Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEJARAH KEMUNCULAN ILMU KALAM


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Ilmu Kalam
Dosen Pengampu: Hersa Farida Qoriani,

Oleh:

Kelompok I

- Ais Zakiyah (E20171122)


- Diah Nilawati (E20171164)
- Faridatul Jannah (E20173015)
- Zainal Arifin (E20184044)

MATA KULIAH ILMU KALAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER PRIODE 2019


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahnya serta
menganugrahkan tetesan ilmu, kesehatan, dan kekuatan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan lancar.Shalawat serta salam mari kita curah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam terang benderang
yang kita rasakan pada zaman ini.

Sebelunya kami mengucapkan banyak terima kasih kepeda Dosen yang telah rela
merelakan waktunya untuk mengajari kami tentang Ilmu Kalam.Makalah ini alhamdulillah telah
kami susun dengan usaha maksimal kami walaupun masih banyak kekurangan yang harus
diperbaiki kedepannya.Semoga pembaca yang budiman bisa mengambil intisari dari makalah
yang telah kami susun ini.

Jember, 12 Februari 2019

Penyusun
ABSTRAK

Ilmu kalam bisa disebut dengan beberapa nama, antara lain ilmu usuludin, ilmu tauhid,
Al-Fiqh Al-Akbar, dan teologi islam. Disebut ilmu usuludin karena ilmu ini membahas pokok-
pokok agama (usuludhin).Disebut ilmu tauhid karena ilmu ini membahas keesaan Allah SWT.
Sedangkan ilmu kalam adalah ilmu yang membahas tentang dzat dan sifat-sifat Allah serta
eksistensi semua yang mukmin, mulai yang berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah
yang sudah madi yang berlandaskan doktrin islam.

Sumber-sumber ilmu kalam antara lain: Pertama, al-qur’an sebagai sumber ilmu kalam
yang banyak menyinggung hal-hal yang berkaitan dengan masalah-masalah ketuhanan. Kedua,
hadits merupakan sumber dari adanya ilmu kalam karena terdapat beberapa hadits yang dipahami
sebagai ulama sebagai prediksi nabi akan kemunculan golongan-golongan dalam ilmu kalam.
Ketiga, pemikiran manusia merupakan sumber dari adanya ilmu kalam karena pemikiran
manusia dalam hal ini berupa pemikiran umat islam atau pemikiran yang berasal dari luar umat
islam. Keempat, insting merupakan sumber adanya ilmu kalam karena pada dasarnya manusia
selalu berusaha ingin bertuhan, oleh karena itu kepercayaan adanya tuhan telah berkembang
sejak adanya manusia pertama.

Sejarah kemunculan ilmu kalam menurut pandangan Harun Nasution, persoalan-


persoalan kalam dipicu kemunculannya oleh persoalan-persoalan politik. Persoalan-persoalan
yang dimaksud menyangkut peristiwa pembunuhan Utsman bin Affan yang berujung penolakan
Mu’awiyah atas kekholifahan Ali bin Abi Tholib.

Persamaan dan perbedaan ilmu kalam, tasawuf dan filsafat.Persamaan ilmu kalam,
tasawuf dan filsafat adalah sama-sama mengkaji tentang suatu objek.Sedangkan perbedaannnya
yaitu dari aspek metedologinya.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu kalam adalah salah satu nama atau sebutan untuk ilmu yang membicarakan
ajaran-ajaran dasar agama Islam. Ilmu kalam merupakan salah satu dari empat disiplin
keilmuan tradisional dalam islam, yang telah tumbuh dan menjadi bagian dari kajian
tentang agama islam. Tiga disiplin ilmu lainnya adalah Fiqih, Tasawuf dan Filsafat.
Ilmu kalam adalah ilmu yang membahas mengenai akidah dengan memakai
pendekatan logika (mantiq). Ilmu ini mengarahkan pembahasannya kepada segi-segi
yang menjadi landasan pokok agama islam ( ushul al aqaid ) yaitu kemahaesaan Tuhan,
masalah nubuwah, akhirat dan hal yang berhubungan dengan itu. Oleh sebab itu ilmu ini
menempati posisi yang sangat penting dan terhormat dalam tradisi keilmuan Islam.
Sebab kemunculan ilmu kalam di picu oleh persoalan politik yang menyangkut
peristiwa pembunuhan Utsman bin Affan yang berawal pada penolakan Mu’awiyah atas
kekhalifaan Ali bin Abi Thalib. Keteganggan antara Mu’awiyah dan Ali bin Abi Thalib
memuncak menjadi perang siffin yang berakhir dengan keputusan tahkim . Untuk itu
penting bagi kita untuk mengetahui sebab-sebab munculnya ilmu kalam supaya kita
mengetahui bagaimana sejarah perjalanan atau peristiwa yang melatar belakangi adanya
ilmu kalam sejak zaman Rasulullah, sampai akhir pemerintahan khalifah ke empat dari
pemerintahan khulafaur Ar-Rasyidin sehingga tejadinya perseteruan antara muawiyah bin
abi sufyan dengan khalifah yang sah pada saat itu yang dijabat oleh Ali bin abi thalib
yang memuncak menjadi perang siffin dan diakhiri dengan tahkim. Selanjutnya kita dapat
mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ilmu kalam?
2. Apa sumber-sumber ilmu kalam?
3. Bagaiman sejarahkemunculan ilmu kalam?
4. Bagaiman persamman dan perbedaan ilmu kalam dengan tasawuf dan filsafat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu kalam.
2. Untuk mengetahui sumber-sumber ilmu kalam.
3. Untuk mengetahui sejarahkemunculan ilmu kalam.
5. Untuk mengetahui persamman dan perbedaan ilmu kalam dengan tasawuf dan
filsafat.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Kalam


Ilmu kalam biasa disebut dengan beberapa nama, antara lain ilmu ushuluddin,
ilmu tauhid, Al-Fiqh Al-Akbar, dan teologi islam. Disebut ilmu ushuluddin karena ilmu
ini membahas pokok-pokok agama (ushuluddin).Disebut ilmu tauhud karena ilmu ini
membahas keesaan Allah SWT. Didalamnya dikaji pula tentang Asma’ (nama-nama) dan
af’al (perbuatan-perbuatan) Allah yang wajib, mustahil, dan ja’iz ,juga sifat yang wajib,
mustahil dan ja’iz bagi Rasul-Nya. Ilmu tauhid sebenarnya ilmu yang membahas tentang
keesaan Allah SWT.Dan hal-hal yang berkaitan dengan-Nya. Secara objektif, ilmu kalam
sama dengan ilmu tauhid, tetapi argumentasinya lebih dikonsentrasikan pada penguasaan
logika. Oleh karena itu, sebagian teolog menganggap bahwa ilmu kalam berbeda dengan
ilmu tauhid.
Al-Fiqh Al-Akbar merupakan istilah bagi Abu Hanifah (80-150 H) dalam
memberikan nama ilmu ini. Menurut persepsinya, hukum islam yang dikenal dengan
istilah fiqh terbagi atas dua bagian. Pertama, Al-Fiqh Al-Akbar, di dalamnya dibahas
tentang hal-hal yang berkaitan dengan istilah keyakinan atau pokok-pokok agama atau
ilmu tauhid. Kedua, Al-Fiqh Al-Ashghar, di dalamnya dibahas tentang hal-hal yang
berkaitan dengan masalah muamalah, bukan pokok-pokok agama, tetapi hanya cabang.
Sementara itu, Al-Farabi mendefinisikan ilmu kalam sebagai berikut :
“Ilmu kalam adalah disiplin ilmu yang membahas tentang Dzat dan sifat-sifat
Allah serta eksistensi semua yang mukmin, mulai yang berkenaan dengan masalah dunia
sampai masalah sesudah mati yang berlandasan doktrin islam. Stressing akhirnya
memproduksi ilmu ketuhanan secara filosofis ….”
Sementara Ibnu Kaldun mendefinisikan ilmu kalam sebagai berikut :
“Ilmu kalam adalah disiplin ilmu yang mengandung argumentasi-argumentasi
tentang akidah imani yang diperkuat dalil-dalil rasional”
Memperhatikan definisi ilmu kalam di atas, yaitu ilmu yang membahas masalah-
masalah ketuhanan dengan menggunakan argumentasi logika atau filsafat, secara teoretis
aliran salaf tidak dapat dimasukan ke dalam aliran ilmu kalam karena aliran ini dalam
pembahasan masalah-masalah ketuhanan tidak menggunakan argumentasi filsafat atau
logika.Aliran ini cukup dimasukan ke dalam aliran ilmu tauhid atau ilmu ushuluddin, atau
Al-Fiqh Al-Akbar.1

B. Sumber-sumber Ilmu Kalam


1. Al-Qur’an

Sebagai sumber ilmu kalam, Al-Qur’an banyak menyinggung hal-hal yang


berkaitan dengan masalah-masalah ketuhanan. Diantara ayat Al-Qur’an yang
membicarakan maslah-masalah ketuhanan adalah:

a. QS. Al-Ikhlash (112): 3-4. Ayat ini menunjukan bahwa tuhan tidak beranak dan
tidak diperanakan, bahkan tidak ada sesuatupun di dunia ini yang tampak sekutu
(sejajar) dengan-Nya .
b. QS. Asy-Syura (42): 7. Ayat ini tidak menunjukan bahwa tuhan tidak seperti
apapun di dunia ini. Ia maha mendengar dan maha mengetahui.
c. QS. Al-Furqan (25): 59. Ayat ini menunjukan bahwa tuhan yang maha penyayang
bertahta di atas “Arsy”. Ia pencipta langit, bumi, dan semua yang ada diantara
keduanya.
d. QS. Al-Fath (48): 10. Ayat ini menunjukan bahwa tuhan mempunyai “tangan”
yang selalu berada di atas tangan orang-orang yang melakukan sesuatu, selama
orang-orang itu selalu berpegang teguh dengan janji Allah.
e. QS. Thaha (20): 39. Ayat ini menunjukan bahwa tuhan mempunyai “mata” yang
selalu digunakan untuk mengawasi seluruh gerak termasuk gerakan hati makhluk-
Nya.
f. QS. Ar-Rahman (55): 27. Ayat ini menunjukan bahwa tuhan mempunya “wajah”
yang tidak akan rusak selama-lamanya.
g. QS. An-Nisa’ (4): 125. Ayat ini menunjukan bahwa tuhan menurunkan aturan
berupa agama. Seseorang akan dikatakan telah melaksanakan aturan agama ketika
tealah menggunakan wajahnya untuk kedamaian karena Allah.

1
Abdul Rozak, Ilmu Kalam (Bandung: Cv Pustaka Setia, 2014), hal.19-20
h. QS. Luqman (31): 22. Ayat ini menunjukan bahwa orang yang telah
menggunakan wajahnya untuk kedamaian karena Allah disebut sebagai orang
“muhsin”.
i. QS. Ali Imran (3): 83. Ayat ini menunjukan bahwa Tuhan adalah tempat kembali
segala sesuatu, baik secara terpaksa maupun secara sadar.
j. QS. Ali Imran (3): 84-85. Ayat ini menunjukan bahwa Tuhanlah yang
menurunkan petunjuk jalan kepada para nabi.
k. QS. Al-Anbiya’ (21): 92. Ayat ini menunjukan bahwa manusia dalam berbagai
suku, ras, atau etnis, dan agama apapun adalah umat Tuhan yang satu. Oleh
karena itu, semua umat tanpa membedakan kondisi dan situasi apapun harus
mengarahkan pengabdiannya hanya kepada-Nya.
l. QS. Al-Hajj (22): 78. Ayat ini menunjukan bahwa seseorang yang ingin
melakukan kegiatan yang sungguh-sungguh akan dikatakan sebagai “jihad” jika
dilakukan hanya karena Allah SWT semata.

Ayat-ayat di atas berkaitan dengan dzat, sifat, asma, perbuatan, tuntunan dan hal-
hal lain yang berkaitan dengan eksistensi Tuhan.Hanya, penjelasan perinciannya tidak
ditemukan.Oleh karena itu, sangat beralasan jika para ahli berbeda pendapat dalam
menginterpretasikan perinciannya.Pembicaraan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan ketuhanan disistematisasikan sehingga menjadi sebuah ilmu yang dikenal
dengan istilah ilmu kalam.

2. Hadist
Terdapat beberapa hadist yang di pahami sebagian ulama sebagai prediksi Nabi
akan kemunculan golongan-golongan dalam ilmu kalam.di antara hadist yang
berkaitan dengan masalah-masalah ini adalah :
Artinya :
“Hadist ini di riwayatkan dari Abi Hurairah r.a. ia mengatakan bahwa
Rasulullah pernah bersabda, ‘orang-orang Yahudi akan terpecah belah menjadi 71
golongan; orang-orang Nasrani akan terpecah belah menjadi 72 golongan; dan
umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan’.”
Dalah hadis lain juaga dikatakan yang artinya :
“Hadist ini diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar. Ia mengatakan bahwa
Rasulullah pernah bersabda, ‘akan menimpa umatku apa yang pernah menimpa bani
Isra’il … bani Isra’il telah terpecah belah menjadi 72 golongan dan umatku akan
terpecah belah menjadi 73 golongan. Semua akan masuk neraka, kecuali satu
golongan,’ ‘siapa mereka itu, wahai Rasulullah?’Tanya para sahabat.Rasulullah
menjawab.‘Mereka adalah yang mengikuti jejakku dan sahabat-sahabatku’.”
Keberadaan hadist-hadist yang berkaitan dengan perpecahan umat seperti di atas
pada dasarnya merupakan prediksi Nabi dengan melihat fenomena yang tampak dari
potensi yang tersimpan dalam hati para sahabatnya. Oleh karena itu, sering dikatakan
bahwa hadist-hadist seperti itu lebih dimaksudkan sebagai peringatan bagi para
sahabat dan umat Nabi tentang bahayanya perpecahan dan pentingnya persatuan.
3. Pemikiran Manusia
Pemikiran manusia dalam hal ini berupa pemikiran umat islam atau pemikiran
yang berasal dari luar umat islam.
Sebelum filsafat Yunani masuk dan berkembang di dunia islam umat islam telah
banyak menggunakan pemikiran rasionalnya untuk menjelaskan hal-hal yang
berkaitan dengan ayat-ayat Al-Qur’an, terutama yang belum jelas maksudnya (al-
mutasyabihat). Keharusan untuk menggunakan rasio ternyata mendapat pijakan dari
beberapa ayat Al-Qur’an, di antaranya:
“Maka tidaklah mereka menghayati Al-Qur’an, ataukah hati mereka sudah
terkunci?”.(QS. Muhammad [47]: 24)
Didalam Surat Qaf [50]: 6-7 dikatakan yang artinya:
“Maka tidaklah mereka memperhatikan langit yang ada di atas mereka,
bagaimana cara kami membangun dan menghiasinya, dan tidak terdapat retak-retak
sedikitpun? Dan bumi yang kami hamparkan dan kami pancangkan di atasnya
gunung-gunung yang kokoh, dan kami tumbuhkan di atasnya tanam-tanaman yang
indah.”
Pada ayat-ayat yang disebutkan di atas terdapat kata-kata tafakkar, tafaqquh,
nazhar, tadabbar, tadzakkar, fahima, ‘aqala, ulu al-albab, ulu al-‘ilm, ulu al-abshar,
dan ulu an-nuha.Ayat-ayat tersebut berkaitan langsung dengan anjuran, motivasi,
bahkan perintah kepada manusia untuk menggunakan rasio.Tujuannya agar manusia
dapat melaksanakan misi utamanya, yaitu amanat Allah SWT.Untuk mengatur dunia.
Dengan demikian, jika ditemukan seorang muslim telah melakukan kajian objek
tertentu dengan rasionya, secara teoritis bukan karena adanya pengaruh dari pihak
luar, melainkan karena adanya perintah langsung Al-Qur’an.
Bentuk konkret penggunaan pemikiran islam sebagai sumber ilmu kalam adalah
Ijtihad yang dilakukan para mutakalim dalam persoalan-persoalan tertentu yang tidak
memperoleh penjelasan yang memadai dari Al-Qur’an dan Al-Hadist, misalnya
persoalan manzila bain al-manzilatain (posisi tengah diantara dua posisi) di kalangan
mu’tazila, persoalan ma’shum dan bada’ di kalangan Syi’ah, dan persoalan kasab di
kalangan Asy’ariah.
Sumber ilmu kalam berupa pemikiran yang bersumber dari luar islam dapat
diklasifikasikan kedalam dua kategori. Pertama, ipemikiran non muslim yang telah
menjadi peradaban lalu ditransfer dan di asimilasikan dengan pemikiran umat islam.
Proses transfer dan asimilasi ini dapat dimaklumi karena didalam realitasnya,
sebelum islam masuk dan berkembang, dunia Arab (Timur Tengah) adalah suatu
tempat diturunkannya agama-agama samawi lainnya. Agama-agama itu beberapa kali
diturunkan oleh Allah SWT. Di dunia Arab disebabkan masyarakatnya dikenal ingkar
pada kebenaran dan berbuat hipokret. Oleh karena itu, secara kultural mereka adalah
orang-orang suka menyelewengkan kebenaran tuhan, sehingga sangat pantas jika
setiap kali terjadi penyelewengan selalu terjadi degradasi nilai-nilai kemanusian yang
sangat memilukan.
Kondisi seperti tersebut “menyebutkan” Allah SWT. Menurunkan kembali agama
islam yang lurus agar penyelewengan terhadap agama-agama samawi dan dekadensi
moral dapat terkikis. Agama-agama samawi yang telah diselewengkan yaitu
Mazdakiyah, Manawiyah, Yahudi, dan Nasrani.Di antara para penganut agama itu
terdapat para teolog, para pemikir agama, dan para pemikir lainnya yang sangat ahli
di bidangnya. Setelah mereka masuk islam, ide dan pemikiran yang selama ini
mereka geluti dibawa kedalam islam, sehingga menimbulkan permasalah baru dalam
islam. Padahal pada masa Rasulullah SAW.Masih hidup permasalahan itu tidak
pernah muncul apalagi berkembang.Diantara permasalah itu berkaitan dengan
ketuhanan.
4. Insting
Secara instingtif, pada dasarnya manusia selalu berusaha ingin bertuhan.Oleh
karena itu, kepercayaan adanya tuhan telah berkembang sejak adanya manusia
pertama.Abbas Mahmoud Al-Akkad (1889-1964) mengatakan bahwa dongeng atau
mitos merupakan asal-usul agama dikalangan primitive.Tylor mengatakan bahwa
animisme anggapan adanya kehidupan pada benda-benda mati merupakan asal-usul
kepercayaan adanya tuhan. Spancer mengatakan lain lagi bahwa pemujaan terhadap
nenek moyang merupakan bentuk ibadah yang paling tua. Tylor dan spancer
menganggap bahwa animism dan pemujaan terhadap nenek moyang sebagai asal-usul
kebudayaan dan ibadah tertua terhadap Tuhan Yang Maha Esa lebih dilatarbelakangi
oleh adanya pengalaman setiap manusia yang mengalami mimpi.
Di dalam mimpi seseorang dapat bercakap-cakap, bercengkrama dengan orang
lain, dan sebagainya, bahkan dengan orang yang sudah meninggal sekalipun.Ketika
seseorang yang mimpi bangun, dirinya tetap ditempat semula. Kondisi seperti ini
telah membentuk intuisi setiap orang yang telah bermimpi untuk meyakini bahwa apa
yang telah dilakukannya dalam mimpi sebagai perbuatan roh lain, pada masanya roh
itu akan segera kembali. Dari pemujaan terhadap roh berkembang lagi ke pemujaan
terhadap benda-benda langit atau alam lainnya.
Abbas Mahmoud Al-Akkad (1889-1964) pada bagian lain mengatakan bahwa
sejak pemikiran pemujaan terhadap benda-benda alam berkembang, di wilayah-
wilayah tertentu pemujaan terhadap benda-benda alam berkembang secara beragam.
Di Mesir, masyarakatnya menyembah “Totemisme”. Mereka menganggap suci
burung elang.Burung nars, Ibn awa (semacam anjing hutan), buaya dan
sebagainya.Anggapan itu lalu berkembang menjadi pemujaan terhadap matahari.Dari
sini, berkembang menjadi percaya adanya ke abadian dan balasan amal perbuatan
baik bagi manusia yang melakukan perbuatan baik.
Dari sini dapat di simpulkan bahwa kepercayaan adanya tuhan, secara instingtif
telah berkembang sejak keberadaan manusia pertama.Oleh karena itu, sangat wajar
apabila William L. Resee mengatakan bahwa ilmu yang berhubungan dengan
ketuhanan yang dikenal dengan istilah theologia telah berkembang sejak lama. Resee
bahkan mengatakan bahwa teologi muncul dari sebuah mitos (theologia was
originally viewed as concerned with myth). Teologi itu berkembang menjadi theology
natural (teologi alam) dan revealed theology (teologi wahyu).
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa secara historis ilmu kalam
bersumber pada Al-Qur’an, Al-Hadist, pemikiran manusia, dan insting.Ilmu kalam
adalah ilmu yang mempunyai objek tersendiri, tersistematisasikan, dan mempunyai
metedologi tersendiri. Dikatakan oleh Mushtafa Abd Ar-Raziq bahwa ilmu ini
bermula di tangan pemikir Mu’tazila, Abu Hasyim dan Imam Al-Hasan bin
Muhammad bin Hanafiyah. Adapun orang pertama yang membentangkan pemikiran
kalam secara lebih baik dengan logika adalah Imam Al-Asy’ari, tokoh Ahli Sunnah
wa Al-Jamaah, melalui tulisan-tulisannya yang terkenalm yaitu Al-Maqalat, Al-
Ibanah, dan Ushul Ad-Diyanah.2
C. Sejarah Kemunculan Ilmu Kalam
Menurut pandanagn Harun Nasution, Persoalan-persoalan kalam dipicu
kemunculannya oleh persoalan-persoalan politik. Persoalan-persoalan yang dimaksud
menyangkut peristiwa pembunuhan ‘Utsman bin Affan yang berujung penolakan
Mu’awiyah atas kekhalifaan Ali bin Abi Tahalib. Ketegangan antara Mu’awiyah demah
Ali Mengkristal menjadi perang siffin yang berakhir dengan keputusan tahkim (arbitrase).
Siakap Ali yang menerima tipu musliahat ‘Amr Al-‘Ash, , utusan dari mu’awiyah dalam
tahkim,sungguhpun dalam keadaan terpaksa, tidak disetujui oleh sebagian tentaranya.
Mereka berpendapan persoalan yang terjadi saat itu tidak bisa diputuskan melaluai
tahkim.Putusan hanya datang dari Allah dengan kembali pada hukum-hukum yang ada
dalam Al-Qur’an.La hukma illa lillah (tidak ada hukum selain dari hukum Allah) atau la
hukma illa Allah (tidak ada pengantara selain Allah). Menjadi semboyang mereka.
Mereka memandang Ali bin Abi Thalib telah berbuat salah. Oleh karan itu mereka
meninggalkan barisannya. Dalam sejarah islam mereka dikenal dengan nama khawarij,
yaitu orang yang keluar dan memisahkan diri.3
Di luar pasukan yang membelot ‘Ali terdapat sebagian besar yang mendukung
‘Ali.Mereka yang kemudian memunculkan kelompok Syi’ah. Watt menyatakan bahwa
syi’ah muncul ketika berlangsung peperangan antara ali dengan muawiyah yang dikenal

2
Ibid. hal 22-24
3
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisis Perbandingan, Ui-press: Jakarta, 2004, hal.6
dengan perang siffin. Dalam peperanagn ini sebagai respon atas penerimaan ali terhadap
arbitrase yang ditawarkan muawiyah, pasukan ali diceritan terpecah menjadi dua, satu
kelompok mendukung sikap ali (syi’ah) dan kelompok lain menolak sikap ali (khawarij).
Harun lebih lanjut melihat bahwa persoalan kalam yang pertama kali muncul adalah siapa
yang kafir dan siapa yang bukan kafir, dalam kata lain siapa yang telah keluar dari islam
dan siapa yang masih tetap dalam islam. Khawarij sebagai mana yang telah disebutkan,
memandang bahwa orang-oarang yang terlibat dalam tahkim, yaitu Ali, muawiyah, Amr
bin Al-‘Ash, Abu Musa Al-Asy’ari adalah kafir berdasarkan firman Allah dalam surat
Al-MAidah ayat 44.
Persoalan di atas telah menimbulkan aliran teologi dalam islam, yaitu sebagai berikut.
1. Aliran Khawarij yang mengatakan bahwa orang yang berdosa besar adalah kafir,
dalam arti keluar dari islam, atau tegasnya murtad wajib dibunuh.
2. Aliran Murjiah yang menegaskan yang menegaskan bahwa oaring yang berbuat dosa
besar tetap mukmin bukan kafir, adapun soal dosa besar yang diperbautnya terserah
Allah mau mengampuninya atau tidak mengampuninya.
3. Aliran Muaktazilah yang tidak menerima pendapat-pendapat di atas. Bagi mereka,
oaring yang berbuat dosa besar bukan kafir, tetapi bukan pula mukmin. Orang yang
serupa ini mengambil posisi diantara dua posisi mukmin dan kafir, yang dalam
bahasa arabnya dieknal dengan istilah al-manzilah bain al-manzilatin (posisi diantara
dua posisi).

Dalam islam, timbul pula dua aliran teologi yang dikenal dengan nama Qadariah
dan jabariah. Menurut qadariah, manusia mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan
perbuatannya. Sebaliknya, jabariah berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai
kemerdekaan dalam bekehendak dan perbuatannya

Aliran mu’tazilah yang bercorak rasional mendapatkan tantangan keras dari


golongan tradisional islam, terutama gongan Hambali, yaitu pengikut-pengikut mazhab
ibn hambal. Tantanagn berat ini kemudian mengambil bentuk aliran teologi tradisional
yang dipelopori Abu Hasan Al-sy’ari (935 M).di samping aliran Asy’ariah, timbul pula
aliran di Samarkand suatu aliran yang bermaksud menentang aliran mu’tazilah dan
didirikan Abu Mansur Muahkmmad Al- Maturidi (w. 944 M). aliran ini kemudian
terkenal dengan nama teologi Al- Maturidiah.4

D. Persamaan dan Perbedaan Ilmu Kalam, Tasawuf, dan Filsafat


1. Persamaan Ilmu kalam, tasawuf, dan Filsafat
Ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf mempunyai kemiripan objek kajian.Objek kajian
ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya.Objek
kajian filsafat adalah masalah ketuhanan di samping masalah alam, manusia, dan
segala sesuatu yang ada.Sementara itu objek kajian tasawuf adalah Tuhan, yakni
upaya-uapaya pendekatan terhadap-Nya.Jadi, di lihat dari objeknya, ketiga ilmu itu
membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhanan.
Argumen filsafat sebagaimana ilmu kalam dibangaun di atas logika.Oleh karena
itu, hasil kajiannya bersifat spekulatif (dugaan yang tak dapat dibuktikan secara
empiris, riset, dan eksperimental).Kerelatifan hasil karya logika itu menyebabkan
beragamannya kebenaran yang dihasilkannya.
Bagi ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama yaitu
kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran
tentang Tuhan yang berkaitan dengan-Nya.Filsafat dengan wataknya sendiri pula,
berusaha menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun manusia (yang belum
atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuaan karena berada di luar atau di atas
jangkauanya), atau tentang tuhan.Sementara itu, tasawuf juga dengan metodenya
yang tipikal berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan perjalanan
spritual menuju Tuhan.5
2. Perbedaan Ilmu Kalam, Tasawuf, dan Filsafat
Perbedaan di antara ilmukalam, tasawuf, dan filsafat tersebut terletak pada aspek
metodologinya. Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika di samping
argumentasi-argumentasi naqliah berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran
agama, yang sangat tampak nilai-nilai apologinya.Pada dasarnya ilmu ini
menggunakan metode dialektika ( jadaliah) dikenal juga dengan istilah dialog

