Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS II

PRAKTIKUM III
IODO-IODIMETRI

OLEH :
NAMA : GUSTI AYU KADEK RISNA MERIYANTI
NIM : 917312906201.014
ANGAKATAN : 2017
KELOMPOK : 2 (Dua)
PEMBIMBING : AZAN CAHYADI, S.FARM., M.PHARM.SCI..
APT
HIKMAWATI, S.Si.

LABORATORIUM TERPADU
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN KESEHATAN AVICENNA
KENDARI
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Titrasi idometri dan idimetri adalah salah satu metode titrasi yang
di dasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak di
gunakan dalam analisa jika di bandingkan dengan metode lain. Alasan di
pilihnya metode ini karena perbandingan stoikometri yang sederhana
pelaksanaanya praktis dan tidak banyak masalah dan mudah.
Iodimetri adalah jika titrasi teerhadap zat-zat reduktor engan titrasi
langsung dan tidak langsung, diakukan percobaan ini untuk menentukan
kadar pada zat-zat oksidaator secara langsung, seperti yang kadar terdapat
dala vitamin C.
Titrasi tidak lansung iodometri di lakukan terhadap zat-zat
oksidator berupa garam-garam besi (III) mdan tembaga sulfat dimana zat-
zat oksidator ini di reduksi dengan kalium iodiba dan iodin dalam jumlah
yang setara dan ditentukan kembali dengan larutan natrium tiosulfat baku.
Metodi tritemetri masih di gunakan secara luas karena merupakan metode
yang tahan, mudah, dan memberikan ketetapan (presisi) yang tinggi.
Keterbatasan metode ini adalah bahwa metode titrimetri kurang spesifik.
Titrasi iodometri di guanakan untuk menentukan kadar dari zat-zat uji yang
bersifat roduktor denga titrasi langsung. Sedangkan untuk titrasi iodimetri
adalah kebalikannya.
Dalam bidang farmasi metode ini di guanakan untuk menentukan
kadar zat-zat yang mengandung oksidator misalnya CI, Fe(III), Cu(II) dan
sebagainya, sehingga mengetahui ,kadar suatu zat berarti mengetahui mutu
dan kualitasnya.
B. Maksud dan tujuan
1. Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara dan penentuan kadar dalam suatu
sampel dengan menggunakan metode iodometri dan iodimetri.
2. Tujuan percobaan
a) Menentukan kadar dari vitamin C berdasarkan raksi oksidasi dan
reduksi berdasarkan metode iodimetri
b) Menentukan kadar Dari kupri sulfat berdasarkan reaksi oksidasi
reduksi berdasarka metode iodometri
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum
Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu
titrasi langsung (iodimetri) dan titrasi tidak langsung (iodometri) (Rohman,
2007).
Larutan I2 digunakan untuk mengoksidasi reduktor secara kuantitatif
pada titik ekuivalennya. Namun, cara pertama ini jarang diterapkan karena
I2 merupakan oksidator lemah, dan adanya oksidator kuat akan memberikan
reaksi samping dengan reduktor. Adanya reaksi samping ini mengakibatkan
penyimpangan hasil penetapan. (Mulyono, 2011).
Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk
zat yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II, dimana zat ini akan
mengoksidasi ion iodida yang ditambahkan membentuk iodin. Sedangkan
iodimetri adalah analisis titrimetri yang secara langsung digunakan zat
reduktor atau natrium thiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau
dengan penambahan larutan baku berlebihan. Kelebihan iodine dititrasi
kembali dengan larutan tiosulfat (Cairn Donald. 2008).
Zat-zat pereduksi yang kuat (zat – zat potensial reduksi yang jauh
lebih rendah), seperti timah (II) klorida, asam sulfat, hidrogen sulfida, dan
natrium thiosulfat, bereaksi lengkap dan cepat dengan iod, bahkan dalam
larutan asam. Dengan zat pereduksi yang lemah misalnya arsen trivalen,
atau stibium trivale, reaksi yang lengkap hanya akan terjadi bila larutan
dijaga tetap netral atau, sangat sedikit asam. Pada kondisi ini, potensial
reduksi adalah minimum, atau daya mereduksinya adalah maksimum
(Bassett, 2013).
Jika suatu zat pengoksid kuat diolah dalam larutan netral atau (lebih
biasa) larutan asam, dengan ion iodida yang sangat berlebih, yang terakhir
bereaksi sebagai zat pereduksi, dan oksidan akan direduksi secara
kuantitatif. Dalam hal-hal yang demikian, sejumlah iod yang ekivalen akan
dibebaskan, lalu dititrasi dengan larutan standar suatu zat pereduksi,
biasanya natrium thiosulfat (Bassett, 2013).
Indikator kanji merupakan indikator yang sangat lazim digunakan,
namun indikator kanji yang digunakan harus selalu dalam keadaan segar
dan baru karena larutan kanji mudah terurai oleh bakteri sehingga untuk
