Anda di halaman 1dari 6

A.

LATAR BELAKANG

Dalam sebuah lembaga pendidikan bimbingan dan konseling merupakan suatu


komponen yang sangat penting untuk memejukan mutu sebuah sekolah. Karena jika
kita lihat pada masyarakat pada umumnya sebuah sekolah atau lembaga pendidikan
secara umum dapat dikatakan berkualitas dengan cara melitak output yang dihasilkan
oleh sebuah sekolah, dalam arti kata masyarakat akan menganggap sebuah sekolah itu
berkualitas apabila siswa atau peserta yang dihasilkan memiliki kualitas dan
memenuhi harapan yang masyarakat inginkan.

Ukuran kualitas lulusan tidak hanya diukur dari kematangan kognitif saja, akan
tetapi ukuran seorang peserta didik bisa dikatakan berkualitas apabila dia sudah
matang secara emosional, sosial, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, dapat
mengembangkan bakat yang ada dalam dirinya, dapat memenuhi kebutuhannya
secara mandiri dan juga yang paling penting yaitu kematangan moral, siswa bisa
dikatakan berkualitas jika dia memiliki moral yang baik, baik itu moral yang
berlandaskan kepada norma-norma yang berlaku dalam masyarakat maupun moral
yang ada dalam agama.

Karena manajemen bimbingan dan konseling sangat dapat membantu sekolah


dalam meningkatkan mutu dari sekolahnya itu khususnya dalam pengembangan
sumber daya manusia yang ada dilingkungan sekolah. Oleh karena itu manajemen
bimbingan konseling merupakan satu komponen yang sangat dibutuhkan dalam
sebuah lembaga pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan dari segi
kematangan sumber daya manusia.

Bimbingan dan konseling merupakan upaya bantuan untuk mewujudkan


perkembangan manusia secara opimal baik secara kelompok maupun individual
sesuai dengan hakikat kemanusiaannya dengan berbagai potensi, kelebihan dan
kekurangan, kelemahan, serta permasalahannya.

Oleh karena itu pelaksanakan manajemen bimbingan dan konseling harus


dirumuskan secara matang baik dari segi program pelayanan bimbingan dan
konseling, meneliti hal-hal apa sajakah yang dibutuhkan oleh para siswa, materi-
materi yang harus diajarkan untuk membentuk kematangan siswa, satuan layanan dan
kegiatan dalam bimbingan dan konseling, dapat merumuskan dengan baik tatalaksana
bimbingan dan konseling, dan mengevaluasi program yang telah dilaksanakan.
Manajemen bimbingan dan konseling harus dilaksanakan secara matang agar tujuan

1
dari sebuah lembaga pendidikan yaitu menghasilkan lulusan yang berkualitas dapat
tercapai dengan efektif dan efisien.

Oleh karena itu, kami melakukan suatu observasi disuatu sekolah untuk mencari
informasi bagaimana manejemen bimbingan dan konseling di sekolah tersebut.

B. DESKRIPSI LOKASI DAN WAKTU PELAKSANAAN

Observasi kami lakukan di SMP Negeri 22 Bandar Lampung yang beralamatkan


di Jalan Zainal Abidin Pagar Alam No. 109, Gedong Meneng, Rajabasa, Kota Bandar
Lampung. Alasan kami melakukan observasi di SMP N 22 adalah pertama
dikarenakan lokasi yang tidak terlalu jauh dari kampus, kedua dikarenakan dari
informasi yang kami dapatkan bahwa perkembangan Bimbingan dan Konseling di
sekolah tersebut baik dan guru BK yang ada di sekolah tersebut merupakan guru-guru
asli lulusan Bimbingan dan Konseling.

Proses wawancara dilaksanakan di dalam ruang UKS, dikarenakan gedung


sekolah sedang di renovasi, sehingga ruang BK sementara digabung dengan ruang
UKS. Waktu pelaksanaan observasi dan wawancara adalah pukul 08.50 – 10.00 WIB.

C. IDENTITAS NARASUMBER

Berikut adalah identitas narasumber yang kami wawancarai:

Nama Lengkap : Dra. Anita Sugianti.

Tempat, Tgl Lahir : Lahat, 04 Juli 1971.

Alamat : Way Halim, Blok F 25.

Pendidikan : S1 Bimbingan dan Konseling 1988.

Jabatan : Guru BK SMP Negeri 22 Bandar Lampung.

2
D. METODE YANG DIGUNAKAN

Untuk mendapatkan informasi tentang manajemen Bimbingan dan Konseling di


SMP Negeri 22 Bandarlampung, kami menggunakan metode observasi dan
wawancara.

Metode Observasi dilakukan dengan mengamati beberapa berkas yang


berhubungan dengan Bimbingan dan Koseling, seperti program semesteran, program
tahunan, alat-alat instrumen, Jadwal tahunan, dan lain-lain (Laporan Terlampir).
Sedangkan metode wawancara kami lakukan dengan mewawancarai salah satu guru
BK di SMP Negeri 22 Bandarlampung. (Laporan Terlampir).

E. HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA

Dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan di SMP Negeri 22
Bandar Lampung, bahwa Manajemen Bimbingan dan Konseling di sekolah tersebut
sangat baik dalam pelaksanaan pemberian layanan terhadap siswa-siswa di sekolah
tersebut namun kurang baik dan tidak terstruktur dalam hal adminstrasi dan
programnya.

Berdasarkan informasi dari narasumber bahwa dalam perencanaan program


Bimbingan dan Konseling memang dilakukan suatu need asesmen untuk mengukur
kebutuhan siswa, namun pelaksanaannya tidak terjadwal (hanya dilakukan jika
dibutuhkan saja dan jika terdapat jadwal siswa yang luang saja) dan hasil need
asesmen tidak dilaporkan melainkan hanya untuk menjadi bahan acuan untuk
merencanakan pelayanan yang akan diberikan para siswa nantinya. Selain itu,
Bimbingan dan Konseling di SMPN 22 mendapatkan dukungan penuh dari kepala
sekolah dan wakil kepala sekolah, bahkan diketahui bahwa kepala sekolah tersebut
adalah lulusan Bimbingan dan Konseling.

Dalam perencanaan program Bimbingan dan Konseling, personil yang terlibat


adalah guru BK, Wali kelas, Kesiswaan, Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah.
Peran Wali kelas sangatlah membantu para guru BK dalam menangani masalah
siswa. Di SMP Negeri 22 Bandar Lampung, kepala sekolah memberikan tugas
terhadap setiap wali kelas untuk yang paling utama mengetahui identitas siswanya,
masalah-masalah siswanya dan informasi-informasi lain mengenai siswa satu kelas
yang ia ampu. Setiap terdapat siswa yang memiliki masalah, maka wali kelas lah

3
yang menangani masalah tersebut dan menginformasikan kepada guru BK, ketika
wali kelas merasa tidak mampu maka wali kelas menyerahkan siswanya ke guru BK
untuk dibantu/ditangani. Namun dari program tersebut terdapat kendala yang muncul,
yaitu terkadang wali kelas memiliki kesibukan tersendiri, kadangkala saat wali kelas
tidak ada di sekolah dan terdapat siswa bermasalah, guru BK menangani secara
langsung. Yang menjadi hambatan adalah, ketika guru BK telah berkordinasi dengan
kepala sekolah untuk mengambil keputusan terhadap siswa yang bermasalah tersebut
(misal dikeluarkan), wali kelas menjadi tidak menerima karena merasa
dilampaui/dilengkahi. Untuk mengatasi hal seperti itu, guru BK menjelaskan secara
baik-baik terhadap wali kelas tersebut dan meminta bantuan kepada kepala sekolah
untuk memberikan penjelasan bahwa keputusan tersebut juga atas dasar persetujuan
kepala sekolah.

Program tahunan BK di SMP Negeri 22 setiap tahunnya tidak selalu ada yang di
ubah atau di perbaiki, menurut narasumber bahwa masalah administrasi hanya
sebagai formalitas saja, yang terpenting adalah bagaimana seluruh siswa
mendapatkan bantuan dan layanan terbaik. Menurut narasumber, apa yang tertuang
dalam teori ataupun administrasi lebih banyak berbeda dengan kenyataan sehingga
program tidak selalu dijadikan acuan, kebutuhan siswa saat itu lah yang dijadikan
acuan.

Pelaksanaan evaluasi internal di SMP Negeri 22 Bandarlampung dilakukan


secara insidental atau dengan kata lain tidak terjadwal, dilakukan hanya saat para
guru bk merasa terdapat hal-hal yang perlu diperbaiki, selain itu pelaksanaan evaluasi
hanya dilakukan secara lisan dari satu guru bk ke guru bk lainnya, hasil nya pun tidak
dibuat laporan dan tidak di perbaiki pada program selanjutnya.

F. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, kesimpulannya adalah sebagai


berikut:

1. Melakukan need assesmen dengan penyebaran alat-alat instrumen seperti angket


dan DCM, namun hasilnya tidak di buat dalam bentuk laporan tertulis (tidak di
administrasikan), hasilnya dijadikan sebagai acuan untuk pemberian layanan.
Pelaksanaan need asesmen tidak dilaksanakan secara rutin melainkan hanya jika
dibutuhkan dan terdapat waktu luang di sekolah tersebut.

4
2. Kepala sekolah mendukung penuh kegiatan dan pelaksanaan bimbingan dan
konseling.

3. Administrasi BK (program, laporan, dan lain sebagainya) hanya sebagai


formalitas dan tidak dijadikan acuan untuk pelaksanaan BK.

4. Personil sekolah yang ikut terlibat dalam proses kegiatan bimbingan dan
konseling adalah para wali kelas, guru mata pelajaran, waka kesiswaan, dan
kepala sekolah.

5. Pelaksanaan pemberian layanan Bimbingan dan Konseling sangat baik karena


telah banyak siswa yang merasa terbantu setelah mendapatkan layanan.

6. Evaluasi dilakukan secara insidental yang artinya hanya akan dilakukan jika ada
yang perlu diperbaiki saja (tidak terjadwal) dan pelaksanaannya dilakukan secara
lisan, tidak terstruktur dan tidak di buat dalam bentuk laporan.

7. Tindak lanjut dari hasil evaluasi hanya dilakukan secara praktik di lapangan,
hasil evaluasi tidak dilaporkan dan tidak menjadi perbaikan tertulis di program
selanjutnya.

5
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai