Pemutusan Internet Pencegah Hoa
Pemutusan Internet Pencegah Hoa
DEBATE SOCIETY
Pendahuluan
Berada dalam era industri 4.0 ternyata telah menjadikan perkembangan teknologi utamanya
internet sebagai salah satu konsumsi pokok bagi masyarakat dalam menunjang kehidupan sehari-
hari. Luasnya dunia internet memicu masyarakat untuk bergantung kepada canggihnya teknologi
modern dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, meski secara faktual Indonesia dinyatakan
sebagai negara dengan pengguna internet terbesar ke-6 di dunia1 dengan ketergantunan akan
penggunaannya pemutusan aliran internet secara sepihak yang dilakukan oleh negara melalui
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia kerap terjadi.
Menilik berbagai alasan mengapa pemerintah melakukan pembatasan akses internet di
Indonesia ternyata menimbulkan Pro-Kontra dalam praktiknya. Sebagian orang beranggapan bahwa
ini adalah bentuk perlindungan dari pemerintah kepada masyarakat dalam beberapa situasi tertentu
agar tidak termakan berita-berita yang dianggap negatif atau hoax oleh pemerintah. Namun, sebagian
orang pula beranggapan bahwa ini adalah bentuk dari sikap semi-otoriter pemerintah dalam
membatasi kebebasan berpendapat, padahal kebebasan untuk mengakses informasi seperti yang telah
jelas terenumerasi dalam Pasal 28F UUD 1945 merupakan hak konstitusonal. oleh sebab itu
kalangan pemerhati HAM pun berpendapat bahwa kebijakan yang dikeluarkan oleh Kominfo adalah
tindakan extra-constitusional.
Melihat adanya Pro dan Kontra dalam situasi tersebut PLEADS FH Unpad merasa ada
beberapa hal yang harus dipahami oleh khalayak tentang situasi Pemutusan Aliran Internet Pencegah
Hoax ini. Apakah berhasil memberikan solusi atau justru berakhir ilusi?
1
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. 2014. Pengguna internet indonesia nomor 6 dunia. Diakses dari
https://kominfo.go.id/content/detail/4286/pengguna-%20internet-indonesia-nomor-enam-dunia/0/sorotan_media.
pada 24 Agustus 2019 pukul 15.45.
2
Digital Marketing. 2019. Data Statistik Digital dan Pengguna Internet di Dunia tahun 2019. Diakses dari
https://andi.link/data-statistik-digital-dan-pengguna-internet-di-dunia-tahun-2019-kuartal-kedua-q2/. pada 24 Agustus
2019 pukul 15.48.
3
Intan Rakhmayanti. 2019. Dari 264,16 Juta Penduduk Indonesia, 171,17 Juta Jiwa Gunakan Internet. Diakses dari
https://autekno.sindonews.com/newsread/1404565/207/dari-26416-juta-penduduk-indonesia-17117-juta-jiwa-
gunakan-internet/ pada 24 Agustus 2019 pukul 21.34.
Besarnya jumlah pengguna internet di Indonesia membuat masyarakat tidak bisa dengan
mudahnya untuk terlepas dari kegunaan internet tersebut. Tidak hanya dipakai sebagai akses mencari
informasi, tapi penggunaan internet kini sudah meluas sebagai sumber mata pencaharian dan
pemenuhan kebutuhan hidup bagi masyarakat. Bagi sebagian masyarakat yang bergantung pada
dunia internet di dalam kehidupannya jelas akan ada kerugian yang mendalam apabila suatu waktu
akses internet tersebut tiba-tiba terputus dan tidak dapat di akses walau hanya dalam beberapa waktu
saja.
masyarakat Indonesia yang merupakan imbas akibat minimnya penaturan hak asasi manusia secara
komprehensif dalam UUD 1945 sebelum perubahan dan tertentu berakibat pada banyaknya
penyelewenangan penegakan hak asasi manusia yang dilakukan oleh oknum-oknum pemerintahan
yang korup.
Dalam tulisan Susi Dwi Harijanti dan Bagir Manan, sudah selayaknya hak asasi manusia diatur
secara gamblang dalam konstitusi. Dengan cara itu, hak asasi tidak sekedar sebagai natural rights
atau legal rights, melainkan juga sebagai constitutional rights. Hal ini sebagaimana fungsi konstitusi
itu sendiri yang menurut Murphy disebut sebagai Guardian od Fundamental Rights. Mendudukan
hak asasi sebagai constitutional rights adalah upaya untuk mewujudkan konstitusi sebagai Guardian
of Fundamental Rights karena langsung berkaitan dengan jaminan dan perlindungan hak asasi.4
John Stuart Mill mengatakan bahwa kebebasan berpendapat atau berekspresi dibutuhan untu
melindungi warga dari penguasa yang korup dan tiran. Suatu pemerintahan yang demokratis
mensyaratan warganya dapat menilai kinerja pemerintahannya. Dalam memenuhi kebutuhan kontrol
dan penilaian itulah warga semestinya memiliki semua informasi yang diperlukan tentang
pemerintahannya, lalu dapat menyebarluaskan informasi tersebut dan mendiskusikannya satu sama
lain. 5
Hak kebebasan berpendapat menjadi salah satu elemen penting dalam berlangsungnya
demokrasi dan partisipasi publik dalam melaksanakan haknya secara efektif. Hal ini dapat
direalisasikan dari berbagai macam kegiatan seperti perumusan kebijakan, pengambilan keputusan,
hingga proses pemilihan yang demokratis.
Konsep kebebasan berpendapat membawa suatu pertanyaan, apakah penggunaan media sosial
dapat dikatakan sebagai penggunaan hak kebebasan berpendapat? Bilamana merujuk pada pasal
yang mengatur hak kebebasan berpendapat pada UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
pada pasal 23 ayat (2) menyatakan bahwa
“Setiap orang bebas untuk mempunyai, mengeluarkan dan menyebarluaskan pendapat sesuai
hati nuraninya, secara lisan atau tulisan melalui media cetak maupun elektronik dengan
memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan bangsa”
Maka media eletronik merupakan kata yang merepresentasikan media sosial sebagai bagian
dari sarana menyampaikan pendapat. Dalam dua dasawarsa terakhir, media sosial sebagai bagian dari
internet telah menjadi salah satu kebutuhan individu dalam hal menunjang kehidupannya sehari-hari.
Maka tak dapat dipungkiri bahwa internet merupakan media penyalur informasi yang sangat efektif,
sebab dapat diakses publik secara luas serta memiliki bentuk yang beragam.
4
Bagir Manan dan Susi Dwi Harijanti. 2016. Konstitusi dan Hak Asasi Manusia. Padjadjaran Jurnal Ilmu Hukum Volume 3
Nomor 3 Tahun 2016., hal. 456
5
Tony Yuri Rahmanto. 2016. Kebebasan Berekspresi dalam Perspektif Hak Asasi Manusia: Perlindungan, Permasalahan
dan Implementasinya di Provinsi Jawa Barat. Jurnal Hak Asasi Manusia Vol. 7 No. 1, Juli 2016., hal. 48
Penutup
Pada konsepnya, pembatasan hak asasi manusia yang bersifat derogable rights dapat
dilakukan, hal ini sebagaimana tertuang dalam pasal 28J UUD 1945 yang menyatakan bahwa dalam
menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk dalam pembatasan yang diatur oleh
undang-undang dengan maksud semata-mata menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain dan untuk memenuhhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,
nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis..
Namun, meski pembatasan hak tersebut diperbolehkan secara hukum, perlu adanya proses
pengambilan kebijakan yang tidak reaktif sehingga kebijakan yang diambil pemerintah bukanlah
kebijakan yang sewenang-wenang.
PLEADS FH Unpad mengharapkan proses pengambilan kebijakan yang menyangkut
pembatasan hak asasi manusia dilakuan secara rasional komprehensif dengan mengkaji alternatif-
alternatif terhadap pemberlakuan kebijakan yang mengedepankan dampak yang timbul, sehingga
tidak ada pihak yang dirugikan oleh kebijakan tersebut. Hoax bukanlah sesuatu yang dapat
disembunyikan karena ia adalah keniscayaan. Maka, jika dikatakan tepat atau tidak seharusnya
bukan media sosial atau internet yang harus terus menerus dibatasi, melainkan tiap pengguna
platform media sosial pun yang harus mulai di didik pula agar dapat memilah dan membatasi segala
informasi yang diterima. Sehingga untuk mencegah penyebaran berita dan informasi hoax di sosial
media dapat menghasilkan sebuah solusi tanpa merugikan masyarakat.
Referensi
Buku
Jimly Asshiddiqie. 2014. Kontutusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika
Jurnal
Bagir Manan dan Susi Dwi Harijanti. 2016. Konstitusi dan Hak Asasi Manusia. Padjadjaran Jurnal
Ilmu Hukum Volume 3 Nomor 3 Tahun 2016
Osgar S. Matompo. 2014. Pembatasan Terhadap Hak Asasi Manusia dalam Prespektif Keadaan
Darurat. Jurnal Media Hukum Vol. 21 No 1, Juni 2014
Tony Yuri Rahmanto. 2016. Kebebasan Berekspresi dalam Perspektif Hak Asasi Manusia:
Perlindungan, Permasalahan dan Implementasinya di Provinsi Jawa Barat. Jurnal Hak Asasi
Manusia Vol. 7 No. 1, Juli 2016
Media Daring
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, 2014. Pengguna internet indonesia nomor 6 dunia.
Diakses dari https://kominfo.go.id/content/detail/4286/pengguna-%20internet-indonesia-nomor-
enam-dunia/0/sorotan_media pada 24 Agustus 2019 pukul 15.45.
Digital Marketing, 2019. Data Statistik Digital dan Pengguna Internet di Dunia tahun 2019. Diakses
dari https://andi.link/data-statistik-digital-dan-pengguna-internet-di-dunia-tahun-2019-kuartal-kedua-
q2/ pada 24 Agustus 2019 pukul 15.48.
Intan Rakhmayanti, 2019. Dari 264,16 Juta Penduduk Indonesia, 171,17 Juta Jiwa Gunakan
Internet. Diakses dari https://autekno.sindonews.com/newsread/1404565/207/dari-26416-juta-
penduduk-indonesia-17117-juta-jiwa-gunakan-internet/ pada 24 Agustus 2019 pukul 21.34.