Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH FILSAFAT ILMU

KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN


AKSIOLOGIS) DENGAN TIK

NAMA : SITI AROFAH, S.Sos

NIM : 102904153

PRODI : PTIK

DOSEN : Bpk. Dr. Syahrul, M.P

2011
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

KERJASAMA DENGAN PEMERINTAH PROPINSI

KALIMANTAN TIMUR

Hewlett-Packard | Error! No text of specified style in document. 1


MAKALAH SITI AROFAH, S.SOS
KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK
2011

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat


dan hidayahNya.

Terimakasih kepada Bapak Dr. Syahrul, M.P yang telah memberikan


ilmunya sehingga makalah “Kajian Filsafat Ilmu (Epitemologi. Ontologis dan
Aksiologi) dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi” dapat terselesaikan
dengan baik sebagai tugas mata kuliah Filsafat Ilmu.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi yang membaca.

Terimakasih

Penulis

MAKALAH SITI AROFAH, S.SOS Page 2


KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK
2011

BAB 1

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan


pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran.
Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima
pergeseran dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan,
(2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke “on line” atau
saluran, (4) dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, dan (5) dari waktu siklus
ke waktu nyata.

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai bagian dari ilmu


pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara umum adalah semua yang teknologi
berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan (akuisisi), pengolahan,
penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi (Kementerian Negara Riset
dan Teknologi, 2006: 6). Tercakup dalam definisi tersebut adalah semua
perangkat keras, perangkat lunak, kandungan isi, dan infrastruktur komputer
maupun (tele) komunikasi. Istilah TIK atau ICT (Information and Communication
Technology), atau yang di kalangan negara Asia berbahasa Inggris disebut sebagai
Infocom, muncul setelah berpadunya teknologi komputer (baik perangkat keras
maupun perangkat lunaknya) dan teknologi komunikasi sebagai sarana
penyebaran informasi pada paruh kedua abad ke-20. Perpaduan kedua teknologi
tersebut berkembang sangat pesat, jauh melampaui bidang-bidang teknologi
lainnya. Bahkan sampai awal abad ke-21 ini, dipercaya bahwa bidang TIK masih
akan terus pesat berkembang dan belum terlihat titik jenuhnya sampai beberapa
dekade mendatang. Pada tingkat global, perkembangan TIK telah mempengaruhi
seluruh bidang kehidupan umat manusia. Intrusi TIK ke dalam bidang-bidang
teknologi lain telah sedemikian jauh sehingga tidak ada satupun peralatan hasil
inovasi teknologi yang tidak memanfaatkan perangkat TIK.
Dalam makalah ini penulis membahas mengenai “Kajian Filsafat Ilmu
(Epitemologi. Ontologis dan Aksiologi) dengan Teknologi Informasi dan
Komunikasi”

MAKALAH SITI AROFAH, S.SOS Page 3


KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK
2011

BAB II

PERMASALAHAN

Seluruh ilmu hakikatnya berasal dari filsafat. Darinyalah seluruh ilmu


berasal, darinya pula seluruh ilmu dan pengetahuan manusia dilahirkan. Sikap
dasar selalu bertanya menjadi ciri filsafat, menurun pada berbagai cabang ilmu
yang semula berinduk padanya. Karenanya, dalam semua ilmu terdapat
kecenderungan dasar itu. Manakala ilmu mengalami masalah yang sulit
dipecahkan, ia akan kembali pada filsafat dan memulainya dengan sikap dasar
untuk bertanya. Dalam filsafat, manusia mempertanyakan apa saja dari berbagai
sudut, secara totalitas menyeluruh, menyangkut hakikat inti, sebab dari segala
sebab, mancari jauh ke akar, hingga ke dasar.

Membicarakan pengaruh TIK pada berbagai bidang lain tentu memerlukan


waktu diskusi yang sangat panjang. Dalam makalah ini, kaitan filsafat dengan
TIK akan di bahas tanpa mengecilkan pengaruh TIK di bidang lain, bidang
pembelajaran mendapatkan manfaat lebih dalam kaitannya dengan kemampuan
TIK mengolah dan menyebarkan informasi.

Permasalahan dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimanakah landasan epistemologis dalam kajian TIK?

2. Bagaimana landasan ontologis dalam kajian TIK?

3. Bagaimanakah landasan aksiologis dalam kajian TIK?

4. Kaitan antara filsafat ilmu dengan komunikasi.

5. Pengaruh epistemologi dengan TIK.

MAKALAH SITI AROFAH, S.SOS Page 4


KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK
2011

BAB III

PEMBAHASAN

A. LANDASAN ONTOLOGIS DALAM TIK

Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai


kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya.
Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia
mengenai dunia, termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu,
hubungan sebab akibat, dan kemungkinan.

Cabang Ontologi, yaitu berada dalam wilayah ada. Kata Ontologi


berasal dari Yunani, yaitu onto yang artinya ada dan logos yang artinya
ilmu. Dengan demikian, ontologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang
keberadaan. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: apakah
objek yang ditelaah ilmu? Bagaimanakah hakikat dari objek itu?
Bagaimanakah hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia
yang membuahkan pengetahuan dan ilmu?

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno


dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang
bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat
ontologis ialah seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya,
kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan
kenyataan. Dan pendekatan ontologi dalam filsafat mencullah beberapa
paham, yaitu: (1) Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme atau
spiritualisme; (2) Paham dualisme, dan (3) pluralisme dengan berbagai
nuansanya, merupakan paham ontologik.

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa
dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca
indera manusia. Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan

MAKALAH SITI AROFAH, S.SOS Page 5


KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK
2011

pengetahuan ilmiah manusia. Sementara kajian objek penelaahan yang


berada dalam batas prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan
pascapengalaman (seperti surga dan neraka) menjadi ontologi dari
pengetahuan lainnya di luar iimu. Beberapa aliran dalam bidang ontologi,
yakni realisme, naturalisme, empirisme.

B. LANDASAN EPISTEMOLOGI DALAM KAJIAN TIK

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat,


metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that
investigates the origin, nature, methods and limits of human knowledge).
Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). berasal
dari kata Yunani episteme, yang berarti “pengetahuan”, “pengetahuan yang
benar”, “pengetahuan ilrniah”, dan logos = teori. Epistemologi dapat
didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau
sumber, struktur, metode dan sahnya (validitas) pengetahuan.

Epistemologi, yaitu berada dalam wilayah pengetahuan. Kata


Epistemologi berasal dari Yunani, yaitu episteme yang artinya cara dan
logos yang artinya ilmu. Dengan demikian, epistemologi dapat diartikan
sebagai ilmu tentang bagaimana seorang ilmuwan akan membangun
ilmunya. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain:
bagaimanakah proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan
menjadi ilmu? Bagaimanakah prosedurnya? Untuk hal ini, kita akan
mengarah ke cabang fisafat metodologi.

Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah: 1) Apakah


pengetahuan itu ?; 2) Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu ?;
3) Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh ?; 4) Bagaimanakah validitas
pengetahuan itu dapat dinitai ?; 5) Apa perbedaan antara pengetahuan a
priori (pengetahuan pra-pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori

MAKALAH SITI AROFAH, S.SOS Page 6


KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK
2011

(pengetahuan puma pengalaman) ?; 6) Apa perbedaan di antara:


kepercayaan, pengetahuan, pendapat, fakta, kenyataan, kesalahan,
bayangan, gagasan, kebenaran, kebolehjadian, kepastian ?

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan


induk-tif Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada
pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah
dikurnpuikan se,belumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan
ilnuah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi
mengenai sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada.
Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan
yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan.

C. LANDASAN AKSIOLOGI DALAM TIK

Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang
berarti nilai dan logos yang berarti teori. Dengan demikian maka aksiologi
adalah “teori tentang nilai” (Amsal Bakhtiar, 2004: 162). Aksiologi diartikan
sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh (Jujun S. Suriasumantri, 2000: 105). Menurut Bramel dalam Amsal
Bakhtiar (2004: 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian: Pertama, moral
conduct, yaitu tindakan moral yang melahirkan etika; Keduei,- esthetic
expression, yaitu ekspresi keindahan, Ketiga, sosio-political life, yaitu
kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosio-politik.

Aksiologi, yaitu berada dalam wilayah nilai. Kata Aksiologi berasal


dari Yunani, yaitu axion yang artinya nilai dan logos yang artinya ilmu.
Dengan demikian, aksiologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai
etika seorang ilmuwan. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain:
untuk apa pengetahuan ilmu itu digunakan? Bagaimana kaitan antara cara
penggunaannya dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek

MAKALAH SITI AROFAH, S.SOS Page 7


KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK
2011

yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan metode


ilmiah yang digunakan dengan norma-norma moral dan profesional? Dengan
begitu , kita akan mengarah ke cabang fisafat Etika.

Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi


disamakan dengan value dan valuation. Ada tiga bentuk value dan valuation,
yaitu: 1) Nilai, sebagai suatu kata benda abstrak; 2) Nilai sebagai kata benda
konkret; 3) Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai.

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya


melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai
atau yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free).
Sebaliknya, ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai
atau yang lebih dikenal sebagai value bound. Sekarang mana yang lebih
unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada
keterikatan nilai.

Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja: Jika hitam
katakan hitam, jika ternyata putih katakan putih; tanpa berpihak kepada
siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata. Sedangkan secara
ontologi dan aksiologis, ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan
yang buruk, yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap
(Jujun S. Suriasumantri, 2000:36).

D. KAITAN ANTARA FILSAFAT ILMU DENGAN TEKNOLOGI


INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Para ahli sepakat bahwa landasan ilmu komunikasi yang pertama adalah
filsafat. Filsafat melandasi ilmu komunikasi dari domain ethos, pathos, dan logos
dari teori Aristoteles dan Plato. Ethos merupakan komponenfilsafat yang
mengajarkan ilmuwan tentang pentingnya rambu-rambu normative dalam

MAKALAH SITI AROFAH, S.SOS Page 8


KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK
2011

pengembangan ilmu pengetahuan yang kemudian menjadi kunci utama bagi


hubungan antara ilmu dan masyarakat. Pathos merupakan komponen filsafat yang
menyangkut aspek emosi atau rasa yang ada dalam diri manusia sebagai makhluk
yang senantiasa mencintai keindahan, penghargaan, yang dengan ini manusia
berpeluang untuk melakukan improvisasi dalam pengembangan ilmu
pengetahuan. Logos merupakan komponen filsafat yang membimbing para
ilmuwan untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan pada pemikiran yang
bersifat nalar dan rasional, yang dicirikan oleh argument-argumen yang logis.
Komponen yang lain dari filsafat adalah komponen piker, yang terdiri dari etika,
logika, dan estetika, Komponen ini bersinegri dengan aspek kajian ontologi
(keapaan), epistemologi (kebagaimanaan), dan aksiologi (kegunaan atau
kemanfaatan).

Pada dasarnya filsafat komunikasi memberikan pengetahuan tentang


kedudukan Ilmu Komunikasi dari perspektif epistemology:

1. Ontologis: What It Is?

Ontologi berarti studi tentang arti “ada” dan “berada”, tentang cirri-ciri
esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang paling
abstrak (Suparlan: 2005). Ontolgi sendiri berarti memahami hakikat jenis ilmu
pengetahuan itu sendiri yang dalam hal ini adalah Ilmu Komunikasi.

Ontologi. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: Apakah


ilmu komunikasi? Apakah yang ditelaah oleh ilmu komunikasi? Apakah objek
kajiannya? Bagaimanakah hakikat komunikasi yang menjadi objek kajiannya?

Ilmu komunikasi dipahami melalui objek materi dan objek formal. Secara
ontologism, Ilmu komunikasi sebagai objek materi dipahami sebagai sesuatu yang
monoteistik pada tingkat yang paling abstrak atau yang paling tinggi sebagai
sebuah kesatuan dan kesamaan sebagai makhluk atau benda. Sementara objek
forma melihat Ilmu Komunikasi sebagai suatu sudut pandang (point of view),
yang selanjutnya menentukan ruang lingkup studi itu sendiri.

MAKALAH SITI AROFAH, S.SOS Page 9


KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK
2011

Contoh relevan aspek ontologis Ilmu Komunikasi adalah sejarah ilmu


Komunikasi, Founding Father, Teori Komunikasi, Tradisi Ilmu Komunikasi,
Komunikasi Manusia, dll.

2. Epistemologis: How To Get?

Hakikat pribadi ilmu (Komunikasi) yaitu berkaitan dengan pengetahuan


mengenai pengetahuan ilmu (Komunikasi) sendiri atau Theory of Knowledge.
Persoalan utama epsitemologis Ilmu Komunikasi adalah mengenai persoalan apa
yang dapat ita ketahui dan bagaimana cara mengetahuinya, “what can we know,
and how do we know it?” (Lacey: 1976). Menurut Lacey, hal-hal yang terkait
meliputi “belief, understanding, reson, judgement, sensation, imagination,
supposing, guesting, learning, and forgetting”.

Epistemologi. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain:


Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan menjadi ilmu?
Bagaimanakah prosedurnya, metodologinya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan
agar bisa mendapat pengetahuan dan ilmu yang benar dalam hal komunikasi? Apa
yang dimaksud dengan kebenaran? Apakah kriteria kebenaran dan logika
kebenaran dalam konteks ilmu komunikasi?

Secara sederhana sebetulnya perdebatan mengenai epistemology Ilmu


Komunikasi sudah sejak kemunculan Komunikasi sebagai ilmu. Perdebatan
apakah Ilmu Komunikasi adalah sebuah ilmu atau bukan sangat erat kaitannya
dengan bagaimana proses penetapan suatu bidang menjadi sebuah ilmu. Dilihat
sejarahnya, maka Ilmu Komunikasi dikatakan sebagai ilmu tidak terlepas dari
ilmu-ilmu social yang terlebih dahulu ada. pengaruh Sosiologi dan Psikologi
sangat berkontribusi atas lahirnya ilmu ini. Bahkan nama-nama seperti Laswell,
Schramm, Hovland, Freud, sangat besar pengaruhnya atas perkembangan
keilmuan Komunikasi. Dan memang, Komunikasi ditelaah lebih jauh menjadi
sebuah ilmu baru oada abad ke-19 di daratan Amerika yang sangat erat kaitannya
dengan aspek aksiologis ilmu ini sendiri.

MAKALAH SITI AROFAH, S.SOS Page 10


KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK
2011

Contoh konkret epistemologis dalam Ilmu Komunikasi dapat dilihat dari


proses perkembangan kajian keilmuan Komunikasi di Amerika (Lihat History of
Communication, Griffin: 2002). Kajian Komunikasi yang dipelajari untuk
kepentingan manusia pada masa peperangan semakin meneguhkan Komunikasi
menjadi sebuah ilmu.

3. Aksiologis: What For?

Hakikat individual ilmu pengetahuan yang bersitaf etik terkait aspek


kebermanfaat ilmu itu sendiri. Seperti yang telah disinggung pada aspek
epistemologis bahwa aspek aksiologis sangat terkait dengan tujuan pragmatic
filosofis yaitu azas kebermanfaatan dengan tujuan kepentingan manusia itu
sendiri. Perkembangan ilmu Komunikasi erat kaitannya dengan kebutuhan
manusia akan komunikasi.

Aksiologi. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: Untuk


apa ilmu komunikasi itu digunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan
pengetahuan dan ilmu tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimanakah
kaitan ilmu komunikasi berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan
antara operasionalisasi metode ilmiah dalam upaya melahirkan dan menemukan
teori-teori dan aplikasi ilmu komunikasi dengan norma-norma moral dan
profesional?

Kebutuhan memengaruhi (persuasive), retoris (public speaking), spreading


of information, propaganda, adalah sebagian kecil dari manfaat Ilmu Komunikasi.
Secara pragmatis, aspek aksiologis dari Ilmu Komunikasi terjawab seiring
perkembangan kebutuhan manusia.

Filsafat bermula dari pertanyaan dan berakhir pada pertanyaan. Hakikat


filsafat adalah bertanya terus-menerus, karenanya dikatakan bahwa filsafat adalah
sikap bertanya itu sendiri. Dengan bertanya, filsafat mencari kebenaran. Namun,
filsafat tidak menerima kebenaran apapun sebagai sesuatu yang sudah selesai.
Yang muncul adalah sikap kritis, meragukan terus kebenaran yang ditemukan.

MAKALAH SITI AROFAH, S.SOS Page 11


KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK
2011

Dengan bertanya, orang menghadapi realitas kehidupan sebagai suatu masalah,


sebagai sebuah pertanyaan, tugas untuk digeluti, dicari tahu jawabannya.

Tidak sebagaimana dengan ilmu-ilmu alam yang objeknya eksak,


misalnya dalam biologi akan mudah untuk membedakan kucing dengan anjing,
mana jantung dan mana hati, sehingga tidak memerlukan pendefinisian secara
ketat. Tidak demikian halnya dengan ilmu-ilmu sosial yang objeknya abstrak.
Ilmu komunikasi berada dalam rumpun ilmu-ilmu sosial yang berobjek abstrak,
yaitu tindakan manusia dalam konteks sosial. Komunikasi sebagai kata yang
abstrak sulit untuk didefinisikan. Para pakar telah membuat banyak upaya untuk
mendefinisikan komunikasi. Ilmu komunikasi sebagai salah satu ilmu sosial
mutlak memberikan definisi tajam dan jernih guna menjelaskan objeknya yang
abstrak itu.

Tidak semua peristiwa merupakan objek kajian ilmu komunikasi.


Sebagaimana diutarakan, objek suatu ilmu harus terdiri dari satu golongan
masalah yang sama sifat hakikatnya. Karena objeknya yang abstrak, syarat objek
ilmu komunikasinya adalah memiliki objek yang sama, yaitu tindakan manusia
dalam konteks sosial. Artinya, peristiwa yang terjadi antarmanusia. Contoh,
Anda berkata kepada seorang teman, ”Wah, maaf, kemarin saya lupa menelepon.”
Peristiwa ini memenuhi syarat objek ilmu komunikasi , yaitu bahwa yang dikaji
adalah komunikasi antarmanusia, bukan dengan yang lain selain makhluk
manusia.

Telah diketahui ilmu komunikasi memiliki sejumlah ilmu praktika, yaitu


Hubungan Masyarakat, Periklanan, dan Jurnalistik. Misalnya, jika ilmu
komunikasi juga mempelajari penyampaian pesan kepada makhluk selain
manusia, bagaimanakah agar pesan kehumasan yang ditujukan kepada bebatuan
serta tumbuhan yang tercemar limbah perusahaan sehingga memberi respon
positif mereka? Dengan kata lain, penyampaian pesan kepada makhluk selain
manusia akan mencederai kriteria objek keilmuannya.

MAKALAH SITI AROFAH, S.SOS Page 12


KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK
2011

Terdapat beraneka ragam definisi komunikasi, hingga pada tahun 1976


saja Dance dan Larson berhasil mengumpulkan 126 definisi komunikasi yang
berlainan. Mereka mengidentifikasi tiga dimensi konseptual penting yang
mendasari perbedaan dari ke-126 definisi temuannya, yaitu:

1. Tingkat observasi atau derajat keabstrakannya

Yang bersifat umum, misalnya definisi yang menyatakan bahwa


komunikasi adalah proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian
lainnya dalam kehidupan. Yang bersifat terlalu khusus, misalnya definisi yang
menyatakan bahwa komunikasi adalah alat untuk mengirimkan pesan militer,
perintah, dan sebagainya melalui telepon, telegraf, radio, kurir, dan
sebagainya.

2. Tingkat kesengajaan

Yang mensyaratkan kesengajaan, misalnya definisi yang menyatakan


komunikasi adalah situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber
mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk
mempengaruhi perilaku penerima. Sementara definisi yang mengabaikan
kesengajaan, misalnya dari Gode yang menyatakan komunikasi sebagai proses
yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang atau
monopoli seseorang menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.

3. Tingkat keberhasilan dan diterimanya pesan

Yang menekankan keberhasilan dan diterimanya pesan, misalnya definisi


yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran informasi
untuk mendapatkan saling pengertian. Sedangkan yang tidak menekankan
keberhasilan, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah
proses transmisi informasi.

Dengan beragamnya definisi komunikasi, sementara definisi itu diperlukan


untuk menggambarkan objek ilmu komunikasi secara jelas dan jernih, maka pada
tahun 1990-an para teoritisi komunikasi berdebat dan mempertanyakan apakah

MAKALAH SITI AROFAH, S.SOS Page 13


KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK
2011

komunikasi harus disengaja? dan Apakah komunikasi harus diterima (received)?


Setelah beradu argumentasi, para ahli sepakat untuk tidak sepakat dan menyatakan
bahwa sekurang-kurangnya terdapat tiga perspektif (sudut pandang) / paradigma
yang dapat diakomodir.

Paradigma adalah cara pandang seseorang terhadap diri dan


lingkungannya yang akan mempengaruhi dalam berpikir (kognitif), bersikap
(afektif), dan bertingkah laku (konatif). Karenanya, paradigma sangat menentukan
bagaimana seorang ahli memandang komunikasi yang menjadi objek ilmunya.
Berikut ini adalah uraian atas ketiga paradigma sebagai hasil ”kesepakatan untuk
tidak sepakat” dari para teoritisi komunikasi:

1. Paradigma-1

Komunikasi harus terbatas pada pesan yang sengaja diarahkan seseorang


dan diterima oleh orang lainnya. Paradigma ini menyatakan bahwa pesan
harus disampaikan dengan sengaja, dan pesan itu harus diterima. Artinya,
untuk dapat terjadi komunikasi, syaratnya harus terdapat komunikator
pengirim, pesan itu sendiri, dan komunikan penerima. Implikasinya, jika
pesan tidak diterima, tidak ada komunikan, karena tidak ada manusia yang
menerima pesan. Jadi tidak ada komunikasi dan proses komunikasi yang
merupakan kajian paradigma ini. Misalnya, ketika seorang teman melambai
pada kita tapi kita tidak melihat, ini bukan komunikasi yang menjadi
kajiannya, karena kita selaku komunikan tidak menerima pesan itu.

2. Paradigma-2

Komunikasi harus mencakup semua perilaku yang bermakna bagi


penerima, apakah disengaja atau tidak. Paradigma ini menyatakan bahwa
pesan tidak harus disampaikan dengan sengaja, tapi harus diterima. Paradigma
ini relatif mengenal istilah komunikan penerima. Biasanya dalam
penggambaran model, pada dua titik pelaku komunikasi dinamai sebagai
komunikator mengingat keduanya mempunyai peluang untuk menyampaikan
pesan, baik disengaja maupun tidak, yang dimaknai oleh pihak lainnya. Atau,

MAKALAH SITI AROFAH, S.SOS Page 14


KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK
2011

keduanya disebut sebagai komunikan yang dimaknai sebagai semua manusia


pelaku komunikasi. Intinya, selama ada pemaknaan pesan pada salah satu
pihak, adalah komunikasi yang menjadi kajiannya. Maka ketika kita dengan
tidak sengaja melenggang di tepi jalan dan supir taksi berhenti serta bertanya,
”Taksi, pak?” ini adalah komunikasi yang menjadi kajiannya karena supir itu
telah memaknai lenggangan kita yang tidak sengaja sebagai panggilan
terhadapnya, tanpa terlalu mempersoalkan siapa pengirim dan penerima.

3. Paradigma-3

Komunikasi harus mencakup pesan-pesan yang disampaikan dengan


sengaja, namun derajat kesengajaan sulit untuk ditentukan. Paradigma ini
menyataan bahwa pesan harus disampaikan dengan sengaja, tapi tidak
mempersoalkan apakah pesan diterima atau tidak. Artinya, untuk dapat terjadi
komunikasi, syaratnya harus terdapat komunikator pengirim, pesan, dan target
komunikan penerima. Ketika seorang teman melambaikan tangan tapi kita
tidak melihat, ini merupakan komunikasi yang menjadi kajiannya.
Pertanyaannya adalah mengapa pesan itu tidak kita terima? Gangguan apa
yang sedang terjadi, apakah pada salurannya? Atau pada alat penerima (mata
kita)? Atau ada hal lainnya?

Tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak


mungkin, mengajukan kritik dan menilai pengetahuan ini. Menemukan
hakekatnya, dan menerbitkan serta mengatur semuanya itu dalam bentuk yang
sistematik. Filsafat membawa kita kepada pemahaman & pemahaman membawa
kita kepada tindakan yang lebih layak. Tiga bidang kajian filsafat ilmu adalah
epistemologis, ontologis, dan oksiologis. Ketiga bidang filsafat ini merupakan
pilar utama bangunan filsafat.

Epistemologi: merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat,


metode, dan batasan pengetahuan manusia yang bersangkutan dengan kriteria bagi
penilaian terhadap kebenaran dan kepalsuan. Epistemologi pada dasarnya adalah
cara bagaimana pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh dalam prosesnya

MAKALAH SITI AROFAH, S.SOS Page 15


KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK
2011

menggunakan metode ilmiah. Medode adalah tata cara dari suatu kegiatan
berdasarkan perencanaan yang matang & mapan, sistematis & logis.

Ontologi: adalah cabang filsafat mengenai sifat (wujud) atau lebih sempit
lagi sifat fenomena yang ingin kita ketahui. Dalam ilmu pengetahuan sosial
ontologi terutama berkaitan dengan sifat interaksi sosial. Menurut Stephen Litle
John, ontologi adalah mengerjakan terjadinya pengetahuan dari sebuah gagasan
kita tentang realitas. Bagi ilmu sosial ontologi memiliki keluasan eksistensi
kemanusiaan.

Aksiologis: adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan nilai seperti


etika, estetika, atau agama. Litle John menyebutkan bahwa aksiologis, merupakan
bidang kajian filosofis yang membahas value (nilai-nilai) Litle John
mengistilahkan kajian menelusuri tiga asumsi dasar teori ini adalah dengan nama
metatori. Metatori adalah bahan spesifik pelbagai teori seperti tentang apa yang
diobservasi, bagaimana observasi dilakukan dan apa bentuk teorinya. ”Metatori
adalah teori tentang teori” pelbagai kajian metatori yang berkembang sejak 1970 –
an mengajukan berbagai metode dan teori, berdasarkan perkembangan paradigma
sosial. Membahas hal-hal seperti bagaimana sebuah knowledge itu (epistemologi)
berkembang. Sampai sejauh manakah eksistensinya (ontologi) perkembangannya
dan bagaimanakah kegunaan nilai-nilainya (aksiologis) bagi kehidupan sosial.
Pembahasan ; Berita infotainment dalam kajian filosofis. Kajian ini akan
meneropong lingkup persoalan di dalam disiplin jurnalisme, sebagai sebuah
bahasan dari keilmuan komunikasi, yang telah mengalami degradasi bias tertentu
dari sisi epistemologis, ontologis bahkan aksiologisnya terutama dalam penyajian
berita infotainment di televisi.

Dalam hal informasi, filsafat membantu memberikan pengetahuannya


sebagai berikut:

1. Kajian Aspek Epistemologis:

Dalam berita hal terpenting adalah fakta. Pada titik yang paling inti dalam
setiap pesannya pelaporan jurnalisme mesti membawa muatan fakta. Setiap

MAKALAH SITI AROFAH, S.SOS Page 16


KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK
2011

kepingan informasi mengimplikasikan realitas peristiwa kemasyatakatan. Tiap


pesan menjadi netral dari kemungkinan buruk penafsiran subyektif yang tak
berkaitan dengan kepentingan–kepentingan kebutuhan masyarakat. Charnley
(1965 : 22.30) mengungkapkan kunci standardisasi bahasa penulisan yang
memakai pendekatan ketepatan pelaporan faktualisasi peristiwa, yaitu akurat,
seimbang, obyektif, jelas dan singkat serta mengandung waktu kekinian. Hal-hal
ini merupakan tolok ukur dari ”The Quality of News” dan menjadi pedoman yang
mengondisikan kerja wartawan di dalam mendekati peristiwa berita & membantu
upaya tatkala mengumpulkan & mereportase berita. Secara epistemologis cara-cara
memperoleh fakta ilmiah yang menjadi landasan filosofis sebuah berita
infotainment yang akan ditampilkan berdasarkan perencanaan yang matang,
mapan, sistematis & logis.

2. Kajian Aspek Ontologis

Dalam kajian berita infotainment ini bahasan secara ontologis tertuju pada
keberadaan berita infotainment dalam ruang publik. Fenomena tentang berita
infotainment bukan gejala baru di dunia jurnalisme. Pada abad 19, pernah
berkembang jurnalisme yang berusaha mendapatkan audiensnya dengan
mengandalkan berita kriminalitas yang sensasional, skandal seks, hal-hal, yang
menegangkan dan pemujaan kaum selebritis ditandai dengan reputasi James
Callender lewat pembeberan petualangan seks, para pendiri Amerika Serikat,
Alexande Hamilton & Thomas Jeferson merupakan karya elaborasi antara fakta
dan desus-desus. Tahun itu pula merupakan masa kejayaan William Rudolf Hearst
dan Joseph Pulitzer yang dianggap sebagai dewa-dewa ”Jurnalisme kuning.”

Fenomena jurnalisme infotainment kembali mencuat ketika terjadi berita


hebohnya perselingkuhan Presiden Amerika ”Bill Clinton- Lewinsky”. Sejak saat
itu seakan telah menjadi karakteristik pada banyak jaringan TV di dunia. Di
Indonesia, fenomena ini juga bukan terbilang baru. Sejak zaman Harmoko
(Menteri Penerangan pada saat itu) banyak surat kabar–surat kabar kuning muncul
& diwarnai dengan antusias masyarakat. Bahkan ketika Arswendo Atmowiloto

MAKALAH SITI AROFAH, S.SOS Page 17


KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK
2011

menerbitkan Monitor semakin membuat semarak ”Jurnalisme kuning di


Indonesia”. Pasca Orde Baru ketika kebebasan pers dibuka lebar-lebar semakin
banyak media baru bermunculan, ada yang memiliki kualitas tetapi ada juga yang
mengabaikan kualitas dengan mengandalkan sensasional, gosip, skandal dan lain-
lain. Ketika tayangan Cek & Ricek dan Kabar Kabari berhasil di RCTI, TV
lainnya juga ikut-ikut menayangkan acara gosip. Dari sinilah cikal bakal
infotainment marak di TV kita. Fenomena infotainment merupakan hal yang tidak
bisa terhindarkan dari dunia jurnalisme kita. Pada realitasnya ini banyak disukai
oleh masyarakat dengan bukti rating tinggi (public share tinggi)

3. Kajian pada aspek aksiologis

Secara aksiologis kegunaan berita infotainment dititik beratkan kepada


hiburan. Pengelola acara ini menarik audiens hanya dengan menyajikan tontonan
yang enak dilihat sebagai sebuah strategi bisnis jurnalisme. Hal ini akan
berdampak pada menundanya selera dan harapan sejumlah orang terhadap sesuatu
yang lain. Ketika etika infotainment telah salah langkah mencoba untuk
”menyaingkan” antara berita & hiburan. Padahal nilai dan daya pikat berita itu
berbeda, infotainment pada gilirannya akan membentuk audiens yang dangkal
karena terbangun atas bentuk bukan substansi.

Pengelola media melalui berita infotainment terkadang tidak lagi


mempertimbangkan moral sebagai pengontrol langkah mereka sehingga begitu
mengabaikan kepentingan masyarakat.Hal itulah yang terjadi dengan berita
infotainment di Indonesia, beberapa kaidah yang semestinya dijalankan malah
diabaikan demi kepentingan mengejar rating dan meraup keuntungan dari
pemasang iklan.

E. PENGARUH EPISTEMOLOGI TERHADAP TIK

Bagi Karl R. Popper, epistemologi adalah teori pengetahuan ilmiah.


Sebagai teori pengetahuan ilmiah, epistemologi berfungsi dan bertugas

MAKALAH SITI AROFAH, S.SOS Page 18


KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK
2011

menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam


membentuk dirinya. Tetapi, ilmu pengetahuan harus ditangkap dalam
pertumbuhannya, sebab ilmu pengetahuan yang berhenti, akan kehilangan
kekhasannya. Ilmu pengetahuan harus berkembang terus, sehingga tidka jarang
temuan ilmu pengetahuan yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh
temuan ilmu pengetahuan yang kemudian. Perkemabangan ilmu pengetahuan
dengan demikian membuktikan, bahwa kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat
tentatif. Selama belum digugurkan oleh temuan lain, maka suatu temuan dianggap
benar. Perbedaan hasil teman dalam masalah yang sama ini disebabkan oleh
perbedaan prosedur yang ditempuh para ilmuwan dalam membentuk ilmu
pengetahuan. Melalui pelaksanaan fungsi dan tugas dalam menganalisis prosedur
ilmu pengetahuan tersebut, maka epistemologi dapat memberikan pengayaan
gambaran proses terbentuknya pengetahuan ilmiah. Proses ini lebih penting
daripada hasil, mengingat bahwa proses itulah menunjukkan mekanisme kerja
ilmiah dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Akhirnya, epistemologi bisa
menentukan cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu
pengetahuan yang kebenarannya terandalkan.

Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-


konsep atau teori-teori yang ada. Dalam filsafat, banyak konsep dari pemikiran
filosof yang kemudian mendapat serangan yang tajam dari pemikiran filosof lain
berdasarkan pendekatan-pendekatan epistemologi. Penguasaan epistemologi,
terutama cara-cara memperoleh pengetahuan yang membantu seseorang dalam
melakukan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain
maupun oleh dirinya sendiri. Koreksi secara kontinyu terhadap pemikirannya
sendiri ini untuk menyempurnakan argumentasi atau alasan supaya memperoleh
hasil pemikiran yang maksimal. Ini menunjukkan bahwa epistemologi bisa
mengarahkan seseorang untuk mengkritik pemikiran orang lain (kritik eksternal)
dan pemikirannya sendiri (kritik internal). Implikasinya, epistemologi senantiasa
mendorong dinamika berpikir secara korektif dan kritis, sehingga perkembangan

MAKALAH SITI AROFAH, S.SOS Page 19


KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK
2011

ilmu pengetahuan relatif mudah dicapai, bila para ilmuwan memperkuat


penguasaannya.

Dinamika pemikiran tersebut mengakibatkan polarisasi pandangan, ide


atau gagasan, baik yang dimiliki seseorang maupun masyarakat. Mohammad
Arkoun menyebutkan, bahwa keragaman seseorang atau masyarakat akan
dipengaruhi pula oleh pandangan epistemologinya serta situasi sosial politik yang
melingkupinya. Keberangaman pandangan seseorang dalam mengamati suatu
fenomena akan melahirkan keberagaman pemikiran. Kendati terhadap satu
persoalan, tetapi karena sudut pandang yang ditempuh seseorang berbeda, pada
gilirannya juga menghasilkan pemikiran yang berbeda. Kondisi demikian
sesungguhnya dalam dunia ilmu pengetahuan adalah suatu kelaziman, tidak ada
yang aneh sama sekali, sehingga perbedaan pemikiran itu dapat dipahami secara
memuaskan dengan melacak akar persoalannya pada perbedaan sudut pandang,
sedangkan perbedaan sudut pandangan itu dapat dilacak dari epistemologinya

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia.


Suatu peradaban, sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya. Epistemologi
mengatur semua aspek studi manusia, dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu
sosial. Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi
pada tubuh, ilmu-ilmu mereka itu—suatu kesatuan yang merupakan hasil
pengamatan kritis dari ilmu-ilmu—dipandang dari keyakinan, kepercayaan dan
sistem nilai mereka. Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan
teknologi. Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara, karena didukung
oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi. Tidak ada bangsa yang
pandai merekayasa fenomena alam, sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa
didukung oleh kemajuan epistemologi. Epistemologi menjadi modal dasar dan
alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam
menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Demikian
halnya yang terjadi pada teknologi. Meskipun teknologi sebagai penerapan sains,
tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari
pemanfaatan dan pengembangan epistemologi.

MAKALAH SITI AROFAH, S.SOS Page 20


KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK
2011

Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk selalu berfikir dan


berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru. Semua bentuk
teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis,
yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara
mewujudkan sesuatu, perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk
mewujudkan sesuatu itu, dan sebagainya. Pada awalnya seseorang yang berusaha
menciptakan sesuatu yang baru, mungki saja mengalami kegagalan tetapi
kegagalan itu dimanfaatkan sebagai bagian dari proses menuju keberhasilan.
Sebab dibalik kegagalan itu ditemukan rahasia pengetahuan, berupa faktor-faktor
penyebabnya. Jadi kronologinya adalah sebagai berikut: mula-mula seseorang
berpikir dan mengadakan perenungan, sehingga didapatkan percikan-percikan
pengetahuan, kemudian disusun secara sistematis menjadi ilmu pengetahuan
(sains). Akhirnya ilmu pengetahuan tersebut diaplikasikan melalui teknologi,
technology is an apllied of science (teknologi adalah penerapan sains). Pemikiran
pada wilayah proses dalam mewujudkan teknologi itu adalah bagian dari filsafat
yang dikenal dengan epistemologi. Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam
mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut, maka epistemologi
bukan hanya mungkin, melainkan mutlak perlu dikuasai.

Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar. Sebuah
keniscayaan, bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang
kuat. Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral, maka peristiwa terjadilah
kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya
“Momok kemanusiaan” yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S.
Suriasumantri, 2000:36). Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan,
sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern: (1) Nilai teori: manusia
modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional,
orientasinya pada ilmu dan teknologi, serta terbuka terhadap ide-ide dan
pengalaman baru. (2) Nilai sosial : dalam kaitannya dengan nilai sosial, manusia
modem dicirikan oleh sikap individualistik, menghargai profesionalisasi,
menghargai prestasi, bersikap positif terhadap keluarga kecil, dan menghargai

MAKALAH SITI AROFAH, S.SOS Page 21


KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK
2011

hak-hak asasi perempuan; (3) nilai ekonomi : dalam kaitannya dengan nilai
ekonomi, manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi, efisien
menghargai waktu, terorganisasikan dalam kehidupannya, dan penuh perhitungan;
(4) Nilai pengambilan keputusan: manusia modern dalam kaitannya dengan nilai
ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat, dan
keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi; (5) Nilai agama:
dalam hubungannya dengan nilai agama, manusia modem dicirikan oleh sikapnya
yang tidak fatalistik, analitis sebagai lawan dari legalitas, penalaran sebagai lawan
dari sikap mistis (Suriasumantri, 1986, Semiawan,C 1993).

MAKALAH SITI AROFAH, S.SOS Page 22


KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK
2011

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Ontologi berarti studi tentang arti “ada” dan “berada”, tentang cirri-ciri
esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang
paling abstrak (Suparlan: 2005). Ontolgi sendiri berarti memahami
hakikat jenis ilmu pengetahuan itu sendiri yang dalam hal ini adalah Ilmu
Komunikasi.
2. Hakikat pribadi ilmu (Komunikasi) yaitu berkaitan dengan pengetahuan
mengenai pengetahuan ilmu (Komunikasi) sendiri atau Theory of
Knowledge. Persoalan utama epsitemologis Ilmu Komunikasi adalah
mengenai persoalan apa yang dapat ita ketahui dan bagaimana cara
mengetahuinya, “what can we know, and how do we know it?” (Lacey:
1976). Menurut Lacey, hal-hal yang terkait meliputi “belief,
understanding, reson, judgement, sensation, imagination, supposing,
guesting, learning, and forgetting”.
3. Hakikat individual ilmu pengetahuan yang bersitaf etik terkait aspek
kebermanfaat ilmu itu sendiri. Seperti yang telah disinggung pada aspek
epistemologis bahwa aspek aksiologis sangat terkait dengan tujuan
pragmatic filosofis yaitu azas kebermanfaatan dengan tujuan kepentingan
manusia itu sendiri. Perkembangan ilmu Komunikasi erat kaitannya
dengan kebutuhan manusia akan komunikasi.

4. Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk selalu berfikir dan


berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru. Semua bentuk
teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara

MAKALAH SITI AROFAH, S.SOS Page 23


KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK
2011

epistemologis, yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang


bagaimana cara mewujudkan sesuatu, perangkat-perangkat apa yang
harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu, dan sebagainya.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka setiap pembahasan mengenai
ilmu pengetahuan diharapkan melalui kajian landasan filosofis, yaitu
ontologi, epistemologi dan aksiologi agar supaya upaya dan usaha yang
menjadi pembaharuan dalam teknologi informasi dan komunikasi
pendidikan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Perkembangan teknologi yang semakin canggih hendaknya di
imbangi dengan kebijaksanaan pemakaian dan penggunaannya, jangan
sampai teknologi membuat kita menjadi bermalas-malasan.

MAKALAH SITI AROFAH, S.SOS Page 24


KAJIAN FILSAFAT (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS) DENGAN TIK
2011

DAFTAR PUSTAKA

Suhartono, Suparlan. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Ar Ruzz. 2005.

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung. Remaja


Rosdakarya..2001.

Effendy, Onong Uchyana. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung. Remaja
Rosdakarya. 1994

Effendy., Onong Uchjana, 2000, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Penerbit PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung.

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Edisi Revisi. Jakarta. Raja Grafindo
Persada. 2008.

Suriasumantri, Jujun S, 1985, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Penerbit Sinar
Harapan, Jakarta

http://rahmasyilla.wordpress.com/2010/02/03/hakekat-filsafat-komunikasi/#more-192

http://defickry.wordpress.com/2007/08/23/filsafat-dan-komunikasi/

http://fajardawn.blogspot.com/2009/05/hakikat-komunikasi.html

MAKALAH SITI AROFAH, S.SOS Page 25

Anda mungkin juga menyukai