Makalah Fiksafat II Arofah
Makalah Fiksafat II Arofah
NIM : 102904153
PRODI : PTIK
2011
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
KALIMANTAN TIMUR
KATA PENGANTAR
Terimakasih
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB II
PERMASALAHAN
BAB III
PEMBAHASAN
Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa
dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca
indera manusia. Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan
Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang
berarti nilai dan logos yang berarti teori. Dengan demikian maka aksiologi
adalah “teori tentang nilai” (Amsal Bakhtiar, 2004: 162). Aksiologi diartikan
sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh (Jujun S. Suriasumantri, 2000: 105). Menurut Bramel dalam Amsal
Bakhtiar (2004: 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian: Pertama, moral
conduct, yaitu tindakan moral yang melahirkan etika; Keduei,- esthetic
expression, yaitu ekspresi keindahan, Ketiga, sosio-political life, yaitu
kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosio-politik.
Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologi raja: Jika hitam
katakan hitam, jika ternyata putih katakan putih; tanpa berpihak kepada
siapapun juga selain kepada kebenaratt yang nyata. Sedangkan secara
ontologi dan aksiologis, ilmuwan hams manrpu ntenilai antara yang baik dan
yang buruk, yang pada hakikatnya mengharuskan dia menentukan sikap
(Jujun S. Suriasumantri, 2000:36).
Para ahli sepakat bahwa landasan ilmu komunikasi yang pertama adalah
filsafat. Filsafat melandasi ilmu komunikasi dari domain ethos, pathos, dan logos
dari teori Aristoteles dan Plato. Ethos merupakan komponenfilsafat yang
mengajarkan ilmuwan tentang pentingnya rambu-rambu normative dalam
Ontologi berarti studi tentang arti “ada” dan “berada”, tentang cirri-ciri
esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang paling
abstrak (Suparlan: 2005). Ontolgi sendiri berarti memahami hakikat jenis ilmu
pengetahuan itu sendiri yang dalam hal ini adalah Ilmu Komunikasi.
Ilmu komunikasi dipahami melalui objek materi dan objek formal. Secara
ontologism, Ilmu komunikasi sebagai objek materi dipahami sebagai sesuatu yang
monoteistik pada tingkat yang paling abstrak atau yang paling tinggi sebagai
sebuah kesatuan dan kesamaan sebagai makhluk atau benda. Sementara objek
forma melihat Ilmu Komunikasi sebagai suatu sudut pandang (point of view),
yang selanjutnya menentukan ruang lingkup studi itu sendiri.
2. Tingkat kesengajaan
1. Paradigma-1
2. Paradigma-2
3. Paradigma-3
menggunakan metode ilmiah. Medode adalah tata cara dari suatu kegiatan
berdasarkan perencanaan yang matang & mapan, sistematis & logis.
Ontologi: adalah cabang filsafat mengenai sifat (wujud) atau lebih sempit
lagi sifat fenomena yang ingin kita ketahui. Dalam ilmu pengetahuan sosial
ontologi terutama berkaitan dengan sifat interaksi sosial. Menurut Stephen Litle
John, ontologi adalah mengerjakan terjadinya pengetahuan dari sebuah gagasan
kita tentang realitas. Bagi ilmu sosial ontologi memiliki keluasan eksistensi
kemanusiaan.
Dalam berita hal terpenting adalah fakta. Pada titik yang paling inti dalam
setiap pesannya pelaporan jurnalisme mesti membawa muatan fakta. Setiap
Dalam kajian berita infotainment ini bahasan secara ontologis tertuju pada
keberadaan berita infotainment dalam ruang publik. Fenomena tentang berita
infotainment bukan gejala baru di dunia jurnalisme. Pada abad 19, pernah
berkembang jurnalisme yang berusaha mendapatkan audiensnya dengan
mengandalkan berita kriminalitas yang sensasional, skandal seks, hal-hal, yang
menegangkan dan pemujaan kaum selebritis ditandai dengan reputasi James
Callender lewat pembeberan petualangan seks, para pendiri Amerika Serikat,
Alexande Hamilton & Thomas Jeferson merupakan karya elaborasi antara fakta
dan desus-desus. Tahun itu pula merupakan masa kejayaan William Rudolf Hearst
dan Joseph Pulitzer yang dianggap sebagai dewa-dewa ”Jurnalisme kuning.”
Sikap inilah yang mengendalikan kekuasaan ilmu ilmu yang besar. Sebuah
keniscayaan, bahwa seorang ilmuwan harus mempunyai landasan moral yang
kuat. Jika ilmuan tidak dilandasi oleh landasan moral, maka peristiwa terjadilah
kembali yang dipertontonkan secara spektakuler yang mengakibatkan terciptanya
“Momok kemanusiaan” yang dilakukan oleh Frankenstein (Jujun S.
Suriasumantri, 2000:36). Nilai-nilai yang juga harus melekat pada ilmuan,
sebagaimana juga dicirikan sebagai manusia modern: (1) Nilai teori: manusia
modern dalam kaitannya dengan nilai teori dicirikan oleh cara berpikir rasional,
orientasinya pada ilmu dan teknologi, serta terbuka terhadap ide-ide dan
pengalaman baru. (2) Nilai sosial : dalam kaitannya dengan nilai sosial, manusia
modem dicirikan oleh sikap individualistik, menghargai profesionalisasi,
menghargai prestasi, bersikap positif terhadap keluarga kecil, dan menghargai
hak-hak asasi perempuan; (3) nilai ekonomi : dalam kaitannya dengan nilai
ekonomi, manusia modem dicirikan oleh tingkat produktivitas yang tinggi, efisien
menghargai waktu, terorganisasikan dalam kehidupannya, dan penuh perhitungan;
(4) Nilai pengambilan keputusan: manusia modern dalam kaitannya dengan nilai
ini dicirikan oleh sikap demokratis dalam kehidupannya bermasyarakat, dan
keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan pribadi; (5) Nilai agama:
dalam hubungannya dengan nilai agama, manusia modem dicirikan oleh sikapnya
yang tidak fatalistik, analitis sebagai lawan dari legalitas, penalaran sebagai lawan
dari sikap mistis (Suriasumantri, 1986, Semiawan,C 1993).
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Ontologi berarti studi tentang arti “ada” dan “berada”, tentang cirri-ciri
esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang
paling abstrak (Suparlan: 2005). Ontolgi sendiri berarti memahami
hakikat jenis ilmu pengetahuan itu sendiri yang dalam hal ini adalah Ilmu
Komunikasi.
2. Hakikat pribadi ilmu (Komunikasi) yaitu berkaitan dengan pengetahuan
mengenai pengetahuan ilmu (Komunikasi) sendiri atau Theory of
Knowledge. Persoalan utama epsitemologis Ilmu Komunikasi adalah
mengenai persoalan apa yang dapat ita ketahui dan bagaimana cara
mengetahuinya, “what can we know, and how do we know it?” (Lacey:
1976). Menurut Lacey, hal-hal yang terkait meliputi “belief,
understanding, reson, judgement, sensation, imagination, supposing,
guesting, learning, and forgetting”.
3. Hakikat individual ilmu pengetahuan yang bersitaf etik terkait aspek
kebermanfaat ilmu itu sendiri. Seperti yang telah disinggung pada aspek
epistemologis bahwa aspek aksiologis sangat terkait dengan tujuan
pragmatic filosofis yaitu azas kebermanfaatan dengan tujuan kepentingan
manusia itu sendiri. Perkembangan ilmu Komunikasi erat kaitannya
dengan kebutuhan manusia akan komunikasi.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka setiap pembahasan mengenai
ilmu pengetahuan diharapkan melalui kajian landasan filosofis, yaitu
ontologi, epistemologi dan aksiologi agar supaya upaya dan usaha yang
menjadi pembaharuan dalam teknologi informasi dan komunikasi
pendidikan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Perkembangan teknologi yang semakin canggih hendaknya di
imbangi dengan kebijaksanaan pemakaian dan penggunaannya, jangan
sampai teknologi membuat kita menjadi bermalas-malasan.
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Onong Uchyana. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung. Remaja
Rosdakarya. 1994
Effendy., Onong Uchjana, 2000, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Penerbit PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung.
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Edisi Revisi. Jakarta. Raja Grafindo
Persada. 2008.
Suriasumantri, Jujun S, 1985, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Penerbit Sinar
Harapan, Jakarta
http://rahmasyilla.wordpress.com/2010/02/03/hakekat-filsafat-komunikasi/#more-192
http://defickry.wordpress.com/2007/08/23/filsafat-dan-komunikasi/
http://fajardawn.blogspot.com/2009/05/hakikat-komunikasi.html