membuat larutan indikator yang tahan lama hendaknya dilakukan sterilisasi
atau penambahan suatu pengawet. Pengawet yang biasa digunakan adalah
merkurium (II) iodida, asam borat atau asam formiat. Kepekatan indikator
juga berkurang dengan naiknya temperatur dan oleh beberapa bahan organik
seperti metil dan etil alkohol. (Gholib, 2007).
Kekurangan kanji sebagai indicator adalah : (Underwood, 2001).
1. Kanji tidak larut dalam air dingin
2. Suspensinya dalam air tidak stabil
3. Bila penambahan kanji dilakukan pada awal titrasi dengan I2 akan
membentuk kompleks Iod-amilum.jika dalam titrasi menggunakan
indicator kanji maka penambahan kanji dilakukan pada saat
mendekati titik ekivalen.
Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri
adalah natrium thiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat
Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan
secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan standar primer. Larutan
natrium thiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama (Underwood, 2001).
Secara langsung disebut juga sebagai iodimetri. Menurut cara ini suatu
zat reduksi dititrasi secara langsung oleh iodium, misal pada titrasi Na2S2O3
oleh I2. 2Na2S2O3 + I2 → 2NaI + Na2S4O6 Indicator yang digunakan pada
reaksi ini, yaitu larutan kanji. Apabila larutan thiosulfat ditambahkan pada
larutan iodine, hasil akhirnya berupa perubahan penampakan dari tak
berwarna menjadi berwarna biru. Tetapi apabila larutan iodine ditambahkan
kedalam larutan thiosulfat maka hasil akhirnya berupa perubahan
penampakan dari berwarna menjadi berwarna biru. (Underwood, 2001).
Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa rekristalit antalgin dari aseton
merupakan polimorf/solvatomorf yang berbeda dengan bahan bakunya
dengan karakter termodinamika yang lebih tidak stabil. Namun demikian,
kristal hasil ko-rekristalisasi campuran dua bahan dari aseton menunjukkan
jenis interaksi fisika yang sama dengan campuran bahan bakunya, yaitu
peritektikum (Nugrahani, 2013).
B. Uraian Bahan
1. Aquadest (Ditjen POM edisi III : 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM/BM : H2O/ 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa, dan
memiliki warna
Kelarutan : Tidak larut dalam minyak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
2. Asam sulfat (Ditjen POM edisi III : 58)
Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama lain : Asam sulfat
RM / BM : H2SO4 / 98,07
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosit, tidak
berwarna, jika ditambahkan ke dalam air
menimbulkan panas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai pereaksi.
3. Iodium (Ditjen POM edisi III : 316)
Nama resmi : Iodum
Nama lain : Iodium
RM / BM : I2 / 126,91
Pemerian : Keping atau butir, berat, mengkilap seperti
logam, bau khas
Kelarutan : Larut dalam kurang lebih 3500 bagian air, dalam
13 bagian etanol (95%), dalam kurang lebih 80
bagian gliserol P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai titran pada iodimetri.
4. Natrium Tiosulfat (Ditjen POM edisi III : 428)
Nama resmi : NATRI THIOSULFAS
Nama lain : Natrium tiosulfat/hipo
RM / BM : Na2S2O3 / 248,17
Pemerian : Hablur besar tidak berwarna /serbuk hablur
kasar. Dalam lembab meleleh basah, dalam hampa
udara merapuh
Kelarutan : Larut dalam 0,5 bagian air,praktis tidak larut
dalam etanol
Kegunaan : Sebagai titran pada iodometri
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
5. Kalium Iodida (5,330)
Nama resmi : Kalii iodidum
Sinonim : Kalium iodida
RM/BM : KI / 166,00
Pemerian : Hablur heksahedral, transparan atau tidak
berwarna, opak dan putih, atau serbuk butiran
putih. Higroskopik.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lanih mudah larut
dalam air mendidih, larut dalam etanol 95 % P,
mudah larut dalam gliserol P.
Khasiat : Anti jamur
Kegunaan : Sebagai reduktor yang melepaskan I2
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
C. Uraian Sampel
1. Vitamin C (Dirjen POM, 1979).
Sinonim : asam askorbat
Berat molekul : 176,13
Rumus molekul : C6H8O6
Kelarutan : mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam
etanol (95%); praktis tidak larut dalam
kloroform, dalam eter dan
dalam benzen
Pemeria : serbuk atau hablur; putih atau agak kuning; tidak
berbau; rasa asam
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya
Kegunaan : sebagai sampel
III. METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


a) Alat
Alat yang digunakan :
1. Labu takar 100 ml
2. Gelas ukur
3. Erlenmeyer
4. Buret
5. Pipet volum
6. Batang pengaduk
7. Kertas label
8. Aluminium foil
9. Filler
10. Gelas kimia
11. Timbangan analetik
12. Kertas perkamen
13. Tisu

b) Bahan
Bahan yang digunakan
1. Kalium iodida
2. Ioudium
3. Aquadest
4. NO2SO4
5. Tembaga sukfat
6. Vitamin C
7. H2SO4
B. Prosedur Kerja
a) Pembuatan Larutan Baku Iodium 0,1 N

1,8 gr KI

ditimbang

1,280 ml iodium
- Masukkan dalam
Labu Takar 100 ml
- ditambahkan

H2O sedikit demi sedikit


- dikocok dan diamkan
- di homogenkan

Lr. Baku Iodium 0,1 N

Amati
Perubahan Warna

b) Pembuatan Larutan Baku Natrium Tiosulfat 0,1 N

Na2S2O3. 5H2O

dilarutkan

H2 O

dimasukkan dalam

Labu Takar 100 ml


dititrasi dengan

Lr. Baku Natrium Tiosulfat 0,1 N

Amati
Perubahan Warna
c) Penetapan Kadar Cu dalam CuSO4 0,1 N

2 gr CuSO4. 5H2O

dilarutkan

H2 O
- Masukkan dalam
Labu Takar 100 ml
- Homogenkan

25 ml Lr. CuSO4. 5H2O

Di tambahkan

0,2 ml CH3COOH

ditambahkan

10,5 ml KI
- CuSO4. 5H2O Masukkan
dalam erlemeyer
- di titrasi

Lr. Baku Natrium 0,1 N

Amati
Perubahan Warna
d) Penetapan Kadar Cu dalam CuSO4 0,1 N

0,4 gr Vit. C

ditambahkan

100 ml H2O

di tambahkan

25 ml H2SO4

Lr. Vit C

di titrasi dengan

Lr. Iodium 0,1 N

Amati
Perubahan Warna
IV. HASIL PENGAMATAN

A. Hasil Praktikum
a) Penetapan Larutan Baku
Perlakuan Hasil Pengamatan Ket. Gambar
1) Penetapan larutan baku
iodium 0,1 N + 1,280 ml Perubahan warna
iodium + 100 ml menjadi warna
aquadest merah pekat

2) Penetepan larutan baku


natrium tio sulfat 0,1 N Menghasilkan
+ 100 ml aquadest warna bening

b) Penetapan Kadar CUSO4


Hasil Pengamatan Ket. Gambar
Perlakuan Sebelum Sesudah
Sebelum Sesudah
Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan
2,1 ml CUSO4 Kuning
Coklat
+ 0,2 ml asam pucat
kekuningan
asetat + larutan Vakhir
Vawal titran
baku natrium titran = 34
= 50 ml
0,1 N (titrasi) ml
c) Penentuan Kadar Vitamin C
Hasil Pengamatan Ket Gambar
Perlakuan Sebelum Sesudah
Sebelum Sebelum
Perlakua
Perlakuan Perlakuan Perlakuan
n
Putih
121 ml + Putih
bening
larutan baku bening/tidak
Vawal
iodium terjadi
titran = 50
(titran) perubahan
ml
warna

