Anda di halaman 1dari 35

PEDOMAN

PROGRAM PELAYANAN GIZI

PUSKESMAS CIPARAY DTP


JALAN RAYA LASWI NO 819 CIPARAY DESA MAGUNGHARJA
KECAMATAN CIPARAY KABUPATEN BANDUNG 40381
TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, besaran masalah gizi pada balita
di Indonesia yaitu 19,6 % gizi kurang, diantaranya 5,7% gizi buruk; gizi lebih 11,9%, stunting
(pendek) 37,2%. Proporsi gemuk menurut kelompok umur, terdapat angka tertinggi baik pada
balita perempuan dan laki-laki pada periode umur 0-5 bulan dan 6-11 bulan dibandingkan
kelompok umur lain. Hal ini menunjukkan bahwa sampai saat ini masih banyak masyarakat
khususnya ibu balita yang mempunyai persepsi tidak benar terhadap balita gemuk. Data
masalah Gangguan Akibat Kekurangan lodiurn (GAKI) berdasarkan hasil survei nasional
tahun 2003 sebesar 11,1% dan menurut hasil Riskesdas 2013, anemia pada ibu hamil sebesar
3 7, 1 %.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan tujuan
perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Mutu gizi
akan tercapai antara lain melalui penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
profesional di semua institusi pelayanan kesehatan. Salah satu pelayanan kesehatan yang
penting adalah pelayanan gizi di Puskesmas, baik pada Puskesmas Rawat Inap maupun pada
Puskesmas Non Rawat Inap.Pendekatan pelayanan gizi dilakukan melalui kegiatan spesifik
dan sensitif, sehingga peran program tenaga berjalan sinergis.Pembinaan harus terkait sektor
dan kesehatan/tenaga gizi puskesmas dalam pemberdayaan masyarakat menjadi hal sangat
penting.
Puskesmas merupakan penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan tingkat
pertama. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas diperkuat dengan
Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling yang disebut sebagai Puskesmas dan
jejaringnya. Sedangkan untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, didirikan
Puskesmas Rawat Inap. Menurut data dari Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan
per Desember tahun 2011 jumlah Puskesmas di seluruh Indonesia adalah 9.321 unit,
diantaranya 3.025 unit Puskesmas Rawat Inap, dan selebihnya yaitu 6.296 unit Puskesmas Non
Rawat Inap Puskesmas dan jejaringnya harus membina Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat.
Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung dan
di luar gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual, dapat berupa
pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kegiatan di dalam gedung juga
meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang akan dilakukan di luar gedung. Sedangkan
pelayanan gizi di luar gedung umumnya pelayanan pada kelompok dan masyarakat dalam
bentuk promotif dan preventif. Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di Puskesmas, diperlukan
pelayanan yang bermutu, sehingga dapat menghasilkan status gizi yang optimal.dan
mempercepat proses penyembuhan pasien. Pelayanan gizi yang bermutu dapat dijadikan
apabila acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi sistematis dengan 4 pilar dalam Pedoman
Gizi Seimbang (PGS).
Pada tahun 2001, Departemen Kesehatan RI telah menerbitkan buku Pedoman
Pelayanan Gizi di Puskesmas Perawatan, yang membahas kegiatan pokoknya yaitu
penyelenggaraan makan untuk pasien rawat inap dan konseling gizi. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan di bidang gizi dan kesehatan serta didorong oleh kebutuhan
akan acuan pelaksanaan pelayanan gizi yang komprehensif maka diperlukan Pedoman
Pelayanan Gizi di Puskesmas yang membahas kegiatan pelayanan gizi secara menyeluruh baik
di Puskesmas Rawat Inap maupun Puskesmas Non Rawat Inap. Oleh karena itu, maka
disusunlah buku Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas.Diharapkan pedoman im dapat
menjadi acuan bagi tenaga kesehatan khususnya tenaga gizi di Puskesmas untuk melaksanakan
kegiatan pelayanan gizi di Puskesmas dan jejaringnya.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum:
Tersedianya acuan dalam melaksanakan pelayanan gizi di Puskesmas dan jejaringnya.
2. Tujuan Khusus:
a. Tersedianya acuan tentang jenis pelayanan gizi, peran dan fungsi ketenagaan,
sarana dan prasarana di Puskesmas dan jejaringnya.
b. Tersedianya acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang, bermutu di Puskesmas
dan jejaringnya.
c. Tersedianya acuan bagi tenaga gizi puskesmas untuk bekerja secara profesional
memberikan pelayanan gizi yang bermutu kepada pasien/klien di Puskesmas dan
jejaringnya;
d. Tersedianya acuan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi di Puskesmas dan
jejaringnya.
C. SASARAN
1. Tenaga Gizi Puskesmas dan Tenaga Kesehatan lainnya di Puskesmas.
2. Pengelola Program Kesehatan dan Lintas Sektor terkait.
3. Pengambil Kebijakan di Provinsi, Kabupaten/Kota.

D. LANDASAN HUKUM
Sebagai Dasar penyelenggaraan pelayanan gizi di puskesmas diperlukan peraturan,
perundang-undangan pendukung (legal aspect). Beberapa ketentuan perundang-
undangan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak


2. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
4. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
6. Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang ASI Eksklusif
8. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi
9. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333 tahun 1999 tentang Standar
Pelayanan Puskesmas Perawatan
11. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan RI No. 894/Menkes/SKBNIII/2001 dan
Kepala Badan Kepegawaian
12. Negara No. 35 Tahun 2001 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Nutrisionis dan Angka Kreditnya
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 81 tahun 2004 tentang Pedoman
Penyusunan SDM Kesehatan Di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota Serta RS
14. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/11/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
15. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
16. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741 /Menkes/SK/VII/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
17. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2013 tentang Angka
Kecukupan Gizi yang dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia
18. Peraturan Menteri Kesehatan No 26 Tahun 2013 tentang Praktik Tenaga Gizi

E. DEFINISI OPERASIONAL
Jenis konseling gizi yang dapat dilaksanakan di Puskesmas antaralain konseling gizi
terkait penyakit dan faktor risikonya, konseling ASI, konseling Pemberian Makan Bayi
dan Anak (PMBA), konseling faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) dan konseling
bagi jemaah haji.
1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur untuk
identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
2. Dietetik adalah integrasi, aplikasi, dan komunikasi dari prinsip-prinsip keilmuan
makanan, gizi, sosial, bisnis, dan keilmuan dasar untuk mencapai dan mempertahankan
status gizi yang optimal secara individual melalui pengembangan, penyediaan dan
pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di berbagai area/lingkungan/latar belakang
praktek pelayanan.
3. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan
gizi dan kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/klien dan lingkungannya
terhadap upaya perbaikan gizi dankesehatan. Penyuluhan gizi untuk kelompok atau
golongan masyarakat masaldan target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku
aspek kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Food model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang terbuat dari bahan
sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan
kebutuhan yang digunakan untuk konseling gizi kepada pasien rawat inap maupun
pengunjung rawat jalan.
5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
6. Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara makanan dan
kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi dan bagaimana dicerna,
diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan dan dikeluarkan dari tubuh.
7. Kegiatan Spesifik adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya
ditujukan khusus untuk kelompok 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kegiatan ini
pada umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan seperti imunisasi, PMT Ibu Hamil dan
balita, monitoring pertumbuhan balita di Posyandu, suplemen Tablet Tambah Darah
(TTD), promosi ASI Ekslusif, MP-ASI, dsb. Kegiatan spesifik bersifat jangka pendek,
hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek (Pedoman Perencanaan Program
Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000 HPK.
8. Kegiatan Sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan.
Sasarannya dalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Namun apabila
direncanakan secara khusus dan terpadu dengan kegiatan spesifik dampaknya sensitif
terhadap proses keselamatan proses pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK.
9. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang
dilaksanakan oleh tenaga gizi puskesmas untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi
sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.
10. Mutu Pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
pelayanan gizi sesuai dengan standar dan memuaskan, baik kualitas dari petugas
maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan pasien/klien.
11. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara
penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang
pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik di masyarakat maupun Puskesmas dan unit
pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan dasar Akademi Gizi/Diploma III Gizi.
12. Nutrisionist Registered (NR) adalah tenaga gizi Sarjana Terapan. Gizi dan Sarjana
Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
13. Pasien/Klien adalah pengunjung Puskesmas/tonaga kesehatan, baik rawat inap/rawat
jalan yang memerlukan pelayanan baik pelayanan kesehatan dan atau gizi.
14. Pasien Berisiko Malnutrisi adalah pasien dengan status gizi gizi buruk, gizi kurang,
atau gizi lebih, mengalami penurunan asupan makan, penurunan berat badan, dll.
15. Pasien Kondisi Khusus adalah pasien Ibu hamil, ibu menyusui, lansia, pasien dengan
Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti diabetes mellitus, hipertensi, hiperlipidemia,
penyakit ginjal, dll.
16. Pelayanan Gizi adalah upaya memperbaiki gizi, makanan, dietetic pada masyarakat,
kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi
pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi,
makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi
sebat atau sakit diselenggarakan baik di dalam dan di luar gedung.
17. Pelayanan Gizi Di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas.
18. Pelayanan Kesehatan Perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private
goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan
perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk Puskesmastertentu
ditambah dengan rawat inap.
19. Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public
goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan,
pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan
kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai
program kesehatan.
20. Pelayanan Gizi Rawat Jalan adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang
berkesinambungan dimuai dari pengkajian gizi, penentuan diagnosis gizi, intervensi
gizi, dan monitoring dan evaluasi kepada pasien/klien rawat jalan. Intervensi gizi rawat
jalan pada umumnya berupa kegiatan konseling gizi dan dietetik dan atau penyuluhan
gizi.
21. Pelayanan Gizi Rawat Inap adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang
berkesinambungan dimulai dari pengkajian gizi, penentuan diagnosis gizi, intervensi
gizi, dan monitoring dan evaluasi kepada pasien/klien di rawat Inap. Intervensi gizi
rawat inap mencakup kegiatan konseling gizi, penyediaan makanan pasien rawat inap,
pemantauan asupan makanan dan pergantian jenis diet apabila diperlukan.
22. Preskripsi Diet adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara individual mulai
dari menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang mencakup zat gizi makro
dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi makan dan rute pemberian makanan.
Preskripsi diet dirancang berdasarkan pengkajian gizi, komponen diagnosis gizi,
rujukan, rekomendasi, kebijakan dan prosedur, serta kesukaan dan nilai-nilai yang
dianut pasien/klien.
23. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik dalam
memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, melalui serangkaian aktivitas
yang terorganisir yang meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian
pelayanan gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi.
24. Registered Dietisien (RD) adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi atau Sarjana Gizi
yang telah mengikuti pendidikan profesi (internship) dan telah lulus uji kompetensi
serta teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan berhak mengurus
Minimal memberikan pelayanan gizi, makanan dan dietetik, dan menyelenggarakan
praktik gizi mandiri.
25. Rencana Diet adalah kebutuhan zat gizi pasien/klien yang dihitung berdasarkan status
gizi, degenerasi penyakit, dan kondisi kesehatannya.
26. Rujukan Gizi adalah sistem dalam pelayanan gizi yang memberikan pelimpahan
wewenang yang timbal balik atas pasien dengan masalah gizi baik secara vertikal
maupun horisontal.
27. Sarana Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan.
28. Skrining Gizi adalah tindakan penipisan untuk mengetahui apakah seorang pasien
beresiko malnutrisi, tidak beresiko malnutrisi, atau kondisi khusus.
29. Technikal Registered Dietisien (TRD) adalah seorang yang telah mengikuti dan
penyelesaikan pendidikan Diploma III Gizi sesuai aturan yang berlaku atau Ahli Madya
Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregristrasi sesuai ketentuan peraturan
perundang undangan.
30. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan dibidang gizi sesuai
dengan peraturan perundangan. Tenaga gizi meliputi Technical Registered Dietisien
(TRD), Nutrisionis Registered (NR), dan Registered Dietisien (RD).
31. Tenaga Gizi Puskesmas adalah tenaga gizi yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas
perbaikan gizi di Puskesmas. Apabila tidak tersedia tenaga gizi maka pelaksanaan tugas
perbaikan gizi di Puskesmas dapat dilakukan oleh Tenaga Pelaksanaan Gizi yang
berasal dari tenaga kesehatan lain seperti perawat atau bidan.
32. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri di bidang kesehatan
serta memiliki kemampuan dan atau keterampilan melalui pendidikan formal di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam, melakukan upaya
kesehatan.
33. Terapi Diet adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi gizi.
34. Tim Asuhan Gizi Puskesmas adalah sekelompok tenaga kesehatan di Puskesmas yang
terkait dengan pelayanan gizi terdiri dari dokter (umum/ spesialis), tenaga gizi, perawat
dan atau bidan dari setiap unit pelayanan yang bertugas menyelenggarakan asuhan gizi
(nutrition care) untuk mencapai pelayanan paripurna yang bermutu.

12 RUANG LINGKUP
1. Kebijakan Pelayanan Gizi di Puskesmas
2. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung
3. Pelayanan Gizi di Luar Gedung
4. Pencatatan dan Pelaporan
5. Monitoring dan Evaluasi.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. DOKTER
Dokter berperan sebagai penanggung jawab pelayanan kesehatan pasien sekaligus
sebagai Koordinator Tim Asuhan Gizi Puskesmas yang mempunyai tugas pokok dan
fungsi sebagai berikut:
1) Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta menegakkan diagnosis medis
2) Menentukan pilihan tindakan, pemeriksaan laboratorium, dan perawatan
3) Menentukan terapi obat dan preskripsi diet awal bekerjasama dengan tenaga gizi
puskesmas
4) Melakukan pemantauan dan evaluasi tindakan
5) Melakukan konseling terkait penyakit
6) Melakukan rujukan .

B. PERAWAT/BIDAN
Perawat/bidan berperan sebagai penanggung jawab asuhan keperawatan/ kebidanan dan
sekaligus sebagai pelaksana asuhan keperawatan yang mempunyai tugas pokok dan
fungsi sebagai berikut:
1) Melakukan skrining awal dalam rangka membantu menentukan apakah
pasien/klien berisiko masalah gizi atau tidak
2) Bertanggung jawab pada asuhan keperawatan/kebidanan bagi pasien
3) Melaksanakan tindakan dan perawatan sesuai instruksi dokter
4) Memotivasi pasien dan keluarga agar pasien menghabiskan makanannya
5) Melakukan pemantauan dan evaluasi pemberian makanan kepada pasien

C. TENAGA GIZI PUSKESMAS


Tenaga Gizi Puskesmas diharapkan telah mengikuti pelatihan terkait gizi seperti
Pelatihan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (TAGS), Pelatihan Konselor ASI, Pelatihan
Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA). Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan,
dll. Kegiatan dalam rangka perbaikan gizi yang menjadi tanggung jawab puskesmas
dilakukan oleh TPG dengan latar belakang pendidikan gizi. Apabila belum ada TPG
berlatar belakang pendidikan gizi, dapat dikerjakan oleh TPG yang bukan berlatar
belakang gizi, seperti sanitarian, perawat, bidan, atau tenaga kesehatan lainnya. Tenaga
Gizi Puskesmas sebagai penanggung jawab asuhan gizi sekaligus sebagai pelaksana
asuhan gizi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:
1) Mengkaji status gizi pasien/klien berdasarkan data rujukan
2) Melakukan anamnesis riwayat diet pasien/klien
3) Menerjemahkan rencana diet ke dalam bentuk makanan yang disesuaikan dengan
kebiasaan makan serta keperluan terapi
4) Memberikan penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada pasien, klien dan
keluarganya
5) Melakukan kunjungan keliling (visite) baik sendiri maupun bersama dengan Tim
Asuhan Gizi kepada pasien/klien
6) Memantau masalah yang berkaitan dengan asuhan gizi kepada pasien/ klien,
bersama dengan perawat
7) Mengevaluasi status gizi pasien/klien secara berkala, asupan makanan, dan bila
perlu melakukan perubahan diet pasien berdasarkan hasil diskusi dengan Tim
Asuhan Gizi Puskesmas
8) Mengkomunikasikan hasil terapi gizi dan memberikan saran kepada anggota Tim
Asuhan Gizi Puskesmas.

Tugas perbaikan gizi di Puskesmas merupakan tanggung jawab tenaga


gizi.
Apabila belum terdapat tenaga gizi maka pemenuhan kebutuhan tenaga
gizi di
Puskesmas dilakukan secara bertahap dan untuk sementara dapat
dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan lain yaitu perawat/bidan, dengan
pendidikan/pelatihan
khusus yang biasa diikuti

Sedangkan peran dan fungsi tenaga kesehatan lain berkaitan dengan pelayanan
gizi di Puskesmas adalah sebagai berikut:

a. Petugas Farmasi
1. Melaksanakan permintaan obat dan cairan parenteral berdasarkan resep
dokter.
2. Mendiskusikan keadaan atau hal-hal yang dianggap perlu dengantim,
termasuk interaksi obat dan kesehatan.
3. Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat dan cairan
parenteral oleh pasien/klien bersama perawat.
4. Jika perlu, menggantikan bentuk obat dari jenis yang sama sesuai dengan
persetujuan dokter.
5. Bersama dengan tenaga gizi melakukan pemantauan interaksi obat dan
makanan.

b. Analis Laboratorium dan Penata Rontgen


1. Melakukan pemeriksaan laborotarium rontgen sesuai permintaan dokter.
2. Bekerjasama dengan dokter dan perawat untuk pemeriksaan
laborotarium dan rontgen.
3. Bertanggung jawab pada hasil pemeriksaan laborotarium dan rontgen.
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Ruang Konseling Gizi


