Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran yang dibina oleh
Bapak Dr. Burhanuddin, M.Ed, Ph.D
Oleh :
BIANCA ERRICO PUTRA S. (180311612628)
DIAN WAHYU ALFIANANDA (180311612571)
REFAH MAULIDIYAH (180311612604)
UMMI LATHIFAH (180311612658)
UMMY LATIFAH (180311612536)
VIA AGUSTINA (170341615085)
Tidak ada solusi sederhana untuk mengubah pendidikan dan tidak ada formula ajaib untuk
mengajar generasi muda. Mengajar adalah kerja keras. Keberhasilan dalam pengajaran
membutuhkan pemahaman tentang anak-anak, visi untuk masa depan mereka, dan strategi
untuk menghubungkan siswa dengan visi itu, diantaranya dengan cara menarik perhatian siswa
dengan pelajaran yang terkait dengan minat siswa,melibatkannya dalam kegiatan sehingga rasa
ingin tahu dan keaktifan siswa meningkat. Dan meningkatkan kemampuan bersosial. Kegiatan
belajar adalah kegiatan sosial. Siswa mampu mendapatkan nilai akademis yang baik ketika
mereka bisa membangun komunikasi yang baik dengan guru dan teman.
Fingerpointing sudah tidak asing lagi bagi kita. Kita tahu bahwa hal itu tidak membantu.
Universitas menyalahkan sekolah menengah. Guru sekolah menengah menyalahkan guru
sekolah dasar. Guru sekolah dasar menyalahkan prasekolah dan orang tua. Orang tua
menyalahkan sekolah dan guru. Daripada berfokus untuk saling menyalahkan satu sama lain
atas apa yang tidak berhasil, alangkah lebih baik jika kita perlu menemukan dan menerapkan
ide yang akan membuat perubahan dan menghapuskan fingerpointing.
Untuk mendapatkan ide tersebut mari kita tinjau filosofi pendidikan dari beberapa tokoh
Lantas bagaimana sebuah ide membentuk pembelajaran? Banyak orang berpikir bahwa
bahasa adalah sesuatu yang statis, tidak berubah, dan seperti fotografi. Namun bahasa
sepertinya lebih mengarah ke film yang di dalamnya terdapat gambar bergerak. Kosa kata baru
banyak diciptakan, ditemukan, atau diserap bahkan tata bahasa pun ikut berkembang. “ Guru
baru secara tipikal mampu memberikan tugas mengajar paling menantang dan dibiarkan
tenggelam tanpa dukungan. Kemudia guru baru juga ditempatkan di sekolah pedalaman dan
mengajar siswa yang sulit diajar, serta gutu baru sering menghadapi permasalahan sendiri tanpa
bantuan kolega”. Universitas Pendidikan Hofra memberikan suatu cara yaitu bahwa menjadi
guru yang sukses diperlukan kemampuan berempati pada siswa dan memiliki ikatan pribadi
untuk meningkatkan hubungan sosial antara guru dan siswa agar tercipta kondisi kelas yang
baik.
Beberapa contoh kasus mungkin akan meningkatkan pemahaman dan membantu kita untuk
mendapatkan jawaban atas pertanyaan kita di awal.
Daftar Pustaka
Singer, J. Alan. 2003. Teaching to Learn, Learning to Teach: A Handbook for Secondary