Anda di halaman 1dari 4

Nama : BETARISMA PUTRI YONA

NIM : 171910501047
Dasar Agriculture A

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH


KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH
Pertanian merupakan sektor utama di Kabupaten Bireuen, sebesar 78,76 persen
wilayah Kabupaten Bireuen digunakan sebagai lahan pertanian. Dari 149.732 Ha sebesar
15,09 persen merupakan lahan pertanian sawah. Sementara itu sebesar 38,86 persen lahan
pertanian bukan sawah digunakan sebagai lahan tegal. Lahan sawah di Kabupaten Bireuen
70,05 persen merupakan lahan sawah irigasi, dengan luas sawah irigasi terbesar berada di
Kecamatan Peusangan sebesar 1.752 Ha dan Kecamatan Simpang Mamplam 1.690 Ha.
Semua sawah irigasi di Kabupaten Bireuen ditanami dua kali dalam setahun (Bireuen Dalam
Angka 2015).
Sektor pertanian di Kabupaten Bireuen terbagi menjadi beberapa bidang, yaitu bidang
tanaman pangan dan hortikultura, bidang tanaman perkebunan, bidang pertenakan,
kehutanan dan bidang perikanan. Sektor pertanian sangat berperan dalam pembangunan
wilayah Kabupaten Bireuen, hal ini dapat dilihat berdasarkan kontribusi sektor pertanian
dalam pembangunan wilayah Kabupaten Bireuen. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB
Kabupaten Bireuen selama periode 2011-2015 cukup berfluktuasi. Tanaman pangan dan
hortikultura merupakan sektor yang memiliki PDRB per kapita terbesar dengan rata-rata tahun
2011-2015 sebesar Rp 2.312,34 dan sektor kehutanan memiliki PDRB per kapita terkecil
dengan rata-rata sebesar Rp 204.54. Namun terjadi penurunan pada tahun 2014 dengan
perbandingan Rp 6.193,1 pada tahun 2013 sedangkan pada tahun 2014 Rp 6.062,8.
Penurunan pada tahun 2014 terjadi karena penurunan yang cukup drastis dari sektor
peternakan dan tanaman pangan dan hortikultura. Penurunan persentase yang terjadi pada
bidang tanaman pangan dan hortikultura disebabkan karena tidak lancarnya saluran irigasi
yang ada di beberapa kecamatan, terutama di Kecamatan Peudada dan Kecamatan
Peusangan Siblah Krueng. Kecamatan Peudada memiliki luas lahan sawah irigasi yang cukup
luas, dengan tidak lancarnya saluran irigasi maka petani yang ada di kecamatan tersebut tidak
bisa mengolah lahan mereka untuk ditanami tanaman padi.
Pertanian di Kabupaten Bireuen meningkat pada tahun 2013, dimana tanaman
pangan dan hortikultura mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Tanaman pangan
seperti tanaman padi juga mengalami peningkatan pada tahun 2014 dan 2015, hal ini
disebabkan karena adanya perbaikan saluran irigasi di dua Kecamatan, yaitu di Kecamatan
Peudada dan Kecamatan Peusangan Siblahkrueng oleh pemerintah daerah, dengan adanya
perbaikan saluran irigasi maka masyarakat di Kecamatan Peudada bisa kembali
membudidayakan tanaman padi. Dengan terjadinya peningkatan pada tanaman padi dan
kedelai maka pendapatan petani dan masyarakat juga mengalami peningkatan, karena di
Kabupaten Bireuen 80% dari masyarakat adalah petani dan khususnya adalah petani
tanaman padi dan kedelai.Peran sektor pertanian juga dapat dilihat dari banyaknya
penyerapan tenaga kerja yang dibutuhkan pada sektor pertanian. Dengan adanya beberapa
pabrik hasil pengolahan hasil pertanian, maka penyerapan tenaga kerja akan semakin
meningkat, serta mengurangi pegangguran yang ada di Kabupaten Bireuen (Bireuen Dalam
Angka 2015).
Peran sektor pertanian bukan hanya terjadi pada penyerapan tenaga kerja yang ada
di Kabupaten Bireuen, sektor pertanian juga berperan dari segi pembangunan. Adanya
beberapa pembangunan di Kabupaten Bireuen, seperti perbaikan dan pembangunan saluran
irigasi di beberapa Kecamatan. Dengan adanya pembangunan beberapa jalan di beberapa
daerah, perbaikan infrastruktur jalan tersebut bertujuan untuk memudahkan pengangkutan
hasil pertanian yang akan di distribusikan ke beberapa daerah. Peranannya tidak hanya
terhadap ketahanan pangan tetapi juga menjadi penarik bagi pertumbuhan industri hulu dan
pendorong pertumbuhan industri hilir, yang kontribusinya cukup besar pada pertumbuhan
ekonomi. Disamping itu sub sektor pertanian juga berperan penting dalam penyediaan
lapangan kerja, konservasi dan pelestarian sumber daya alam, penuntasan kemiskinan,
memelihara nilai–nilai sosial dan lembaga di Kabupaten Bireuen.
STRATEGI MEMPERTAHANKAN MULTIFUNGSI PERTANIAN DI INDONESIA
Pengetahuan masyarakat Indonesia tentang multifungsi pertanian masih rendah,
masyarakat setempat baru mengenal 4 jenis fungsi pertanian, yaitu: 1) penghasil produk
pertanian, 2) pemelihara pasokan air tanah, 3) pengendali banjir, dan 4) penyedia lapangan
kerja. Padahal fungsi lahan pertanian bagi kemanusiaan jauh lebih banyak, seperti
dikemukakan oleh Agus dan Husen (2004), yaitu: penghasil produk pertanian, berperan dalam
mitigasi banjir, pengendali erosi tanah, pemelihara pasokan air tanah, penambat gas karbon
atau gas rumah kaca, penyegar udara, pendaur ulang sampah organik, dan pemelihara
keanekaragaman hayati.
Pandangan masyarakat umum yang kurang benar terhadap pertanian seperti tersebut
di atas merupakan salah satu sebab rendahnya penghargaan terhadap pertanian. Lebih jauh
lagi, hal tersebut menyebabkan pandangan terhadap konversi lahan pertanian pun kurang
proporsional. Mereka menganggap konversi lahan sebagai hal yang biasa, bukan sebagai
proses hilangnya multifungsi pertanian. Hal lain yang mendorong konversi lahan pertanian
adalah kondisi sosial-ekonomi masyarakat pedesaan yang memerlukan pendapatan segera
untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari, serta pemikiran tentang fungsi lahan
pertanian hanya dalam jangka pendek dan ruang lingkup yang sempit. Selain itu, terdapat
faktor eksternal yang mendorong percepatan proses konversi tersebut yaitu gencarnya
pembangunan sektor nonpertanian dalam memperoleh lahan yang siap pakai, terutama
ditinjau dari karakteristik biofisik dan asesibilitas. Kebutuhan tersebut pada umumnya dapat
terpenuhi oleh lahan pertanian beririgasi.
Multifungsi pertanian di Indonesia saat ini sedang mengalami degradasi, sejalan
dengan menurunnya kualitas dan kuantitas lahan pertanian. Proses degradasi multifungsi
lahan yang paling signifikan adalah konversi lahan pertanian, karena proses ini
menghilangkan semua fungsi pertanian bersamaan dengan beralihnya fungsi lahan pertanian
itu sendiri. Proses degradasi lain yang banyak terjadi adalah erosi dan longsor, pencemaran,
dan kebakaran hutan atau lahan.
Permasalahan yang sering terjadi dalam mempertahankan multifungsi pertanian
adalah rendahnya apresiasi terhadap pertanian, tingginya nilai factor-faktor penyebab erosi
dan longsor, praktek pertanian tanpa penerapan konservasi, serta masalah politik sosial
ekonomi. Dengan demikian perlu adanya strategi dalam mempertahankan multifungsi
pertanian, diantaranya adalah :
1. Meningkatkan Citra Pertanian Dan Masyarakat Tani
Anggapan bahwa pertanian sebagai suatu usaha yang kurang
menguntungkan, penuh risiko, dan kurang dihargai masyarakat perlu diubah
menjadi agribisnis, yang merupakan bagian dari usaha yang cuku menjanjikan dan
menantang, terutama bagi para investor. Demikian juga citra pengguna lahan
sebagai petani gurem yang hidup subsisten dengan pengetahuan yang agak
terbelakang, perlu diubah menjadi pelopor pembangunan menuju pertanian yang
maju dan tangguh. Diharapkan para petani akan merasa lebih nyaman dan aman
mengusahakan pertaniannya, tidak perlu beralih ke usaha lain.
2. Mengubah Kebijakan Produk Pertanian Harga Murah
Upaya pemerintah sudah ada, antara lain dengan menetapkan harga dasar
gabah atau harga pembelian gabah petani, namun belum berhasil baik. Diperlukan
upaya yang lebih efektif, walaupun mungkin memerlukan biaya yang lebih besar.
Apabila berhasil meningkatkan harga produk pertanian sesuai pengorbanan petani
maka harkat sosial petani dan pertanian akan terangkat.
3. Meningkatkan Apresiasi Terhadap Multifungsi Pertanian
Peningkatan kesadaran masyarakat akan adanya berbagai manfaat pertanian
yang lestari sangat perlu dilakukan, mengingat saat ini manfaat yang dikenal
hanyalah sebatas lahan pertanian sebagai penghasil bahan pangan dan produk
pertanian lainnya. Hal ini dapat dilakukan dengan melaksanakan advokasi dan
promosi akan pentingnya pertanian beserta multifungsinya. Dalam jangka pendek,
promosi ini dapat dilakukan melalui seminar dan simposium, atau yang
jangkauannya lebih luas yaitu melalui media cetak dan elektronis. Dalam jangka
panjang, sasaran promosi bukan hanya masyarakat umum, tetapi harus mencakup
juga para pelajar dan mahasiswa, baik melalui kurikulum pokok maupun
ekstrakurikuler.
4. Mengendalikan Degradasi Lahan Pertanian
Yaitu dengan :
- Pengendalian erosi dan longsor
- Pengendalian pencemaran kimiawi
- Pengendalian kebakaran dan kerusakan wilayah pertambangan
- Pengendalian daerah tangkapan hujan dan konversi lahan
- Merealisasikan lahan pertanian abadi sesuai RPPK

Anda mungkin juga menyukai