1. Lelak
Letak ruang konsultasi gizi berada pada bagian depan Puskesmas, area publik,
berdekatan dengan klinik-klinik lainnya yang mempunyai akses langsung dengan
lingkungan luar puskesmas.
2. Persyaratan Ruang
Persyaratan yang perlu diperhatikan pada ruang konsultasi gizi adalah sebagai
berikut:
a. Luas minimal ruangan konsultasi gizi adalah 3m x 2m.
b. Persyaratan komponen bangunan adalah sebagai berikut:
1) Atap: Atap harus kuat terhadap kemungkinan bencana (angina puting beliung,
gempa, dll), tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi tempat perindukan
vektor.
2) Langit-langit: langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah
dibersihkan, ketinggian langit-langit dari lantai minimal 2,8 m
3) Dinding: material dinding harus keras, rata, tidak berpori/ticlak berserat, tidak
menyebabkan silau, kedap air, mudah dibersihkan, dan ticlak ada sambungan
agar mudah dibersihkan.
4) Lantai: material lantai harus kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin,
warna terang, mudah dibersihkan.
5) Pintu dan Jendela: lebar bukaan pintu minimal 90 cm, bukaan jendela
diupayakan dapat dibuka secara maksimal.
Gambar 1. Contoh Layout Ruang Konsultasi Gizi di Puskesmas

CONTOH MODEL RUANG KONSULTASI GIZI DI PUSKESMAS


UKURAN 3 M X 2.5

3. Persyaratan Prasarana
a. Sanitasi
1. Pada ruangan konsultasi gizi sebaiknya disediakan 'wastafel' dengan debit air
mengalir yang cukup.
2. Dilengkapi pula dengan tempat sampah yang tertutup.
b. Ventilasi
1. Ventilasi harus cukup agar sirkulasi udara dalam ruangan tetap terjaga.
Jumlah bukaan ventilasi sebaiknya 15% terhadap jugalantai ruangan.
2. Arah bukaan ventilasi tidak boleh berdekatan dengan tempat pembuangan
sampah (TPS), toilet, dan sumber penularan lainnya.
c. Pencahayaan
1. Pada Siang hari sebaiknya menggunakan pencahayaan alami.
2. Intensitas cahaya cukup agar dapat melakukan pekerjaan dengan baik (200
lux).
d. Listrik
1. Tersedia kotak kontak yang aman untuk peralatan/perlengkapan dengan
jumlah +. 2 titik.
4. Persyaratan Peralatan/Perlengkapan
Peralatan/perlengkapan yang disediakan pada ruangan konsultasi gizi antara lain:
a) Meja
b) Kursi
c) Media KIE (poster, brosur makanan sehat sesuai kelompok umur, brosur diet
penyakit, dll)
d) Standar Makanan Diet, Standar Pemantauan Pertumbuhan Balita dan Anak, Tabel
IMT, dll
e) Food Model f) Daftar Bahan Penukar Makanan
f) Alat ukur antropometri (timbangan berat badan, microtoise,pita LILA, DII).
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN GIZI DI PUSKESMAS

Pelayanan Gizi Di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas. Pelayanan gizi
di Puskesmas dilakukan di dalam gedung dan di luar sebagaimana dijelaskan berikut ini.
A. PELAYANAN GIZI DI DALAM GEDUNG
1. Kegiatan Pelayanan Gizi di Dalam Gedung
Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari upaya promotif, preventif, dan
kuratif serta rehabilitatif yang dilakukan di dalam puskesmas.Kegiatan pelayanan gizi
di dalam gedung yaitu pelayanan gizi rawat jalan Berikut adalah uraian mengenai
pelayanan gizi di rawat jalan
Pelayanan Gizi Rawat Jalan
Pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi:
1) Pengkajian gizi
2) Penentuan diagnosis gizi
3) Intervensi gizi
4) Monitoring dan evaluasi asuhan gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat jalan diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh
tenaga kesehatan di Puskesmas untuk menetapkan pasien berisiko masalah gizi.
Apabila tenaga kesehatan menemukan pasien berisiko masalah gizi maka pasien akan
dirujuk untuk memperoleh asuhan gizi, dengan langkahlangkah sebagai berikut:
1) Pengkajian Gizi
Tujuan: mengidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebab melalui
pengumpulan, verifikasi dan interpretasi data secara sistematis. Kategori data
pengkajian gizi meliputi:
(a) Data Antropometri
Pengukuran Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai carameliputi
pengukuran Tinggi Badan (TB)/Panjang Badan (PB) dan Berat Badan (BB),
Lingkar Lengan Atas (LILA), Lingkar Kepala
(b) Data Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan Minis yang
berhubungan dengan gangguan gizi.Pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda
klien kekurangan gizi atau kelebihan gizi seperti rambut, otot, kulit, baggy
pants, penumpukan lemak dibagian tubuh tertentu, dll.
(c) Data Riwayat Gizi
Ada dua macam pengkajian data riwayat gizi pasien yang umum digunakan yaitu
secara pengkajian riwayat gizi kualitatif dan kuantitatif:
(1) Pengkajian riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk memperoleh
gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi
konsumsi makanan.
(2) Pengkajian gizi secara kuantitatif di lakukan untuk mendapatkan
gambaran asupan zat gizi sehari, dengan cara recall 24 jam, yang dapat
diukur dengan menggunakan bantuan food model.
(d) Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Data hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelainan biokimia darah terkait gizi dalam rangka mendukung diagnosis
penyakit serta menegakkan diagnosis gizi pasien/klien. Hasil pemeriksaan
laboratorium ini dilakukan juga untuk menentukan intervensi gizi dan
memonitor/mengevaluasi terapi gizi. Contoh data hasil pemeriksaan
laboratoriurn terkait gizi yang dapat digunakan misalnya kadar gula darah,
kolesterol, LDL, HDL, trigliserida, ureum, kreatinin, dll.
2) Penentuan Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat sementara sesuai dengan
respon pasien. Dalam melaksanakan asuhan gizi, tenaga gizi puskesmas
seharusnya bisa menegakkan diagnosis gizi secara mandiri tanpa meninggalkan
komunikasi dengan profesi lain di puskesmas dalam memberikan layanan.
Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya masalah gizi, faktor
penyebab, serta tanda dan gejala yang ditimbulkan. Untuk mengetahui ruang
lingkup diagnosis gizi dapat merujuk pada Buku Pedoman Proses Asuhan Gizi
Terstandar, Kementerian Kesehatan RI, 2014 atau di Buku Pedoman Asuhan Gizi
di Puskesmas, WHO dan Kementerian Kesehatan RI, 2011.
3) Pelaksanaan Intervensi Gizi
Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk
mengubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan
individu. Intervensi gizi dalam rangka pelayanan gizi rawat jalan meliputi:
a. Penentuan jenis diet sesuai dengan kebutuhan giziindividual. Jenis diet
disesuaikan dengan keadaan/penyakit serta kemampuan pasien/ klien untuk
menerima makanan dengan memperhatikan pedoman gizi seimbang (energi,
protein, lemak, karbohidrat vitamin, mineral, air, dan serat), faktor aktifitas,
faktor stres serta kebiasaan makan/pola makan. Kebutuhan gizi pasien
ditentukan berdasarkan status gizi, pemeriksaan klien, dan data laboratorium.
b. Edukasi Gizi
Edukasi gizi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
terkait perbaikan gizi dan kesehatan.
c. Konseling Gizi
Konseling yang diberikan sesuai kondisi pasien/klien meliputi konseling gizi
terkait penyakit, konseling ASI, konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak
(PMBA), konseling aktivitas fisik dan konseling faktor risiko Penyakit Tidak
Menular (PTM). Tujuan konseling adalah untuk mengubah perilaku dengan
cara meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai masalah gizi
yang dihadapi.
4) Monitoring dan Evaluasi Asuhan Gizi Rawat Jalan
Monitoring dan evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan,
keberhasilan pelaksanaan intervensi gizi pada pasien/klien dengan cara:
a) Menilai pemahaman dan kepatuhan pasien/klien terhadap intervensi gizi
b) Menentukan apakah intervensi yang dilaksanakan sesuai dengan rencana diet
yang telah ditetapkan
c) Mengindektifikasi hasil asuhan gizi yang positif maupun negatif
d) Menginformasikan yang menyebabkan tujuan intervensi gizi tidak tercapai
e) Menetapkan kesimpulan yang berbasis fakta Evaluasi hasil:
a. Membandingkan data hasil monitoring dengan tujuan rencana diet atau
standar rujukan untuk mengkaji perkembangan dan menentukan
tindakan selanjutnya.
b. Mengevaluasi dampak dari keseluruhan intervensi terhadap hasil
kesehatan pasien secara menyeluruh, meliputi perkembangan penyakit,
data hasil pemeriksaan laboratorium, dan status gizi. Hal-hal yang
dimonitoring dan dievaluasi dalam pelaksanaan asuhan gizi antara lain:
1. Perkembangan data antropometri
2. Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi
3. Perkembangan data fisik/klinis
4. Perkembangan data asupan makan
5. Perkembangan diagnosis gizi
6. Perubahan perilaku dan sikap
B. PELAYANAN GIZI DI LUAR GEDUNG
1. Kegiatan Pelayanan Gizi di Luar Gedung
Secara utuh kegiatan pelayanan gizi di luar gedung tidak sepenuhnya dilakukan hanya
di luar gedung, melainkan tahap perencanaan dilakukan di dalam gedung. Kegiatan
pelayanan gizi di luar gedung ditekankan ke arah promotif dan preventif serta
sasarannya adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Beberapa kegiatan
pelayanan gizi di luar gedung dalam rangka upaya perbaikan gizi yang dilaksanakan
oleh Puskesmas antara lain:
a. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi
1) Tujuan edukasi gizi adalah untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku
masyarakat mengacu pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dan sesuai dengan
risiko/masalah gizi.
2) Sasarannya adalah kelompok dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
3) Lokasi edukasi gizi antara lain: Posyandu, Pusling, Institusi Pendidikan,
Kegiatan Keagamaan, Kelas Ibu, Kelas Balita, Upaya Kesehatan Kerja
(UKK), dll.
4) Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam edukasi gizi disesuaikan dengan situasi
dan kondisi serta berkoordinasi dengan tim penyuluh diPuskesmas misalnya
tenaga promosi kesehatan, antara lain:
a) Merencanakan kegiatan edukasi di wilayah kerja Puskesmas.
b) Merencanakan materi edukasi yang akan disampaikan kepada masyarakat.
c) Memberikan pembinaan kepada kader agar mampu melakukan
pendidikan gizi di Posyandu dan masyarakat luas.
d) Memberikan pendidikan gizi secara langsung di UKBM, institusi
pendidikan, pertemuan keagamaan, dan pertemuan-pertemuan lainnya.
e) Menyusun laporan pelaksanaan pendidikan gizi di wilayah kerja
Puskesmas.
b. Konseling ASI Eksklusif dan PMBA
1) Tujuan konseling ASI Ekslusif dan PMBA adalah:
a) Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku, keluarga sehingga
bayi baru lahir segera diberikan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
danmeneruskan ASI Ekslusif sampai bayi berusia 6 bulan.
b) Sejak usia 6 bulan di samping meneruskan ASI mulai diperkenalkan
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
c) Meneruskan ASI dan MP-ASI sesuai kelompok umur sampai usia 24
bulan.
2) Sasaran konseling adalah ibu hamil dan atau keluarga dan ibu yang mempuyai
anak usia 0-24 bulan.
3) Lokasi konseling antara lain Posyandu, Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu),
terintegrasi dengan program lain dalam kegiatan kelas balita, kelas Ibu,
4) Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam konseling ini disesuaikan dengan situasi
dan kondisi antara lain: Merencanakan kegiatan konseling ASI dan PMBA di
wilayah kerja Puskesmas
a) Menyiapka materidan media konseling yang akan digunakan.
b) Melakukan pembinaan kepada tenaga kesehatan lain atau kader yang
ditunjuk untuk melaksanakan tugas konseling ASI dan PMBA.
c) Memberikan konseling kepada sasaran sesuai permasalahan
individualnya.
d) Materi konseling PMBA antara, lain:
(1) Makanan sehat selama hamil
(2) Inisiasi Menyesui Dini (IMD)
(3) ASI Ekslusif
(4) Makanan MP-ASI kepada bayi mulai usia 6 bulan dan terus
memberikan ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.
(5) Makanan sehat Ibu menyusui
e) Membuat laporan bulanan pelaksanaan konseling di wilayah kerja
Puskesmas.
c. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu
1) Tujuan kegiatan ini adalah untuk memantau status gizi Balita
menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) atau Buku KIA.
2) Sasaran kegiatan ini adalah kader Posyandu
3) Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di Posyandu
4) Fungsi tenaga gizi puskesmas antara lain:
a) Merencanakan kegiatan pemantauan pertumbuhan diwilayah kerja
Puskesmas
b) Memberikan pembinaan kepada kader posyandu agar mampu
melakukan pemantauan pertumbuhan di Posyandu.
c) Melakukan penimbangan
d) Membina kader dalam menyiapkan SKDN dan pelaporan
e) Menyusun laporan pelaksanaan pemantauan pertumbuhan di wilayah
kerja Puskesmas
f) Memberikan konfirmasi terhadap hasil pemantauan pertumbuhan.
d. Pengelolaan Pemberian Kapsul Vitamin A
1) Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan
pemberian vitamin A melalui pembinaan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan kekurangan
vitamin A dapat berjalan dengan baik
2) Sasaran: kegiatan ini antara lain bayi, balita, dan ibu nifas
3) Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di Posyandu
4) Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian
vitamin A antara lain:
a) Merencanakan kebutuhan vitamin A untuk bayi 6-11 bulan, anak usia
12-59 bulan, dan ibu nifas setiap tahun.
b) Memantau kegiatan pemberian vitamin A di wilayah kerja Puskesmas
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lain.
c) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi vitamin A di wilayah kerja
Puskesmas.
5) Ketentuan dalam, pemberian vitamin A:
a) Bayi 6-11 bulan diberikan vitamin A 100.000 Sl warna biru, diberikan
dua kali setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus
b) Balita 12-59 bulan diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI warna
merah, diberikan dua kali setahun yaitu pada bulan Februari dan
Agustus
c) Bayi dan Balita Sakit Bayi usia 6-11 bulan dan balita usia 12-59 bulan
yang sedang menderita campak, diare, gizi buruk, xeroftalmia,
diberikan vitamin A dengan dosis sesuai umur
d) Ibu nifas (0-42 hari)
Pada ibu nifas diberikan 2 kapsul merah dosis 200.000 SI, 1 kapsul
segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam berikutnya.
e. Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Ibu Hamil dan Ibu
Nifas
1) Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan pemberian TTD
untuk kelompok masyarakat yang rawan menderita anemia gizi besi yaitu
Ibu Hamil melalui pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan
pemantauan sehingga kegiatan pencegahan anemia gizi besi.
2) Sasaran kegiatan ini adalah Ibu hamil dan ibu nifas
3) Lokasi: di tempat praktek bidan, Posyandu.
4) Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian
TTD antara lain:
a) Merencanakan kebutuhan TTD untuk kelompok sasaran selama satu
tahun.
b) Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja
puskesmas.
c) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja
Puskesmas.
d) Ketentuan dalam pemberian TTD untuk Ibu hamil dan ibu nifas:
(1) Pencegahan 1 tablet/hari sejak awal kehamilan dan dilanjutkan
sampai masa nifas
(2) Pengobatan 2 tablet/hari sampai kadar Hb Normal
f. Edukasi Dalam Rangka Pencegahan Anemia pada Remaja
1) Putri dan WUS 1) Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan
program pencegahan anemia gizi besi pada kelompok sasaran
2) Sasaran kegiatan ini adalah Remaja putri, WUS
3) Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).
4) Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian
TTD antara lain:
a) Memberikan pendidikan gizi agar remaja putri dan WUS
mengonsumsi TTD secara mandiri.
b) Apabila di suatu daerah prevalensi anemia ibu hamil > 20% maka
tenaga gizi puskesmas merencanakan kebutuhan TTD untuk
remaja putri dan WUS dan melakukan pemberian TTD kepada
kelompok sasaran.
c) Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja
Puskesmas.
d) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja
Puskesmas.
e) Ketentuan dalam pemberian TTD untuk Remaja Putri dan WUS
(1) Pencegahan: 1 tablet/hari selama haid dan 1 tablet/minggu
(2) Pengobatan: 1 tablet/hari sampai kadar Hb Normal

g. Pengelolaan Pemberian MP-ASI dan PMT-Pemulihan


1) MP-ASI
MP-ASI Bufferstock adalah MP-ASI pabrikan yang disiapkan oleh
Kementerian Kesehatan RI dalam rangka pencegahan dan
penanggulangan gizi terutama di daerah rawan gizi/keadaan darurat
bencana. MP-ASI Bufferstock didistribusikan secara bertingkat. Tenaga
gizi puskesmas akan mendistribusikan kepada masyarakat. Sasaran MP-
ASI Buffer Stok: balita 6-24 bulan yang terkena bencana MP-ASI Lokal
adalah MP-ASI yang dibuat dari makanan lokal setempat dalam rangka
untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan tenaga kesehatan. MP-
ASI lokal dapat dialokasikan dari dana Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK), dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) atau dana
lain sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sasaran MP-ASI lokal: balita
gizi kurang 6-24 bulan. Tugas tenaga gizi puskesmas dalam hal ini adalah:
a) Merencanakan menu MP-ASI lokal
b) Mengadakan bahan MP-ASI lokal
c) Mengolah MP-ASI lokal dibantu oleh kader
d) Mendistribusikan kepada sasaran dibantu oleh kader
2) PMT Pemulihan
a) Sasaran: balita gizi kurang, balita pasca perawatan gizi buruk, ibu
hamil KEK (Kurang Energi Kronik).
b) PMT Pemulihan untuk balita, gizi kurang adalah makanan ringan
padat gizi dengan kandungan 350--400 kalori energi dan 10-15 gram
protein.
c) PMT bumil KEK Bufferstock diberikan dalam bentuk makanan padat
gizi dengan kandungan 500 kalori energi dan 15 gram protein.
d) Lama pemberian PMT Pemulihan untuk balita dan Ibu Hamil KEK
e) adalah 90 hari makan anak (HMA) dan 90 hari makan bumil (HMB).
Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam manajemen pemberian MP-ASI
dan PMT-Bumil KEK antara lain:
(1) Merencanakan kebutuhan MP-ASI dan PMT Bumil KEK untuk
sasaran selama satu tahun.
(2) Memantau kegiatan pemberian MP-ASI dan PMT Bumil KEK, di
wilayah kerja Puskesmas.
(3) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi MP-ASI dan PMT
Bumil KEK wilayah kerja Puskesmas.
h. Surveilens Gizi
Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data
yang dilakukan secara terus menerus, penyajian serta diseminasi informasi
bagi Kepala Puskesmas serta Lintas Program dan Lintas Sektor terkait di
tingkat kecamatan. Informasi dari kegiatan surveilans gizi dimanfaatkan untuk
melakukan tindakan segera maupun untuk perencanaan program jangka
pendek, menengah, maupun jangka panjang. Sebagai acuan bagi petugas gizi
puskesmas dalam melakukan surveilans gizi bisa menggunakan buku
Surveilans Gizi, Kementerian Kesehatan RI, 2014.
1) Tujuan:
a) Tersedianya informasi berkala dan terus menerus tentang besaran
masalah gizi dan perkembangan di masyarakat.
b) Tersedianya informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui
penyebab masalah gizi dan faktor-faktor terkait
c) Tersedianya informasi kecenderungan masalah gizi di suatu daerah
d) Menyediakan informasi intervensi yang paling tepat untuk dilakukan
(bentuk, sasaran, dan tempat)
2) Lingkup data surveilans gizi antara lain:
a) Data status gizi
b) Data konsurnsi makanan
c) Data cakupan program gizi
3) Sasaran: bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu
menyusui, pekerja serta lansia.
4) Dalam pelaksanaan surveilans gizi, tenaga gizi puskesmas berkoordinasi
dengan tenaga surveilans di Puskesmas dengan fungsi antara lain:
a) Merencanakan surveilans mulai dari lokasi, metode/cara melakukan, dan
penggunanaan data
b) Melakukan surveilans gizi meliputi mengumpulkan data, mengolah data,
menganalisa data, melaksanakan diseminasi informasi
c) Membina kader posyandu dalam pencatatan dan pelaporan kegiatan gizi
di posyandu
d) Melaksanakan intervensi gizi yang tepat
e) Membuat laporan surveilans gizi
5) Contoh Kegiatan dalam Survilans Gizi antara lain:
a) Pemantauan Status Gizi (PSG)
(1) Tujuan mengetahui status gizi masyarakat sebagai bahan
perencanaan
(2) Sasaran disesuaikan dengan kebutuhan setempat (bayi, balita, anak
usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu menyusui, pekerja serta
lansia.)
b) Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
(1) Tujuan:
 Tersedianya informasi secara terus menerus, cepat, tepat dan
akurat sebagai dasar penentuan tindakan dalam upaya untuk
pencegahan dan penanggulangan masalah gizi
 Memantau situasi pangan dan gizi antar desa/kelurahan dalam 1
kecamatan
(2) Sasaran: Lintas program dan lintas sektor di tingkat kecamatan di
wilayah kerja Puskesmas.
c) Sistem Kewaspadaan Dini - Kejadian Luar Biasa/SKD-KLB Gizi Buruk
(1) Tujuan: mengantisipasi kejadian luar biasa gizi buruk di suatu
wilayah pada kurun waktu tertentu
(2) Sasaran: balita dan keluarganya, posyandu
d) Pemantauan Konsumsi Garam beriodiurn di rumah tangga
(1) Tujuan :
✓ memperoleh gambaran berkala tentang cakupan konsumsi garam
beriodium yang memenuhi syarat di masyarakat. Dilaksananakan
setiap satu tahun sekali.
(2) Sasaran : rumah tangga
i. Pembinaan Gizi di Institusi
Pembinaan Gizi di Sekolah
1) Tujuan kegiatan ini adalah memperbaiki status gizi anak sekolah
2) Sasaran kegiatan ini adalah peserta didik PAUD, Taman Kanak-kanak
TK, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA Pondok Pesantren, dan sederajat.
3) Bentuk-bentuk kegiatan perbaikan gizi di sekolah
a) Edukasi gizi (penyuluhan)
b) Penjaringan status gizi di sekolah
c) Pemberdayaan peserta didik sebagai dokter kecil/Kader Kesehatan
Remaja (KKR)
d) Pengawasan dan pembinaan pengelola kantin sehat
4) Fungsi tenaga gizi puskesmas bersama dengan tim UKS
a) Mengkoordinir dan atau melakukan edukasi gizi di sekolah.
b) Menapis status gizi anak sekolah.
c) Mengkoordinir pemantauan dan intervensi terhadap status gizi anak
di sekolah.
d) Menjalin kerjasama dengan sekolah dalam pemberdayaan peserta
didik sebagai dokter kecil/Kader Kesehatan Remaja (KKR).
e) Menjalin kerjasama dengan sekolah dalam membina kantin sekolah.
f) Membuat laporan program perbaika laporan program perbaikan gizi
di sekolah
j. Kerjasama lintas sektor dan lintas program
1) Tujuan: meningkatkan pencapaian indikator perbaikan gizi di tingkat
puskesmas melalui kerjasama lintas sektor dan lintas program
2) Sasaran: seksi pemberdayaan masyarakat kantor camat, Penyuluh
Pertanian Lapangan, juru penerang kecamatan, TP PKK, Dinas
Pendidikan, Kepala Desa/Kelurahan, program KIA, bidan koordinator.
tenaga sanitarian, tenaga promosi kesehatan, perawat, sanitarian, juru
imunisasi, dan lain-lain.
3) Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam kerjasama lintas sektor dan lintas
program adalah:
a) Merencanakan kegiatan sensitif yang memerlukan kerjasama
b) Mengidentifikasi sektor dan program yang perlu kerjasama
c) Melakukan pertemuan untuk menggalang komitmen kerjasama
d) Melakukan koordinasi dalam menentukan indicator indikator
keberhasilan kerjasama
e) Mengkoordinasikan pelaksanaan kerjasama
f) Membuat laporan hasil kerjasama

2. Alur Pelayanan Gizi Di Luar Gedung


Penanganan masalah gizi memerlukan pendekatan yang komprehensif (promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif). Pelaksanaan pelayanan gizi luar gedung
bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektor terkait. Alur pelayanan gizi
luar gedung disesuaikan dengan jenis kegiatan, sasaran dan keadaan wilayah
setempat.
Mekanisme Rujukan
Alur mekanisme rujukan di Puskesmas adalah sebagai berikut:
Keterangan:
1. Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Puskesmas Keliling (Pusling) merupakan
unit struktural di bawah Puskesmas Induk.
2. Posyandu dan poksila adalah Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM).
3. Puskesmas dapat menerima pasien rujukan langsung yang dating dari
Posyandu, Pustu dan Poksila
4. Apabila Puskesmas tidak mampu merawat pasien karena keterbatasan jenis dan
fasilitas pelayanan, maka pasien dapat dirujukke fasilitas pelayanan kesehatan
yang lebih tinggi yaitu Rumah Sakit. Pada kondisi Gawat Darurat Puskesmas
berfungsi menstabilisasi pasien yang gawat sebelum dirujuk ke Rumah Sakit.
5. Rumah Sakit akan merujuk kembali pasien yang telah selesai mendapatkan
perawatan ke Puskesmas. Mekanisme seperti ini disebut rujuk balik. Tujuannya
agar pasien dapat dipantau perkembangan kesembuhannya oleh tenaga
kesehatan di Puskesmas yang bertanggung jawab di wilayah rumahnya.
Pencatatan, pelaporan, monitoring dan evaluasi dilaksanakan di Puskesmas, data dan
informasi dari hasil pencatatan diolah dan dianalisa serta dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/kota.
BAB V
LOGISTIK

A. PENCATATAN DAN PELAPORAN


Pencatatan dan pelaporan untuk mendokumentasikan pelayanan gizi di dalam dan di luar
gedung menggunakan instrumen antara lain:
1. Buku Register Pasien
2. Rekap jumlah pasien yang mendapat konseling
3. F3/Gizi (Rekapitulasi data gizi dari Puskesmas)
4. Pelaporan ASI Ekslusif
5. Pelaporan BGM
6. Pelaporan Garam Beriodium di Rumah Tangga
7. Pelaporan Status Gizi anak Pra Sekolah/ TK
8. Pelaporan Status gizi anak SD

B. MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN


Kegiatan yang dimonitor adalah kegiatan pelayanan gizi baik di dalam maupun di luar
gedung.Cara melakukan monitoring dan evaluasi perlu memperhatikan jenis dan waktu
kegiatan yang dilaksanakan. Dari sisi jenis kegiatan, dapat dibedakan antara monitoring
di dalam gedung dan luar gedung.
1. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan di Dalam Gedung
Kegiatan yang dimonitor dan dievaluasi:
a. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi
1) Frekuensi edukasi yang direncanakan diselenggarakan di Puskesmas per
bulan, triwulan, semester, tahun.
2) Frekuensi edukasi yang dilaksanakan di Puskesmas per bulan, triwulan,
semester, tahun.
3) Jenis Materi Penyuluhan yang diberikan
b. Konseling
1) Data jumlah rujukan permintaan konseling 2) Data jumlah pasien/klien yang
mendapatkan konseling.
2) Monitoring dan Evaluasi Kegiatan di Luar Gedung
2. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan di Luar Gedung
Kegiatan yang dimonitor dan dievaluasi:
a. Penyuluhan Gizi
1) Frekuensi penyuluhan gizi yang direncanakan diselenggarakan di luar
Puskesmas per bulan dan per tahun.
2) Frekuensi penyuluhan gizi yang dilaksanakan di luar Puskesmas per bulan
dan per tahun.
3) Materi penyuluhan yang diberikan per bulan dan per tahun.

b. Konseling
1) Data jumlah rujukan permintaan konseling per bulan dan per tahun
2) Data jumlah pasien/klien yang mendapatkan konseling gizi per bulan dan per
tahun.
c. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu
1) Data SKDN yang meliputi jumlah balita yang ada (S), jumlah balita yang
punya KMS (K), jumlah balita yang ditimbang (D), jumlah balita yang naik
berat badannya (N) per bulan
2) Persentase D/S dan N/D per bulan
3) Jumlah balita BGM dan 2T per bulan
4) Jumlah balita BGM dan 2T yang dirujuk per bulan
d. Pemberian Kapsul Vitamin A
1) Data jumlah sasaran yang seharusnya mendapat vitamin A
2) Data jumlah sasaran yang telah mendapatkan vitamin A

e. Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil


1) Data jumlah sasaran yang seharusnya mendapat TTD
2) Data jumlah sasaran yang telah mendapatkan TTD

f. Pengelolaan MP-ASI, PMT-Pemulihan


1) Data jumlah sasaran yang seharusnya mendapat MP-ASI, PMT-Pemullham
2) Data jumlah sasaran yang telah mendapatkan mendapat MP ASI,
PMTPemulihan
g. Pembinaan Gizi Institusi
1) Data jumlah edukasi gizi yang direncanakan per bulan dan per tahun Institusi
diluar Puskesmas
2) Data jumlah edukasi gizi yang dilaksanakan per bulan dan per tahun di
Institusi diluar Puskesmas

h. Surveilans Gizi
1) Jenis kegiatan surveilans yang perlu dilakukan Puskesmas
2) Jenis kegiatan surveilans yang telah dilakukan Puskesmas

i. Kerjasama Lintas sektor dan Lintas Program


1) Jumlah rencana rapat LP/LS per bulan dan per tahun
2) Jumlah realisasi rapat LPILS per bulan dan per tahun
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan nelayanan Gizi perlu diperhatikan
keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang
dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus
dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam pencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan Gizi perlu diperhatikan keselamatan
kerja karyawan puskesmas dan lintas sector terkait dengan melakukan identifikasi resiko
terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan terhadap keselamatan kerja harus dilakukan tiap-tiap kegiatan yang akan
dilaksanakan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan kegiatan Gizi dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator
sebagai berikut:

1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal


2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metode yang digunakan
4. Tercapainya indikator Gizi

Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap tiga bulanan.
BAB IX

PENUTUP

penyusunan buku pedoman Pelayanan Gizi Puskesmas di Puskesmas Ciparay DTP telah
dilakukan melalui serangkaian kegiatan melibatkan lintas sektor dan lintas program terkait.
Buku ini akan menjadi pelengkap dari berbagai buku petunjuk tehnis sesuai dengan jenis
pelayanan gizi yang diberikan. Buku ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi tenaga
gizi puskesmas dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan gizi dipuskesmas.

Anda mungkin juga menyukai