PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH
KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH Pertanian merupakan sektor utama di Kabupaten Bireuen, sebesar 78,76 persen wilayah Kabupaten Bireuen digunakan sebagai lahan pertanian. Dari 149.732 Ha sebesar 15,09 persen merupakan lahan pertanian sawah. Sementara itu sebesar 38,86 persen lahan pertanian bukan sawah digunakan sebagai lahan tegal. Lahan sawah di Kabupaten Bireuen 70,05 persen merupakan lahan sawah irigasi, dengan luas sawah irigasi terbesar berada di Kecamatan Peusangan sebesar 1.752 Ha dan Kecamatan Simpang Mamplam 1.690 Ha. Semua sawah irigasi di Kabupaten Bireuen ditanami dua kali dalam setahun (Bireuen Dalam Angka 2015). Sektor pertanian di Kabupaten Bireuen terbagi menjadi beberapa bidang, yaitu bidang tanaman pangan dan hortikultura, bidang tanaman perkebunan, bidang pertenakan, kehutanan dan bidang perikanan. Sektor pertanian sangat berperan dalam pembangunan wilayah Kabupaten Bireuen, hal ini dapat dilihat berdasarkan kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan wilayah Kabupaten Bireuen. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Bireuen selama periode 2011-2015 cukup berfluktuasi. Tanaman pangan dan hortikultura merupakan sektor yang memiliki PDRB per kapita terbesar dengan rata-rata tahun 2011-2015 sebesar Rp 2.312,34 dan sektor kehutanan memiliki PDRB per kapita terkecil dengan rata-rata sebesar Rp 204.54. Namun terjadi penurunan pada tahun 2014 dengan perbandingan Rp 6.193,1 pada tahun 2013 sedangkan pada tahun 2014 Rp 6.062,8. Penurunan pada tahun 2014 terjadi karena penurunan yang cukup drastis dari sektor peternakan dan tanaman pangan dan hortikultura. Penurunan persentase yang terjadi pada bidang tanaman pangan dan hortikultura disebabkan karena tidak lancarnya saluran irigasi yang ada di beberapa kecamatan, terutama di Kecamatan Peudada dan Kecamatan Peusangan Siblah Krueng. Kecamatan Peudada memiliki luas lahan sawah irigasi yang cukup luas, dengan tidak lancarnya saluran irigasi maka petani yang ada di kecamatan tersebut tidak bisa mengolah lahan mereka untuk ditanami tanaman padi. Pertanian di Kabupaten Bireuen meningkat pada tahun 2013, dimana tanaman pangan dan hortikultura mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Tanaman pangan seperti tanaman padi juga mengalami peningkatan pada tahun 2014 dan 2015, hal ini disebabkan karena adanya perbaikan saluran irigasi di dua Kecamatan, yaitu di Kecamatan Peudada dan Kecamatan Peusangan Siblahkrueng oleh pemerintah daerah, dengan adanya perbaikan saluran irigasi maka masyarakat di Kecamatan Peudada bisa kembali membudidayakan tanaman padi. Dengan terjadinya peningkatan pada tanaman padi dan kedelai maka pendapatan petani dan masyarakat juga mengalami peningkatan, karena di Kabupaten Bireuen 80% dari masyarakat adalah petani dan khususnya adalah petani tanaman padi dan kedelai.Peran sektor pertanian juga dapat dilihat dari banyaknya penyerapan tenaga kerja yang dibutuhkan pada sektor pertanian. Dengan adanya beberapa pabrik hasil pengolahan hasil pertanian, maka penyerapan tenaga kerja akan semakin meningkat, serta mengurangi pegangguran yang ada di Kabupaten Bireuen (Bireuen Dalam Angka 2015). Peran sektor pertanian bukan hanya terjadi pada penyerapan tenaga kerja yang ada di Kabupaten Bireuen, sektor pertanian juga berperan dari segi pembangunan. Adanya beberapa pembangunan di Kabupaten Bireuen, seperti perbaikan dan pembangunan saluran irigasi di beberapa Kecamatan. Dengan adanya pembangunan beberapa jalan di beberapa daerah, perbaikan infrastruktur jalan tersebut bertujuan untuk memudahkan pengangkutan hasil pertanian yang akan di distribusikan ke beberapa daerah. Peranannya tidak hanya terhadap ketahanan pangan tetapi juga menjadi penarik bagi pertumbuhan industri hulu dan pendorong pertumbuhan industri hilir, yang kontribusinya cukup besar pada pertumbuhan ekonomi. Disamping itu sub sektor pertanian juga berperan penting dalam penyediaan lapangan kerja, konservasi dan pelestarian sumber daya alam, penuntasan kemiskinan, memelihara nilai–nilai sosial dan lembaga di Kabupaten Bireuen. STRATEGI MEMPERTAHANKAN MULTIFUNGSI PERTANIAN DI INDONESIA Pengetahuan masyarakat Indonesia tentang multifungsi pertanian masih rendah, masyarakat setempat baru mengenal 4 jenis fungsi pertanian, yaitu: 1) penghasil produk pertanian, 2) pemelihara pasokan air tanah, 3) pengendali banjir, dan 4) penyedia lapangan kerja. Padahal fungsi lahan pertanian bagi kemanusiaan jauh lebih banyak, seperti dikemukakan oleh Agus dan Husen (2004), yaitu: penghasil produk pertanian, berperan dalam mitigasi banjir, pengendali erosi tanah, pemelihara pasokan air tanah, penambat gas karbon atau gas rumah kaca, penyegar udara, pendaur ulang sampah organik, dan pemelihara keanekaragaman hayati. Pandangan masyarakat umum yang kurang benar terhadap pertanian seperti tersebut di atas merupakan salah satu sebab rendahnya penghargaan terhadap pertanian. Lebih jauh lagi, hal tersebut menyebabkan pandangan terhadap konversi lahan pertanian pun kurang proporsional. Mereka menganggap konversi lahan sebagai hal yang biasa, bukan sebagai proses hilangnya multifungsi pertanian. Hal lain yang mendorong konversi lahan pertanian adalah kondisi sosial-ekonomi masyarakat pedesaan yang memerlukan pendapatan segera untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari, serta pemikiran tentang fungsi lahan pertanian hanya dalam jangka pendek dan ruang lingkup yang sempit. Selain itu, terdapat faktor eksternal yang mendorong percepatan proses konversi tersebut yaitu gencarnya pembangunan sektor nonpertanian dalam memperoleh lahan yang siap pakai, terutama ditinjau dari karakteristik biofisik dan asesibilitas. Kebutuhan tersebut pada umumnya dapat terpenuhi oleh lahan pertanian beririgasi. Multifungsi pertanian di Indonesia saat ini sedang mengalami degradasi, sejalan dengan menurunnya kualitas dan kuantitas lahan pertanian. Proses degradasi multifungsi lahan yang paling signifikan adalah konversi lahan pertanian, karena proses ini menghilangkan semua fungsi pertanian bersamaan dengan beralihnya fungsi lahan pertanian itu sendiri. Proses degradasi lain yang banyak terjadi adalah erosi dan longsor, pencemaran, dan kebakaran hutan atau lahan. Permasalahan yang sering terjadi dalam mempertahankan multifungsi pertanian adalah rendahnya apresiasi terhadap pertanian, tingginya nilai factor-faktor penyebab erosi dan longsor, praktek pertanian tanpa penerapan konservasi, serta masalah politik sosial ekonomi. Dengan demikian perlu adanya strategi dalam mempertahankan multifungsi pertanian, diantaranya adalah : 1. Meningkatkan Citra Pertanian Dan Masyarakat Tani Anggapan bahwa pertanian sebagai suatu usaha yang kurang menguntungkan, penuh risiko, dan kurang dihargai masyarakat perlu diubah menjadi agribisnis, yang merupakan bagian dari usaha yang cuku menjanjikan dan menantang, terutama bagi para investor. Demikian juga citra pengguna lahan sebagai petani gurem yang hidup subsisten dengan pengetahuan yang agak terbelakang, perlu diubah menjadi pelopor pembangunan menuju pertanian yang maju dan tangguh. Diharapkan para petani akan merasa lebih nyaman dan aman mengusahakan pertaniannya, tidak perlu beralih ke usaha lain. 2. Mengubah Kebijakan Produk Pertanian Harga Murah Upaya pemerintah sudah ada, antara lain dengan menetapkan harga dasar gabah atau harga pembelian gabah petani, namun belum berhasil baik. Diperlukan upaya yang lebih efektif, walaupun mungkin memerlukan biaya yang lebih besar. Apabila berhasil meningkatkan harga produk pertanian sesuai pengorbanan petani maka harkat sosial petani dan pertanian akan terangkat. 3. Meningkatkan Apresiasi Terhadap Multifungsi Pertanian Peningkatan kesadaran masyarakat akan adanya berbagai manfaat pertanian yang lestari sangat perlu dilakukan, mengingat saat ini manfaat yang dikenal hanyalah sebatas lahan pertanian sebagai penghasil bahan pangan dan produk pertanian lainnya. Hal ini dapat dilakukan dengan melaksanakan advokasi dan promosi akan pentingnya pertanian beserta multifungsinya. Dalam jangka pendek, promosi ini dapat dilakukan melalui seminar dan simposium, atau yang jangkauannya lebih luas yaitu melalui media cetak dan elektronis. Dalam jangka panjang, sasaran promosi bukan hanya masyarakat umum, tetapi harus mencakup juga para pelajar dan mahasiswa, baik melalui kurikulum pokok maupun ekstrakurikuler. 4. Mengendalikan Degradasi Lahan Pertanian Yaitu dengan : - Pengendalian erosi dan longsor - Pengendalian pencemaran kimiawi - Pengendalian kebakaran dan kerusakan wilayah pertambangan - Pengendalian daerah tangkapan hujan dan konversi lahan - Merealisasikan lahan pertanian abadi sesuai RPPK