4
Rosihon anwar, Ilmu Kalam, CV Pustaka Setia: bandung, 2015, hal. 35-36
5
Rosihon Anwar, Akhlaq Tasawuf, Pustaka Setia: Bandung, 2007, hal. 56-59
keagamaan. Sebagai ilmuwan bahkan mengatakan bahwa ilmu ini berisi keyakinan-
keyakinan kebenaran, praktek dan pelaksanaan ajaran agama, serta pengalaman
keagamaan yang dijelaskan dengan pendekatan rasional.
Sementara itu, tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa dari pada
rasio.Oleh sebab itu, filsafat dan tasawuf sangat distingtif.Sebagai sebuah ilmu yang
prosesnya diperoleh dari rasa, ilmu tasawuf bersifst subjektif, yakni sangat berkaitan
dengan pengalaman seseorang.Itulah sebabnya, bahasa tasawuf sering tampak aneh
bila dilihat dari aspek rasio.Hal ini karena pengalaman rasa sulit
dibahasan.Pengalaman rasa lebih muda dirasakan langsung oleh orang yang ingin
memperoleh kebenaranya dan mudah digambarkan dengan bahasa lambang, sehingga
sangat interpretable dapat diinterpretasikan bermacam-macam).Sebagian pakar
mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi, atau ilham, atau inspirasi
yang datang dari tuhan.Kebenaran yang dihasilkan ilmu tasawuf dikenal dengan
istilah kebenaranhudhuri, yaitu suatu kebenaran yang objeknya datang dari dalam diri
subjek sendiri.Itulah sebabnya dalam sains dikenal istilah objeknya tidak
objektif.Ilmu seperti ini dalam sains dikenal dengan ilmu yang diketahui bersama atau
tacit knowledge, dan bukan ilmu proporsional.
Didalam pertumbuhannya, ilmu kalam (teologi) berkembang menjadi teologi
rasional dan teologi tradisional.Filsafat berkembang menjadi sains dan filsafat
sendiri. Sains berkembang menjadi sains kealaman,sosial, dan humaniora; sedangkan
filsafat berkembang lagi menjadi filsafat klasik, pertengahan, dan filsafat modern.
Tasawuf selanjutnya berkembang menjadi tasawuf praktis dan tasawuf teoritis.
Dilihat dari aspek aksiologi (manfaatnya), teologi diantaranya berperan sebagai
ilmu yang mengajak orang baru untuk mengenal rasional sebagai upaya mengenal
Tuhan secara rasional.Adapun filsafat, lebih berperan sebagai ilmu yang mengajak
kepada orang yang mempunyai rasio secara prima untuk mengenal Tuhan secara
lebih bebas melalui pengamatan dan kajian alam dan ekosistemnya langsung. Dengan
cara ini, orang yang telah mempunyai rasio sangat prima diharapkan dapat mengenal
Tuhan secara meyakinkan melalui rasionya. Adapaun tasawuf lebih perperan sebagai
ilmu yang memberi kepuasan kepada orang yang telah melepaskan rasionya secara
bebas karena tidak memperoleh apa yang ingin dicarinya.
Adapun Ilmu filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh
kebenaran rasional.Metode yang digunakannya pun adalah metode rasional. Filsafat
menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan akal budi secara radikal
(mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal (mengalam); tidak merasa
terikata oleh apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri yang bernama logika.
Peranan filsafat sebagaimana dikatakan Socrates adalah berpegang teguh pada ilmu
pengetahuan melalui usaha menjelaskan konsep-konsep (the gaining of conceptual
clarity ).
Berkenaan dengan keragaman kebenaran yang dihasilkan oleh kerja logika maka
dalam filsafat dikenal apa yang disebut kebenaran korespondensi. Dalam pandangan
korespodensi, kebenaran adalah persesuaian antara kenyataan sebenarnya di alam
nyata.
Disamping kebenaran korespodensi, di dalam filsafat juga dikenal kebenaran
korehensi.Dalam pandangan korehensi, kebenaran adalah kesesuaian antara suatu
pertimbangan baru dan suatu pertimbangan yang telah diakui kebenarannya secara
umum dan permanen.Jadi, kebenaran dianggap tidak benar kalau tidak sesuai dengan
kebenaran yang dianggap benar oleh ulama umum.
Disamping dua kebenaran di atas, di dalam filsafat dikenal juga kebenaran
pragmatis.Dalam pandangan pragmatisme, kebenaran adalah sesuatu yang bermanfaat
(utility) dan mungkin dapat dikerjakan (workability) dengan dampak yang
memuaskan. Jadi, sesuatu akan dianggap tidak benar kalau tidak tampak manfaatnya
secara nyata dan sulit untuk di kerjakan.6

6
Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. www.jadilah.com
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Ilmu kalam adalah disiplin ilmu yang membahas tentang Dzat dan sifat-sifat
Allah serta eksistensi semua yang mukmin, mulai yang berkenaan dengan masalah dunia
sampai masalah sesudah mati yang berlandasan doktrin islam. Stressing akhirnya
memproduksi ilmu ketuhanan secara filosofis. Sumber-sumber ilmu kalam yaitu, Al-
qur’an, Hadits, Pemikiran manusia, dan Insting. Sejarah kemunculan ilmu kalam bermula
saat peristiwa pembunuhan ‘Utsman bin Affan yang berujung penolakan Mu’awiyah atas
kekhalifaan Ali bin Abi Tahalib. Ketegangan antara Mu’awiyah demah Ali Mengkristal
menjadi perang siffin yang berakhir dengan keputusan tahkim (arbitrase). Dari sana
muncul golongan siah dan khawarij.
DAFTAR PUSTAKA

Rozak, Abdul. Ilmu Kalam. Bandung: Cv Pustaka Setia. 2014.

Nasution,Harun.Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisis Perbandingan. Ui-press: Jakarta.


2004
Anwar,Rosihon.Ilmu Kalam. CV Pustaka Setia: bandung. 2015
Anwar,Rosihon. Akhlaq Tasawuf. Pustaka Setia: Bandung. 2007
Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. www.jadilah.com

Anda mungkin juga menyukai