B. Pembahasan
Pada percobaan ini akan menentukan kadar CuSO4 dengan larutan
natrium tiosulfat menggunakan sebuah indikator kanji, yang tentunya
menggunakan metode titrasi iodometri yang berprinsipkan berdasarkan
rekasi redoks, yaitu serah terima elektron di mana elektron diberikan oleh
pereduksi dan diterima oleh pengoksidasi. Dalam prosedurnya dilakukan
dua kali pembakuan larutan natrium tiosulfat menggunakan larutan iodin
dan satu kali proses titrasi penentuan kadar CuSO4 menggunakan larutan
natrium tiosulfat.
Di sini iod merupakan oksidator lemah sedangkan ion iodida sering
bertindak sebagai reduktor. Oleh karena itu iodium dapat diguakan sebagai
reduktor dan oksidator. Dalam pross-proses analitis, iodin dipergunakan
sebagai sebuah agrn pengoksidasi (iodimetri), dan ion iodida dipergunakan
sebagai sebuah agen pereduksi (iodometri) (Underwood, 296: 2002).
Pada praktikum ini pada percobaan Penetapan Larutan Baku dengan
Perlakuan Penetapan larutan baku iodium 0,1 N + 1,280 ml iodium + 100 ml
aquadest dan Penetepan larutan baku natrium tio sulfat 0,1 N + 100 ml
aquadest hasil yang didapatkan yaitu : Perubahan warna menjadi warna
merah pekat dan Menghasilkan warna bening.
Penetapan Kadar CUSO4 Perlakuan 2,1 ml CUSO4 + 0,2 ml asam asetat
+ larutan baku natrium 0,1 N (titrasi) Hasil Pengamatan Sebelum Perlakuan
Coklat kekuningan Vawal titran = 50 ml dan Sesudah Perlakuan Kuning
pucat Vakhir titran = 34 ml.
Penentuan Kadar Vitamin C pada Perlakuan 121 ml + larutan baku
iodium (titran) Hasil Pengamatan Sebelum perlakuan Putih bening Vawal
titran = 50 ml dan Sesudah perlakuan Putih bening/tidak terjadi perubahan
warna.
V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum tentang titrasi iodometri yang telah dilakukan,
maka didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk
menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi
lebih besar dari sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang
bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O. Pada praktikum kali ini
dilakukan pengujian terhadap sampel untuk menentukan kandungan
iodium menggunakan metode spektrofotometri. Iodium merupakan zat
gizi mikro terpenting kedua setelah besi yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup.
2. Hasil ysng didapat pada kelompok kami yaitu Penetapan Larutan Baku
dngan Perlakuan Penetapan larutan baku iodium 0,1 N + 1,280 ml
iodium + 100 ml aquadest dan Penetepan larutan baku natrium tio sulfat
0,1 N + 100 ml aquadest hasil yang didapatkan yaitu : Perubahan warna
menjadi warna merah pekat dan Menghasilkan warna bening.
Penetapan Kadar CUSO4 Perlakuan 2,1 ml CUSO4 + 0,2 ml asam asetat
+ larutan baku natrium 0,1 N (titrasi) Hasil Pengamatan Sebelum
Perlakuan Coklat kekuningan Vawal titran = 50 ml dan Sesudah
Perlakuan Kuning pucat Vakhir titran = 34 ml. Penentuan Kadar
Vitamin C pada Perlakuan 121 ml + larutan baku iodium (titran) Hasil
Pengamatan Sebelum perlakuan Putih bening Vawal titran = 50 ml dan
Sesudah perlakuan Putih bening/tidak terjadi perubahan warna.
B. Saran
Pada praktikum ini agar praktikan lebih memahami dan
memperhatikan proses praktikum ini.

DAFTAR PUSTAKA
Mursyidi, Achmad dan Abdul Rohman. 2007. Pengantar Kimia Farmasi Analisis
Volumetri dan Gravimetri. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Underwood dan Day JR. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga.
Vogel. 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Edisi Kelima Bagian I. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.
Zega, Mei Kristian. Penetapan Kadar Tablet Antalgin secara Titrasi Iodimetri di
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan.
http://repository.usu.ac.id. 2009. Diakses pada 18 April 2014.
Pukul 11.15 WIB.
Anonim. 2018, Penuntun Praktikum Kimia Analisis Ii, Farmasi Stik Avicenna :
Kendari.
Basset, J, 2013, Buku Ajar Vogel Kimia Analisis. Kuantitatif Anorganik, Penerbit
Buku Kedokteran. Egc, Jakarta.
Cairns Donald. 2008. INTISARI KIMIA FARMASI EDISI 2. Buku Kedokteran
EGC. Jakarta

Ditjen Pom, 1979. Farmakope Indonesia Edisi Iii, Depatemen Kesehatan Ri :


Jakarta.
Gholib, Ibnu, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Mulyono, 2011, Membuat Reagen Kimia, Bumi Aksara : Jakarta.
Nugrahani, Ilma, Slamet Ibrahim, Sundani Nurono Soewandhi, dan Sukmadjaja
Asyarie, 2013, Karakterisasi Rekristalit Antalgin–Fenilbutason dengan
Pelarut Aseton sebagai Suatu Sistem Interaksi Fisika, Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia , Vol. 5, No. 1 , ISSN : 1693 – 1831, Bandung.
Rohman, Abdul, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Penerbit Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Underwood Dan R.A. Day. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai