Sumber energi merupakan tempat muncul atau timbulnya energi yang dapat dimanfaatkan untuk
kehidupan manusia dipermukaan bumi. Sumber energi dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Berasal dari bumi (terresterial),
2. Berasal dari luar bumi (extra terresterial),
3. Berdasarkan sifatnya.
Sumber energi dari bumi dapat dikategorikan jenis renewable atau non-depleted dan non-
renewable atau depleted energy. Sumber energi yang renewable atau dapat didaur ulang,
misalnya kayu, biomassa, biogas. Sumber energi dari luar bumi bersifat tidak habis atau non-
depleted energy resource, misalnya energi surya dan energi sinar kosmis. Sedangkan energi yang
sifatnya tidak bisa diperbaharui atau dapat habis (non-renewable atau depleted energy) adalah
minyak bumi (mineral), batubara, dan gas alam.
Sumber-sumber energi yang dapat habis dan langka daur ulang yang berasal dari bumi
(terresterial) adalah sumber-sumber energi konvesional yang pada umumnya merupakan energi
tambang atau energi fosil yang berasal dari perut bumi, seperti minyak bumi, gas, batu bara, dan
energi nuklir.
1) Sumber energi fosil
Energi fosil tersimpan dalam bentuk bahan bakar minyak, batu bara, dan gas. Bahan
bakar ini berasal dari fosil-fosil yang telah terbenam dalam perut bumi miliyaran tahun yang
silam, ada yang mengatakan minyak dan gas berasal dari fosil-fosil binatang laut dan binatang
darat, sedangkan batu bara dari fosil-fosil kayu-kayu. Bahan bakar fosil ini diperoleh dengan
jalan menambang dari dalam perut bumi, minyak dan gas melalui pengeboran, sedangkan batu
bara diperoleh melalui pengalian permukaan atau dalam tanah.
Bahan bakar minyak diperkirakan akan habis pada akhir abad ke XXI. Gas alam
diprediksi oleh para ahli akan habis kurang lebih 100 tahun lagi, sedangkan cadangan batu bara
akan habis lebih kurang 200 sampai 300 tahun yang akan datang. Ketiga jenis bahan bakar fosil
tersebut dikategorikan sebagai energi yang kurang akrab lingkungan karena kadar polusinya
cukup tinggi. Kadar CO2 semakin meningkat akhir-akhir ini, menyebabkan suhu udara menjadi
meningkat, mengakibatkan sebagian es di kutub mencair dan tinggi permukaan laut terus
meningkat yang lambat laun akan mengakibatkan banjir besar di kota-kota yang berada di tepi
pantai di seluruh dunia.
2) Sumber energi nuklir
Sumber energi ini merupakan sumber energi hasil tambang lainnya yang termasuk jenis
logam non-ferro. Energi nuklir dapat dibudidayakan melalui proses fisi dan fusi. Energi nuklir
walaupun bersih, tetapi mengandung resiko bahaya radiasi yang dapat mematikan sehingga
pengelolaannya harus ekstra hati-hati dan juga memelukan modal yang besar untuk investasi
awal.
Energi Konvensional
Energi konvensional yaitu minyak, gas dan batu bara disebut juga energi fosil karena
ketiga energi ini berasal dari bangkai-bangkai organisme dan tumbuh-tumbuhan yang tertimbun
selama ratusan juta tahun yang lalu, serta tidak dapat diperbarui. Contoh : bahan bakar minyak
(BBM), gas alam.
Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa, adalah bahan bakar fosil
berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana CH4). Ia dapat ditemukan di ladang minyak,
ladang gas bumi dan juga tambang batu bara. Ketika gas yang kaya dengan metana diproduksi
melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil, maka ia
disebut biogas. Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat pembuangan akhir
sampah, serta penampungan kotoran manusia dan hewan.
Secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas 3 kelompok yaitu :
Gas alam sebagai bahan bakar, antara lain sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik
Tenaga Gas/Uap, bahan bakar industri ringan, menengah dan berat, bahan bakar
kendaraan bermotor (BBG/NGV), sebagai gas kota untuk kebutuhan rumah tangga hotel,
restoran dan sebagainya.
Gas alam sebagai bahan baku, antara lain bahan baku pabrik pupuk, petrokimia, metanol,
bahan baku plastik (LDPE = low density polyethylene, LLDPE = linear low density
polyethylene, HDPE = high density polyethylen, PE= poly ethylene, PVC=poly vinyl
chloride, C3 dan C4-nya untuk LPG, CO2-nya untuk soft drink, dry ice pengawet
makanan, hujan buatan, industri besi tuang, pengelasan dan bahan pemadam api ringan.
Gas alam sebagai komoditas energi untuk ekspor, yakni Liquefied Natural Gas (LNG.
Batu bara atau batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya
adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah
sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri
dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks
yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.
Analisa unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan
C240H90O4NS untuk antrasit.
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan
waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit
dan gambut.
Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik,
mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya.
Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi
sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75%
dari beratnya.
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.
Potensi sumberdaya batu bara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau
Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batu bara
walaupun dalam jumlah kecil dan belum dapat ditentukan keekonomisannya, seperti di Jawa
Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi.
Di Indonesia, batu bara merupakan bahan bakar utama selain solar (diesel fuel) yang telah
umum digunakan pada banyak industri, dari segi ekonomis batu bara jauh lebih hemat
dibandingkan solar, dengan perbandingan sebagai berikut: Solar Rp 0,74/kilokalori sedangkan
batu bara hanya Rp 0,09/kilokalori, (berdasarkan harga solar industri Rp. 6.200/liter).
Dari segi kuantitas batu bara termasuk cadangan energi fosil terpenting bagi Indonesia.
Jumlahnya sangat berlimpah, mencapai puluhan milyar ton. Jumlah ini sebenarnya cukup untuk
memasok kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun ke depan. Sayangnya, Indonesia tidak
mungkin membakar habis batu bara dan mengubahnya menjadi energis listrik melalui PLTU.
Selain mengotori lingkungan melalui polutan CO2, SO2, NOx dan CxHy cara ini dinilai kurang
efisien dan kurang memberi nilai tambah tinggi.
Batu bara sebaiknya tidak langsung dibakar, akan lebih bermakna dan efisien jika
dikonversi menjadi migas sintetis, atau bahan petrokimia lain yang bernilai ekonomi tinggi. Dua
cara yang dipertimbangkan dalam hal ini adalah likuifikasi (pencairan) dan gasifikasi
(penyubliman) batu bara.
Membakar batu bara secara langsung (direct burning) telah dikembangkan teknologinya
secara continue, yang bertujuan untuk mencapai efisiensi pembakaran yang maksimum, cara-
cara pembakaran langsung seperti: fixed grate, chain grate, fluidized bed, pulverized, dan lain-
lain, masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahannya.