 6. Rasa nyeri
trigeminal. dapat membuat saya
dehidrasi dan mengalami
penurunan berat badan.
4. Nyeri adalah 1.Faktor psikis maupun Jika • Nyeri dapat • Anamnesis
Kepala manifestasi dari fakor fisik. Secara psikis, berdasarkan ringan hingga yang
Tegang reaksi tubuh nyeri kepala ini dapat timbul jenis sedang menunjukkan
terhadap stress, akibat reaksi tubuh terhadap kelamin, maupun berat adanya faktor
kecemasan, stress, kecemasan, depresi nyeri kepala • Tumpul, psikis sebagai
depresi, konflik maupun konflik emosional. ini lebih seperti ditekan latar belakang
emosional, 2. Tidur yang kurang, sering atau diikat, nyeri kepala
kelelahan. Nyeri kesalahan dalam posisi tidur terjadi pada tidak ini semakin
kepala berulang dan kelelahan juga dapat perempuan berdenyut mengarahkan
yang berlansung menyebabkan nyeri kepala dibandingka • Menyeluruh ke jenis nyeri
dalam menit tegang otot ini. n laki-laki atau difus ( kepala tegang
hingga hari, 3.Kegiatan-kegiatan yang dengan tidak hanya otot.
dengan sifat nyeri membutuhkan peningkatan perbandinga pada satu titik • Dapat
yang biasanya fungsi mata dalam jangka n 3:1. atau satu sisi ) didiagnosis
berupa rasa waktu lama misalnya Semua usia • Nyeri lebih melalui
tertekan atau membaca dapat pula dapat hebat pada deskripsi
diikat dan gejala menimbulkan nyeri kepala terkena, daerah kulit penyakit oleh
penyerta tidak jenis ini. namun kepala, pasien
menonjol. sebagian oksipital dan • Tidak ada uji
besar pasien belakang leher spesifik untuk
adalah • Terjadinya mendiagnosis
orang secara spontan • Biasanya tidak
dewasa • Memburuk memerlukan
muda yang atau pemeriksaan
berumur dicetuskan darah, rontgen,
berkisar oleh stress, CT-scan
4. Patofisiologi Kasus
Tekanan Aktivasi
Traksi SistemTrigeminal
Displacement Vaskular
Proses kimiawi
Inflamasi
Vasodilatasi
serebral (a. Serebri
Nyeri di Nyeri di oksipital, media)
frontotemporal suboksipital, dan
dan parietal servikal atas
anterior Nyeri kepala
6. Penegakan Diagnosa
7. Penatalaksanaan
a. Terapi Farmakologi
Abortive agent digunakan untuk menghentikan atau mengurangi keparahan serangan akut
dari sakit kepala kluster, sedangkan Prophylactic agent digunakan untuk mengurangi frekuensi
dan intensitas dari eksaserbasi sakit kepala kluster itu sendiri.
Abortive agent
paling efektif terhadap sakit kepala kluster. Selain itu, nimodipin dan diltiazem, juga telah
dilaporkan efektif penggunaannya.
Lithium 600-900 mg/hari telah diusulkan sebagai pilihan karena sifat siklis sakit kepala
kluster, yang mirip dengan gangguan bipolar. Efektif mencegah sakit kepala kluster (terutama
dalam bentuk yang lebih kronis). Lithium merupakan agen lini pertama dianjurkan untuk sakit
kepala kluster. Pada minggu pertama obat ini telah secara efektif mengurangi intensitas dari
serangan.
Methysergide, meskipun tidak lagi tersedia di Amerika Serikat, obat ini sangat efektif
sebagai agen profilaksis terhadap episodik dan kronis sakit kepala kluster. Tidak boleh diberikan
terus menerus selama lebih dari 6 bulan.
Beberapa penelitian juga telah menemukan antikonvulsan (misalnya, topiramate dan divalproex)
efektif sebagai agen profilaksis sakit kepala kluster, meskipun mekanisme kerja masih belum
jelas.
Kortikosteroid sangat efektif dalam mengakhiri siklus CH dan mencegah kekambuhan
sakit kepala segera. Prednison dosis tinggi diresepkan untuk beberapa hari pertama, diikuti
dengan penurunan dosis secara bertahap.
Secara umum nyeri kepala tipe cluster akan berlangsung seumur hidup. Beberapa prognosis
meliputi serangan rekuren, remisi yang memanjang, dan kemungkinan transformasi tipe episodic
menjadi tipe kronis dan begitupula sebaliknya. Sebanyak 80% pasien-pasien dengan nyeri kepala
tipe cluster tipe episodic tetap berada dalam periode episodiknya. Pada 4-13% kasus, tipe
episodic berubah menjadi tipe kronis. Remisi spontan terjadi pada 12% dari pasien, khususnya
mereka dengan tipe episodic. Tipe kronis menetap pada 55% dari kasus.
Tidak terdapat laporan mortalitas yang berhubungan langung dengan nyeri kepala tipe cluster.
Namun demikian, pasien-pasien dengan nyeri kepala tipe cluster memiliki resiko menciderai diri
sendiri, melakukan upaya bunuh diri. Upaya bunuh diri telah dilaporkan pada kasus-kasus
dengan serangan yang hebat dan frekuen. Intensitas serangan pada nyeri kepala tipe cluster
sering kali menyebabkan pasien terganggu dalam menjalankan aktifitasnya.
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Anatomi berorientasi klinis edisi kelima Jilid 3. Keith L moore. Erlangga. 2013.
Jakarta.
2. Guyton, Arthur C. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Hall John E. Jakarta :
EGC, 2007. 625-628 p
3. Blanda Michelle. 2017. Cluster Headache Clinical Presentation, (online),
(http://emedicine.medscape.com, diakses 13 Januari 2017).
4. Rowland P. Lewis, Pedley A. Timothy. 2010. Merritt’s Neurology. Edisi ke-12.
Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. Halaman 956-957.
5. Lassen Lh, Hadersley PA, Jacobson VB, Inversen HK, Perling B, Olesen J. 2002.
CGRP may Play a Causative role in migraine. Cephalalgia; 22:54-61.
6. Bolay H, Moskowitz MA. 2002. Mechanism of pain modulation in chronic
syndromes. Neurology;59(suppl):S2-S7.