Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi baru lahir adalah bayi dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan
berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Vivian, N. L. D,
2010).Neonatus merupakan masa bayi baru lahir sampai usia 28 hari. Periode neonatal
adalah bulan pertama kehidupan. Selama periode neonatal bayi mengalami
pertumbuhan dan perubahan yang amat menakjubkan (Mary Hamilton, 1995 : 217).
Asuhan pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang diberikan pada bayi
baru lahir tersebut selama satu jam pertama setelah kelahiran, sebagian besar bayi yang
baru lahir akan menunjukkan usaha nafas spontan dengan sedikit bantuan
(Prawirohardjo, 2009 : 28).
Periode segera setelah bayi baru lahir merupakan awal yang tidak
menyenangkan bagi bayi tersebut. Hal ini disebabkan oleh lingkungan kehidupan
sebelumnya (intrauterin) dengan lingkungan kehidupan sekarang (ekstrauterin) yang
sangat berbeda. Di dalam uterus janin hidup dan tumbuh dengan segala kenyamanan
karena ia tumbuh dan hidup bergantung penuh pada ibunya. Sedangkan, pada waktu
kelahiran, setiap bayi baru lahir akan mengalami adaptasi atau proses penyesuaian
fungsi-fungsi vital dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan luar uterus.
Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostasis atau kemampuan
memperthankan fungsi-fungsi vital, bersifat dinamis, dipengaruhi oleh tahap
pertumbuhan dan perkembangan intrauterin.adaptasi segera setelah lahir meliputi
adaptasi fungsi-fungsi vital (sirkulasi, respirasi, susunan saraf pusat, pencernaan dan
metabolisme). Oleh karena itu, bayi baru lahir memerlukan pemantauan ketat dan
perawatan yang dapat membantunya untuk melewati masa transisi dengan berhasil
(Muslihatun, 2010 :10)
Sehingga Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir adalah asuhan kebidanan
yang diberikan pada bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri kekehidupan ekstra uteri hingga mencapai
usia 37 sampai 42 minggu dan dengan berat 2500 sampai 4000 gram.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Ibu dapat memberikan perawatan bayi baru lahir sesuai dengan asuhan
kebidanan sehingga bayi dapat melewati masa transisinya dengan baik.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian secara lengkap dan akurat pada bayi baru lahir
normal
b. Mampu merumuskan diagnosa dan masalah kebidanan sesuai dengan
nomenklatur kebidanan
c. Mampu merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnose dan masalah
yang ditegakkan
d. Mampu melaksanakan rencana asuhan kebidanan pada BBL normal secara
komprehensif
e. Mampu mengevaluasi hasil tindakan sesuai dengan perubahan perkembangan
kondisi klien
f. Mampu melaksanakan pencatatan asuhan kebidanan secara singkat dan jelas
dalam bentuk SOAP
C. Manfaat
1. Bagi Institusi
Sebagai bahan informasi dan wahana untuk menambah kepustakaan khususnya
perawatan pada bayi baru lahir normal.
2. Bagi Penulis
Dengan dilakukannya asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal ini penulis
mendapat pengalaman nyata di lapangan serta dapat mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang telah di dapatkan selama menempuh pendidikan di D-IV
Kebidanan
3. Bagi Lahan Praktek
Sebagai masukan terhadap tenaga kesehatan dalam meningkatkan pelayanan dan
pemberian asuhan yang sesuai untuk bayibaru lahir normal.
4. Bagi Klien
Diharapkan orang tua mampu untuk melakukan perawatan bayi baru lahir normal
sesuai dengan asuhan kebidanan yang diberikan.
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian dan Batasan Neonatus
a. BBL Normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu – 42 minggu dengan
berat badan 2500-4000 gram.(Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga,
1993)
b. BBL Normal adalah bayi yang dikeluarkan dari hasil konsepsi melalui jalan lahir
dan dapat hidup diluar dengan berat 2,5 – 4 kg, dengan usia kehamilan 36 – 42
minggu menangis spontan dan bernafas spontan teratur dan tonus otot baik.(Asuhan
Persalinan Normal 2003).
c. BBL
Normal adalah adaptasi fisiologi adalah sangat berguna bagi bayi untuk menjaga
kelangsungan hidupnya diluar uterus artinya nantinya bayi harus dapat melakukan
sendiri segala kegiatan untuk mempertahankan hidupnya ( Perawatan ibu bersalin
/Fitramaya 2000)
d. BBL Normal adalah Bayi yang lahir dari kehamilan 2500 – 4000 gram.(Depkes, RI
1998, hal. 93)
B. Bayi Baru Lahir
1. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal
BBL mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-4000 gram, umur kehamilan
37-40 minggu, bayi segera menangis, bergerak aktif, kulit kemerahan, menghisap
ASI dengan baik, dan tidak ada cacat bawaan (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38
cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit,
pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan rambut kepala tumbuh
sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR >7, refleks-refleks sudah
terbentuk dengan baik (rooting, sucking, morro, grasping), organ genitalia pada
bayi laki-laki testis sudah berada pada skrotum dan penis berlubang, pada bayi
perempuan vagina dan uretra berlubang serta 7 adanya labia minora dan mayora,
mekonium sudah keluar dalam 24 jam pertama berwarna hitam kecoklatan (Dewi,
2010).
1) Klasifikasi Neonatus
Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa kasifikasi menurut Marmi
(2015) , yaitu :
a. Neonatus menurut masa gestasinya :
a). Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari (37 minggu)
b). Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)
c). Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau lebih)
b. Neonatus menurut berat badan lahir :
a). Berat lahir rendah : < 2500 gram
b). Berat lahir cukup : 2500-4000 gram
c). Berat lahir lebih : > 4000 gram
c. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan
ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan) :
a). Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
b). Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)
2. Masa Adaptasi Bayi Baru Lahir
Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari
kehidupan didalam uterus kekehidupan diluar uterus. Kemampuan adaptasi
fisiologis ini disebut juga homeostatis, bila terdapat gangguan adaptasi maka bayi
akan sakit (Muslihatun, 2010.hlm.10)
1. Periode Transisi ,
Periode transisi merupakan fase tidak stabil selama 6 sampai 8 jam pertama
kehidupan, yang akan dilalui oleh seluruh bayi. Periode transisi dibagi mejadi
tiga periode yaitu : Periode pertama reaktivitas atau segera setelah lahir,
karakeristik pada periode ini frekuensi pernapasan cepat dan dapat mencapai 80
kali per menit, adanya retraksi, dan suara seperti mendengkur. Denyut jantung
dapat mencapai 180 kali permenit selama beberapa menit pertama kehidupan
(Stright, 2005.hlm.209).
Pada periode ini terjadi fluktuasi warna dari merah jambu pucat ke sianosis,
tidak ada bising usus dan bayi tidak berkemih. Bayi memiliki sejumlah mukus,
menangis kuat refleks mengisap kuat, mata bayi terbuka lebih lama dari hari-
hari sesudahnya karena bayi dapat mempertahankan kontak mata dalam waktu
lama. Pada periode ini bayi membutuhkan perawatan khusus, yaitu mengkaji
dan memantau frekuensi jantung dan pernafasan setiap 30 menit pada 4 jam
pertama setelah kelahiran, menjaga bayi agar tetap hangat dengan suhu aksila
36,50C – 37,50C (Muslihatun 2010.hlm.4)
Periode kedua yaitu fase tidur atau tidur pertama, Setelah respon awal bayi
baru lahir menjadi tenang, relaks dan jatuh tertidur, hal ini terjadi dalam dua jam
setelah kelahiran dan berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam (Stright,
2005.hlm.209)
Menurut Muslihatun (2010, hlm.5) fase ini dimulai dari 30 menit setelah
periode pertama reaktivitas dan berakhir pada 2-4 jam. Pada fase ini frekuensi
pernafasan dan denyut jantug menurun kembali kenilai dasar, warana kulit
cenderung stabil dan bisa terdengar bising usus. Pada fase ini bayi tidak banyak
membutuhkan asuhan, karena bayi tidak memberikan respon terhadap stimulus
eksternal.
Periode ketiga transisi yaitu periode kedua reaktivitas, ini berakhir sekitar
4-6 jam setelah kelahiran, periode ini bayi memiliki tingkat sensivitas yang
tinggi terhadap stimulus internal dan lingkungan. Frekuensi nadi sekitar 120-
160 kali permenit, frekuensi pernafasan sekitar 30-60 kali per menit. Terjadi
fluktuasi warna merah jambu atau kebiruan ke sianotik ringan disertai bercak-
bercak. Bayi sering berkemih dan mengeluarkan mekonium, terjadi peningkatan
sekresi mukus dan bayi bisa tersedak pada saat sekresi. Refleks mengisap bayi
sangat kuat dan bayi sangat aktif. Kebutuhan asuhan bayi pada periode ini
memantau secara ketat kemungkinan bayi tersedak saat mengeluarkan mukus
yang berlebihan, memantau setiap kejadian apnea dan mulai melakukan
rangsangan taktil, seperti mengusap punggung, memiringkan bayi serta
mengkaji keinginan dan kemampuan bayi untuk mengisap dan menelan
(Muslihatun, 2010.hlm.5).
2. Periode Pasca Transisional
Setelah bayi melewati periode transisi, bayi dipindahkan ke ruang rawat
gabung bersama ibunya. Asuhan bayi baru lahir normal umumnya mencakup
pengkajian tanda-tanda vital setiap 4 jam, pemeriksaan fisik setiap 8 jam,
pemberian ASI on demand, menggganti popok serta menimbang berat badan,
selain asuhan transisional dan pasca transisional asuhan bayi baru lahir juga
diberikan pada bayi berusia 2-6 hari, serta bayi berusia 6 minggu pertama
(Muslihatun, 2010.hlm.5).
3. Perubahan fisiologis pada bayi baru lahir
1) Sistem pernafasan
Perkembangan sistem pulmoner
Umur kehamilan Perkembangan
24 hari Bakal paru – paru terbentuk
26 – 28 hari Kedua bronchi membesar
6 minggu dibentuk segmen bronkus
12 minggu Diferensial lobus
28 minggu Dibentuk surfaktan
34 – 36 minggu Sudah matang
Struktur matang ranting paru – paru sudah bisa mengembangkan sistem
alveoli. Selama di uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta.

Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru


bayi.Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit
pertama sesudah lahir. Usaha bayi untuk pertama kali mempertahankan alveoli,
selain adanya sulfaktan yang menarik nafas atau mengeluarkan nafas dengan
merintih, sehingga udara tertahan didalam.

Respirasi pada neonatus biasanya pernapasan diafragmatik dan


abdominal, sedangkan frekuensi dan dalamnya belum teratur. Apabila surfaktan
berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru paru akan kaku, sehingga terjadi
atelektasis dalam keadaan anoksia neonatus masih dapat mempertahankan
hidupnya karena adanya kelanjutan metabolisme anaerobik.

2) Peredaran darah
Pada fase fetus darah dari plasenta ke vena umbikalis dan sebagian ke hati,
sebagian langsug ke serambi kiri jantung, kemudian ke bilik kiri jantung. Dari
bilik kiri darah dipompa melalui aorta ke seluruh tubuh. Dari biik kanan darah
dipompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus ke aorta.
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan tekanan arteriol
dalam paru menurun. Tekanan dalam jantung kanan turun, sehingga tekanan
jantung kiri lebih besar daripada jantung kanan yang mengakibatkan
menutupnya foramen ovale secara fungsionil. Hal ini terjadi pada jam – jam
pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan
aorta desenden naik dan karena rangsangan biokimia ( PaO2 yang naik) duktus
arteriosus berobliterasi ini terjadi pada hari pertama.
Aliran darah paru pada hari pertama adalah 4-5 liter per
menit/m2(Gessner,1965). Aliran darah sistoik pada hari pertama rendah yaitu
1,96 liter/menit/m2 dan bertambah pada hari kedua dan ketiga (3.54 liter/m2)
karena penutupan duktus arteriosus. Tekanan darah waktu lahir dipengaruhi
oleh jumah darahyang melalui trasfusi plasenta dan jam – jam pertama sedikit
menuru, dan naik lagi dan menjadi kostankira – kira 85/40 mmHg
3) Suhu Tubuh
Mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir
kelingkungannya melalui cara pertama evaporasi yaitu kehilangan panas
melalui proses penguapan atau perpindahan panas dengan cara merubah cairan
menjadi uap. Pencegahannya, setelah bayi lahir segera mengeringkan bayi
secara seksama dan menyelimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan
kering serta menutup bagian kepala bayi. Cara kedua konduksi yaitu kehilangan
panas dari tubuh bayi kebenda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh
bayi, misalnya menimbang bayi tanpa mengalasi timbangan bayi dan
menggunakan stetoskop untuk pemeriksaan bayi baru lahir (Muslihatun.
2010.hlm.12).
Cara ketiga konveksi yaitu kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi
terpapar udara sekitar yang lebih dingin, misalnya aliran udara dingin dari kipas
angin, dan hembusan udara dingin melalului ventilasi. Cara keempat radiasi
yaitu kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-
benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi, misalnya bayi
terlalu dekat ke dinding tanpa memakai penutup kepala atau topi (JNPK-KR,
2012).
4) Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukan perubahan kimia dan morfologis
yaitu kenaikan kadar protein dan dan penurunan kadar lemak serta glikogen. Sel
hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun memakan waktu agak lama. Enzin
hati belum aktif benar pada bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada
neonatus juga belum sempurna contohnya pemberian obat kloramfenikoldengan
dosisi lebih dari 50/mg/KgBB/hari dapat menimbulkan grey baby syndrome.
5) Keseimbangan asan dan basa
PH darah dalam waktu lahir rendah karena glikolisis anaerobik. Dalam
24 jam neonatus mengompensasi asidosis ini.
6) Metabolisme glukosa
Otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada saat kelahiran,
setelah talipusat diklem, seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar
glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir kadar glukosa darah akan
turun dalam waktu 1-2 jam. Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan
dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen. Hal ini hanya
terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi
yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen, terutama dalam hati,
selama bulan-bulan terakhir kehidupan dalam rahim. Bayi yang mengalami
hipotermi saat lahir, kemudian mengakibatkan hipoksia akan menggunakan
persediaan glikogen dalam satu jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa
tidak sepenuhnya tercapai hingga 3-4 jam pertama pada bayi cukup bulan yang
sehat. Jika semua persediaan digunakan dalam satu jam pertama, otak bayi akan
mengalami risiko. Bayi baru lahir kurang bulan, IUGR, dan gawat janin
merupakan kelompok yang paling berisiko, karena simpanan energi mereka
berkuang atau digunakan sebelum lahir (Rochmah, 2012.hlm.9).
7) Adaptasi Ginjal
Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah
lahir, dan dua sampai enam kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka
berkemih 5 sampai 20 kali dalam 24 jam. Urine dapat keruh karena lendir dan
garam asam urat, noda kemerahan dapat diamati pada popok karena kristal asam
urat (Stright, 2005.hlm.217) Menurut Muslihatun (2010,hlm.18). Fungsi ginjal
belum sempurna karena jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa,
ketidak seimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus froksimal,
serta renal blood flow relatif kurang bila dibandingkan orang dewasa.
8) Adaptasi Gastrointestinal
Secara fungsional, saluran gastrointestinal bayi belum matur
dibandingkan orang dewasa, membran mukosa pada mulut berwarna merah
jambu dan basah. Gigi tertanam didalam gusi dan sekresi ptialin sedikit.
Sebelum lahir janin cukup bulan akan mulai mengisap dan menelan. Kapasitas
lambung sangat terbatas, kurang dari 30 ml untuk bayi baru lahir cukup bulan.
Kapasitas lambung ini akan bertambah secara perlahan, seiring dengan
pertumbuhan bayi. Pengaturan makan yang sering oleh bayi sendiri sangat
penting, contohnya memberikan makan sesuai keinginan bayi (ASI on demand)
(Rochmah, 2012.hlm.10).
Refleks gumoh dan batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik
pada saat lahir. Kemampuan neonatus cukup bulan untuk menelan dan
mencerna makanan selain susu masih terbatas, hubungan antara esofagus bawah
dan lambung masih belum sempurna sehingga mengakibatkan gumoh pada
neonatus (Maryanti. 2011.hlm.20).
4. Pemeriksaan pada bayi baru lahir

Pemeriksaan pada bayi baru lahir, segera setelah bayi dilahirkan adalah
Skor Apgar. Ini adalah metode sederhana dan efektif yang digunakan untuk
mengukur kesehatan bayi dan menentukan apakah bayi memerlukan
penanganan segera. Pengukurannya cepat, tidak menimbulkan rasa sakit, dan
meyakinkan. Pengukuran dilakukan pada menit pertama dan menit kelima
setelah lahir. Setiap faktor diberi nilai antara 0 dan 2, kemudian skornya
dijumlahkan. Berikut adalah faktor-faktor yang dinilai pada Skor Apgar:
1. Denyut jantung
0 Tidak ada denyut jantung.
1 Kurang dari 100 kali per menit.
2 Lebih dari 100 kali per menit.
2. Pernapasan
1 Tidak bernapas.
2 Menangis lemah atau pelan, bernapas tidak teratur.
3 Menangis kuat, bagus.
3. Tonus otot
1 Lemah.
2 Lengan dan kaki sedikit menekuk.
3 Bergerak aktif.
4. Respons refleks
1 Tidak ada respons ketika jalan napas disedot dengan mesin.
2 Meringis saat disedot.
3 Meringis dan batuk atau bersin saat disedot.
5. Warna
1 Seluruh tubuh berwarna biru datau pucat.
2 Warna bagus pada tubuh tetapi tangan atau kaki biru.
3 Seluruhnya berwarna merah muda (bagi bayi berkulit gelap, warna merah
muda pada telapak tangan, telapak kaki, bibir, dan mulut).
Bayi dengan jumlah skor 8-10 berada dalam kondisi yang baik dan
biasanya hanya memerlukan perawatan rutin. Bayi dengan skor 5-7 mungkin
mengalami beberapa masalah selama persalinan sehingga memerlukan sedikit
bantuan pernapasan. Tenaga kesehatan mungkin akan menggosok tubuh bayi
sekuat-kuatnya atau memberikan oksigen melalui hidung.
Hanya sedikit sekali bayi baru lahir dengan Skor Apgar di bawah 5,
misalnya bayi prematur atau yang dilahirkan dengan operasi seksio emergensi,
yang mengalami masalah pada jantung atau sistem pernapasan.
Pemeriksaan dalam 24 jam setelah lahir. Dalam 24 jam pertama setelah
lahir, pada bayi akan dilakukan hal-hal berikut:
1. Pemeriksaan pernapasan, tekanan darah, serta kemampuannya untuk
kencing dan buang air besar.
2. Pengukuran panjang, berat badan, dan lingkar kepala.
3. Pemberian salep antibiotik mata. Karena bayi baru saja lahir, maka ada
kemungkinan ia mendapat infeksi mata dari bakteri di dalam vagina yang
dilewatinya saat persalinan. Untuk itu, ia akan diberikan salep atau tetes
mata yang mengandung antibiotik.
4. Injeksi/suntikan, seperti vitamin K dan imunisasi hepatitis B.
5. Pemantauan tanda – tanda vital
a. Sirkulasi
b. Respirasi
c. Susunan saraf pusat
d. Pencernaan
e. Metabolisme
6. Penatalaksanaan awal dan asuhan bayi baru lahir
Segera setelah melahirkan bayi
a. Sambil secara cepat menilai pernafasanya, letakkan bayi dengan handuk
diatas perut ibu.
b. Klem , potong tali pusat
a) Mengeklem tali pusat dengan 2 buah klem, pada titik kira – kira 2 dan 3
cm dari pangkal pusat bayi.
b) Mempertahankan tali pusat diantara 2 klem sambil melindungi bayi dari
gunting sambil dengan tangan kiri.
c) Mempertahankan kebersihaan pada saat memotong tali pusat dengan
pisau atau gunting yang steril atau disinfeksi tingkat tinggi.
d) Memeriksa tali pusat setiap 15 menit. Apabila masih ada perdarahaan,
lakukan pengikatan ulang yang lebih hangat.
c. Jagalah agar bayi tetap hangat
a) Memastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit
bayi dan kulit ibu.
b) Mengganti handuk atau kain yang basah,dan bungkus bayi tersebut
dengan selimut dan jangan lupa memastikan bahwa kepala telah
terlindungi dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.
d. Kontak dini dengan ibu
a) Memberikan bayi kepada ibunya secepat mungkin untuk kehangatan.
b) Untuk ikatan batin dan pemberian ASI ( IMD ).
e. Penafasan
Periksa nperfanafasan dan warna kulit setiap 5 menit
f. Perawatan mata
Obat mata eritromisin 0,5% tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan
penyakit mata karena klamidia.
g. Pemeriksaan fisik bayi
h. Identifikasi bayi

BAB III ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR

Format Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Berdasarkan Management Kebidanan

(7 Langkah Varney)

I. PENGKAJIAN DATA/ PENGUMPULAN DATA DASAR


A. Data Subjektif
1. Identitas
Bayi
a. Nama : untuk menghindari kekeliruan
b. Tanggal/ Jam Lahir : untuk mengetahui umur neonatus
c. Jenis Kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin bayi

Orang Tua (Ayah dan Ibu)

a. Nama : untuk memudakan memanggil atau


b. Umur : untuk mengetahui ibu beresiko tinggi atau tidak
c. Agama : untuk mengetahui kepercayaan yang ayah/ibu anut
d. Pekerjaan : untuk mengetahui tingkat social ekonomi
e. Alamat : untuk memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah
2. Data Ibu
a. Riwayat obstetric :
G : untuk mengetahui kehamilan keberapa
P : untuk mengetahui persalinan yang keberapa
A : untuk mengetahui apakah pernah abortus
UK
b. Frekuensi ANC : untuk mengetahui berapa kali ANC saat kehamilan
dan dimana
c. Imunisasi TT : untuk mengetahui Imunisasi yang diberikan terakhir,
untuk imunisasi selanjutnya
d. Obat-obatan/ jamu yang diminum : untuk mengetahui apakah yang
diminum dapat berbahaya bagi bayi
e. Kenaikan BB : untuk mengetahui apakah kenaikan signifikan dengan
teori
f. Riwayat Penyakit penyerta : untuk mengetahui peyakit yang dapat yang
menular
g. Komplikasi selama hamil: untuk mengetahui komplikasi-komplikasi
saat persalinan untuk diberikan asuhan lanjutan atau mempersiapkan
kehamilan selanjutnya
h. Riwayat persalinan terakhir:
Tanggal/Jam : untuk mengetahui umur bayi
Jenis Kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin bayi
Penolong : untuk mengetahui penolong persalinan
Tempat Persalinan : untuk mengetahui tempat persalinan
Lama Persalinan : untuk mengetahui lamanya persalinan
Komplikasi/Penyulit : untuk mengetahui penyulit saat kehamilan atau
persalinan
3. Keadaan BBL
a. Antropometri
BBL: normal 2500-4000 gram
PBL: normal 48-52 cm
LK: normal 33-38 cm
LD: normal 30-38 cm
LLA: normal 10-11 cm
b. APGAR Score 1/5/10 menit
c. Keadaan fisik : untuk mengetahui apakah keadaan fisik bayi baik atau
ada komplikasi
d. Penanganan awal BBL :untuk mengetahui apakah ada penanganan awal
saat bayi baru saja lahir
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum: normal keadaan secara umum baik atau tidak
b. Tanda-tanda Vital
S : 36OC-37,5OC
R : normal 30-55 kali/menit
N : 140 kali/menit
c. BB
2. Pemeriksaan fisik (sertakan pemeriksaan reflek)
a. Kepala : adakah caput succedaneum, cephal hematoma, keadaan
ubun-ubun tertutup
b. Telinga : simetris, tidak ada serumen
c. Mata : sclera putih, tidak ada perdarahan subkonjungtiva
d. Hidung : lubang simetris, bersih, tidak ada secret
e. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran
bendungan vena jugularis
f. Dada : simetris, tidak ada retraksi dada
g. Bahu, lengan dan tangan: ada fraktur tidak, simetris tidak
h. Perut : simetris, tidak ada mass, tidak ada infeksi
i. Genetallia dan anus: untuk bayi laki-laki testis sudah turun, dan untuk
bayi perempuan, labia mayora sudah menutupppi labia minora dan tidak
terdapat atresia ani
j. Tungkai dan kaki: simetris antara tungkai dan kaki, kedua tungkaidapat
bergerak bebas, memeriksa panjangkedua kaki, memeriksa adanya
polidaktili atau sidaktili dan mengecek apakah ada trauma seperti fraktur
k. Punggung : apakah scoliosis, ada fraktur tidak
l. Kulit : kulit berwarna kemerahan, kulit sehat \
m. Pemeriksaan Refleks
1) Refleks Moro/ terkejut : apabila bayi diberi sentuhan mendadak
terutama dengan jari dan tangan, maka akan menimbulkan gerak
terkejut.
2) Refleks Menggenggam/ palmar : apabila telapak tangan bayi
disentuh dengan jari pemeriksa, maka akan menimbulkan gerak
terkejut.
3) Refleks rooting/ mencari : apabila pipi bayi disentuh oleh jari
pemeriksa, maka ia akan menoleh dan mencari sentuhan itu.
4) Refleks menghisap/Sucking refleks : apabila bayi diberi dot/putting,
mka ia berusaha untuk menghisap.
5) Grabella refleks : apabila bayi disentuh pada daerah os grabella
dengan jari tangan pemeriksa, maka ia akan mengerutkan keningnya
dan mengedipkan matanya
6) Gland refleks : apabila bayi disentuh pada lipatan paha kanan dan
kiri, maka ia berusaha mengangkat kedua pahanya.
7) Tonic neck refleks : apabila bayi diangkat dari tempat tidur
(digendong), maka ia akan berusaha mengangkat kepalanya.
3. Pola pemenuhan kebutuhan dasar
a. Nutrisi
Jenis : apakah diberikan ASI atau yang lain
Cara pemberian: untuk mengetahui cara pemberian nutrisi kepada bayi
baru lahir
Keluhan : untuk mengetahui awal tanda penyakit
b. Eliminasi : untuk mengetahui berapa kali BAB atau BAK setiap
harinya
c. Hygiene : untuk mengetahui apakah bayi terhindar dari infeksi
d. Perawatan tali pusat : untuk mengetahui ada infeksi tidak pada tali pusat
4. Pemeriksaan penunjang : ada tidaknya pemeriksaan penunjang
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Pada langkah ini melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis,
masalah, dan kebutuhan bayi berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan.
(Sudarti,2013)
1. Diagnosis Kebidanan :
Menurut Hani dkk(2010), diagnose kebidanan adalah diagnose yang
tegakkan bidan dalam lingkup prakik kebidanan dan memenuhi standart
nomenklatur diagnosis kebidanan.
2. Masalah
Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan
dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis. (Hani dkk, 2010)
3. Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan
melakukan analisis data (Hani dkk,2010)
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/ MASALAH POTENSIAL
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi memungkinkan dilakukan pencegahan dan kolaborasi
dengan dokter dapat dilakukan, menunggu sambil menunggu pasien, bidan bersiap-
siap bila masalah potensial ini benar-benar terjadi( Varney,2007)
IV. IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA
Langkah-langkah ini ditemukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang
merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah teridentifikasi atau
diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga
berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi pasien tersebut yaitu apa yang
akan terjadi berikutnya (Ambarwati, 2010)
V. RENCANA TINDAKAN
VI. IMPLEMENTASI EVALUASI
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
dilaksanakan secara efisien dan aman (Sulistyawati,2009)

VII. EVALUASI
Tahap akhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan melakukan evaluasi
dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai
bagian dari proses yang dilakukan secara terus-menerus untuk meningkatkan
pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau
kebutuhan klien (Hidayat, 2008).

Daftar Pustaka

Muslihatun, WN. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Fitramaya, Yogyakarta.

Rochmah.2012.Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita.EGC.Makasar

Anda mungkin juga menyukai