Anda di halaman 1dari 90

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Dengan ini saya menyatakan bahwa isi sebagian maupun keseluruhan Tugas Akhir
saya dengan judul Aplikasi Seismik Inversi Acoustic Impedance (AI) untuk
Karakterisasi Reservoar, Studi Kasus: Lapangan Boonsville, USA adalah
benar-benar hasil karya intelektual mandiri, diselesaikan tanpa menggunakan
bahan-bahan yang tidak diizinkan dan bukan merupakan karya pihak lain yang saya
akui sebagai karya sendiri. Semua referensi yang dikutip maupun dirujuk telah
ditulis secara lengkap pada daftar pustaka. Apabila ternyata pernyataan ini tidak
benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Balikpapan, 31 Januari 2019

Irsan Ar Rahman
NIM. 01141002

i
“halaman ini sengaja dikosongkan”

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Institut Teknologi Kalimantan, saya yang bertanda tangan
di bawah ini :

Nama : Irsan Ar Rahman


NIM : 01141002
Program Studi : Fisika
Jurusan : Sains, Teknologi Pangan dan Kemaritiman

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Institut Teknologi Kalimantan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

APLIKASI SEISMIK INVERSI ACOUSTIC IMPEDANCE (AI) UNTUK


KARAKTERISASI RESERVOAR
STUDI KASUS: LAPANGAN BOONSVILLE, USA
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
eksklusif ini, Institut Teknologi Kalimantan berhak menyimpan, mengalih
mediakan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Balikpapan, 31 Januari 2019

Irsan Ar Rahman
NIM. 01141002

iii
“halaman ini sengaja dikosongkan”

iv
“halaman ini sengaja dikosongkan”

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT karena hanya atas berkat dan limpahan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir yang
berjudul :
“APLIKASI SEISMIK INVERSI ACOUSTIC IMPEDANCE (AI) UNTUK
KARAKTERISASI RESERVOAR
STUDI KASUS: LAPANGAN BOONSVILLE, USA”
Laporan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh
untuk menyelesaikan Program Sarjana di Program Studi Fisika, Jurusan Sains
Teknologi Pangan dan Kemaritiman, Institut Teknologi Kalimantan (ITK)
Balikpapan. Dalam penulisan laporan tugas akhir ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan, petunjuk, saran, serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir.Sulistijono, DEA selaku Dosen Pembimbing Utama yang
selalu memberikan dukungan dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini.
2. Bapak Dian Mart Shoodiqin, S.Si., M.Si. selaku Koordinator Program Studi
Fisika, Jurusan Sains Teknologi Pangan dan Kemaritiman, Institut Teknologi
Kalimantan.
3. Bapak Febrian Dedi Sastrawan, S.Si., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing
Pendamping yang selalu memberikan saran dan bimbingan dalam penyelesaian
tugas akhir ini.
4. Bapak Hilfan Khairy yang selalu membimbing, memberikan arahan dan saran
kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akir ini.
5. Bapak Agus Rifani, S.Si., M.Si., selaku Dosen Wali yang selalu memberikan
arahan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Bapak Mahendra Satria Hadiningrat, S.Si., M.Si. selaku Koordinator Tugas
Akhir Program Studi Fisika, Jurusan Sains Teknologi Pangan dan
Kemaritiman, Institut Teknologi Kalimantan.
7. Bapak Raden Agusi, Mama Pipit Rachmiati, Kaka Mira Jayanti Sapitri, Kaka
Ivan Rachman G,Kaka Himawan Pribadi, Mba Nur, Keponakan Mikhail,

vii
Malikha, Rania, dan seluruh keluarga penulis yang senantiasa memberikan
seluruh dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
8. Teman satu angkatan penulis Hana Zavira, Padrian, Jakarian Aspan, Syarifah
Nihlah Y, Putri Widya P, Deffi Rahma Santi, Mirnawati, Antares F-32, Bird
Generation yang telah mendukung dan menemani penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Teman-teman FISIKA ITK angkatan 2013 – 2017 yang telah memberikan
semangat kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
10. Special Person, Miranda Revitasari yang telah mendukung dan memberikan
seluruh bantuan untuk penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis tulis satu persatu, penulis selalu
menempatkan kalian dalam hati dan ingatan tentang semua kebaikan yang telah
kalian berikan.

Balikpapan, 31 Januari 2019

Penulis

viii
APLIKASI SEISMIK INVERSI ACOUSTIC IMPEDANCE (AI)
UNTUK KARAKTERISASI RESERVOAR
STUDI KASUS: LAPANGAN BOONSVILLE, USA

Nama Mahasiswa : Irsan Ar Rahman


NIM : 01141002
Dosen Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA
Dosen Pembimbing Pendamping : Febrian Dedi S.Si., M.Sc.

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul aplikasi Seismik Inversi Acoustic Impedance (AI)


untuk Karakterisasi Reservoar dengan Studi Kasus: Lapangan Boonsville, USA.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perlunya menemukan lokasi prospek
hidrokarbon dalam upaya menjaga ketahanan energi. Tujuan dari penelitian ini
antara lain untuk mendapatkan nilai cutoff AI clean sand stone pada formasi Caddo
dan Vineyard berdasarkan hasil crossplot log AI, density, dan gamma ray dan untuk
menentukan lokasi/zona yang di prediksi mengandung hidrokarbon (khususnya
gas) pada formasi Caddo dan Vineyard berdasarkan hasil analisis inversi AI,
porositas, dan analisis kualitatif data log. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode seismik inversi impedansi akustik (AI). Metode seismik inversi
AI digunakan untuk mendapatkan parameter fisis batuan yaitu impedansi akustik
sehingga persebaran zona reservoar tempat tersimpannya cadangan hidrokarbon
dapat diprediksi. Hasil sebaran AI pada volume seismik dapat digunakan untuk
memprediksi sebaran porositas. Prediksi sebaran porositas pada volume seismik
didapat dari hasil regresi linier antara nilai AI dengan data log porositas pada sumur
B Yates 18 D. Hasil penelitian didapatkan nilai cutoff AI clean sand stone pada
formasi Caddo sebesar 38000 - 55500 (ft/s) (gr/cc) dan pada formasi Vineyard
sebesar 33000 - 37500 (ft/s) (gr/cc). Pada Top Caddo memiliki 4 zona yang
diprediksi mengandung gas dengan reservoar berupa clean sand stone. Pada Top
Vineyard ditemukan 3 zona yang diprediksi juga mengandung gas dengan reservoar
berupa shaly sand.

Kata kunci: impedansi akustik, hidrokarbon, porositas, inversi seismik

ix
“halaman ini sengaja dikosongkan”

x
APPLICATION OF SEISMIC INVERSION ACOUSTIC
IMPEDANCE (AI) TO CHARACTERIZE RESERVOIR
A CASE STUDY: BOONSVILLE FIELD, USA

By : Irsan Ar Rahman
Student Identity Number : 01141002
Supervisor : Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA
Co-Supervisor : Febrian Dedi S.Si., M.Sc.

ABSTRACT

The title of this research is Application of Seismic Inversion Acoustic


Impedance (AI) to Characterize Reservoir, A Case Study: BOONSVILLE FIELD,
USA. This research is motivated by the need to find the location of hydrocarbon
prospects in an effort to maintain energy security. The purpose of this study is to
obtain clean sand stone AI cutoff values in Caddo and Vineyard formations based
on the results of crossplot for log AI, density, and gamma ray and to determine
locations/zones predicted to contain hydrocarbons (especially gases) in Caddo and
Vineyard formations based on the results of AI inversion analysis, porosity, and
qualitative analysis of log data. The method used in this study is seismic inversion
acoustic impedance (AI). Seismic inversion AI method is used to obtain rock
physical parameters, namely acoustic impedance so that the distribution of the
reservoir zone where stored hydrocarbon reserves can be predicted. The results of
AI distribution on seismic volume can be used to predict the distribution of porosity.
The prediction of porosity distribution on seismic volume is obtained from the
linear regression between AI values and porosity log data on B Yates 18 D. The
results showed that the clean sandstone AI cutoff in the Caddo formation was 38000
- 55500 (ft/s) (gr/cc) and in the Vineyard formation of 33000 - 37500 (ft/s) (gr/cc).
Top Caddo has 4 zones which are predicted to contain gas with a reservoir of clean
sand stone. On Top Vineyard found 3 zones also contained gas that is predicted to
be shaly sand reservoir.

Key words: acoustic impedance, hydrocarbon, porosity, seismic inversion

xi
“halaman ini sengaja dikosongkan”

xii
DAFTAR ISI

Pernyataan Keaslian Tugas Akhir ............................................................................ i


Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk Kepentingan Akademis.... iii
Lembar Pengesahan .................................................................................................v
Kata Pengantar ...................................................................................................... vii
Abstrak ................................................................................................................... ix
Abstract .................................................................................................................. xi
Daftar Isi .............................................................................................................. xiii
Daftar Gambar..................................................................................................... xvii
Daftar Tabel ......................................................................................................... xxi
Daftar Notasi ...................................................................................................... xxiii
BAB 1 Pendahuluan...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Batasan Masalah ........................................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian.......................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian.....................................................................................3
1.6 Kerangka Penelitian ..................................................................................3
BAB 2 Dasar Teori ............................................................................................5
2.1 Gelombang ................................................................................................5
2.2 Pemantulan (Reflection) ............................................................................6
2.3 Gelombang Seismik ..................................................................................6
2.3.1 Pengertian Dasar Gelombang Seismik ...............................................6
2.3.2 Asumsi Dasar Gelombang Seismik ...................................................8
2.4 Hukum Fisika dalam Penjalaran Gelombang Seismik ..............................9
2.4.1 Hukum Snellius ..................................................................................9
2.4.2 Hukum Huygens ..............................................................................10
2.4.3 Prinsip Fermat ..................................................................................11
2.5 Trace Seismik ..........................................................................................12

xiii
2.6 Wavelet.................................................................................................... 13
2.7 Karakterisasi Reservoar .......................................................................... 14
2.8 Data Log .................................................................................................. 14
2.8.1 Log Gamma Ray .............................................................................. 15
2.8.2 Log Spontaneous Potential (SP) ...................................................... 16
2.8.3 Log Resistivitas................................................................................ 17
2.8.4 Log Neutron Porosity ...................................................................... 18
2.8.5 Log Densitas .................................................................................... 21
2.9 Impedansi Akustik .................................................................................. 22
2.10 Seismik Inversi........................................................................................ 24
2.11 Geologi Regional Daerah Penelitian ....................................................... 27
2.12 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 32
BAB 3 Metodologi .......................................................................................... 37
3.1 Lokasi Daerah Penelitian ........................................................................ 37
3.2 Perangkat Lunak ..................................................................................... 37
3.3 Data ......................................................................................................... 38
3.3.1 Data Seismik .................................................................................... 38
3.3.2 Data log............................................................................................ 39
3.4 Pengolahan Data ..................................................................................... 39
3.4.1 Loading Data Log ............................................................................ 40
3.4.2 Loading Data Seismik ..................................................................... 41
3.4.3 Koreksi Checkshot ........................................................................... 41
3.4.4 Seismic-Well Tie dan Pembuatan Wavelet ....................................... 42
3.4.5 Pembuatan Model Awal Inversi AI ................................................. 43
3.4.6 Analisa Inversi AI ............................................................................ 44
3.4.7 Pembuatan Volume Porositas .......................................................... 46
BAB 4 Hasil dan Pembahasan......................................................................... 47
4.1 Hasil Crossplot P Impedance, Density, dan Gamma Ray ...................... 47
4.2 Peta Time Structure Top Caddo dan Top Vineyard ................................ 48
4.3 Hasil Inversi AI dan Prediksi Porositas................................................... 49
4.4 Analisis dan Interpretasi ......................................................................... 51
4.4.1 Formasi Top Caddo ......................................................................... 51

xiv
4.4.2 Formasi Top Vineyard .....................................................................55
BAB 5 Kesimpulan dan Saran .........................................................................59
5.1 Kesimpulan..............................................................................................59
5.2 Saran ........................................................................................................59
Daftar Pustaka ........................................................................................................61
LAMPIRAN A .................................................................................................... A-1
LAMPIRAN B .....................................................................................................B-1

xv
“halaman ini sengaja dikosongkan”

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Penelitian .............................................................................4


Gambar 2.1 Gelombang transversal (Surhayanto et al., 2009) ................................5
Gambar 2.2 Gelombang longitudinal (Surhayanto et al., 2009) ..............................5
Gambar 2.3 Pemantulan gelombang lurus (Surhayanto et al., 2009) ......................6
Gambar 2.4 (a) Penjalaran gelombang P dan (b) pada gelombang S, pada suatu
medium (telah dimodifikasi dari Luc T. Ikelle, 2005) .....................7
Gambar 2.5 Gelombang Love (telah dimodifikasi dari Luc T. Ikelle, 2005) ...........8
Gambar 2.6 Gelombang Rayleigh (telah dimodifikasi dari Luc T. Ikelle, 2005) ....8
Gambar 2.7 Pemantulan dan pembiasan pada bidang batas dua medium ...............9
Gambar 2.8 Hukum Huygens (Sheriff, 1995) ........................................................10
Gambar 2.9 Prinsip Fermat (telah dimodifikasi dari Justin Peatross, 2008) .........11
Gambar 2.10 Ilustrasi terbentuknya trace seismik dari wavelet dan reflektivitas
(telah dimodifikasi dari Yilmaz dan Özdogan, 2001) ....................12
Gambar 2.11 Jenis-jenis wavelet a) Minimum Phase Wavelet, b) Mixed Phase
Wavelet, c) Maximum Phase Wavelet, dan d) Zero Phase Wavelet
(telah dimodifikasi dari Luc T. Ikelle, 2005) .................................13
Gambar 2.12 Interpretasi lapisan batuan berdasarkan log gamma ray (telah ........15
Gambar 2.13 Interpretasi lapisan batuan berdasarkan log SP (telah dimodifikasi
dari Malcolm, 2002) .......................................................................16
Gambar 2.14 Identifikasi lapisan reservoar (sand) berdasarkan data deep
resistivity dengan medium resistivity (telah dimodifikasi dari
Malcolm, 2002) ..............................................................................17
Gambar 2.15 Identifikasi lapisan reservoar (sand) berdasarkan data deep
resistivity dengan shallow resistivity ( telah dimodifikasi dari
Malcolm, 2002) ..............................................................................18
Gambar 2.16 Interpretasi lapisan batuan berdasarkan log neutron (telah
dimodifikasi dari Malcolm, 2002) ..................................................19

xvii
Gambar 2.17 Analisis kualitatif log Neutron-Densitas untuk identifikasi gas (telah
dimodifikasi dari Malcolm, 2002) ................................................. 20
Gambar 2.18 Interpretasi lapisan batuan berdasarkan log densitas (telah
dimodifikasi dari Malcolm, 2002) ................................................. 21
Gambar 2.19 Tipe dari teknik inversi (Russel, 1988)............................................ 25
Gambar 2.20 Flowchart inverse modelling (Russel, 1988) ................................... 25
Gambar 2.21 Lokasi lapangan SGR Boonsville, modifikasi Thompson 1982
(Bureau of Economic Geology, 1996) ........................................... 27
Gambar 2.22 Cross-section dari barat hingga timur pada cekungan Fort Worth
(telah dimodifikasi dari Burner et al, 2011, dalam Alhakeem,
2013) ............................................................................................ 28
Gambar 2.23 Sistem Perminyakan pada cekungan Fort Worth, Texas (telah di
modifikasi dari Hardage et al, 1996, dalam Alhakeem, 2013) ...... 29
Gambar 2.24 Penampakan runtuhan karst pada cuplikan penampang seismik yang
menghubungkan formasi Mississippian dan Atoka Grup (telah
dimodifikasi dari Bureau of Economic Geology, 1996) ................ 29
Gambar 2.25 Peta sebaran Barnett shale pada cekungan Fort Worth (telah
dimodifikasi dari Burner et al, 2011, dalam Alhakeem, 2013)...... 30
Gambar 2.26 Urutan genetik formasi dalam interval bend conglomerate (telah
dimodifikasi dari Bureau of Economic Geology, 1996) ................ 31
Gambar 3.1 Lokasi Lapangan Boonsville North Texas, USA .............................. 37
Gambar 3.2 Detail wilayah penelitian (base map) pada Lapangan Boonsville
(Bureau of Economic Geology, 1996) ........................................... 38
Gambar 3.3 Tampilan penampang vertikal data seismik PSTM ........................... 39
Gambar 3.4 Flowchart pengolahan data................................................................ 40
Gambar 3.5 Koreksi checkshot pada sumur B Yates 18D .................................... 41
Gambar 3.6 (a) wavelet yang digunakan hasil ekstraksi dan (b) spektrum frekuensi
wavelet ........................................................................................... 43
Gambar 3.7 Spektrum frekuensi data seismik ....................................................... 44
Gambar 3.8 Spektrum frekuensi model ................................................................. 44
Gambar 3.9 Analisa Inversi pada sumur B Yates 11 ............................................. 45
Gambar 3.10 Analisa Inversi pada sumur B Yates 18D ........................................ 45

xviii
Gambar 3.11 Crossplot antara AI hasil inversi dengan log porositas ....................46
Gambar 4.1 Hasil crossplot p-impedance, density dan gamma ray pada formasi
Caddo..............................................................................................47
Gambar 4.2 Hasil crossplot p-impedance, density dan gamma ray pada formasi
Vineyard .........................................................................................48
Gambar 4.3 Peta time structure formasi Top Caddo ..............................................49
Gambar 4.4 Peta time structure formasi Top Vineyard .........................................49
Gambar 4.5 Gambar penampang vertikal AI beserta log AI pada sumur B Yates
11 ....................................................................................................50
Gambar 4.6 Gambar penampang vertikal AI beserta log AI sumur B Yates 18D .50
Gambar 4.7 Gambar penampang vertikal porositas beserta log neutron porosity
pada sumur B Yates 18D ................................................................51
Gambar 4.8 Sebaran impedansi akustik (atas) dan sebaran porositas (bawah) pada
formasi Top Caddo .........................................................................52
Gambar 4.9 Data sumur beserta prediksi kandungan dan litologi dari sumur B
Yates 11 pada formasi Caddo.........................................................53
Gambar 4.10 Data sumur beserta prediksi kandungan dan litologi dari sumur Ashe
C3 pada formasi Caddo ..................................................................54
Gambar 4.11 Sebaran impedansi akustik (atas) dan sebaran porositas (bawah)
pada formasi Top Vineyard ............................................................55
Gambar 4.12 Data sumur beserta prediksi kandungan dan litologi dari sumur B
Yates 11 pada formasi Vineyard ....................................................57
Gambar 4.13 Data sumur beserta prediksi kandungan dan litologi dari sumur F
Yates 10 pada formasi Vineyard ....................................................57
Gambar 4.14 Data sumur beserta prediksi kandungan dan litologi dari sumur I.G.
Yates 4 pada formasi Vineyard ......................................................58

xix
“halaman ini sengaja dikosongkan”

xx
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Metode Inversi Seismik Terdahulu .......................................32

xxi
“halaman ini sengaja dikosongkan”

xxii
DAFTAR NOTASI

Notasi Keterangan Satuan


vp Kecepatan gelombang-P m/s
ρ Densitas gr/cm3
ф Porositas total %
IA Impedansi akustik (ft/s) (gr/cc)
λ Panjang gelombang m
f Frekuensi Hz
κ Kappa Kg/ms2
k Tetapan gelombang m-1
ω Frekuensi Sudut rad/s

xxiii
“halaman ini sengaja dikosongkan”

xxiv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencarian lokasi prospek hidrokarbon dalam upaya menjaga ketahanan energi
perlu untuk dilakukan. Suatu proses yang dapat digunakan untuk melakukan
pencarian zona prospek hidrokarbon adalah karakterisasi reservoar. Karakterisasi
reservoar adalah suatu proses untuk mendeskripsikan secara kualitatif dan
kuantitatif karakter reservoar dengan menggunakan data seismik dan data log
(Sukmono, 2002). Parameter reservoar seperti litologi, porositas, dan fluida pengisi
dapat diketahui melalui karakterisasi reservoar.
Suatu metode diperlukan untuk mendapatkan parameter fisis batuan yang
dipengaruhi oleh fluida dan litologi dalam karakterisasi reservoar. Metode yang
dapat digunakan adalah metode seismik inversi. Russell (1988) mendefinisikan
metode seismik inversi baik yang menggunakan data seismik post-stack maupun
pre-stack sebagai suatu teknik untuk membuat model bawah permukaan dengan
menggunakan data seismik sebagai input dan data sumur sebagai kontrol. Data
seismik memiliki resolusi horizontal yang cukup baik tetapi resolusi vertikal relatif
buruk. Sebaliknya data sumur memiliki resolusi vertikal yang cukup baik tetapi
resolusi horizontal relatif buruk (Sukmono, 2002). Integrasi keduanya akan
memberikan hasil yang efektif dan efisien dalam karakterisasi reservoar. Contoh
hasil inversi seismik yang menggabungkan data seismik dan data sumur adalah
inversi impedansi akustik (AI). Data seismik hanya melihat objek bawah permukaan
dalam bentuk bidang batas antarlapisan batuan yang memiliki perbedaan nilai
impedansi akustik. Hasil inversi AI yang menggabungkan wavelet hasil ekstraksi
dari data seismik post-stack dengan koefisien refleksi dari data sumur mampu
melihat objek bawah permukaan berdasarkan nilai impedansi akustik yang dimiliki
oleh lapisan tersebut. Selanjutnya apabila korelasi antara hasil inversi AI dengan
data sumur cukup baik maka inversi AI dapat dilakukan di seluruh volume seismik.
Nilai impedansi akustik pada volume seismik digunakan untuk menentukan

1
persebaran reservoar atau lapisan permeable tempat tersimpannya cadangan
hidrokarbon. Parameter lain yang bisa didapat dari nilai impedansi akustik pada
volume seismik adalah porositas. Besar porositas batuan pada volume seismik dapat
diprediksi dengan menggunakan hubungan regresi linier antara nilai AI dengan data
log porositas sehingga dapat ditentukan lokasi batuan reservoar yang memiliki
porositas besar.
Penelitian ini menggunakan data seismik 3D post-stack dan 38 sumur dengan
dua buah sumur di antaranya memiliki log AI dan satu sumur yang memiliki log
porositas. Data penelitian ini merupakan data sekunder yang didapat dari Bureau of
Economic Geology Texas. Interpretasi hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi rekomendasi dalam pengembangan lapangan Boonsville, Texas USA.

1.2 Perumusan Masalah


Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menentukan nilai cutoff AI untuk clean sand stone pada formasi
Caddo dan Vineyard berdasarkan hasil crossplot log AI, density, dan gamma
ray?
2. Bagaimana menentukan lokasi zona yang di prediksi mengandung
hidrokarbon (khususnya gas) pada formasi Caddo dan Vineyard berdasarkan
hasil analisis inversi AI, porositas, dan analisis kualitatif data log?

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Data Seismik dan data sumur yang digunakan pada penelitian ini merupakan
data sekunder Lapangan Boonsville yang terletak di North Texas, USA.
2. Daerah penelitian dibatasi pada inline (74-206) dan xline (106-201).
3. Data Seismik yang digunakan adalah data seismik 3 Dimensi yang merupakan
data Post Stack Time Migration dengan asumsi bahwa processing sudah
dilakukan dengan benar dan kualitas data seismik ini dianggap sudah cukup
baik untuk dilakukan proses lebih lanjut.
4. Jumlah sumur yang digunakan dalam inversi AI sebanyak dua sumur.
5. Analisis data log hanya dilakukan secara kualitatif.

2
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Menentukan nilai cutoff AI untuk clean sandstone pada formasi Caddo dan
Vineyard berdasarkan hasil crossplot log AI, density, dan gamma ray.
2. Menentukan lokasi zona yang di prediksi mengandung hidrokarbon
(khususnya gas) pada formasi Caddo dan Vineyard berdasarkan hasil analisis
inversi AI, porositas, dan analisis kualitatif data log.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Rekomendasi lokasi zona prospek hidrokarbon yang terletak dalam formasi
Caddo dan Vineyard pada lapangan Boonsville, Texas USA.
2. Sumbang ilmu pengetahuan dalam aplikasi metode seismik inversi AI.
3. Rekomendasi penggunaan metode inversi AI dalam mencari zona prospek
hidrokarbon pada lapangan minyak dan gas yang lain.

1.6 Kerangka Penelitian


Berikut kerangka pemikiran dalam penelitian ini pada Gambar 1.1.

3
4
Gambar 1.1 Kerangka Penelitian
BAB 2
DASAR TEORI

2.1 Gelombang
Gelombang merupakan rambatan energi dari sumber getar yang merambat
tanpa disertai perpindahan partikelnya (Wawan, 2013). Gelombang juga
merupakan getaran yang merambat dan getaran sendiri merupakan sumber
gelombang. Berdasarkan arah getarnya, gelombang terbagi menjadi dua yaitu
gelombang transversal dan gelombang longitudinal. Gelombang transversal
memiliki arah getar yang tegak lurus dengan arah rambatnya seperti yang terlihat
pada Gambar 2.1, sedangkan gelombang longitudinal memiliki arah getar yang
searah dengan arah rambatnya seperti yang terlihat Gambar 2.2 (Surhayanto et al.,
2009). Jika ditinjau dari medium perambatannya gelombang dibedakan menjadi
dua, yaitu gelombang mekanik yang butuh medium untuk perantara dan gelombang
elektromagnetik yang tidak butuh medium perantara (Wawan, 2013). Seperti
gelombang elektromagnetik, gelombang mekanik juga memiliki enam sifat dasar
yaitu: pemantulan (reflection), pembiasan (refraction), pembelokan (difraction),
penggabungan (interference), dispersi (dispersion), dan polarisasi (polarization)
(Wawan, 2013).

Gambar 2.1 Gelombang transversal (Surhayanto et al., 2009)

Gambar 2.2 Gelombang longitudinal (Surhayanto et al., 2009)

5
2.2 Pemantulan (Reflection)
Apabila gelombang mengenai suatu permukaan atau bidang pantul maka
gelombang dapat memantul kembali dari bidang tersebut dengan sudut tertentu
yang dipengaruhi oleh sudut antara gelombang datang dengan bidang pantul
(Surhayanto et al., 2009) seperti pada Gambar 2.3. Saat pemantulan gelombang
terjadi akan berlaku hukum pemantulan gelombang yaitu:
a) Sudut datang gelombang sama dengan sudut pantul gelombang, dan
b) Gelombang datang, gelombang pantul, dan garis normal terletak dalam satu
bidang datar.

Gambar 2.3 Pemantulan gelombang lurus (Surhayanto et al., 2009)

2.3 Gelombang Seismik


2.3.1 Pengertian Dasar Gelombang Seismik
Gelombang seismik merupakan gelombang mekanik yang menjalarkan
energi dari suatu titik ke titik-titik yang lain. Gelombang seismik adalah
gelombang-gelombang yang merambat baik di dalam maupun di permukaan bumi
yang berasal dari sumber seismik seperti sumber gempa, ledakan, longsor, dan lain
sebagainya (Afnimar, 2009). Apabila ditinjau dari segi penjalaran gelombang
seismiknya, gelombang seismik dapat direfleksikan atau direfraksikan pada bidang
batas dua lapisan yang berbeda densitasnya sehingga akan mempengaruhi pola
gelombang seismik. Gelombang seismik terdiri atas dua jenis, yaitu gelombang
badan (body wave) dan gelombang permukaan (surface wave) (Sarma, 2013)
Gelombang badan terdiri dari dua macam, yaitu:
1) P-wave atau gelombang primer
Gelombang ini merupakan jenis gelombang longitudinal sehingga

6
arah pergerakan partikel searah dengan arah rambat gelombang (Mamdouh
dan Fisher, 2009). Gambar gelombang primer terlihat pada Gambar 2.4 (a).

2) S-wave atau gelombang sekunder


Gelombang ini merupakan jenis gelombang transversal sehingga
arah pergerakan partikel tegak lurus dengan arah rambat. Kecepatan
gelombang S lebih kecil daripada gelombang P. Gelombang S akan
merubah bentuk batuan tanpa merubah densitas (Mamdouh dan Fisher,
2009). Gambar gelombang sekunder terlihat pada Gambar 2.4 (b).

Gelombang P Arah Pergerakan Partikel

Kompresi
Medium Tidak Terganggu

Dilatasi

Arah Perambatan Gelombang

(a)

Gelombang S

Arah
Pergerakan
Partikel

Amplitudo Ganda
Panjang
Gelombang
Arah Perambatan Gelombang
(b)

Gambar 2.4 (a) Penjalaran gelombang P dan (b) pada gelombang S, pada suatu
medium (telah dimodifikasi dari Luc T. Ikelle, 2005)

Gelombang permukaan adalah gelombang yang merambat di permukaan


bumi (hingga kedalaman yang setara dengan panjang gelombangnya) dan
mempunyai frekuensi lebih rendah dari gelombang badan sehingga bersifat

7
merusak (Mamdouh dan Fisher, 2009). Gelombang permukaan meliputi gelombang
Love (Gambar 2.5) dan gelombang Rayleigh (Gambar 2.6).

Gambar 2.5 Gelombang Love (telah dimodifikasi dari Luc T. Ikelle, 2005)

Gambar 2.6 Gelombang Rayleigh (telah dimodifikasi dari Luc T. Ikelle, 2005)

Pada umumnya gelombang P akan terekam lebih dahulu dari pada gelombang S
karena gelombang P memiliki kecepatan yang lebih besar daripada gelombang S.
Gelombang P dapat merambat melalui medium padat dan cair, sedangkan
gelombang S hanya akan dapat merambat pada medium padat (Mamdouh dan
Fisher, 2009).

2.3.2 Asumsi Dasar Gelombang Seismik


Gelombang seismik dalam penjalarannya di bawah permukaan bumi
memiliki lima asumsi (Sismanto, 1999, dalam Arista, 2007). Asumsi tersebut
adalah sebagai berikut:
a) Panjang gelombang seismik jauh lebih kecil dibandingkan dengan ketebalan
lapisan batuan, dengan kondisi seperti ini memungkinkan setiap lapisan
batuan akan terdeteksi.

8
b) Gelombang seismik dipandang sebagai sinar yang memenuhi Hukum
Snellius, Hukum Huygens dan Prinsip Fermat.
c) Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan setiap lapisan menjalarkan
gelombang seismik dengan kecepatan yang berbeda-beda.
d) Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik menjalar dengan
kecepatan gelombang pada lapisan di bawahnya.
e) Semakin bertambahnya kedalaman lapisan batuan maka semakin kompak
lapisan batuannya. Oleh sebab itu, kecepatan gelombang pun semakin
bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman.

2.4 Hukum Fisika dalam Penjalaran Gelombang Seismik


Penjalaran gelombang seismik di bawah permukaan bumi tidak lepas dari
hukum-hukum fisika. Hukum-hukum fisika yang digunakan dalam penjalaran
gelombang seismik tersebut antara lain sebagai berikut:

2.4.1 Hukum Snellius

Gambar 2.7 Pemantulan dan pembiasan pada bidang batas dua medium
(Mamdouh dan Fisher, 2009)

9
Keterangan simbol adalah sebagai berikut:
𝑃𝑖𝑛𝑐 = arah datang gelombang P,
𝑃𝑟𝑒𝑓𝑙 = arah gelombang P setelah dipantulkan,
𝑃𝑟𝑒𝑓𝑟 = arah bias gelombang P setelah dibiaskan,
𝑆𝑟𝑒𝑓𝑙 = arah gelombang S setelah dipantulkan,
𝑆𝑟𝑒𝑓𝑟 = arah bias gelombang S setelah dibiaskan,
𝜃0 = sudut datang gelombang P,
𝜃𝑃 = sudut pantul gelombang P,
𝜃𝑠 = sudut pantul gelombang S,
𝜙𝑃 = sudut bias gelombang p,
𝜙𝑠 = sudut bias gelombang s

Perambatan gelombang seismik dari suatu medium yang memiliki sifat fisik
berbeda seperti kecepatan dan densitas akan mengalami pembiasan (refraksi) dan
pemantulan (refleksi). Sama halnya dengan gelombang P, gelombang S juga
mengalami hal yang sama ketika melewati bidang batas antar medium (Mamdouh
dan Fisher, 2009) seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.7.

2.4.2 Hukum Huygens


Hukum Huygens merupakan hukum yang mengatakan bahwa sebaran
gelombang yang membentuk lingkaran seperti bola berasal dari titik pusat
gelombang itu sendiri. Energi pada gelombang baru tersebut sama dengan energi
pada pusat gelombang. Gelombang baru yang terbentuk disebut sebagai gelombang
difraksi. Hukum Huygens mengatakan bahwa setiap titik-titik penganggu yang
berada di depan muka gelombang utama akan menjadi sumber bagi terbentuknya
gelombang baru (Sheriff, 1995), seperti pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Hukum Huygens (Sheriff, 1995)

10
2.4.3 Prinsip Fermat
Prinsip Fermat merupakan prinsip yang menyatakan bahwa penjalaran
gelombang yang berasal dari satu titik ke titik yang lain akan memilih lintasan
dengan waktu tempuh tercepat. Aplikasi pada prinsip Fermat yaitu untuk
menentukan lintasan gelombang dari satu titik ke titik yang lainnya dengan melihat
lintasan yang waktu tempuhnya bernilai minimum. Lalu, untuk mengetahui lintasan
yang memiliki waktu tempuh minimum dapat dilakukan melalui penelusuran jejak
gelombang yang telah merambat di dalam medium. Penelusuran jejak gelombang
seismik ini akan membantu dalam menentukan posisi reflektor di bawah permukaan
karena jejak gelombang seismik yang tercepat ini tidaklah selalu berbentuk garis
lurus. Seperti pada Gambar 2.9 di mana gelombang dari titik P menuju titik Q terjadi
pembiasan atau pembelokan lintasan gelombang ketika melewati batas dua medium
yang berbeda. Pembelokan lintasan gelombang pada batas antar medium ini
memenuhi hukum Snellius yaitu sudut θ 2 akan bernilai semakin kecil apabila
medium kedua memiliki nilai indeks bias dan kecepatan gelombang (n 2 dan v2) lebih
besar daripada n1 dan v1 begitu pula sebaliknya.

Gambar 2.9 Prinsip Fermat (telah dimodifikasi dari Justin Peatross, 2008)

11
2.5 Trace Seismik
Trace seismik adalah data seismik yang terekam oleh instrumen perekam
(geophone). Trace seismik mencerminkan respon dari medan gelombang elastik
terhadap kontras impedansi akustik (reflektivitas) pada batas antar lapisan batuan.
Model dasar seismik 1 dimensi mengacu pada model konvolusi yang menyatakan
bahwa setiap trace merupakan hasil konvolusi sederhana dari reflektivitas bumi
dengan fungsi sumber seismik ditambah dengan noise (Russell, 1988) seperti pada
Gambar 2.10. Secara matematis trace seismik dapat ditulis dalam persamaan 2.1
yaitu (Russell, 1988):

S(T) = W(t) * r(t) + n(t) 2.1

Dengan :
S(t) = trace seismik
W(t) = wavelet seismik
n(t) = noise
r(t) = reflektifitas bumi

Reflektivitas Wavelet Polusi/noise Trace Seismik


Proses
Sumber Penerima
Waktu Perjalanan

Gambar 2.10 Ilustrasi terbentuknya trace seismik dari wavelet dan reflektivitas
(telah dimodifikasi dari Yilmaz dan Özdogan, 2001)

12
2.6 Wavelet
Wavelet atau sering disebut juga sinyal seismik transient merupakan
kumpulan dari sejumlah gelombang seismik yang mempunyai amplitudo,
frekuensi, dan phase tertentu (Luc T. Ikelle, 2005). Berdasarkan konsentrasi
energinya wavelet dibagi menjadi beberapa jenis:
1. Zero phase: yaitu wavelet berfase nol (disebut juga wavelet simetris), yaitu
wavelet yang energinya terpusat pada titik nol (peak pada batas acoustic
impedance). Wavelet ini mempunyai resolusi maksimum.
2. Minimum phase, yaitu wavelet yang energinya terkonsentrasi di depan
sedekat mungkin dengan titik refrensi nol (t=0) dan tidak ada energi sebelum
t=0.
3. Maximum phase, yaitu wavelet yang energinya terpusat secara maksimal di
bagian akhir dari wavelet.
4. Mix phase, merupakan wavelet yang energinya tidak terkonsentrasi di bagian
depan maupun di bagian belakang.
Jenis-jenis wavelet dijelaskan pada Gambar 2.11.

Minimum Mix Phase


Phase

Waktu (ms) Waktu (ms)

Maximum
Maximum Zero Phase
Phase
Phase

Waktu (ms) Waktu (ms)

Gambar 2.11 Jenis-jenis wavelet a) Minimum Phase Wavelet, b) Mixed Phase


Wavelet, c) Maximum Phase Wavelet, dan d) Zero Phase Wavelet (telah
dimodifikasi dari Luc T. Ikelle, 2005)

13
2.7 Karakterisasi Reservoar
Karakterisasi reservoar seismik didefinisikan sebagai suatu proses untuk
menjelaskan karakter reservoar secara kualitatif atau kuantitatif menggunakan data
seismik sebagai data utama dan data log sebagai kontrol (Sukmono, 2001, dalam
Debby, 2014). Terdapat tiga bagian pada proses analisis reservoar seismik, yaitu
delineasi, deskripsi, dan monitoring. Delineasi reservoar didefinisikan sebagai
delineasi geometri reservoar, termasuk di dalamnya sesar dan perubahan fasies
yang dapat mempengaruhi produksi reservoar. Deskripsi reservoar adalah proses
untuk mengetahui sifat fisika reservoar seperti porositas, permeabilitas, saturasi,
dan analisis fluida pori. Monitoring reservoar diasosiasikan dengan monitoring
perubahan sifat fisika reservoar selama proses produksi hidrokarbon dari reservoar.
Salah satu kegiatan dalam karakterisasi reservoar adalah inversi impedansi
akustik di mana menggunakan data seismik dan data sumur (berupa log sonic dan
log densitas), yang diharapkan dapat memberikan informasi sebaran lapisan
reservoar seperti sand, sehingga zona prospektif hidrokarbon dapat diprediksi.

2.8 Data Log


Data log merupakan data yang diambil menggunakan suatu alat instrumen
yang di masukan ke dalam lubang bor atau sumur dengan tujuan untuk mengukur
karakteristik fisik dari batuan, seperti: porositas, resistivitas, densitas, dan lain-lain.
Data log digunakan untuk mengidentifikasi zona produktif, menentukan kedalaman
dan ketebalan zona produktif, untuk membedakan antara minyak, gas dan air dalam
sebuah reservoar, dan untuk mengestimasi cadangan hidrokarbon.
Analisis data log sumur dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.
Analisis kualitatif dilakukan sebagai langkah awal identifikasi dan zonasi reservoar
hidrokarbon. Analisis kualitatif dilakukan dengan menganalisis karakteristik grafik
data log. Sementara itu, analisis kuantitatif dilakukan sebagai identifikasi tahap
lanjut seperti tingkat porositas, permeabilitas batuan reservoar, dan saturasi air.
Analisis secara kuantitatif dilakukan dengan perhitungan menggunakan persamaan-
persamaan tertentu (Harsono, 1997).

14
2.8.1 Log Gamma Ray
Prinsip utama dari log gamma ray adalah merekam radioaktivitas alami
bumi (Harsono, 1997). Unsur radioaktif yang terdapat dalam batuan jenis sand lebih
sedikit daripada yang terdapat di dalam shale. Oleh karena itu shale akan
memberikan respon gamma ray yang lebih tinggi dibandingkan dengan batuan sand
seperti yang terlihat dalam grafik di sebelah kanan pada Gambar 2.12. Pengukuran
log gamma ray dilakukan dengan menurunkan alat instrumentasi log gamma ray ke
dalam lubang bor dan merekam radiasi sinar gamma untuk setiap interval
kedalaman tertentu.
Gambar 2.12 menunjukkan contoh interpretasi lapisan batuan untuk
memisahkan sandstone dari shale dengan menggunakan log gamma ray. Log
gamma ray memiliki satuan API (American Petroleum Institute) umunya berkisar
antara 0 - 200 seperti yang terdapat pada Gambar 2.14 di bagian kanan atas.

Gambar 2.12 Interpretasi lapisan batuan berdasarkan log gamma ray (telah
dimodifikasi dari Malcolm, 2002)

15
2.8.2 Log Spontaneous Potential (SP)
Log SP adalah rekaman beda potensial antara elektroda yang bergerak di
dalam lubang bor dengan elektroda yang berada di permukaan. Satuan dari log SP
adalah millivolt. Kegunaan data log ini salah satunya adalah untuk memisahkan
batuan permeable, dan impermeable (Harsono, 1997). Pada interpretasinya, apabila
data log SP menunjukkan kurva lurus (tidak ada perubahan nilai) maka
mengindikasikan adanya batuan pejal atau impermeable seperti shale yang terlihat
pada Gambar 2.13. Namun, apabila log SP memperlihatkan adanya defleksi grafik
menuju ke arah negatif mengindikasikan adanya batuan yang permeable seperti
sand.

Gambar 2.13 Interpretasi lapisan batuan berdasarkan log SP (telah dimodifikasi


dari Malcolm, 2002)

16
2.8.3 Log Resistivitas
Log Resistivitas merupakan hasil pengukuran besar resistivitas pada setiap
lapisan di bawah permukaan. Manfaat data log resistivitas antara lain dapat
digunakan untuk membedakan lapisan reservoar dan non-reservoar, dan identifikasi
jenis fluida (air atau hidrokarbon) (Malcolm, 2002). Secara umum terdapat 3 jenis
log resistivitas berdasarkan cakupan area yang dapat terukur, yaitu shallow
resistivity (cakupan area paling dekat lubang sumur), medium resistivity (cakupan
area cukup jauh dari lubang sumur) dan deep resistivity (cakupan area paling jauh
dari lubang sumur).
Pada teknik interpretasinya, umumnya data log resistivitas ditampilkan pada
satu kolom grafik yang sama seperti contohnya deep resistivitas dengan medium
resistivitas pada Gambar 2.14 dan deep resistivitas dengan shallow resistivitas pada
Gambar 2.15. Pada Gambar 2.14 dan Gambar 2.15 terlihat ketika lapisan porous
atau sand teridentifikasi, maka grafik akan mengalami defleksi ke kiri ataupun ke
kanan yang dipengaruhi oleh kandungan yang terdapat di dalam lapisan sand
tersebut (Malcolm, 2002).

Gambar 2.14 Identifikasi lapisan reservoar (sand) berdasarkan data deep


resistivity dengan medium resistivity (telah dimodifikasi dari Malcolm, 2002)

17
Gambar 2.15 Identifikasi lapisan reservoar (sand) berdasarkan data deep
resistivity dengan shallow resistivity ( telah dimodifikasi dari Malcolm, 2002)

2.8.4 Log Neutron Porosity


Log Neutron Porosity merupakan data log yang berfungsi untuk mengukur
besar porositas batuan, evaluasi litologi, dan deteksi keberadaan gas. Prinsip log
neutron porosity adalah mengukur persentase pori batuan yang dilihat dari
intensitas atom hidrogen di dalamnya. Intensitas atom hidrogen di asumsikan
berupa hidrokarbon maupun air. Hasil pengukuran log neutron kemudian
dinyatakan dalam Porosity Unit (PU) dengan satuan berupa persen (%) (Malcolm,
2002).

18
Gambar 2.16 Interpretasi lapisan batuan berdasarkan log neutron (telah
dimodifikasi dari Malcolm, 2002)

Pada formasi yang mengandung minyak dan air di mana kandungan


hidrogennya tinggi menyebabkan nilai PU juga tinggi, sedangkan pada formasi
yang mengandung gas memiliki karakteristik berupa kandungan hidrogen yang
lebih rendah dari minyak dan air menyebabkan nilai PU yang lebih rendah seperti
dalam Gambar 2.16. Rendahnya nilai PU karena kehadiran gas kemudian disebut

19
dengan gas effect seperti yang terlihat pada Gambar 2.16 (Malcolm, 2002). Grafik
log neutron akan menunjukkan defleksi ke arah nilai yang lebih tinggi (ke arah kiri)
apabila melalui suatu zona berporositas tinggi. Sebaliknya, grafik akan mengalami
defleksi ke kanan apabila melalui zona berporositas rendah. Log neutron umumnya
tidak terlepas dari log densitas karena kedua log tersebut memiliki korelasi dalam
menentukan jenis fluida yang terindikasi seperti gas, minyak, dan air. Grafik log
neutron dan log densitas biasanya ditampilkan pada satu kolom yang sama, apabila
terdapat suatu cross-over dengan jarak separasi yang besar maka merupakan
indikasi dari adanya gas. Sementara itu, apabila jarak separasinya sempit dapat
mengindikasikan adanya minyak dan apabila lebih sempit lagi menunjukkan
adanya fluida air seperti pada Gambar 2.17.

Gambar 2.17 Analisis kualitatif log Neutron-Densitas untuk identifikasi gas (telah
dimodifikasi dari Malcolm, 2002)

20
2.8.5 Log Densitas
Log densitas digunakan untuk mengukur besar densitas pada formasi batuan
seperti yang terlihat dalam Gambar 2.18. Interpretasi log densitas dilakukan dengan
mengamati karakteristik grafik. Grafik log densitas mengalami defleksi ke nilai
yang lebih rendah apabila melalui suatu formasi batuan yang mengandung gas dan
mengalami defleksi ke arah nilai yang lebih tinggi apabila melalui suatu formasi
batuan yang mengandung fluida air maupun fluida minyak seperti grafik yang
terdapat di dalam Gambar 2.18. Besar satuan log densitas umumnya adalah gr/cm3
(Malcolm, 2002).

Gambar 2.18 Interpretasi lapisan batuan berdasarkan log densitas (telah


dimodifikasi dari Malcolm, 2002)

21
2.9 Impedansi Akustik
Acoustic Impedance (AI) atau Impedansi Akustik didefinisikan sebagai
kemampuan batuan untuk melewatkan gelombang seismik yang melaluinya.
Impedansi Akustik merupakan produk perkalian antara kecepatan gelombang
kompresi (P-wave) dengan densitas batuan. AI dapat digunakan sebagai indikator
litologi, porositas, kandungan fluida, tekanan, dan temperatur. Setiap jenis batuan
memiliki densitas yang berbeda-beda. Batuan yang lebih keras dan kompak
(porositas kecil) memiliki nilai AI yang lebih tinggi dibandingkan dengan batuan
yang tidak kompak (porositas besar) karena gelombang seismik akan lebih mudah
merambat melewati batuan dengan porositas lebih kecil. Secara matematis
persamaan AI diturunkan dari persamaan umum gelombang berjalan yang
merambat pada sumbu x yang ditulis dalam persamaan 2.2
𝑦 = 𝐴 𝑠𝑖𝑛 (𝜔𝑡 − 𝑘𝑥) 2.2
Dengan A adalah amplitudo, ω adalah kecepatan sudut, dan k adalah tetapan
gelombang. Impedansi akustik didefinisikan sebagai tekanan akustik dibagi
kecepatan akustik secara matematis ditulis dalam persamaan 2.3
𝑃
𝑍= 2.3
𝑈

U merupakan kecepatan akustik yang merupakan turunan dari persamaan umum


gelombang berjalan (persamaan 2.30) persatuan waktu seperti yang ditulis dalam
persamaan 2.4. Hasil akhir U ditulis dalam persamaan 2.5
𝜕𝑦
𝑈= 2.4
𝜕𝑡
𝜕
= ( 𝐴 𝑠𝑖𝑛 (𝜔𝑡 − 𝑘𝑦)
𝜕𝑡

= 𝐴𝜔 ( 𝐴 𝑠𝑖𝑛 (𝜔𝑡 − 𝑘𝑥) 2.5


P merupakan tekanan akustik yang secara matematis diturunkan dari persamaan 2.6
menjadi persamaan 2.7
𝜕𝑦
𝑃=𝜅 2.7
𝜕𝑥

𝜕
= −𝜅 (𝐴 𝑠𝑖𝑛 (𝜔𝑡 − 𝑘𝑥)
𝜕𝑥

= 𝜅 𝐴 𝑘 𝑐𝑜𝑠 (𝜔𝑡 − 𝑘𝑥) 2.8

22
Dengan 𝜅 (Kappa) didefiniskan sebagai perkalian v2 (kecepatan gelombang) dengan
ρ (densitas medium yang dilalui gelombang) seperti terlihat dalam persamaan 2.9
𝜅 = 𝜌𝑉 2 2.9
Nilai ω dan k secara berturut-turut ditampilkan dalam persamaan 2.10 dan 2.11
𝜔 = 2𝜋𝑓 2.10
2𝜋
𝑘= 2.11
𝜆

Maka, persamaan Z pada 2.3 dapat diselesaikan menjadi persamaan 2.12


𝑃
𝑍= 𝑈
𝜅 𝐴 𝑘 𝑐𝑜𝑠 (𝜔𝑡−𝑘𝑥)
= 𝐴 𝜔 𝑐𝑜𝑠 (𝜔𝑡−𝑘𝑥)
𝜅 𝐾
= 𝜔
2𝜋
𝜌𝑉 2
𝜆
= 2𝜋𝑓

𝜌𝑉 2 2𝜋
= 2𝜋𝑓𝜆

𝜌𝑉 2
= 𝑉

= 𝜌𝑉 2.12

Harga AI cenderung lebih dipengaruhi oleh kecepatan gelombang seismik


dibandingkan densitas, karena orde nilai kecepatan lebih besar dari pada orde nilai
densitas. Kecepatan akan meningkat seiring bertambahnya ke dalaman karena efek
kompaksi, sedangkan frekuensi akan berkurang akibat adanya efek atenuasi.
Refleksi gelombang seismik muncul ketika terjadi perubahan harga AI dan respon
inilah yang dapat di interpretasikan pada suatu penampang seismik. Besar AI
diprediksi dari nilai amplitudo refleksinya, Semakin besar amplitudo refleksi maka
semakin besar pula kontras impedansi akustik. Ketika gelombang seismik melalui
dua media yang memiliki kontras AI maka sebagian energinya akan dipantulkan
(Sukmono, 2002, dalam Intan, 2014).
Kontras impedansi akustik umumnya disebut koefisien refleksi (KR).
Persamaan KR ditulis dalam persamaan 2.13.

23
B Z Z
R 1  2 1 2.13
A Z Z
1 2 1

Dengan Z2 merupakan nilai impedansi akustik lapisan di bawah bidang batas dan
Z1 merupakan impedansi akustik di atas bidang batas.

2.10 Seismik Inversi


Seismik inversi didefinisikan sebagai teknik untuk membuat model geologi
bawah permukaan menggunakan data seismik sebagai input dan data sumur sebagai
kontrol (Sukmono, 2002, dalam Oky, 2008). Model geologi yang dihasilkan oleh
seismik inversi adalah model impedansi (dapat berupa AI, SI atau EI) yang
merupakan parameter fisis dari suatu lapisan batuan dan bukan parameter bidang
batas lapisan seperti RC. Berdasarkan hal tersebut, hasil seismik inversi lebih mudah
untuk dipahami dan lebih mudah untuk di interpretasi. Model impedansi ini dapat
dikorelasikan secara kuantitatif dengan parameter fisis dari reservoir yang terukur
pada data log seperti porositas, saturasi air, dan sebagainya serta apabila korelasi
antara hasil inversi dan data sumur cukup baik, maka hasil inversi dapat digunakan
untuk memetakan parameter data log tersebut pada data seismik.
Metode seismik inversi dapat dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan data seismik
yang digunakan, yaitu : post-stack seismic inversion dan pre-stack seismic
inversion. Data seismik post-stack adalah data seismik yang mengasumsikan
amplitudo seismik hanya dihasilkan oleh R(0), sehingga post-stack seismic
inversion hanya dapat digunakan untuk menghasilkan tampilan model AI saja.
Sementara data seismik pre-stack masih mengandung informasi sudut (R(0)),
sehingga pre-stack seismic inversion dapat digunakan untuk menghasilkan
parameter – parameter selain AI seperti: EI, Vp/Vs, lambda-rho dan mu- rho. Bagan
pembagian tipe dari teknik inversi dapat dilihat pada Gambar 2.19 dan alur
pembuatan model inversi pada Gambar 2.20.

24
Gambar 2.19 Tipe dari teknik inversi (Russel, 1988)

Gambar 2.20 Flowchart inverse modelling (Russel, 1988)

Terdapat 3 metode dalam pengerjaan seismik inversi post-stack, yang


masing - masing memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu: band-limited atau
recursive, model-based, dan sparse-spike

1. Band-limited atau Recursive


Band-limited atau recursive inversion merupakan metode inversi yang
paling sederhana. Metode ini disebut sebagai band-limited karena metode ini
menginversi seismic trace itu sendiri sehingga hasil dari proses tersebut memiliki
frekuensi yang sama dengan seismik yang band-limited. Metode ini juga disebut
sebagai recursive karena dimulai dari lapisan pertama dan untuk lapisan - lapisan
berikutnya ditentukan dengan mengaplikasikan persamaan secara recursive.
Kelebihan dari metode ini adalah lebih cepat dan sederhana sedangkan
kekurangan dari metode ini adalah:
 Error akan diakumulasikan karena persamaan diaplikasikan secara
recursive sehingga hasilnya akan sangat bergantung pada data AI lapisan

25
pertama.
 Tidak ada kontrol geologi pada saat melakukan proses inversi.
 Data seismik yang mengandung noise akan terbawa dalam proses inversi
karena tetap dianggap sebagai reflector.
 Sulit untuk mengembalikan frekuensi yang hilang pada saat proses
konvolusi.
 Mengabaikan wavelet seismik karena hanya menggunakan asumsi wavelet
berfase nol

2. Model Based
Metode inversi model based ini menggunakan model awal yang dibuat
berdasarkan picking horizon dan ekstrapolasi nilai AI dari sumur. Metode model
based ini juga disebut sebagai blocky inversion karena nilai AI dari sumur terlebih
dahulu diratakan nilainya berdasarkan ukuran blok yang diberikan. Kelebihan dari
metode model based ini adalah:
 Resolusi meningkat karena proses inversi dilakukan dengan data dari model
bukan seismik.
 Baik digunakan untuk target lapisan yang memiliki reflektivitas yang rendah
(dimspot).
Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah:
 Sangat bergantung pada wavelet dan model awal.
 Tidak memiliki solusi yang unik (seperti semua metode inversi yang lain).

3. Sparse-spike
Sparse-spike menggunakan metode statistik untuk membuat suatu rangkaian
RC dari seismic trace dengan terlebih dahulu menentukan “big spike” atau nilai
reflektivitas yang besar. Kelebihan dari metode ini adalah:
 Resolusi meningkat karena band width meningkat.
 Baik untuk aplikasi pada target lapisan yang memiliki reflektivitas tinggi
(bright spot).
 Tidak terlalu bergantung kepada model.
Kekurangan dari metode ini adalah:

26
 Tidak dapat digunakan untuk target lapisan yang memiliki reflektivitas
rendah.
 Terkadang menghasilkan event yang lebih sedikit dari yang diketahui
secara geologi.
 Solusi juga tidak unik

2.11 Geologi Regional Daerah Penelitian

Gambar 2.21 Lokasi lapangan SGR Boonsville, modifikasi Thompson 1982


(Bureau of Economic Geology, 1996)

27
Lapangan Secondary Gas Recovery (SGR) Boonsville terletak di daerah Jack
and Wise dalam Cekungan Fort Worth di wilayah North Central Texas, USA seperti
pada Gambar 2.21. Gambar cross-section dari barat ke timur pada Cekungan Fort
Worth dapat dilihat pada Gambar 2.22. Formasi yang dinamakan Barnet Shale
terbentuk pada periode Missisipan kaya akan zat organik yang membuat formasi ini
di kategorikan menjadi source rock.

Gambar 2.22 Cross-section dari barat hingga timur pada cekungan Fort Worth
(telah dimodifikasi dari Burner et al, 2011, dalam Alhakeem, 2013)

Sistem reservoar terbentuk pada periode Middle Pennsylvanian yang terdiri dari
batuan bend conglomerate pada formasi Atoka Group dengan lingkungan
pengendapan berupa fluvio-deltaic.
Petroleum System yang terdapat pada cekungan Fort Worth dapat dilihat pada
Gambar 2.23 (halaman 30) . Empat elemen penting dalam petroleum system yaitu
source rocks, migration pathways, reservoir rocks, dan seals pada cekungan Fort
Wort adalah sebagai berikut:

1. Migration Pathways (Jalur Migrasi)


Pada Gambar 2.24 terlihat adanya karst yang runtuh menyebabkan
terhubungnya batuan induk Barnett Shale pada formasi Mississippian (yang terletak
di bagian bawah gambar) dengan formasi Atoka Grup (Caddo, Davis, Runaway,
dan Vineyard), karena hal tersebut memungkinkan terjadinya migrasi hidrokarbon

28
dari Barnet Shale menuju formasi pada Atoka Grup (Hardage et al, 1996, dalam
Alhakeem, 2013).

Gambar 2.23 Sistem Perminyakan pada cekungan Fort Worth, Texas (telah di
modifikasi dari Hardage et al, 1996, dalam Alhakeem, 2013)

Gambar 2.24 Penampakan runtuhan karst pada cuplikan penampang seismik yang
menghubungkan formasi Mississippian dan Atoka Grup (telah dimodifikasi dari
Bureau of Economic Geology, 1996)

29
2. Sources Rocks (Batuan Induk)
Barnett Shale terbukti menjadi batuan induk utama yang menjadi pemasok
hidrokarbon pada formasi Atoka Grup (Hardage et al, 1996, dalam Alhakeem,
2013). Gambar 2.25 mengilustrasikan distribusi Barnett Shale di cekungan Fort
Worth dan lokasi lapangan Boonsville (daerah warna hijau dalam Gambar 2.28).
The Barnett shale terdiri dari batuan shale dan limestone. Sifat shale yaitu padat,
kaya organik, lunak, tipis, petroliferous, dan fossiliferous.

Gambar 2.25 Peta sebaran Barnett shale pada cekungan Fort Worth (telah
dimodifikasi dari Burner et al, 2011, dalam Alhakeem, 2013)

30
3. Seals (Batuan Penutup)
Batuan penutup yang terletak pada bagian atas bend conglomerate terdiri dari
shale dan dense limestone yang bersifat impermeable (Hardage et al, 1996, dalam
Alhakeem, 2013) sehingga hidrokarbon baik gas maupun minyak yang terkandung
pada bend conglomerate tidak akan bermigrasi ke formasi di atas Atoka Grup.

4. Reservoirs (Reservoar)

Gambar 2.26 Urutan genetik formasi dalam interval bend conglomerate (telah
dimodifikasi dari Bureau of Economic Geology, 1996)

31
Lapisan reservoar yang terdapat pada formasi Atoka Grup dalam rentang
bend conglomerate terdiri dari batuan sandstone dan carbonate yang bersifat
permeable (Hardage et al, 1996, dalam Alhakeem, 2013). Urutan genetik dalam
rentang bend conglomerate ditampilkan dalam Gambar 2.26. Zona target reservoar
utama yang telah dikembangkan berada pada lapisan Vineyard, itu terlihat dari hasil
data log gamma ray, SP, dan resistivity yang menunjukkan nilai yang besar.
Beberapa zona target reservoir lain yang berpotensi tumbuh menjadi cadangan gas
adalah Jasper Creek, Runaway, Bridgesport, Trinity, dan Caddo.

2.12 Penelitian Terdahulu


Penelitian tentang metode inversi seismik dengan mengintegrasikan data
seismik dan data sumur beberapa tahun belakangan ini telah dilakukan diantaranya
seperti pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Metode Inversi Seismik Terdahulu


Nama dan
No Tahun Judul Penelitian
Publikasi
Deteksi Lapisan Hidrokarbon Dengan
Metode Inversi Impedansi Akustik dan
Mochammad Mushoddaq,
1 EMD (Empirical Mode Decomposition)
2012
Pada Formasi Air Benakat Lapangan
“X”.
Evaluasi Prospektivitas Menggunakan
Primaditaningtyas
Pendekatan Impedansi Akustik: Studi
2 Waharasto,
Kasus Lapangan Penobscot, Nova
2013
Scotia, Kanada.
Analisis Inversi Elastik Impedansi (EI)
dan Lamda Mu Rho (LMR) untuk
Akbar Dwi Wahyono, Identifikasi Penyebaran Reservoar
3
2014 Batupasir dan Fluida Hidrokarbon pada
Lapangan“JOGGING” Cekungan Jawa
Barat Utara.

32
Tabel 2.1 Lanjutan
Nama dan
No Tahun Judul Penelitian
Publikasi
Analisis Sifat Fisis Reservoar
Debby Nur Sanjaya, Menggunakan Metode Seismik Inversi
4
2014 Impedansi Akustik (AI) dan Multiatribut
(Studi Kasus Lapangan F3).
Karakteristik Reservoar Menggunakan
Nur Muhammad Zain, Aplikasi Seismik Atribut dan Inversi
5
2017 Seismik Impedansi Akustik, Studi Kasus
Lapangan Teapot Dome, Wyoming.

Penelitian yang dilakukan oleh Mochammad Mushoddaq pada tahun (2012)


yaitu untuk mendeteksi lapisan hidrokarbon pada formasi Air benakat lapangan X
dengan menggunakan dua metode yaitu metode inversi impedansi akustik dan
EMD. Pengolahan metode inversi impedansi akustik memerlukan data antara lain:
Data seismik 2D Post-Stack dan data sumur. Saat dilakukan pengolahan, data sumur
digunakan untuk membuat ekstrak wavelet yang kemudian akan didapat
seismogram sintetik. Data seismik 2D Post-Stack akan di satukan dengan
seismogram sintetik yang telah dihasilkan, proses ini dinamakan well seismic tie.
Pembuatan model awal inversi dilakukan setelah proses well seismic tie dinyatakan
berhasil, setelah didapat model awal inversi langkah selanjutnya adalah melakukan
analisis inversi. Metode inversi dalam penelitian ini menggunakan model inversi
Sparse Spike Linier Programing karena memiliki hasil korelasi rata-rata sebesar
0,988013 dan nilai eror rata-rata sebesar 0,149149. Suatu gambar penampang
geologi didapatkan berdasarkan kedalaman dan nilai impedansi akustik. Hasil dari
metode inversi impedansi akustik mendeteksi lokasi hidrokarbon yang hampir sama
dengan hasil menggunakan metode EMD (Mochammad Mushoddaq, 2012).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Primaditaningtyas Waharasto pada tahun
(2013) bertujuan untuk memberikan cara yang jauh lebih efektif dalam mendeteksi
persebaran reservoar batu pasir serta dijadikan acuan dalam evaluasi prospek
Lapangan Penobscot. Metode yang digunakan adalah penerapan inversi pada data
seismik untuk mendapatkan nilai impedansi akustik dari lapisan bawah tanah
lapangan Penobscot. Hasil yang didapatkan yaitu lapangan Penobscot yang berada

33
pada daerah cekungan Sable memiliki prospek hidrokarbon pada formasi
Mississauga dengan reservoarnya berupa batu pasir. Hal ini dibuktikan dari
identifikasi litologi berdasarkan crossplot antara log AI, log gamma ray, seta log
densitas. Hasil identifikasi terdapat hidrokarbon yang terjebak pada reservoar batu
pasir tersebut dibuktikan adanya nilai resistivitas yang tinggi di permukaan zona
reservoar sebelum litologi berubah menjadi shale, serta penurunan resistivitas pada
pertengahan daerah reservoar yang di identifikasi sebagai air yang mendorong
hidrokarbon ke puncak reservoar (Primaditaningtyas. W., 2013).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Akbar Dwi Wahyono pada tahun (2014)
bertujuan untuk memetakan reservoar batu pasir beserta fluida hidrokarbon pada
formasi Talang Akar Lapangan “JOGGING” dengan melakukan analisis Impedansi
Elastik dan pendekatan parameter Lamda, Mu dan Rho (LMR). Metode yang
dilakukan dengan menggunakan data sumur untuk menghasilkan seismogram
sintetik dari log turunan Impedansi Elastik, Lamda Rho dan Mu Rho. Sintetik
seismogram ini disatukan dengan data seismik PSTM dalam Well Seismic Tie,
setelah itu dilakukan picking horizon dan didapatkan Background Model.
Menggunakan data Vrms dari CRP Gather didapatkan reflektivitas EI ϴ, λP
(koefisien lamda), dan μP (koefisien mu) yang kemudian disatukan dengan
background model sehingga didapatkan Inversi EI ϴ, λP, dan μP serta dilakukan
mapping dan interpretasi. Hasil yang didapat mampu memisahkan dengan baik batu
pasir dengan shale dan menemukan sistem jebakan hidrokarbon pada lapangan ini
adalah sistem jebakan struktur antiklin (Akbar D. W., 2014).
Penelitian lain dilakukan oleh Debby Nur Sanjaya pada tahun (2014) yaitu
untuk mendeteksi persebaran reservoar pada Lapangan F3 dengan menggabungkan
dua metode yaitu metode inversi impedansi akustik dan atribut seismik. Metode
inversi impedansi akustik digunakan untuk melihat nilai impedansi setiap lapisan,
sedangkan atribut seismik digunakan untuk mempermudah dalam interpretasi
karena atribut seismik dapat memperjelas adanya anomali amplitudo. Adanya
anomali amplitudo dapat menjadi indikator hidrokarbon langsung (Direct
Hydrocarbon Indicator). Hasil yang didapat karena perpaduan antara multiatribut
seismik dan inversi impedansi akustik (berfungsi sebagai eksternal atribut) adalah
dapat memprediksi distribusi porositas dengan variasi lateral yang lebih baik

34
sehingga informasi mengenai variasi nilai porositas pada daerah penelitian dapat
diketahui dan diharapkan juga dapat memisahkan antara reservoar dan non
reservoar (Debby N. S., 2014).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Nur Muhammad Zain pada tahun (2017)
yaitu untuk menganalisis reservoar menggunakan aplikasi sesimik atribut dan
inversi seismik impedansi akustik pada Lapangan Teapot Dome, Wyoming. Metode
yang dilakukan dengan menggunakan metode inversi berbasis model dan metode
seismik multiatribut. Metode inversi berbasis model dilakukan guna memprediksi
impedansi akustik. Metode seismik multiatribut yang digunakan dalam penelitian
ini lebih dari satu atribut. Parameter yang dicari pada penelitian ini yaitu porositas
sehingga didapat persebaran porositas dalam volume seismik, digunakan pula
metode Probabilistic Neural Network guna meningkatkan hasil korelasi antara data
seismik dengan data sumur saat memprediksi porositas. Hasil yang didapat
berdasarkan peta persebaran karakter reservoar, peta timeslice, dan karakter data
log diketahui bahwa zona target FIWC dan RDPK merupakan zona prospektif
hidrokarbon (Nur M. Z., 2017).

35
“halaman ini sengaja dikosongkan”

36
BAB 3
METODOLOGI

3.1 Lokasi Daerah Penelitian


Lokasi daerah penelitian ini adalah Lapangan Boonsville, North Texas, USA
seperti yang terlihat dalam Gambar 3.1. Total luas lapangan dalam penelitian ini
yaitu 14,24 km2 yang membentang dari 33°12'28.80" LU sampai 33°10'43.07" LU
dan 97°56'29.83" BB sampai 97°53'37.82"BB.

Gambar 3.1 Lokasi Lapangan Boonsville North Texas, USA

3.2 Perangkat Lunak


Berikut perangkat lunak (software) yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Hampson Russell Seri (CE8/R4.4.1)
2. Petrel 2015
3. Microsoft office

37
3.3 Data
Pada penelitian ini digunakan dua data yaitu data seismik dan data log.

3.3.1 Data Seismik


Data seismik yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yang didapat dari badan Bureau of Economic Geology Texas, USA. Besar wilayah
seismik dalam koordinat lokal yang digunakan dalam penelitian ini berkisar antara
inline (74-206) dan xline (105-201) seperti yang ditampilkan pada Gambar 3.2.
Tipe data seismik yang digunakan merupakan seismik 3 dimensi Post Stack
Time Migration (PSTM). Data seismik 3D telah dikorelasi dengan posisi setiap
sumur yang tersebar di dalam wilayah seismik. Data seismik PSTM merupakan
gambaran penampang seismik yang memperlihatkan batas-batas refleksi pada
volume seismik. Contoh gambar penampang vertikal data seismik PSTM yang
ditampilkan oleh software Petrel dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.2 Detail wilayah penelitian (base map) pada Lapangan Boonsville
(Bureau of Economic Geology, 1996)

38
Gambar 3.3 Tampilan penampang vertikal data seismik PSTM

3.3.2 Data log


Data log yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder yang
merupakan satu paket dengan data seismik yang didapat dari badan Bureau of
Economic Geology Texas, USA. Total sumur yang terdapat di dalam wilayah
seismik pada penelitian ini berjumlah 38 sumur. Daftar data log yang tersedia pada
penelitian ini untuk setiap sumur yang berisi nama sumur, nomor API, dan
koordinat dapat dilihat pada Lampiran A. Data log yang dibutuhkan dalam proses
inversi dalam satu sumur adalah p-wave, density, gamma ray, dan checkshot akan
tetapi hanya ada dua sumur yang memiliki empat data log tersebut, yaitu sumur B
Yates 18D, dan B Yates 11 sehingga proses inversi akan menggunakan dua sumur
ini. Data log yang lain seperti resistivitas, neutron porosity, dan SP dapat digunakan
sebagai parameter dalam mengidentifikasi batuan reservoar dan keberadaan
hidrokarbon. Posisi sumur di dalam wilayah seismik terdapat dalam Gambar 3.2
dengan tanda titik hitam menandakan posisi dan nama sumur.

3.4 Pengolahan Data


Flowchart pengolahan data dapat dilihat dalam Gambar 3.4. Pengolahan data
yang dilakukan seluruhnya menggunakan data seismik, dan data log.

39
Gambar 3.4 Flowchart pengolahan data

3.4.1 Loading Data Log


Saat melakukan input data log, hal yang harus diperhatikan adalah satuan
dari tiap log karena tidak setiap log direkam dalam satuan standar software. Pada

40
langkah ini juga dimasukan data koordinat x, koordinat y, nilai surface elevation
dan Kelly Bushing (KB). Hal lain yang harus diperhatikan adalah geology marker.
Geology marker berfungsi sebagai panduan lapisan geologi pada daerah sepanjang
sumur, namun kita hanya fokus pada marker di sekitar daerah reservoar (formasi
Caddo dan Vineyard) yang berada pada kedalaman tertentu. Setelah itu data
checkshot sudah dapat dimasukan kedalam sumur B Yates 18D dan B Yates 11.

3.4.2 Loading Data Seismik


Dalam data seismik 3D yang digunakan terdapat informasi inline, xline, dan
koordinat pada header. Ketika loading data, yang harus diperhatikan adalah
pendefinisian bit dan integer dari informasi yang diperlukan. Kesalahan lokasi bit
dapat menyebabkan kesalahan pada geometri yang dibangun.

3.4.3 Koreksi Checkshot


Koreksi checkshot dilakukan untuk melakukan konversi antara data sumur
yang memiliki domain kedalaman (feet/meter) dengan data seismik yang memiliki
domain waktu (millisecond). Koreksi checkshot dilakukan menggunakan log sonic
(vp) dan data checkshot. Koreksi checkshot yang dilakukan dalam penelitian ini
tidak merubah kurva log vp hanya merubah kurva waktu terhadap ke dalaman saja.
Hal ini dilakukan karena log asli masih diperlukan untuk proses selanjutnya.

Gambar 3.5 Koreksi checkshot pada sumur B Yates 18D

41
Tipe interpolasi yang digunakan adalah spline karena memberikan hasil
kurva yang lebih smooth. Contoh hasil koreksi checkshot pada sumur B Yates 18D
terdapat pada Gambar 3.5. Pada Gambar 3.5 kurva drift diperlihatkan berwarna biru
dan terletak di bagian tengah yang merupakan perbedaan antara depth-time curve
sebelum (kurva hitam tebal) dan sesudah dikoreksi (kurva merah tebal). Pada
bagian sebelah kanan Gambar 3.5 memperlihatkan log sonic (kurva merah) dari
sumur B Yates 18D.

3.4.4 Seismic-Well Tie dan Pembuatan Wavelet


Proses seismic-well tie dilakukan untuk mengikat atau mencocokan antara
data sumur yang berada pada domain kedalaman (m) dengan data seismik yang
berada pada domain waktu (t), sehingga data marker dapat digabungkan dari sumur
untuk penentuan horizon pada data seismik.
Proses seismic-well tie mencocokan trace seismik sintetik (buatan) dengan
trace seismik asli. Trace seismik sintetik merupakan hasil konvolusi koefisien
refleksi dengan wavelet yang dibuat. Pada inversi AI, koefisien refleksi diturunkan
dari hasil perkalian log AI dan densitas sedangkan wavelet didapat dari hasil
ekstraksi data seismik dengan parameter sebagai berikut, wavelength: 100 ms, dan
taper length: 10 ms. Ekstraksi wavelet dibatasi pada waktu 800 - 1300 ms karena
zona target (Caddo dan Vineyard) berada di kisaran kedalaman tersebut. Gambar
3.6 menampilkan time respone dan spectrum frekuensi wavelet yang digunakan.

(a)

42
(b)
Gambar 3.6 (a) wavelet yang digunakan hasil ekstraksi dan (b) spektrum frekuensi
wavelet

Pada proses seismic-well tie dilakukan time shifting dan squeeze untuk
mencocokan trace seismik sintetik dengan trace seismik asli. Cross-correlation
dilakukan antara kedua trace tersebut sehingga diperoleh koefisien korelasi.
Apabila kedua trace semakin mirip maka nilai dari koefisien korelasi akan
mendekati 1. Nilai koefisien korelasi pada sumur B Yates 18D adalah 0,651 dan
pada sumur B Yates 11 adalah 0,732.

3.4.5 Pembuatan Model Awal Inversi AI


Model awal dibuat berdasarkan log AI dari beberapa sumur yang digunakan.
Pembuatan model awal dilakukan sebagai tebakan awal proses inversi. Model awal
juga berfungsi untuk mengisi komponen frekuensi rendah yang tidak dimiliki data
seismik karena model awal dibangun berdasarkan data log. Oleh karena itu
dilakukan highcut frekuensi sebesar 10-15 Hz.
Nilai highcut frekuensi ditentukan berdasarkan spektrum frekuensi data
seismik post-stack yang digunakan seperti yang terlihat pada Gambar 3.7. Pada
Gambar 3.7 terlihat bahwa sprektrum frekuensi data seismik mulai menguat pada
frekuensi 10 Hz. Maka dari itu model yang dibuat memiliki spektrum frekuensi
yang dapat mengisinya seperti terlihat pada Gambar 3.8.

43
Gambar 3.7 Spektrum frekuensi data seismik

Gambar 3.8 Spektrum frekuensi model

3.4.6 Analisa Inversi AI


Proses analisa inversi dilakukan untuk mendapatkan parameter paling
optimal yang akan digunakan dalam proses inversi, dengan hasil eror terkecil untuk
log AI real dengan log AI hasil inversi dan trace seismik real dan trace seismik
sintetik. Parameter tersebut antara lain:
 Inversi Model Based hard constrain (lower: 20%, upper: 25%)
 Average block size 1 ms
 Prewhitening 100%
 Banyak iterasi 700
 Filter log bandpass untuk data log AI original dengan susunan: low cut 0, low
pass 0, high pass 50, dan high cut 75.

44
Hasil inversi memberikan korelasi yang baik seperti terlihat pada sumur B
Yates 11 (Gambar 3.9) dan B Yates 18D (Gambar 3.10). Dalam Gambar 3.9 dan
Gambar 3.10 pada track 2 diperlihatkan log hasil inversi (merah) dan log AI real
(biru). Track 3 merupakan trace seismik sintetik (merah) dan real (hitam)
sedangkan track 4 merupakan error antara seismik sintetik dan real. Pada track 2,
dapat dilihat bahwa hasil inversi sudah mendekati log asli. Nilai error dari trace
seismik juga relatif kecil sehingga dapat diasumsikan parameter inversi yang
digunakan sudah optimal.

Gambar 3.9 Analisa Inversi pada sumur B Yates 11

Gambar 3.10 Analisa Inversi pada sumur B Yates 18D

45
3.4.7 Pembuatan Volume Porositas
Untuk memprediksi sebaran porositas pada volume seismik dilakukan
dengan menghubungkan nilai AI dengan data log porositas (crossplot). Sumur yang
digunakan adalah sumur B Yates 18D. Crossplot dilakukan antara hasil inversi AI
pada sumbu x dengan log porositas pada sumbu y (Gambar 3.11).

Gambar 3.11 Crossplot antara AI hasil inversi dengan log porositas

Dari hasil crossplot tersebut, dilakukan regresi linier sehingga diperoleh


persamaan berikut:
ϕ = 0.00187638 (AI) + 84.2247

dengan ϕ merupakan besar porositas dan AI merupakan nilai impedansi akustik


hasil inversi.

46
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Crossplot P Impedance, Density, dan Gamma Ray


Crossplot memiliki tujuan untuk memisahkan batuan clean sand, shaly sand,
dan shale yang ditinjau dari nilai AI, densitas, dan gamma ray pada data log.
Crossplot didasari pada sifat batuan clean sand yang memiliki nilai densitas dan
gamma ray yang lebih rendah dari shale (Malcolm, 2002). Hasil crossplot
digunakan sebagai patokan untuk menentukan rentang nilai (cutoff) AI batuan clean
sand dalam suatu lapisan. Berikut hasil analisis crossplot dengan p-impedance (AI)
pada sumbu x, densitas pada sumbu y, dan gamma ray pada variasi warna titik
dengan Gambar 4.1 untuk formasi Caddo dan Gambar 4.2 untuk formasi Vineyard.
Pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 daerah dengan warna latar kuning diprediksi
sebagai batuan clean sand karena memiliki nilai gamma ray yang dominan rendah
dan ditambah (pada lapisan Vineyard) memiliki nilai densitas yang rendah, daerah
dengan warna latar abu-abu diprediksi sebagai shale karena memiliki nilai gamma
ray dominan tinggi ditambah densitas yang tinggi, daerah latar merah muda
diprediksi sebagai daerah shaly sand.

Gambar 4.1 Hasil crossplot p-impedance, density dan gamma ray pada formasi
Caddo

47
Gambar 4.2 Hasil crossplot p-impedance, density dan gamma ray pada formasi
Vineyard

Hasil dari Gambar 4.1 dan 4.2 didapatkan cutoff nilai AI clean sand pada formasi
Caddo dan Vineyard sebagai berikut:
1. Nilai cutoff AI clean sand pada formasi Caddo adalah: 38000 - 55500 (ft/s)
(gr/cc)
2. Nilai cutoff AI clean sand pada formasi Vineyard adalah: 33000 - 37500
(ft/s) (gr/cc)
Untuk itu, tujuan akhir dari crossplot ini digunakan untuk membedakan sebaran
clean sand, shaly sand dan shale pada penampang AI di formasi Caddo dan
Vineyard.

4.2 Peta Time Structure Top Caddo dan Top Vineyard


Berikut peta time structure Top Caddo (Gambar 4.3) dan Top Vineyard
(Gambar 4.4) yang didapat dari hasil picking horizon. Pada Top Caddo terdapat
tinggian di wilayah selatan yang ditandai warna kuning hingga merah kemudian
mengalami penurunan ke arah utara yang ditandai warna hijau hingga warna ungu.
Daerah utara yang ditandai warna ungu diduga sebagai runtuhan karst yang
menghubungkan Top Caddo ke formasi Mississippian. Top Vineyard diketahui
terdapat tinggian di wilayah barat yang ditunjukkan dengan warna kuning hingga
merah yang kemudian berangsur turun ke arah timur yang ditunjukkan dengan

48
warna ungu. Dalam hal ini ini daerah timur yang digambarkan dengan warna ungu
diduga sebagai runtuhan karst yang menghubungkan Top Vineyard dengan formasi
Mississippian.

Gambar 4.3 Peta time structure formasi Top Caddo

Gambar 4.4 Peta time structure formasi Top Vineyard

4.3 Hasil Inversi AI dan Prediksi Porositas


Hasil inversi AI merupakan suatu gambaran volume seismik yang
memperlihatkan nilai AI pada setiap titik di volume tersebut. Gambar penampang
vertikal AI beserta log AI (filter high cut: 80 dan high pass: 50) pada sumur B Yates

49
11 dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan pada sumur B Yates 18D pada Gambar 4.6,
terlihat terdapatnya korelasi yang baik antara log AI dengan AI pada volume
seismik.

Gambar 4.5 Gambar penampang vertikal AI beserta log AI pada sumur B Yates 11

Gambar 4.6 Gambar penampang vertikal AI beserta log AI sumur B Yates 18D

50
Hasil prediksi sebaran porositas pada volume seismik yang didapat dari
persamaan regresi linier yang menghubungkan nilai impedansi akstik dengan data
log porositas (neutron porosity) pada sumur B Yates 18D dapat dilihat pada
Gambar 4.7, terlihat terdapatnya korelasi yang baik antara log neutron porosity
(filter high cut: 80 dan high pass: 50) sumur B Yates 18D dengan sebaran porositas
pada volume seismik.

Gambar 4.7 Gambar penampang vertikal porositas beserta log neutron porosity
pada sumur B Yates 18D

4.4 Analisis dan Interpretasi


Berikut hasil analisis dan interpretasi pada formasi Top Caddo dan Top
Vineyard.

4.4.1 Formasi Top Caddo


Gambar sebaran impedansi akustik dan porositas pada Top Caddo dapat
dilihat pada Gambar 4.8. Pada Gambar 4.8 bagian atas merupakan sebaran
impedansi akustik dan bagian bawah adalah sebaran porositas. Pada sebaran AI

51
terlihat warna merah mewakili nilai AI yang tinggi (42000 (ft/s) (gr/cc)) kemudian
menurun hingga terlihat warna ungu yang mewakili nilai AI yang rendah (28000
(ft/s) (gr/cc)).

Gambar 4.8 Sebaran impedansi akustik (atas) dan sebaran porositas (bawah) pada
formasi Top Caddo

Pada sebaran porositas terlihat warna hijau muda mewakili nilai porositas
besar (27 %) kemudian menurun hingga terlihat warna ungu muda yang mewakili
nilai porositas (12 %). Berdasarkan analisis crossplot pada Top Caddo, nilai cutoff
AI untuk clean sand cukup besar yaitu: 38000 - 55500 (ft/s) (gr/cc). Lapisan yang

52
menyimpan kandungan gas di interpretasikan memiliki nilai porositas yang rendah
yang disebut dengan gas effect. Dari gambar sebaran AI dan porositas (Gambar 4.8)
terlihat terdapat beberapa lokasi yang memiliki nilai AI tinggi disertai nilai porositas
yang rendah. Lokasi-lokasi tersebut ditandai dalam lingkaran hitam dengan total
terdapat 4 zona. Zona 1 disekitar inline 76 – 93 dan xline 180 – 200, Zona 2 disekitar
inline 74 – 85 dan xline 140 – 165, Zona 3 disekitar inline 140 – 150 dan xline 167
– 172, Zona 4 disekitar inline 180 – 200 dan xline 135 – 170. Didalam/disekitar
zona tersebut terdapat sumur yang memiliki data log untuk di analisis kualitatif
guna untuk memprediksi kandungan dan litologi formasi Caddo daerah tersebut.
Terdapat 2 sumur yaitu B Yates 11 yang berada diwilayah barat dan Ashe C3 yang
berada pada wilayah timur. Hasil analisis kualitatif sumur B Yates 11 dapat dilihat
pada Gambar 4.9 dan pada sumur Ashe C3 pada Gambar 4.10.

Gambar 4.9 Data sumur beserta prediksi kandungan dan litologi dari sumur B
Yates 11 pada formasi Caddo

Sumur B Yates 11 dapat digunakan untuk memprediksi litologi dan


kandungan pada formasi Caddo untuk Zona 1 dan Zona 2 karena letaknya yang
berada di tengah-tengah kedua zona tersebut. Gambar 4.9 menampilkan data sumur
dari B Yates 11 dalam rentang kedalaman 1430 – 1455 m. Kolom sebelah kiri
menampilkan data Spontaneous Potential (SP) (biru) dan Gamma Ray (GR)
(merah), kolom sebelah tengah menampilkan data Medium Resistivity (SR) (biru)

53
dan Deep Resistivity (DR) (merah), sedangkan kolom sebelah kanan menampilkan
data density. Pada rentang kedalaman 1435 – 1445 m data SP dan GR menunjukkan
penurunan grafik yang diprediksi sebagai sand stone. Pada kedalaman yang sama
data MR dan DR mengalami separasi yang diduga mengandung gas. Hasil dari
analisis kualitatif sumur B Yates 11 ini dapat memprediksi bahwa Zona 1 dan Zona
2 juga memiliki kandungan gas karena letaknya yang berdekatan dengan sumur B
Yates 11.

Gambar 4.10 Data sumur beserta prediksi kandungan dan litologi dari sumur Ashe
C3 pada formasi Caddo

Sumur Ashe C3 yang terletak dalam lokasi Zona 4 ini dapat digunakan
untuk memprediksi litologi dan juga kandungan yang ada pada formasi Caddo
(1400 – 1430 m). Gambar 4.10 menampilkan data sumur dari Ashe C3 dalam
rentang kedalaman 1370 – 1430 m. Kolom sebelah kiri menampilkan data SP dan
sebelah kanan menampilkan data DR. Pada rentang kedalaman 1403 – 1410 m dan
1418 – 1425 m data SP menunjukkan grafik penurunan yang diduga sebagai sand
stone. Pada rentang kedalaman yang sama graik DR menunjukkan kenaikan yang

54
signifikan yang diduga mengandung gas. Dikarenakan lokasi sumur Ashe C3 yang
berada dipusat Zona 2 maka dapat diprediksi bahwa wilayah zona 4 juga memiliki
kandungan gas pada formasi Caddo. Lokasi Zona 4 yang berdekatan dengan Zona
3 memungkinkan Zona 3 juga memiliki kandungan gas.

4.4.2 Formasi Top Vineyard

Gambar 4.11 Sebaran impedansi akustik (atas) dan sebaran porositas (bawah)
pada formasi Top Vineyard

55
Gambar sebaran impedansi akustik dan porositas pada Top Vineyard dapat
dilihat pada Gambar 4.11. Pada Gambar 4.11 bagian atas merupakan sebaran
impedansi akustik dan bagian bawah adalah sebaran porositas. Pada sebaran AI
terlihat warna merah mewakili nilai AI yang tinggi (45000 (ft/s) (gr/cc)) kemudian
menurun hingga terlihat warna ungu yang mewakili nilai AI yang rendah (28000
(ft/s) (gr/cc)). Pada sebaran porositas terlihat warna hijau muda mewakili nilai
porositas besar (27 %) kemudian menurun hingga terlihat warna ungu muda yang
mewakili nilai porositas (12 %). Berdasarkan analisis crossplot pada formasi
Vineyard, nilai cutoff AI untuk clean sand yaitu: 33000 - 37500 (ft/s) (gr/cc).
Nilai cutoff AI clean sand ini berhimpit dengan nilai cutoff AI shale yang
memiliki nilai 28500 – 38000 (ft/s) (gr/cc) yang artinya sulit untuk memisahkan
lapisan clean sand dengan shale hanya berdasarkan peta sebaran impedansi akustik.
Pada Gambar 4.11 terlihat 3 zona yang memiliki nilai AI tinggi disertai nilai sebaran
porositas yang rendah. Nilai AI tinggi berdasarkan crossplot diduga sebagai shaly
sand yang artinya diprediksi dalam 3 zona ini memiliki shaly sand yang
mengandung gas. 3 zona tersebut adalah Zona 1 disekitar inline 140 – 160 dan xline
180 – 200, Zona 2 disekitar inline 98 – 120 dan xline 169 – 190, Zona 3 disekitar
inline 130 – 140 dan xline 105 – 115. Didalam/disekitar zona tersebut terdapat
sumur yang memiliki data log untuk di analisis kualitatif guna untuk memprediksi
kandungan dan litologi formasi Vineyard daerah tersebut. Terdapat 3 sumur yaitu
B Yates 11 yang berada diwilayah barat, F Yates 10 dan I.G Yates 4 yang berada
pada wilayah selatan. Hasil analisis kualitatif sumur B Yates 11 dapat dilihat pada
Gambar 4.12, sumur F Yates 10 pada Gambar 4.13, dan sumur I.G Yates 4 pada
Gambar 4.14.
Sumur B Yates 11 yang terletak di dekat Zona 2 merupakan sumur yang
potensial untuk menguji litologi dan kandungan yang terdapat didalam Zona 2 pada
formasi Vineyard. Gambar 4.12 menampilkan data sumur B Yates 11 dalam Zona
1 pada rentang kedalaman 1695 – 1733 m. Pada kolom sebelah kiri terdapat data
gamma ray (GR) (biru) dan SP (merah), kolom tengah terdapat data medium
resistivity (MR) (biru) dan DR (merah), dan kolom sebelah kanan terdapat data
besar densitas. Hasil prediksi litologi pada sumur B Yates 11 menemukan daerah
lapisan yang permeable yaitu clean sand pada rentang kedalaman 1707 – 1724 m.

56
Pada rentang kedalaman clean sand tersebut (1708 – 1712 m) data GR dan densitas
mengalami penurunan sedangkan data MR dan DR mengalami peningkatan, hal ini
diprediksi terdapatnya gas pada lapisan clean sand tersebut. Bagian atas formasi
Vineyard diperkirakan merupakan batuan shale yang impermeable sehingga gas
pada lapisan clean sand di bawahnya dapat terjebak.

Gambar 4.12 Data sumur beserta prediksi kandungan dan litologi dari sumur B
Yates 11 pada formasi Vineyard

Gambar 4.13 Data sumur beserta prediksi kandungan dan litologi dari sumur F
Yates 10 pada formasi Vineyard

Sumur F Yates 10 diprediksi berada pada sand stone atau shale berdasarkan
nilai AI hasil crossplot. Gambar 4.13 menampilkan data sumur dari F Yates 10
dengan rentang kedalaman 1718 – 1760 m, kolom sebelah kiri menampilkan data
SP, dan kolom sebelah kanan menampilkan data SR (biru) dan DR (merah). Pada
rentang variasi kedalaman 1726 – 1738; 1740,5 – 1745,5; 1747 – 1749; dan 1751-
1754 m data SP menunjukkan angka lebih dari -30 mv yang diprediksi sebagai
lapisan permeable yaitu clean sand. Pada rentang kedalaman yang sama data DR
dan SR mengalami separasi (luasan warna kuning) sehingga diprediksi

57
mengandung gas. Bagian atas formasi Vineyard diprediksi sebagai lapisan yang
imprermeable yaitu batuan shale dibuktikan dengan nilai SP yang lebih tinggi,
begitu juga dengan nilai DR dan SR yang menunjukkan angka lebih rendah
daripada clean sand.

Gambar 4.14 Data sumur beserta prediksi kandungan dan litologi dari sumur I.G.
Yates 4 pada formasi Vineyard

Posisi sumur I.G. Yates 4 yang strategis karena berada deket dengan lokasi-
lokasi interest, salah satunya adalah Zona 3. Gambar 4.10 menampilkan data sumur
dari I.G. Yates 4 dalam rentang kedalaman 1750 – 1790 m. Kolom sebelah kiri
menampilkan data SP dan sebelah kanan menampilkan data DR. Pada rentang
kedalaman 1765 – 1770 m data SP menunjukkan grafik penurunan yang diduga
sebagai sand stone. Pada rentang kedalaman yang sama grafik DR menunjukkan
kenaikan yang signifikan yang diduga mengandung gas.
Pada rentang kedalaman 1775 – 1783 m data SP menunjukkan sedikit grafik
penurunan yang diduga sebagai shaly sand. Pada rentang kedalaman yang sama
grafik DR menunjukkan kenaikan yang signifikan yang diduga mengandung gas.
Oleh karena itu Zona 3 dan beberapa daerah disekitar Zona 3 juga diprediksi
mengandung gas.

58
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

Bab Kesimpulan dan Saran berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian
berdasarkan perumusan masalah yang ada di dalam penelitian ini, serta saran yang
memuat rekomendasi untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:
1. Hasil analisis crossplot ditemukan nilai cutoff AI clean sand stone pada
formasi Caddo sebesar 38000 - 55500 (ft/s) (gr/cc), dan formasi Vineyard
sebesar 33000 - 37500 (ft/s) (gr/cc).
2. Pada Top Caddo ditemukan 4 zona yang diprediksi mengandung gas dengan
reservoar berupa sand stone. Hal tersebut teridikasi dari gambar penampang
AI yang memperlihatkan nilai AI yang besar pada 4 zona tersebut. Hasil dari
gambar penampang porositas memperlihatkan nilai porositas yang kecil di
dalam 4 zona tersebut yang diprediksi mengandung gas. Hasil analisis
kualitatif sumur B Yates 11 dan Ashe C3 juga memprediksi bahwa di daerah
4 zona tersebut mengandung gas pada formasi Caddo. Pada Top Vineyard
ditemukan 3 zona yang diprediksi juga mengandung gas dengan reservoar
berupa shaly sand. Hal tersebut diprediksi karena di dalam 3 zona tersebut
memiliki nilai AI yang tinggi sedangkan besar porositasnya rendah. Hasil
analisis kualitatif sumur B Yates 11, F Yates 10, dan I.G. Yates 4 juga
memprediksi bahwa di daerah 3 zona tersebut mengandung gas pada formasi
Vineyard.

5.2 Saran
Saran untuk penelitian yang ingin meneruskan hasil penelitian ini adalah:
1. Dilakukan analisis kuantitatif data log untuk mengetahui parameter-
parameter fisik batuan reservoar yang telah terindikasi dari analisa kualitatif.

59
Parameter tersebut antara lain porositas efektif, saturasi air, dan
permeabilitas.
2. Membuat peta depth structure pada horizon formasi Caddo dan Vineyard agar
mempermudah proses interpretasi.

60
DAFTAR PUSTAKA

Agung Irawan Oky. 2008. Evaluasi Penerapan Metode Inversi Post Dan Pre-Stack
Untuk Identifikasi Batupasir Potensial Pada Lapangan "W" Cekungan Sunda.
Skripsi. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Afnimar. 2009. Seismologi Edisi Pertama. Bandung. ITB.
Alhakeem Ali Aamer. 2013. 3D seismic data interpretation of Boonsville Field,
Texas. Masters Theses. Missouri University of Science and Technology.
USA.
Gadallah Mamdouh, Ray Fisher. 2009. Exploration Geophysics. Springer. Houston
Texas, USA.
Harsono, A. 1997. Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log. Schlumberger Oil Field
Service. Jakarta.
Ikelle Luc T., Lasse Amundsen. 2005. Introduction to Petroleum Seismology.
Society of Exploration Geophysicists. USA.
Kartika Uniek Arista, Gatot Y., Udi H. 2007. Penentuan Struktur Bawah
Permukaan Dengan Menggunakan Metode Seismik Refraksi Di Desa Pleret,
Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul . Universitas Diponegoro. Semarang.
Mussett Allan E., M. Aftab Khan. 2000. Looking Into The Earth. Cambridge
University Press. Cambridge, UK.
Mushoddaq Mochammad. 2012. Deteksi Lapisan Hidrokarbon Dengan Metode
Inversi Impedansi Akustik dan EMD (Empirical Mode Decomposition) Pada
Formasi Air Benakat Lapangan “X”. Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Surabaya.
Nur Muhammad Zain, Wien Lestari. 2017. Karakteristik Reservoar Menggunakan
Aplikasi Seismik Atribut dan Inversi Seismik Impedansi Akustik, Studi Kasus
Lapangan Teapot Dome, Wyoming. Jurnal Sains dan Seni POMITS Vol. 6
No.2. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

61
Primaditaningtyas, W. 2013. Evaluasi Prospektivitas Menggunakan Pendekatan
Impedansi Akustik: Studi Kasus Lapangan Penobscot, Nova Scotia, Kanada.
Skripsi. Universitas Indonesia. Jakarta.
Putri Andriani Intan. 2014. Integrasi Seismik Inversi Acoustic Impedance (AI) dan
Elastic Impedance (EI) Untuk Karakterisasi Reservoar, Studi Kasus:
Lapangan Muon. Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.
Repository Universitas Riau. 2006. Gelombang Seismik. Universitas Riau. Unri.
Russell, B, H. 1988. Introduction to Seismic Inversion Methods, third edition,
Volume 2 SN, Domenico, Editor Course Notes Series.
Sanjaya, N. Debby. 2014. Analisis Sifat Fisis Reservoar Menggunakan Metode
Seismik Inversi Accoustic Impedance (AI) dan Multiatribut (Studi Kasus
Lapangan F3). Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.
Sarma S.K. 2013. Engineering Seismology. Imperial College of
Science,Technology & Medicine. London, UK.
Setyawan wawan. 2013. Getaran dan Gelombang Fisika. adf.ly/I9fmw. 1 Februari
2018 (21:23).
Sheriff, R. E. 1995. Exploration Seismology, 2nd Edition. University of Houston.
Suharyanto, Karyono, Palupi S. D. 2009. Fisika untuk SMA dan MA kelas XII. Jilid
3. CV Sahabat. Jakarta.
Telford W.M, L.P. Geldart, R.E. Sheriff. 1992. Applied Geophysics Second
Edition. Cambridge University Press. Cambridge, UK.
Tyler Noel. 1996. Boonsville 3-D Seismic Data Set. Bureau of Economic Geology.
University of Texas. Texas.
USGS. Texas Geological Survei. https://txpub.usgs.gov. 20 Agustus 2018 (09:00).
Wahyono, D. Akbar. 2014. Analisis Inversi Elastik Impedansi (EI) dan Lamda Mu
Rho (LMR) untuk Identifikasi Penyebaran Reservoar Batu Pasir dan Fluida
Hidrokarbon pada Lapangan “Jogging” Cekungan Jawa Barat Utara. Skripsi.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Wood W. Robert. 1911. Physical Optics. Norwood Press. USA. Rider Malcolm.
2002. The Geological Interpretation of Well Logs Second Edition. Rider-
French Consulting Ltd. Scotland.
Yilmaz, Ozdogan. 2001. Seismic Data Analysis: Processing Inversion, and
Interpretation of Seismic Data. SEG. Tulsa. USA.

62
LAMPIRAN A
DAFTAR DATA LOG YANG TERSEDIA PADA
SETIAP SUMUR

A-1
A-2
LAMPIRAN B
RIWAYAT PENULIS

Irsan Ar Rahman lahir di Palu pada tanggal 7 September


1996. Pada tahun 2014 terdaftar sebagai mahasiswa
angkatan ke-3 Institut Teknologi Kalimantan (ITK) di
program studi S1-Fisika. Irsan menamatkan pendidikan
sekolah dasar di SDN 001 Balikpapan (2003-2004),
SDN 020 Sail Pekanbaru (2004-2007), SDN 03 Waru
Sidoarjo (2007-2008), sekolah menengah pertama di
SMPN 1 Sedati (2008-2009), SMPN 3 Balikpapan
(2009-2011) dan sekolah menengan atas di SMA Negeri
2 Balikpapan (2011-2014). Semasa menjadi mahasiswa ITK, Irsan telah
menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Aplikasi Seismik Inversi Acoustic
Impedance (AI) Untuk Karakterisasi Reservoar, Studi Kasus: Lapangan
Boonsville, USA” di bawah bimbingan Bapak Prof. Sulistijono, Bapak Febrian
Dedi Sastrawan, S.Si., M.Sc, dan Bapak Hilfan Khairy.

B-1
“halaman ini sengaja dikosongkan”

B-2

Anda mungkin juga menyukai