Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA Resor Agam Ade Putra di Lubukbasung, Kamis,
mengatakan bahwa ada investor yang membuka area hutan mangrove seluas 1,5 hektare
untuk membangun tambak serta membangun jalan sepanjang 1,8 kilometer dengan lebar
delapan meter di kawasan itu.
"Ini berdasarkan pengamatan yang kita lakukan dengan anggota Polsek Tanjungmutiara
dan masyarakat setempat Rabu (27/3), setelah ada laporan dari masyarakat terkait alih
fungsi mangrove ke Polsek Tanjungmutiara," katanya.
Ia menjelaskan kawasan hutan mangrove itu merupakan tempat tinggal satwa seperti
kucing bakau, bangau tong-tong, dan buaya muara. Aparat BKSDA menemukan telur-
telur buaya muara sekitar 500 meter dari lokasi pembangunan tambak.
"Sungai di Tiku merupakan habitat buaya muara dan sering terjadi konflik satwa dengan
manusia akibat menyempitnya habitat setelah terjadinya ahli fungsi lahan," katanya.
Ia mengatakan sebelumnya satu hektare area hutan mangrove di Gasan Ketek, Nagari
Tiku Selatan, juga dialihfungsikan.
Ahli fungsi area hutan mangrove melanggar Peraturan Daerah No 13 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Agam, serta Peraturan Presiden Republik Indonsea No 73
tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove, dan Undang-
Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil.