Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS

Partus Tak Maju


Laporan Kasus ini dibuat untuk melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik
Senior di SMF Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam

Pembimbing :
dr.Masjuanda, Sp.OG

Disusun Oleh:

Nurul Hidayati 1708320044

Elvira Kesuma 1708320019

Syaidatul Akmal P 1708320036

Dhio Emerko Ginting 1708320046

KEPANITRAAN KLINIS SENIOR


DEPARTEMEN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
DELI SERDANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan Laporan Kasus ini guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan
Klinik Senior di bagian Departemen Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD Deli
Serdang Lubuk Pakam dengan judul “Partus Tak Maju”.

Laporan Kasus ini bertujuan agar penulis dapat memahami lebih dalam
teori-teori yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di bagian
Departemen Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam dan
mengaplikasikannya untuk kepentingan klinis kepada pasien. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada dr.Masjuanda,Sp.OG yang telah membimbing
penulis dalam menyelesaikan Lapkas ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Kasus ini masih memiliki


kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun dari
semua pihak yang membaca Laporan Kasus ini. Harapan penulis semoga Laporan
Kasus ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Lubuk Pakam, Agustus 2019

Penulis

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 1


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... 1
DAFTAR ISI .................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 4
2.1 Persalinan ............................................................................................ 4
2.2 Definisi Partus Tak Maju .................................................................... 6
2.3 Epidemiologi Partus Tak Maju ............................................................ 6
2.4 Etiologi Partus Tak Maju ..................................................................... 8
2.5 Pengaruh Partus Tak Maju Pada Bayi .................................................. 11
2.6 Determinan dari Partus Tak Maju ........................................................ 12
2.7 Patofisiologi Partus Tak Maju.............................................................. 16
2.8 Manifestasi Klinis Partus Tak Maju ..................................................... 18
2.9 Diagnosa Partus Tak Maju ................................................................... 21
2.10 Penatalaksanaan Partus Tak Maju ........................................................ 23
2.11 Komplikasi Partus Tak Maju ............................................................... 26
2.12 Pencegahan Partus Tak Maju ............................................................... 28
BAB III LAPORAN KASUS ......................................................................... 31
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................ 38
BAB V DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 39

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 2


BAB I

PENDAHULUAN

American College of Obstetric and Gynecologist membagi kelainan


persalinan menjadi lebih lambat daripada normal (partus lama atau partus tak
maju, protraction disorder), atau penghentian total kemajuan (partus macet, arrest
disorder). Ibu harus berada di dalam fase aktif persalinan (serviks membuka 3-4
cm atau lebih) untuk mendiagnosis salah satu diantara keduanya.

Diagnosis kemacetan fase aktif yaitu (tidak ada pembukaan selama 2 jam
atau lebih) pada 5% nulipara aterm. Insiden ini belum berubah sejak tahun
1950an. Kontraksi uterus yang kurang adekuat, didiagnosis pada 80% ibu dengan
kemacetan fase aktif. Pada 25% persalinan nulipara dipersulit kelainan fase aktif,
sedangkan pada multigravida angkanya adalah 15%. Keterkaitan atau faktor lain
yang berperan dalam persalinan yang berkepanjangan adalah sedasi berlebihan,
anestesia regional, dan malposisi janin, misalnya oksiput posterior persisten.

Saat ini, partus tak maju adalah indikasi paling sering untuk SC. Dan tidak
majunya persalinan merupakan alasan bagi 68% SC nonelektif pada presentasi
kepala. Bahaya pada ibu yang dapat terjadi akibat partus lama ialah dapat
menimbulkan dehidrasi serta asidosis, dan infeksi intrapartum, ruptur uteri
mengancam serta resiko terjadinya fistula vesikoservikalis, atau fistula
vesikovaginalis, atau fistula rektovaginalis karena tekanan yang lama antara
kepala janin dengan tulang panggul. Sedangkan bahaya pada janin dapat berupa
meningkatkan kematian perinatal, dan perlukaan pada jaringan di atas tulang
kepala janin bahkan bisa menimbulkan fraktur pada os parietalis.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 3


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan
2.1.1 Definisi Persalinan

Persalinan adalah proses fisiologik dimana uterus mengeluarkan atau


berupaya mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa kehamilan 20 minggu
atau lebih dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan
bantuan atau tanpa bantuan.

2.1.2 Pembagian Persalinan

Menurut cara persalinan dibagi menjadi :

a. Persalinan biasa atau normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada
kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin letak
memanjang, presentasi belakang kepala yang disusul dengan pengeluaran
plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam waktu kurang dari
24 jam tanpa tindakan/pertolongan buatan dan tanpa komplikasi.
b. Persalinan abnormal adalah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-
alat maupun melalui dinding perut dengan operasi caesarea.

2.1.3 Faktor-Faktor Dalam Persalinan

Ada beberapa faktor yang berperan dalam persalinan yaitu :

a. Tenaga atau Kekuatan (power) ; his (kontraksi uterus), kontraksi otot


dinding perut, kontraksi diafragma pelvis, ketegangan, kontraksi
ligamentum rotundum, efektivitas kekuatan mendorong dan lama
persalinan.
b. Janin (passanger) ; letak janin, posisi janin, presentasi janin dan letak
plasenta.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 4


c. Jalan Lintas (passage) ; ukuran dan tipe panggul, kemampuan serviks
untuk membuka, kemampuan kanalis vaginalis dan introitus vagina untuk
memanjang.
d. Kejiwaan (psyche) ; persiapan fisik untuk melahirkan, pengalaman
persalinan, dukungan orang terdekat dan intregitas emosional.

2.1.4 Tanda Persalinan

Tanda Permulaan Persalinan : Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa


minggu sebelumnya wanita memasuki bulannya atau minggunya atau harinya
yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor). Ini memberikan
tanda-tanda sebagai berikut :

a. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu
atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu
terlihat, karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang
persalinan.
b. Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri menurun.
c. Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
d. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi
lemah dari uterus (false labor pains).
e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa
bercampur darah (bloody show).

2.1.5 Tanda in-partu


a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan
kecil pada serviks.
c. Dapat disertai ketuban pecah dini. d. Pada pemeriksaan dalam, serviks
mendatar dan terjadi pembukaan serviks.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 5


2.1.6 Tahap Persalinan

Tahap persalinan meliputi 4 fase/kala :

Kala I : Dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks membuka sampai
terjadi pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks dibagi atas 2 fase :

a. Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
b. Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam,
pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal dalam
waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm dan
fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm.

Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada
primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam sedang pada multigravida 8 jam.
Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan multigravida 2 cm tiap jam.

Kala II : Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan
janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung 1,5 jam pada
primigravida dan 0,5 jam pada multipara.

Kala III : Kala uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Prosesnya
6-15 menit setelah bayi lahir.

Kala IV : Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1 jam, hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan postpartum. Observasi yang
dilakukan melihat tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda tanda vital
(tekanan darah, nadi dan pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 6


2.2 Definisi Partus Tak Maju

Partus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup ke dunia
luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.

Partus tak maju merupakan suatu persalinan dengan his yang adekuat yang
tidak menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar
paksi selama 2 jam terakhir.

Partus tak maju yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan
serviks dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam. Partus tak
maju berarti meskipun kontraksi uterus kuat, janin tidak dapat turun karena faktor
mekanis. Kemacetan persalinan biasanya terjadi pada pintu atas panggul, tetapi
dapat juga terjadi pada ronga panggul atau pintu bawah panggul.

2.3 Epidemiologi Partus Tak Maju

Distribusi partus tak maju :

2.3.1 Orang

Penelitian Gessesssew dan Mesfin di RS Adigrat Zonal tahun 2001


diperoleh 195 kasus partus tak maju, 114 kasus terjadi pada wanita usia 20-34
tahun dengan proporsi 58,4%, 60 kasus terjadi pada wanita usia > 34 tahun
dengan proporsi 30,8% dan 21 kasus terjadi pada wanita usia < 20 tahun dengan
proporsi 10,8%. Sedangkan pada paritas diperoleh 90 kasus terjadi pada paritas 1-
4 dengan proporsi 46,2%, 59 kasus terjadi pada paritas 0 dengan proporsi 30,2%
dan 46 kasus terjadi pada paritas ≥ 5 dengan proporsi 23,6%. Penelitian Simbolon
di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang tahun 2007 diperoleh 273 kasus partus
tak maju, 201 kasus terjadi pada wanita usia 20-35 tahun dengan proporsi 73,6%,
63 kasus terjadi pada wanita usia > 35 tahun dengan proporsi 23,1% dan 9 kasus
terjadi pada wanita usia < 20 tahun dengan proporsi 3,3%. Sedangkan pada paritas
diperoleh 118 kasus terjadi pada paritas 0 dengan proporsi 43,2%, 98 kasus

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 7


terjadi pada paritas 1-3 dengan proporsi 35,9% dan 57 kasus terjadi pada paritas >
3 dengan proporsi 20,9%.

2.3.2 Tempat dan Waktu

Di negara-negara maju panggul kecil telah berkurang sebagai penyebab


partus tak maju. namun pada kelompok ekonomi lemah di negara maju dan
penduduk kota yang miskin di negara berkembang, panggul kecil masih ada dan
menyebabkan partus tak maju. Di negara-negara maju 70% wanita bentuk
panggul normal dan di Asia 80% wanita bentuk panggul normal. Penelitian
Adhikari dkk di RS di India tahun 1993-1998 diperoleh 43.906 persalinan terdapat
245 kasus partus tak maju dengan proporsi 1%. Penelitian Ikojo dkk di RS
Pendidikan Enugu Nigeria tahun 1999-2004 diperoleh 4.521 persalinan terdapat
120 kasus partus tak maju dengan proporsi 2,7%.

Di Indonesia proporsi partus tak maju 9% dari penyebab kematian ibu


langsung. Penelitian Olva di RSU Unit Swadana Subang Jawa Barat tahun 2001
diperoleh 400 persalinan terdapat 200 kasus partus tak maju dengan proporsi 50%.
Hasil penelitian Sidabutar di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2000-2004
diperoleh proporsi partus tak maju 19,7% yaitu 1.418 kasus dari 7.163 persalinan.
Hasil penelitian Idriyani di RSIA Fatimah Makasar tahun 2006 diperoleh
proporsi partus tak maju 2,9% yaitu 74 kasus dari 2.552 persalinan.

2.4 Etiologi Partus Tak Maju


Penyebab partus tak maju yaitu :
2.4.1 Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan, tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak.
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul. Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 8


efisien, letak, presentasi, kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase. Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek,
kedudukan abnormal, ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin. Kehamilan pada ibu dengan
tinggi badan < 145 cm dapat terjadi disproporsi sefalopelvik, kondisi luas panggul
ibu tidak sebanding dengan kepala bayi, sehingga pembukaannya berjalan lambat
dan akan menimbulkan komplikasi obstetri.
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis,
hal ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis
dengan selamat. Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin
normal, atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar
dan pelvis sempit. Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia
kehamilan 37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum
mencapai ukuran lahir normal.
Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi :
a. Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan,
relaksasi sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat
memungkinkan berlangsungnya kelahiran pervaginam).
b. Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi).
c. Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal, misalnya hidrosefalus, operasi
diperlukan pada kelahiran ini).

2.4.1 Presentasi yang abnormal


Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior dan kepala yang
sulit lahir pada presentasi bokong.
a. Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara fleksi
maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian
terendah. Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 9


panggul, saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit. Presentasi dahi
tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali bila bayi kecil atau
pelvis luas, persalinan dilakukan dengan tindakan caesarea. IR presentasi
dahi 0,2% kelahiran pervaginam, lebih sering pada primigravida.

Gambar 2.1 Presentasi Dahi

b. Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak
pada pintu atas panggul menjelang persalinan. Bila pasien berada pada
persalinan lanjut setelah ketuban pecah, bahu dapat terjepit kuat di bagian
atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina. Presentasi
bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau pada sudut
akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang. Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding
abdomen dan otot uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul.
c. Presentasi Muka
Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah.
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala, bila pelvis sempit

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 10


atau janin sangat besar. Pada wanita multipara, terjadinya presentasi muka
karena abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin
menggantung ke depan atau ke lateral, seringkali mengarah kearah
oksiput. Presentasi muka tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal,
mungkin terkait dengan paritas tinggi tetapi 34% presentasi muka terjadi
pada primigravida.

Gambar 2.2 Presentasi Muka

d. Abnormalitas pada janin


Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya : Hidrosefalus,
pertumbuhan janin lebih besar dari 4.000 gram, bahu yang lebar dan
kembar siam.
e. Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis, stenosis vagina
kongenital, perineum kaku dan tumor vagina.

2.5 Pengaruh partus tak maju pada bayi


a. Perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala
Akibat tekanan dari tulang-tulang pelvis, kaput suksedaneum yang besar
atau pembengkakan kulit kepala sering kali terbentuk pada bagian kepala yang

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 11


paling dependen dan molase (tumpang tindih tulang-tulang kranium) pada
kranium janin mengakibatkan perubahan pada bentuk kepala.10 Selain itu dapat
terjadi sefalhematoma atau penggumpalan darah di bawah batas tulang kranium,
terjadi setelah lahir dan dapat membesar setelah lahir.
b. Kematian Janin
Jika partus tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam maka dapat
mengakibatkan kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang berlebihan
pada plasenta dan korda umbilikus. Janin yang mati, belum keluar dari rahim
selama 4-5 minggu mengakibatkan pembusukan sehingga dapat mencetuskan
terjadinya koagulasi intravaskuler diseminata (KID) keadaan ini dapat
mengakibatkan hemoragi, syok dan kematian pada maternal.

2.6 Determinan dari partus tak maju


2.6.1 Host
a. Usia
Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu untuk hamil dan
melahirkan adalah 20-35 tahun karena pada usia ini secara fisik dan psikologi ibu
sudah cukup matang dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Usia <20
tahun organ-organ reproduksi belum sempurna secara keseluruhan dan
perkembangan kejiwaan belum matang sehingga belum siap menjadi ibu dan
menerima kehamilannya.
Usia >35 tahun organ reproduksi mengalami perubahan yang terjadi
karena proses menuanya organ kandungan dan jalan lahir kaku atau tidak lentur
lagi. Selain itu peningkatn umur seseorang akan mempengaruhi organ yang vital
seperti sistim kardiovaskuler, ginjal dll (pada umur tersebut mudah terjadi
penyakit pada ibu yang akan memperberat tugas organ-organ tersebut sehingga
berisiko mengalami komplikasi pada ibu dan janin).44 Sesuai dengan hasil
penelitian di Makassar yang dilakukan oleh Idriyani tahun 2006 dengan
menggunakan desain penelitian case control study menemukan ibu yang
mengalami partus tak maju kemungkinan 1,8 kali lebih besar berumur < 20 tahun
dan > 35 tahun dibandingkan umur 20-35 tahun.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 12


b. Paritas
Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal. Paritas 0 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal
yang lebih tinggi. Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian maternal.
Ibu hamil yang memiliki paritas 4 kali atau lebih, kemungkinan
mengalami gangguan kesehatan, kekendoran pada dinding perut dan kekendoran
dinding rahim sehingga berisiko mengalami kelainan letak pada janin, persalinan
letak lintang, robekan rahim, persalinan macet dan perdarahan pasca persalinan.
Sesuai dengan hasil penelitian di Subang Jawa Barat yang dilakukan oleh
Olva tahun 2001 dengan menggunakan desain penelitian case control study
menemukan ibu yang mengalami partus tak maju kemungkinan 1,3 kali lebih
besar yang paritasnya 0 dan > 3 dibandingkan paritas 1-3.
c. Riwayat Persalinan
Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan persalinan prematur,
seksio caesarea, bayi lahir mati, persalinan lama, persalinan dengan induksi serta
semua persalinan tidak normal yang dialami ibu merupakan risiko tinggi pada
persalinan berikutnya.10 Sesuai dengan hasil penelitian di Medan yang dilakukan
oleh Sarumpaet tahun 1998-1999 dengan menggunakan desain penelitian case
control study menemukan ibu yang mengalami komplikasi persalinan
kemungkinan 7,3 kali lebih besar mempunyai riwayat persalinan jelek
dibandingkan yang tidak mempunyai riwayat persalinan jelek. Riwayat persalinan
jelek pada kasus didapatkan partus tak maju 24,6%.
Hasil penelitian di Kasongo Zaire tahun 1971-1975, Ibu yang memiliki
riwayat persalinan yang buruk kemungkinan 10 kali lebih besar untuk mengalami
persalinan macet dari pada ibu yang tidak memiliki riwayat persalinan buruk.
d. Anatomi Tubuh Ibu Melahirkan
Ibu bertubuh pendek < 150 cm yang biasanya berkaitan dengan malnutrisi
dan terjadinya deformitas panggul merupakan risiko tinggi dalam persalinan,
tinggi badan < 150 cm berkaitan dengan kemungkinan panggul sempit. Tinggi

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 13


badan Ibu < 145 cm terjadi ketidakseimbangan antara luas panggul dan besar
kepala janin.
Sebagian besar kasus partus tak maju disebabkan oleh tulang panggul ibu
terlalu sempit sehingga tidak mudah dilintasi kepala bayi waktu bersalin. Proporsi
wanita dengan rongga panggul yang sempit menurun dengan meningkatnya tinggi
badan, persalinan macet yang disebabkan panggul sempit jarang terjadi pada
wanita tinggi. Penelitian di Nigeria Utara dari seluruh ibu yang mengalami
persalinan macet, proporsi wanita dengan panggul sempit memiliki tinggi badan <
145 cm sebesar 40%, tinggi badan 150 cm sebesar 14% dan tinggi badan 160 cm
sebesar 1%.
e. Pendidikan
Ibu dengan pendidikan yang lebih tinggi lebih memperhatikan
kesehatannya selama kehamilan dibandingkan dengan ibu yang tingkat
pendidikannya rendah. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penting dalam
usaha menjaga kesehatan ibu, anak dan juga keluarga. Semakin tinggi tingkat
pendidikan ibu semakin meningkat juga pengetahuan dan kesadarannya dalam
mengantisipasi kesulitan kehamilan dan persalinan sehingga termotivasi untuk
melakukan pengawasan kehamilan secara berkala dan teratur.

2.6.2 Agent
Partus tak maju disebabkan faktor mekanik pada persalinan yaitu
terhambatnya jalan lahir janin. Terhambatnya jalan lahir disebabkan
ketidakseimbangan bentuk dan ukuran panggul (passage), besarnya janin
(passenger) dan kontraksi uterus (power). Bentuk dan ukuran panggul yang
sempit menghambat jalan lahir janin, panggul yang sempit dipengaruhi faktor
nutrisi dalam pembentukan tulang panggul, penyakit dan cedera pada tulang
panggul.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 14


2.6.3 Enviroment
a. Keadaan Sosial ekonomi
Derajat sosial ekonomi masyarakat akan menunjukan tingkat kesejahteraan
dan kesempatannya dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Jenis pekerjaan ibu
maupun suaminya akan mencerminkan keadaan sosial ekonomi keluarga.
Berdasarkan jenis pekerjaan tersebut dapat dilihat kemampuan mereka terutama
dalam pemenuhan makanan bergizi, khususnya bagi ibu hamil, pemenuhan
kebutuhan makanan bergizi sangat berpengaruh terhadap kehamilannya.
Kekurangan gizi dapat berakibat buruk pada ibu dan anak, misalnya terjadi
anemia, keguguran, perdarahan saat hamil. sesudah hamil, infeksi dan partus
macet.
Perbedaan pemukiman antara daerah perkotaan dan pedesaan ternyata
mempengaruhi tinggi rendahnya kematian maternal. Kemiskinan, ketidaktahuan,
kebodohan, transportasi yang sulit, ketidakmampuan membayar pelayanan yang
baik, kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan, jarak rumah yang jauh untuk
mendapatkan bantuan tenaga ahli juga mempengaruhi persalinan, kebiasaan kawin
muda, kepercayaan masyarakat dan praktik tradisional, pantangan makanan
tertentu pada wanita hamil merupakan faktor ikut berperan.
b. Ketersediaan Tenaga Ahli dan Rujukan
Angka kematian maternal yang tinggi disuatu negara sesungguhnya
mencerminkan rendahnya mutu pelayanan. Pelayanan kesehatan mempunyai
peran yang sangat besar dalam kematian materal. Faktor tersebut meliputi
kurangnya kemudahan untuk pelayanan kesehatan maternal, asuhan medik yang
kurang dan kurangnya tenaga yang terlatih. Petugas kesehatan yang tidak terlatih
untuk mengenali persalinan macet (partograf tidak digunakan).
Kegagalan dalam bertindak terhadap faktor risiko dan penundaan dalam
merujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi (misalnya untuk seksio caesarea)
merupakan fakor partus tak maju.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 15


2.7 Patofisiologi Partus Tak Maju
Partus tak maju terjadi karena tidak adanya kemajuan pembukaan servik
walaupun didapatkan kontraksi uterus yang adekuat, pembukaan servik tidak
melewati 3 cm sesudah 8 jam inpartu dan ibu ingin mengejan tetapi tidak ada
kemajuan presentasi pada janin. Partus tak maju merupakan penyulit persalinan
dalam kala I, hal ini terjadi di karenakan adanya 2 faktor yaitu faktor ibu dan
faktor janin, dimana dari faktor ibu terjadi karena bentuk dan ukuran tulang pelvis
tidak normal, imatur ukuran tulang pelvis atau deformitas. Hal ini dapat terjadi
bersamaan dengan tidak efektid ekspulsif fetus. yang paling umum berkaitan
dengan partus tak maju adalah ukuran atau konfigurasi tulang, kelainan jalan lahir
( misalnya kelainan congenital, luka parut jalan lahir, pelekatan ostium serviks
eksterna, kondilomata akuminatasif) dan neoplasia organ reproduksi lainnya (
misalnya karsinoma serviks, kista ovarium, leiomioma uteri) termasuk kandung
kemih atau usus yang meregang. Kemudian tidak adanya penurunan kepala serta
putaran paksi yang disebabkan karena disproporsi antara panggul dan janin,
kontraksi uterus yang tidak adekuat sehingga menghambat kemajuan pembukaan.
Dari faktor janin yang ditimbulkan yaitu adanya suatu keadaan malpresentasi atau
malposisi yang tidak lazim baik ukuran atau abnormal perkembangan fetus yang
menghambat masuk fetus ke dalam jalan lahir. distosia janin meliputi ukuran janin
yang terlalu besar (>4000 gram), malposisi ( misalnya sungsang, dan letak
lintang), kelainan congenital ( misalnya hidrosefalus, teratoma sakrokoksigeus)
dan kehamilan multiple ( missal malpresentasi, kembar mengunci, janin sungsang,
janin presentasi vertex).

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 16


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 17
2.8 Manifestasi Klinis Partus Tak Maju
2.8.1 Persalinan Disfungsional ( Distosia karena Kelainan Kekuatan)
a. Disfungsi Hipotonik
 Waktu persalinan memanjang
 Kontraksi uterus kurang dari normal, lemah atau dalam jangka waktu
pendek
 Dilatasi serviks lambat
 Membran biasanya masih utuh
 Lebih rentan terdapatanya plasenta yang tertinggal
b. Disfungsi Hipertonik
 Persalinan menjadi lebih singkat (partus presipitatus)
 Gelisah akibat nyeri terus menerus sebelum dan selama kontraksi
 Ketuban pecah dini
 Distres fetal dan maternal
 Regangan segmen bawah uterus melampaui kekuatan jaringan
sehingga dapat terjadi rupture.

2.8.2 Distosia karena Kelainan struktur Pelvis


a. Bagian terbawah anak goyang dan tes osborn (+)
b. Dijumpai kesalahan-kesalahan letak presentasi dan posisi
c. Fleksi kepala tidak ada, bahkan setelah persalinan dimulai
d. Sering dijumpai tali pusat terkemuka dan menumbung

2.8.3 Distosia karena kelainan letak dan bentuk janin


a. Kelainan letak, presentasi atau posisi
Posisi oksipitalis posterior persistens (presentasi belakang kepala, UUK dekat
sacrum)
 Posisi oksiput posterior berada di arah posterior dari panggul ibu.
 Pada pemeriksaan abdomen, bagian bawah perut mendatar, ekstremitas
janin teraba anterior, DJJ terdengar di samping.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 18


 Pada pemeriksaan vagina, fontanela anterior dekat sakrum, fontanela
anterior dengan mudah teraba jika kepala dalam keadaan defleksi.
Letak sungsang
 Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat
dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
 Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus
uteri.
 Punggung anak dapat teraba pada salat satu sisi perut dan bagian-
bagian kecil pada pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba
bagian yang kurang budar dan lunak.
 Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.
Letak lintang
Dengan inspeksi biasanya abdomen melebar kesamping dan fundus uteri
membentang sedikit diatas umbilikus.
 Ukuran tinggi fundus uterus lebih rendah tidak sesuai dengan umur
kehamilan. Pada palpasi :
Leopold 1 tidak ditemukan bagian bayi di daerah fundus uteri
Leopold 2 balotemen kepala teraba pada salah satu fosa iliaka dan
bokong pada fosa iliaka yang lain
Leopold 3 & 4 memberikan hasil negative
 Punggung mudah diketahui dengan palpasi, pada punggung anterior
suatu dataran keras terletak melintang dibagian depan perut ibu. Pada
punggung posterior bagian kecil dapat ditemukan pada tempat yang
sama.
 Bunyi jantung janin terdengar di di sekitar umbilicus
Presentasi ganda
 Keluhan kehamilan lebih sering terjadi dan lebih berat.
 Tanda-tanda yang sering terlihat :
Ukuran uterus lebih besar dari kehamilan normal

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 19


Distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransinya
dan seringkali terjadi partus prematurus. Usia kehamilan makin
pendek dan makin banyaknya janin pada kehamilan kembar.
Kenaikan berat badan ibu berlebihan.
Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar
bertambah sehingga dapat menyebabkan anemia dan penyakit
defisiensi lain Polihidramnion.
Palpasi yang meraba banyak bagian kecil janin.
Detak Jantung Janin lebih dari 1 tempat dengan perbedaan
frekuensi sebesar > 8 detik per menit.
Kelainan bentuk janin
 Hidrosefalus
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada awitan dan
derajat ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS.
Gejala gejala yang menonjol merupakan refleksi adanya hipertensi
intrakranial. Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu :
Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus
kongenital dan pada masa bayi, Lingkaran kepala neonatus biasanya
adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar
adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam
semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi
lebih besar dari biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih
terbuka bebas. Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena
di sisi samping kepala tampak melebar dan berkelok. Mata melihat
kebawah, mudah terstimulasi, lemah dan kemampuan makan
berkurang.
Secara umum gejala yang paling umum terjadi pada pasien-pasien
hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran abnormal
yang progresif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai
salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 20


standar di atas ukuran normal. Makrokrania biasanya disertai empat
gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu: - Fontanel anterior yang
sangat tegang. - Sutura kranium tampak atau teraba melebar. - Kulit
kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol. -
Fenomena ‘matahari tenggelam’ (sunset phenomenon).
Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih
besar dibandingkan dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri kepala,
muntah, gangguan kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada kasus
yang telah lanjut ada gejala gangguan batang otak akibat herniasi
tonsiler (bradikardia, aritmia respirasi).

2.9 Diagnosis Partus Tak Maju


Dibawa ini adalah tabel yang digunakan untuk membantu mendiagnosis
persalinan lama.
Tanda dan Gejala Diagnosis
Serviks tidak membuka Tidak ada his Belum inpartu
atau his tidak teratur
Pembukaan serviks tidak melewati 4 Fase laten memanjang
cm sesudah 8 jam inpartu dengan his
yang teratur
Pembukaan serviks melewati kanan Fase aktif memanjang
garis waspada pada partograf
− Frekuensi his kurang dari 3 kali Inersia uteri
dalam 10 menit dengan durasi < 40
detik
− Pembukaan serviks dan turunnya CPD
bagian janin di presentasi tidak maju
sedangkan his baik
− Pembukaan serviks dan turunnya Obstruksi kepala
bagian janin di presentasi tidak maju

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 21


dengan kaputs, terdapat moulase hebat,
edema serviks, tanda rupture uteri
iminen, gawat janin
− Kelainan presentasi (selain vertex Malpresentasi atau malposisi
dengan oksiput anterior)
Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin Kala II lama
mengedan, tetapi taka da kemajuan
penurunan

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan diantaranga adalah :

2.9.1 Kardiotokografi (CTG)


Alat Kardiotokografi (CTG) atau juga disebut Fetal Monitor merupakan
salah satu alat elektronik yang digunakan untuk tujuan melakukan pemantauan
kesejahteraan dan kondisi kesehatan janin. Pemeriksaan umumnya dapat
dilakukan pada usia kehamilan 7 - 9 bulan dan pada saat persalinan. Pemeriksaan
CTG diperoleh informasi berupa signal irama denyut jantung janin (DJJ), gerakan
janin dan kontraksi rahim. Pemeriksaan dengan kardiotokografi merupakan salah
satu upaya untuk menurunkan angka kematian perinatal yang disebabkan oleh
penyakit penyulit hipoksi janin dalam rahim. Pada dasarnya pemantauan ini
bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan yang berkaitan hipoksi janin dalam
rahim, seberapa jauh gangguan tersebut dan akhirnya menentukan tindak lanjut
dari hasil pemantauan tersebut. Pada saat bersalin kondisi janin dikatakan normal
apabila denyut jantung janin dalam keadaan reaktif, gerakan janin aktif dan
dibarengi dengan kontraksi rahim yang adekuat. Kontraksi uterus dinyatakan
adekuat jika mencapai 50-60 mmHg. Tekanan intrauterin <15 mmHg dapat
dinyatakan sebagai inersia uteri hipotonis.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 22


2.10 Penatalaksanaan Partus Tak Maju
Penanganan persalinan lama dibedakan atas dua macam yaitu penanganan
umum dan penanganan khusus untuk yang belum inpartu/persalinan palsu yang
akan dijelaskan dibawah ini.

2.10.1 Penanganan Umum


Penanganan umum persalinan lama antara lain:
a. Nilai dengan segera keadaan ibu hamil dan janin termasuk hidrasi dan
tanda vital
b. Kaji kembali partograf, apakah pasien sudah inpartu, nilai keadaan his,
frekuensi, durasi dan konsistensinya.
c. Perbaiki keadaan umum dengan: Dukungan emosi, perubahan posisi
sesuai dengan penanganan persalinan normal. Periksa keton dalam urine
dan berikan cairan baik orak maupun parenteral. Upayakan BAK.
pemasangan kateter hanya dilakukan jika perlu.
d. Beri analgesia : tramadol atai petidin 25 mg IM (maksimum 1 mg/kg BB)
atau morfin 10 mg IM jika pasien merasa nyeri hebat atas advice dokter.

2.10.2 Penanganan Khusus


Penanganan khusus terbagi atas penanganan khusus pada persalinan palsu,
fase laten memanjang dan fase aktif memanjang. Persalinan Palsu Pada persalinan
lama karena memang belum masuk pada keadaan inpartu atau persalinan palsu,
tindakan yang dilakukan adalah periksa apakah ada infeksi saluran kemih atau
ketuban pecah. Jika tidak ada pasien boleh rawat jalan.
Fase Laten Memanjang Penanganan Khusus pada fase laten memanjang
yaitu his berlangsung secara teratur dan pembukaan tidak bertambah maka
lakukan ulang penilaian serviks:
a. Jika tidak ada perubahan pada pendataran dan pembukaan serviks dan
tidak ada gawat janin, mungkin pasien belum inpartu
b. Jika ada kemajuan pendataran dan pembukaan serviks, maka lakukan
amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin dna prostaglandin.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 23


 Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam
 Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian
oksitosin selama 8 jam, lakukan seksio sesarea
c. Jika didapatkan tanda-tanda infeksi seperti demam dan cairan vagina
berbau:
 Lakukan akselerasi persalinan pervaginam dengan oksitosin
 Berikan antobiotika kombinasi hingga persalinan terjadi o Ampisilin 2
gram IV setiap 6 jam o Gentamisin 5 mg/kg BB setiap 24 jam o Jika
persalinan pervaginam terjadi, antibiotika si hentikan pada
pascapersalinan o Jika dilakukan seksio sesarea, lanjutkan antibiotika
ditambah metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam sampai ibu bebas 48
jam.
Fase Aktif Memanjang Pada keadaan kasus fase aktif memanjang maka
tindaka yang perlu dilakukan antara lain:
a. Jika tidak ada tanda-tanda CPD, atau obstruksi dan ketuban masih utuh,
ketuban dipecahkan
b. Nilai his: Jika his tidak adekuat yaitu kurang dari 3 kali dalam 10 menit
dengan durasi kurang dari 40 detik pertimbangkan adanya inersia uteri.
Jika his adekuat pertimbangkan adanya disporporsi
c. Lakukan penanganan umum yang akan memperbaiki his dan mempercepat
kemajuan persalinan.
Penatalaksanaan pada kala II lama menurut Prawirohardjo (2010) adalah:
Upaya mengejan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah
oksigen ke plasenta, maka dari itu sebaiknya dianjurkan mengedan secara
spontan, mengedan dan menahan nafas yang trlalu lama tidak dianjurkan.
Perhatikan DJJ bradikardi yang lama mungkin terjadi akibat lilitan tali pusat.
Dalam hal ini lakukan ekstraksi vakum atau forcep bila syarat memenuhi. Bila
malpresentasi dan tanda obstruksi bias disingkirkan, berikan oksitosin drip. Bila
pemberian oksitosin drip tidak ada kemajuan dalam 1 jam, lahirkan dengan
bantuan ekstraksi vacuum atau forcep bila persyaratan terpanuhi. Lahirkan dengan
secsio sesarea.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 24


Penatalaksanaan partus lama antara lain :
Pencegahan :
a. Persiapan kelahiran bayi dan perawatan prenatal yang baik akan
mengurangi insidensi partus lama.
b. Persalinan tidak boleh diinduksi atau dipaksakan kalau serviks belum
matang. Servik yang matang adalah servik yang panjangnya kurang dari
1,27 cm (0,5 inci), sudah mengalamin pendataran, terbuka sehingga bisa
dimasuki sedikitnya satu jari dan lunak serta bisa dilebarkan.
Tindakan suportif :
a. Selama persalinan, semangat pasien harus didukung. Kita harus
membesarkan hatinya dengan menghindari kata-kata yang dapat
menimbulkan kekhawatiran dalam diri pasien.
b. Intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Pada semua partus lama, intake
cairan sebanyak ini di pertahankan melalui pemberian infus larutan
glukosa. Dehidrasi, dengan tanda adanya acetone dalam urine, harus
dicegah Makanan yang dimakan dalam proses persalinan tidak akan
tercerna dengan baik.
c. Makanan ini akan tertinggal dalam lambung sehingga menimbulkan
bahaya muntah dan aspirasi. Karena waktu itu, pada persalinan yang
berlangsung lama di pasang infus untuk pemberian kalori.
d. Pengosongan kandung kemih dan usus harus memadai. Kandung kemih
dan rectum yang penuh tidak saja menimbulkan perasaan lebih mudah
cidera dibanding dalam keadaan kosong.
e. Meskipun wanita yang berada dalam proses persalinan, harus
diistirahatkan dengan pemberian sedatif dan rasa nyerinya diredakan
dengan pemberian analgetik, namun semua preparat ini harus digunakan
dengan bijaksana. Narcosis dalam jumlah yang berlebihan dapat
mengganggu kontraksi dan membahayakan bayinya.
f. Pemeriksaan rectal atau vaginal harus dikerjakan dengan frekuensi sekecil
mungkin. Pemeriksaan ini menyakiti pasien dan meningkatkan resiko
infeksi. Setiap pemeriksaan harus dilakukan dengan maksud yang jelas.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 25


g. Apabila hasil-hasil pemeriksaan menunjukkan adanya kemajuan dan
kelahiran diperkirakan terjadi dalam jangka waktu yang layak serta tidak
terdapat gawat janin ataupun ibu, tetapi suportif diberikan dan persalinan
dibiarkan berlangsung secara spontan.
Perawatan pendahuluan :
Penatalaksanaan menurut Oxorn (2010), penderita dengan partus lama adalah
sebagai berikut:
a. Suntikan Cortone acetate 100-200 mg intramuscular
b. Penisilin prokain : 1 juta IU intramuscular
c. Streptomisin 1 gr intramuscular
d. Infus cairan :
Larutan garam fisiologis
Larutan glukose 5-100% pada janin pertama : 1 literataujam
e. Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan mengharuskan untuk
segera bertindak.

2.11 Komplikasi Partus Tak Maju


2.11.1 Ketuban pecah dini
Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup dengan
sempurna oleh janin ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil.27 Bila kepala
tertahan pada pintu atas panggul, seluruh tenaga dari uterus diarahkan ke bagian
membran yang menyentuh os internal, akibatnya ketuban pecah dini lebih mudah
terjadi.

2.11.2 Pembukaan serviks yang abnormal


Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali karena
kepala janin tidak dapat turun dan menekan serviks. Pada saat yang sama, dapat
terjadi edema serviks sehingga kala satu persalinan menjadi lama. Namun
demikian kala satu dapat juga normal atau singkat, jika kemacetan persalinan
terjadi hanya pada pintu bawah panggul. Dalam kasus ini hanya kala dua yang
menjadi lama. Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami ketoasidosis

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 26


dan dehidrasi. Seksio caesarea perlu dilakukan jika serviks tidak berdilatasi.
Sebaliknya, jika serviks berdilatasi secara memuaskan, maka ini biasanya
menunjukan bahwa kemacetan persalinan telah teratasi dan kelahiran pervaginam
mungkin bisa dilaksanakan (bila tidak ada kemacetan pada pintu bawah panggul).

2.11.3 Bahaya ruptur uterus


Ruptur uterus, terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu
dari kedaruratan obstetrik yang berbahaya dan hasil akhir dari partus tak maju
yang tidak dilakukan intervensi. Ruptur uterus menyebabkan angka kematian ibu
berkisar 3-15% dan angka kematian bayi berkisar 50%.
Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar, janin
akan didorong ke segmen bawah rahim melalui kontraksi. Jika kontraksi berlanjut,
segmen bawah rahim akan merengang sehingga menjadi berbahaya menipis dan
mudah ruptur. Namun demikian kelelahan uterus dapat terjadi sebelum segmen
bawah rahim meregang, yang menyebabkan kontraksi menjadi lemah atau
berhenti sehingga ruptur uterus berkurang. Ruptur uterus lebih sering terjadi pada
multipara jarang terjadi, pada nulipara terutama jika uterus melemah karena
jaringan parut akibat riwayat seksio caesarea. Ruptur uterus menyebabkan
hemoragi dan syok, bila tidak dilakukan penanganan dapat berakibat fatal.

2.11.4 Fistula
Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka sebagian
kandung kemih, serviks, vagina, rektum terperangkap diantara kepala janin dan
tulang-tulang pelvis mendapat tekanan yang berlebihan. Akibat kerusakan
sirkulasi, oksigenisasi pada jaringan-jaringan ini menjadi tidak adekuat sehingga
terjadi nekrosis, yang dalam beberapa hari diikuti dengan pembentukan fistula.
Fistula dapat berubah vesiko-vaginal (diantara kandung kemih dan vagina),
vesiko-servikal (diantara kandung kemih dan serviks) atau rekto-vaginal (berada
diantara rektum dan vagina). Fistula umumnya terbentuk setelah kala II persalinan
yang sangat lama dan biasanya terjadi pada nulipara, terutama di negara-negara
yang kehamilan para wanitanya dimulai pada usia dini.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 27


2.11.5 Sepsis puerferalis
Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi
setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42
hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis,
demam 38,5’c atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja cairan vagina yang
abnormal, berbau busuk dan keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran
uterus. Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada kasus
partus lama dan partu tak maju terutama karena selaput ketuban pecah dini.
Bahaya infeksi akan meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang-ulang.

2.12 Pencegahan Partus Tak Maju


2.12.1 Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang
sehat agar tetap sehat atau tidak sakit. Untuk menghindari risiko partus tak maju
dapat dilakukan dengan :
a. Memberikan informasi bagi ibu dan suaminya tentang tanda bahaya
selama kehamilan dan persalinan.
b. Pendidikan kesehatan reproduksi sedini mungkin kepada wanita usia
reproduksi pra-nikah.
c. Meningkatkan program keluarga berencana bagi ibu usia reproduksi yang
sudah berkeluarga.
d. Memperbaiki perilaku diet dan peningkatan gizi.
e. Antenatal Care dengan yang teratur untuk mendeteksi dini kelainan pada
ibu hamil terutama risiko tinggi.
f. Mengukur tinggi badan dan melakukan pemeriksaan panggul pada
primigravida.
g. Mengajurkan untuk melakukan senam hamil.
h. Peningkatan pelayanan medik gawat darurat.
i. Menyediakan sarana transportasi dan komunikasi bagi ibu-ibu yang
melahirkan dirumah (Maternity Waiting Home) apabila terjadi komplikasi,
sehingga harus di rujuk ke fasilitas yang lebih baik.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 28


2.12.2 Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan
pengobatan yang tepat untuk mencegah timbulnya komplikasi, yaitu :
Diagnosis dini partus tak maju meliputi
a. Pemeriksaan Abdomen
Tanda-tanda partus tak maju dapat diketahui melalui pemeriksaan
abdomen sebagai berikut :
 Kepala janin dapat diraba diatas rongga pelviss karena kepala tidak
dapat turun
 Kontraksi uterus sering dan kuat (tetapi jika seorang ibu mengalami
kontraksi yang lama dalam persalinanya maka kontraksi dapat berhenti
karena kelelahan uterus)
 Uterus dapat mengalami kontraksi tetanik dan bermolase (kontraksi
uterus bertumpang tindih) ketat disekeliling janin.
 Cincin Band/Bandles ring ; cincin ini ialah nama yang diberikan pada
daerah diantara segmen atas dan segmen bawah uterus yang dapat
dilihat dan diraba selama persalinan. Dalam persalinan normal, daerah
ini disebut cincin retraksi. Secara normal daerah ini seharusnya tidak
terlihat atau teraba pada pemeriksaan abdomen, cincin bandl adalah
tanda akhir dari persalinan tidak maju. Bentuk uterus seperti kulit
kacang dan palpasi akan memastikan tanda-tanda yang terlihat pada
waktu observasi.
b. Pemeriksaan Vagina
Tanda-tandanya sebagai berikut :
 Bau busuk dari drainase mekonium
 Cairan amniotik sudah keluar
 Kateterisasi akan menghasilkan urine pekat yang dapt mengandung
mekonium atau darah
 Pemeriksaan vagina : edema vulva (terutama jika ibu telah lama
mengedan), vagina panas dan mengering karena dehidrasi, pembukaan
serviks tidak komplit. Kaput suksedaneum yang besar dapat diraba dan

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 29


penyebab persalinan macet antara lain kepala sulit bermolase akibat
terhambat di pelvis, presentasi bahu dan lengan prolaps.
c. Pencatatan Partograf
Persalinan macet dapat juga diketahui jika pencatatan pada partograf
menunjukan :
 Kala I persalinan lama (fase aktif) disertai kemacetan sekunder
 Kala II yang lama
 Gawat janin (frekuensi jantung janin < dari 120 permenit, bau busuk
dari drainase mekonium sedangkan frekuensi jantung janin normal
120-160 permenit)
 Pembukaan serviks yang buruk walaupun kontraksi uterus yang kuat.
Melakukan penanganan secepat mungkin untuk mencegah terjadinya
komplikasi, partus tak maju berisiko mengalami infeksi sampai ruptur uterus
dan biasanya ditangani dengan tindakan bedah, seksio caesarea, ekstraksi
cunam atau vacum oleh sebab itu harus dirujuk kerumah sakit.

2.12.3 Pencegahan Tersier


Pencegahan tersier dilakukan dengan mencegah terjadinya komplikasi
yang lebih berat
dan kematian, yaitu :
a. Rehidrasikan pasien untuk mempertahankan volume plasma normal dan
menangani dehidrasi, ketosis dengan memberikan natrium laktat 1 liter
dan dekstrosa 5% 1-2 liter dalam 6 jam.
b. Pemberiaan antibiotik untuk mencegah sepsis puerperalis dan perawatan
intensif setelah melahirkan.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 30


BAB III
LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Rika Ananda
Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jln.Tanjung Morawa, Kel. Telaga Sari
Masuk tanggal : 22-08-2019
No Rekamedik : 292713

2. ANAMNESIS PENYAKIT
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesa tanggal 22-08-2019 pukul
11.00 WIB.

 Keluhan Utama:
Keluar darah dan lendir dari jalan lahir sejak tadi malam.

 Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien dibawa oleh suaminya ke RSUD Deli Serdang pada tanggal 22-08-
2019 pukul 11.00 dengan keluhan keluar darah bercampur lendir dari jalan
lahir namun jumlahnya hanya sedikit, sebelumnya pasien dibawa ke bidan
pada tanggal 21-08-2019 pukul 22.00, dan dilakukan pemeriksaan oleh
bidan, bidan mengatakan pasien sudah pembukaan 3 namun tidak ada
kemajuan dan pasien terus merasa kesakitan. Nyeri perut dijumpai.
Riwayat trauma tidak dijumpai. Kehamilan G1P0A0, HPHT tanggal 14-
11-2018, TFU: 31 CM, TTP: 21-08-2019.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 31


 Riwayat Penyakit Dahulu:
Tidak dijumpai
 Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak dijumpai
 Riwayat Penggunaan Obat:
Os mengatakan tidak ada mengkonsumsi obat-obatan.
 Riwayat Alergi:
Os mengatakan tidak ada alergi
 Riwayat Menstruasi:
Menarche umur 13 tahun, siklus haid 28 hari, teratur, lama 5-7 hari, tidak
ada keluhan selama haid, TFU: 31 CM, TTP: 21-08-2019.
 Riwayat Perkawinan:
Os menikah 1 kali.
 Riwayat Kehamilan:
2019/ kehamilan saat ini

3. PEMERIKSAAN FISIK
 Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan darah :120/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 37 oC
Pernapasan : 24 x/menit
BB : 65 kg
TB : 155 cm
 Kepala :Bentuk normal
 Mata :Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, palpebrae
tidak edem, pupil isokor, refleks cahaya +/+.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 32


 Telinga :Bentuk normal, tidak ada cairan yang keluar dari telinga,
tidak ada ganguan pendengaran.
 Hidung :Bentuk normal, tidak tampak, defiasi septum, tidak ada
sekret, tidak ada epistaksis, tidak ada pernapasan cuping hidung
 Mulut :Bibir dan mukosa tidak anemis, perdarahan gusi tidak ada,
tidak ada trismus, tidak ada pembesaran atau radang pada tonsil, lidah
tidak ada kelainan, tidak ada gigi palsu.
 Leher :Tidak ada kaku kuduk, tidak tampak pembesaran kelenjar
getah bening dan tiroid, tidak ada pembesaran JVP.
 Thoraks
Paru
Inspeksi :Bentuk normal, gerakan simetris dan ICS tidak melebar.
Palpasi :Fremitus raba +/+ simetris, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi :Sonor +/+, tidak ada nyeri ketuk.
Auskultasi :Vesikuler, tidak ada ronkhi atau wheezing.
Jantung
Inspeksi :Iktus kordis tidak tampak
Palpasi :Tidak teraba thrill.
Perkusi :Batas jantung normal, ICS V LMK kiri dan ICS II LPS
kanan.
Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, bising jantung tidak ada.
Abdomen : Lihat Status Obstetri
Ekstremitas
Superior : Edema (-/-), gerak normal, nyeri gerak (-/-).
Inferior : Edema (-/-), gerak normal, nyeri gerak (-/-).

 Pemeriksaan Obstetri :
Inspeksi : Perut tampak membuncit asimetris
Palpasi : Nyeri tekan (+)
Leopold I : Fundus uteri teraba di bawah processus xyphoideus
(TFU = 31 cm)

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 33


Leopold II : Sebelah kanan teraba bagian-bagian kecil, sebelah kiri
kesan teraba tahanan memanjang.
Leopold III : Bagian terendah janin teraba bagian besar, bulat, keras
dan melenting (masuk PAP).
Leopold IV : 3/5
TBJ : 3100 gr
Auskultasi : DJJ 152 x/menit
Pemeriksaan Dalam
Vaginal Touche :
a. Portio : Mendatar dan tipis
b. Pembukaan : 3 cm
c. Selaput ketuban : (+)
d. Presentasi : Teraba kepala

4. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
 Darah Lengkap
Pemeriksaan Laboratorium

Hemoglobin 10,97 g/dL

Hematocrit 32,6 %

Leukosit 13,75 103/uL

Eritrosit 3,98 juta/uL

Trombosit 275900

MCV 81,9 fl

MCH 27,6 pg (H)

MCHC 33,7 g/dL

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 34


HITUNG JENIS

Basophil 0.22 %

Eosinofil 0.37 %

N.segmen 83,72 %

Limfosit 8,26 %

Monosit 7,43 %

LED 15 %

 Koagulasi
Waktu perdarahan (BT) : 5 menit
Waktu pembekuan (CT) : 11 menit
 Imunologi
HbsAg Kualitatif : negatif
Anti HIV : nonreaktif
 Kimia Klinik
Glukosa Sewaktu : 97 mg/dL

5. RESUME
Pasien dibawa oleh suaminya ke RSUD Deli Serdang pada siang
hari dengan keluhan keluar darah dan lendir hanya sedikit. Hal ini dialami
os sejak tadi malam saat dibawa ke bidan, namun selama 12 jam belum
ada kemajuan persalinan yaitu hanya teraba pembukaan 3 cm dari malam
hari hingga siang hari. Nyeri perut dijumpai. Riwayat trauma tidak
dijumpai. Kehamilan G1P0A0, HPHT tanggal 14-12-2018, TFU: 31 CM,
TTP: 21-08-2019. Palpasi abdomen didapatkan nyeri tekan. Fundus uteri
teraba di bawah processus xyphoideus (TFU = 31 cm). Leopold II :
Sebelah kanan teraba bagian-bagian kecil, sebelah kiri kesan teraba

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 35


tahanan memanjang. Leopold III: agian terendah janin teraba bagian besar,
bulat, keras dan melenting (masuk PAP). Leopold IV: 3/5.

6. DIAGNOSA
G1P0A0 + KDR (39-40) minggu + PTM + primigravida

7. PENATALAKSANAAN
 IVFD RL 20 gtt/i
 Inj. Ceftriaxone 1gr

8. ANJURAN
Pro Sectio Caesarea

9. FOLLOW UP

SS SHari/Tanggal S O A P
22 Kamis,22 Nyeri perut TD : 120/80 G1P0A0 + IVFD RL 20
Agustus 2019 (+) mmhg KDR 37 gtt/i
Nadi:90 x/menit minggu + Inj.Ceftriaxone
Suhu: 37 oC PTM + 1gr / 8 jam
Pernapasan:24 primigravida Observasi DJJ,
x/menit TTV ibu
BB: 65 kg
TB: 155 cm
DJJ I : 152 x/
menit
DJJ II : 150
x/menit

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 36


Jumat, 23 Nyeri perut TD : 120/80 G1P0A0 + IVFD RL 20
Agustus 2019 post SC (+) mmhg KDR 37 gtt/i
Nadi:80 x/menit minggu + Inj.
Suhu: 36,5 oC PTM + Ceftriaxone
Pernapasan:21 primigravida 1gr / 8 jam
x/menit Inj. Ketorolac
BB: 61 kg 1 amp/ 8 jam
TB: 155 cm Inj.
Gentamisin 1
amp/12 jam
Observasi DJJ,
TTV ibu

Sabtu, 23 TD : 110/80 G1P0A0 + IVFD RL 20


Agustus 2019 mmhg KDR 37 gtt/i
Nadi:79 x/menit minggu + Inj.
Suhu: 36,5 oC PTM + Ceftriaxone
Pernapasan:22 primigravida 1gr / 8 jam
x/menit Inj. Ketorolac
BB: 61 kg 1 amp/ 8 jam
TB: 155 cm Inj.
Gentamisin 1
amp/12 jam
Observasi DJJ,
TTV ibu

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 37


BAB IV

KESIMPULAN

1. Partus tak maju adalah Inpartu kala I tidak ada kemajuan dalam persalinan.
2. Pada ibu ini dirasakan keluar darah dan lendir dari vagina namun hanya
sedikit kemudia diperiksakan ke bidan didapatkan terjadi pembukaan.
3. Dievaluasi selama 12 jam namun tidak ada kemajuan.
4. GI P0 A0 , usia Ibu 23 Tahun, Usia Kehamilan 39-40 minggu dengan Partus
tak maju.
5. Karena melihat kondisi dari ibu maka tindakan yang di ambil adalah sectio
secaria.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 38


BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta:
EGC, 2005.

Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran


Bandung. Obstetri Fisiologi. Bandung: Elemen, 1983.

Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran


Bandung. Obstetri Patologi. Bandung: Elstar, 1982.

Sofie Rifayani, dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi
RSHS, Bagian Pertama (Obstetri). Edisi 2. Bagian Obgin RSHS. 2005.

Sulaiman Sastrawinata, dkk. Obstetri Patologi. Cetakan Pertama. EGC: Jakarta.


2005.

Ardhiyanti, Y. 2016. Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Persalinan


Lama di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Jurnal. Jurnal Kesehatan
Komunitas, Vol. 3, No. 2, Mei 2016 . P 83-87.

Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.


Jakarta: EGC. Hlm: 384-386.

Prawirohardjo, S. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hlm. M-
47 sd M-58.

Wiknjosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina. Pustaka


Sarwono. WHO. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta:
Kemenkes RI. Hlm: 137-139.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Page 39

Anda mungkin juga menyukai