Anda di halaman 1dari 25

BAB I

MENENTUKAN LETAK TITIK KOORDINAT


1.1 Tujuan
1. Menentukan lokasi BTS baru di daerah seputar dari tower existing di Polinema
2. Menitik koordinat lokasi tower existing Polinema dan lokasi BTS baru (New Site)
1.2 Alat dan Bahan
1. GPS
2. Kompas
3. Kamera
4. Software google earth
1.3 Dasar Teori
1.3.1 Global Positioning Sistem
GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan
posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk
memberikan posisi dan kecepatan tiga-dimensi serta informasi mengenai waktu, secara
kontinyu di seluruh dunia tanpa bergantung waktu dan cuaca, bagi banyak orang secara
simultan.

Saat ini GPS sudah banyak digunakan orang di seluruh dunia dalam berbagai
bidang aplikasi yang menuntut informasi tentang posisi, kecepatan, percepatan ataupun
waktu yang teliti. GPS dapat memberikan informasi posisi dengan ketelitian bervariasi
dari beberapa millimeter (orde nol) sampai dengan puluhan meter. GPS didesain untuk
memberikan informasi posisi, Kecepatan dan waktu.

Gambar 1.1. GPS

1
Pada dasarnya GPS terdiri atas 3 segmen utama, yaitu:
1. Segmen angkasa (space segment)
Terdiri dari 24 satelit yang terbagi dalam 6 orbit dengan inklinasi 55° dan ketinggian
20200 km dan periode orbit 11 jam 58 menit.
2. Segmen sistem control (control system segment)
Mempunyai tanggung jawab untuk memantau satelit GPS supaya satelit GPS dapat
tetap berfungsi dengan tepat. Misalnya untuk sinkronisasi waktu, prediksi orbit dan
monitoring “kesehatan” satelit.
3. Segmen pemakai (user segment)
Segmen pemakai merupakan pengguna, baik di darat, laut maupun udara, yang
menggunakan receiver GPS untuk mendapatkan sinyal GPS sehingga dapat
menghitung posisi, kecepatan, waktu dan parameter lainnya.
Kemampuan GPS
Beberapa kemampuan GPS antara lain dapat memberikan informasi tentang posisi,
kecepatan, dan waktu secara cepat, akurat, murah, dimana saja di bumi ini tanpa tergantung
cuaca. Hal yang perlu dicatat bahwa GPS adalah satu-satunya sistem navigasi ataupun sistem
penentuan posisi dalam beberapa abad ini yang memiliki kemampuan handal seperti itu.
Ketelitian dari GPS dapat mencapai beberapa mm untuk ketelitian posisinya, beberapa cm/s
untuk ketelitian kecepatannya dan beberapa nanodetik untuk ketelitian waktunya. Ketelitian
posisi yang diperoleh akan tergantung pada beberapa faktor yaitu metode penentuan posisi,
geometri satelit, tingkat ketelitian data, dan metode pengolahan datanya.
Metode Penentuan Posisi dengan GPS
Pada dasarnya konsep penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi (pengikatan ke
belakang) dengan jarak, yaitu dengan pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit
GPS yang koordinatnya telah diketahui. Posisi yang diberikan oleh GPS adalah posisi 3
dimensi (x,y,z atau j,l,h) yang dinyatakan dalam datum WGS (World Geodetic System) 1984,
sedangkan inggi yang diperoleh adalah tinggi ellipsoid.
Adapun pengelompokan metode penentuan posisi dengan GPS berdasarkan mekanisme
pengaplikasiannya dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 1.1).

2
Tabel 1.1 Metode Penentuan Posisi dengan GPS

1.3.2 Kompas
Kompas adalah alat navigasi untuk menentukan arah berupa sebuah panah
penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi
secara akurat. Kompas memberikan rujukan arah tertentu, sehingga sangat membantu
dalam bidang navigasi. Arah mata angin yang ditunjuknya adalah utara, selatan, timur,
dan barat. Apabila digunakan bersama-sama dengan jam dan sekstan, maka kompas akan
lebih akurat dalam menunjukkan arah. Alat ini membantu perkembangan perdagangan
maritim dengan membuat perjalanan jauh lebih aman dan efisien dibandingkan saat
manusia masih berpedoman pada kedudukan bintang untuk menentukan arah.
Penemuan bahwa jarum magnetik selalu mengarah ke utara dan selatan terjadi di
Cina dan diuraikan dalam buku Loven Heng. Di abad kesembilan, orang Cina telah
mengembangkan kompas berupa jarum yang mengambang dan jarum yang
berputar.Pelaut Persia memperoleh kompas dari orang Cina dan kemudian
memperdagangkannya. Tetapi baru pada tahun 1877 orang Inggris, William Thomson,
1st Baron Kelvin(Lord Kelvin) membuat kompas yang dapat diterima oleh semua negara.
Dengan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang timbul dari deviasi magnetik karena
meningkatnya penggunaan besi dalam arsitektur kapal.
Alat apa pun yang memiliki batang atau jarum magnetis yang bebas bergerak
menunjuk arah utara magnetis dari magnetosfer sebuah planet sudah bisa dianggap
sebagai kompas. Kompas jam adalah kompas yang dilengkapi dengan jam matahari.
Kompas variasi adalah alat khusus berstruktur rapuh yang digunakan dengan cara

3
mengamati variasi pergerakan jarum. Girokompas digunakan untuk menentukan utara
sejati.
Lokasi magnet di Kutub Utara selalu bergeser dari masa ke masa. Penelitian
terakhir yang dilakukan oleh The Geological Survey of Canada melaporkan bahwa posisi
magnet ini bergerak kira-kira 40 km per tahun ke arah barat laut.

Gambar 1.2. Kompas


Jenis kompas
Kompas dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kompas analog dan kompas digital.
1. Kompas analog
Kompas analog adalah kompas yang biasa kita lihat dalam kehidupan sehari-
hari. Misalnya saja kompas yang dipakai ketika acara pramuka. Sedangkan kompas
digital merupakan kompas yang telah menggunakan proses digitalisasi. Dengan kata
lain cara kerja kompas ini menggunakan komputerisasi.
2. Kompas digital
Diciptakannya kompas digital bertujuan untuk melengkapi kebutuhan robotika
yang semakin canggih. Dunia robotika ini sangat membutuhkan alat navigasi yang
efektif dan efisien. Sementara itu alat sistem navigasi yang tersedia di pasaran harganya
mahal. Sedangkan kompas sendiri merupakan sebuah alat sistem navigasi yang efektif
dengan harga lebih murah. oleh karena itu kompas digital diharapkan bisa
mensubstitusi alat sistem navigasi pada robot.
Google Earth

Gambar 1.3. Tampilan Google Earth

4
Google Earth adalah sebuah aplikasi peta online yang dapat didownload yang terdiri
dari citra satelit dan peta yang memungkinkan kita untuk melihat lokasi di seluruh dunia
ini,selain itu memberikan kita kekuatan untuk menelusuri semua lokasi dibumi ini langsung
dari desktop.
Semua hal-hal yang luar biasa disajikan kepada pengguna dalam antarmuka yang
sederhana dan bersih, dengan bumi tepat di tengah.Pengguna dengan mudah dapat
memperbesar, memperkecil atau bergerak di sekitar hanya menggunakan mouse, tapi juga
dapat memasukkan lokasi tertentu di kotak pencarian di sebelah kiri untuk melompat langsung
ke sana.
Ini hanya masalah waktu sampai kita terbiasa dengan Google Earth dan semakin kita
menemukan, semakin mudah untuk menikmati fungsi yang kuat dari software ini.
Selain citra ini mengesankan, aplikasi ini juga dilengkapi dengan video Flash dalam
balon tanda letak dan juga dengan alat-alat khusus untuk mencari restoran, taman dan lainnya
kepentingan cepat dan mudah.
Kita selalu dapat menikmati pemandangan 3D yang besar dengan bantuan terutama
bangunan yang dibuat di beberapa kota yang paling populer di dunia, sementara pada saat yang
sama kita dapat menyimpan dan berbagi lokasi favorit kita hanya dengan satu klik. Google
Earth tetap menjadi salah satu aplikasi yang paling menarik yang pernah dibuat.
1.4 Langkah Survey
1. Mencari nilai koordinat site lama/tower existing (Lab Telekomunikasi).
2. Menentukan arah lokasi BTS baru/new site menuju tower existing
3. Mencari lokasi yang berkembang sehingga membutuhkan catuan telepon
(berdasarkan kebutuhan demand) untuk masing-masing kelompok dengan lokasi
yang berbeda.
4. Tentukan titik dimana BTS baru akan dibangun dengan pertimbangan :
 Berdekatan dengan catu daya.
 Akses jalan ke lokasi tidak sulit
 Pilih tempat yang lebih tinggi
 Ada legalisasi tempat dan lingkungan
 Mengecek frekuensi yang ada di lokasi baru
 Space tower dan shelter
5. Ambil foto panorama pada BTS existing 3600 masing-masing per 300.
6. Menghitung jarak lokasi BTS existing ke lokasi BTS baru dan catat koordinatnya.

5
7. Ambil foto paronama pada BTS baru (New Site).
8. Mendata antenna yang terpasang di lokasi existing/tower di Polinema
9. Menggambar guide map dan site map masing-masing lokasi.
10. Menentukan titik far end lokasi tujuan baik lokasi lama maupun lokasi baru.
11. Menggambar sketsa penempatan kabel yang terdiri dari kabel feeder dan kabel
grounding.
12. Mengestimasi panjang kabel feeder dan grounding yang dibutihkan pada proses
instalasi alat.
13. Membuat sketsa penempatan alat di ruang telah ditentukan.
14. Jika terdapat tower existing di masing-masing tempat perlu didata antenna yang
telah terpasang di tower beserta frekuensi kerjanya.

6
1.5 Hasil Survey (Terlampir di Visio)
1.6 Analisa Hasil Survey
1.6.1 Tampak Tower di POLINEMA dari lokasi SITE baru (far end) (terlampir di visio)
1.6.2 Peta dari Google Earth

- Jarak antara Tower POLINEMA dan Site Baru adalah 5,33 km


-
Azimuth A ke B : 122,24o
-
Azimuth B ke A : 302,24o
1.7 Kesimpulan
1. Lokasi BTS baru ditemukan di daerah Jl. Terusan Sulfat RT 4. RW.6 Kec. Blimbing
Kota Malang.
2. Koordinat lokasi tower existing di Polinema 7°56’41’’ S ; 112°36’53’’ E dan koordinat
di lokasi BTS baru yaitu 7°57’29’’ S ; 112°38’10’’ E

7
BAB II
PERHITUNGAN LINTASAN (PATH PROFILE)
2.1 Tujuan
1. Mengetahui halangan sepanjang LOS (Line Of Sight) dan mengetahui tinggi tower
serta antenna pada new site.
2. Menghitung besaran Fresnel Zone.
3. Menghitung tinggi antenna yang dibutuhkan di masing-masing lokasi.
4. Menentukan tinggi tower yang diperlukan.
2.2 Alat dan Bahan
1. Software Google Earth
2. Laptop
3. Path Profile
2.3 Dasar Teori
Pada teknik gelombang mikro, suatu hubungan komunikasi disebut Line of Sight
(LOS), jika antara antena pengirim dan penerima dapat saling “melihat” tanpa adanya
penghalang pada lintasan pada batas-batas tertentu. Parameter-parameter dalam propagasi
line of sight antara lain: panjang lintasan, faktor k, tinggi tonjolan bumi, daerah Fresnel,
tinggi penghalang dan tinggi penghalang tambahan.

Gambar 2.1 Komunikasi Line Of Sight (LOS)


Dimana:
Ta1 = tinggi antena stasiun pemancar (m)
Ta2 = tinggi antena stasiun penerima (m)
Ap1 = altitude stasiun pemancar (m)
Ap2 = altitude stasiun penerima (m)
C = clearance (m)
P1 = tinggi penghalang (m)
k = faktor kelengkungan bumi

8
d1 = jarak penghalang ke pemancar (m)
d2 = jarak penghalang ke penerima (m)
Panjang lintasan
Panjang lintasan merupakan jarak antara antenna pemancar dengan antenna
penerima yang dapat ditentukan dengan pengukuran pada peta topografi.
Faktor ”k”
Dalam propagasi, sebuah sinyal dari pengirim ke penerima tidak selamanya
merupakan suatu lintasan yang lurus. Pada kondisi atmosfer tertentu kurva sinyal dapat
mengalami refraksi melengkung menjauhi atau mendekati permukaan bumi yang terjadi
karena adanya perubahan indeks bias udara sesuai dengan ketinggiannya. Hal ini perlu
diantisipasi dengan mengunakan suatu faktor pengali jari-jari bumi yang disebut faktor
“k’. Faktor kelengkungan bumi dirumuskan dengan:

Dimana:
Reff = jari-jari kelengkungan bumi hasil transformasi
k = faktor kelengkungan bumi (dipengaruhi atmosfer)
R = jari-jari bumi sebenarnya
Untuk atmosfer standar, R = 6370 km dan ρ = 25.000 km sehingga didapatkan:

Kemudian,

9
Kasus-kasus faktor kelengkungan bumi

Gambar 2.2 Penentuan factor k


A. Daerah Fresnel
Daerah Fresnel atau Fresnel zone adalah tempat kedudukan titik sinyal tidak
langsung yang berbentuk elips dalam lintasan propagasi gelombang radio dimana daerah
tersebut dibatasi oleh gelombang tak langsung (indirect signal) dan memunyai beda
panjang lintasan dengan sinyal langsung sebesar kelipatan ½λ atau 2 kali ½λ. Jika sinyal
langsung dan tak langsung berbeda panjang lintasan sebesar ½λ, maka kedua sinyal
tersebut akan berbeda fase 180º, artinya kedua sinyal tersebut akan saling melemahkan.
Fresnel pertama merupakan daerah yang memunyai fading multipath terbesar, sehingga
diusahakan untuk daerah Fresnel pertama dijaga agar tidak dihalangi oleh obstacle. Secara
matematis daerah Fresnel didekati dengan rumus sebagai berikut:

dimana:
Fn = jarak lintasan tertentu terhadap lintasan LOS (m)
n = daerah Fresnel ke n
d1 = jarak ujung lintasan (pemancar/penerima) ke penghalang (km)
d2 = jarak ujung lintasan lain (pemancar/penerima ke penghalang (km)
f = frekuensi (Ghz)
D = d1 + d2 (km)
Rumus praktis untuk menghitung jari-jari Fresnel I (dalam meter)

10
R1 = jari-jari Fresnel I (meter)
d1, d2, d = jarak (km)
f = frekuensi (GHz)
Rumus praktis untuk menghitung jari-jari Fresnel I (dalam feet)

R1 = jari-jari Fresnel I (feet)


d1, d2, d = jarak (statute mile)
f = frekuensi (GHz)
B. Jenis Tower yang digunakan , antara lain :
 Self supporting tower
Tower dengan rangka kaki 4 (empat) dengan kisaran ketinggian antara 20 – 100 meter
dan cocok untuk digunakan di site Greenfield atau Roof Top.

Gambar 2.3 Self Supporting Tower


 Monopole Tower
Tower dengan tiang tunggal dengan ketinggian berkisar 6 – 36 meter. Jenis tower ini
umumnya digunakan di kota-kota yang memberlakukan aturan batas tinggi maksimal
tower atau karena keterbatasan lahan dan kondisi lainnya seperti persyaratan estetika.

Gambar 2.4 Monopole Tower

11
Apabila terdapat persyaratan estetika, maka kami dapat mengimplementasikan solusi
rancangan dengan teknik tower camouflage (kamuflase).
 Minipole/Standard Tripod
Tower dengan tiang tunggal yang diterapkan di atas Roof Top dimana kebutuhan tinggi
tiang tidak lebih dari 6 meter.
 Tower Guyed Mast
Jenis tower yang berupa tiang pancang tunggal yang dikaitkan dengan tali-tali baja yang
membentang dari tower sampai tanah dengan jarak ± 0.5 m dari tower dan sudut ±
600. Jenis tower ini memiliki ketinggian antara 50 m sampai dengan 70 m. Penggunaan
guyed mast sebagai tower telekomunikasi masih jarang di Indonesia. Biasanya tower
jenis ini dipakai untuk pemancar radio.
Guyed mast sering digunakan untuk tiang-tiang radio struktur vertikal tipis tinggi .
Tiang dapat mendukung antena (untuk VHF dan UHF) dipasang di atasnya , atau
seluruh struktur itu sendiri bisa berfungsi sebagai antena (untuk VLF , LF , MF dan
HF), ini disebut mast radiator . pada mast radiator ini, harus terisolasi dari tanah . dan
juga dapat digunakan untuk mendukung semua jenis kawat antena (untuk VLF , LF ,
MF dan HF) .
Tiang guyed kadang-kadang juga digunakan untuk pengukuran meteorologi pada
ketinggian tertentu di atas permukaan tanah .

Gambar 2.5 Guyed Mast


C. Perhitungan Tinggi Antenna
Diketahui profil lintasan ( path profile) seperti pada Gambar 6-12. Jarak antara Tx
(pada titik A) dan Rx (pada titik B) adalah 50 Km. Pada jarak 20 Km dari A, terdapat
bukit dengan ketinggian tertentu. Rancanglah ketinggian antena pada Tx dan Rx, agar

12
lintasan tersebut bisa digunakan untuk mentransmisikan gelombang pada frekuensi 3 GHz
secara line of sight .

Gambar 2.6 Path Profile


Penyelesaian: Evaluasi dari profil lintasan pada Gambar 6 -12, menunjukkan bahwa
halangan pandangan atau ( sight obstruction) harus kita antisipasi adalah bukit yang
berjarak 20 Km dari A atau 30 Km dari B. Perlu dicari radius Fresnel pertama dari
persamaan berikut :

Harga F1 ini merupakan daerah Fresnel pertama ini dipetakan di atas bukit tersebut.
Setelah g aris line of sight geometris di atas F1 dibuat, maka ketinggian antena di titik A
dan B dapat ditentukan (Gambar 2.7). Dari profil lintasan tersebut, ketinggian antena di
titik A: hA = ± 75 m, dan di titik B: hB = ± 90 m.

13
Gambar 2.7 Hasil Perhitungan dari Path Profile
D. Menentukan Tinggi Antenna
Untuk menetapkan tinggi antenna kita dapat menentukannya dengan
menggunakan software PLW 40 dengan cara memasukkan data-data yang didapatkan
dari survey sebelumnya.

Gambar 2.8 Hasil gambar path profile dengan PLW 40


Untuk menghitung tinggi tower kita dapat melihat dari gambar diatas dengan cara:
Angka pada Garis merah – sudut elevasi ( ditunjukkan dengan garis orange )

14
2.4 Langkah Kerja
1. Menentukan dua lokasi yang akan dihitung ketinggian tower masing-masing.
2. Diketahui tinggi tower A = 42 m, temukan pada mana space atau ruang antenna bisa
di install (gambar tower existing) pada contoh dilihat pada kaki no 1 dan no 4.

4 1

3 2
3. Sehingga tinggi di A dapat diketahui.
4. Membuat tabel lintasan.
5. Menghitung Fresnel Zone dengan cara manual menggunakan gambar profile k = 4/3.
6. Menghitung Fresnel Zone dengan menggunakan software PLW 40.
7. Menentukan tinggi antenna di lokasi B.
8. Menentukan tinggi tower di lokasi B.
2.5 Hasil Survey
2.5.1 Lokasi yang Akan Dihitung Ketinggian Tower

LOKASI A LOKASI B

Tempat : Politeknik Negeri Tempat : Jl. Terusan Sulfat RT


Malang 4. RW.6

Koordinat : 7°56’41’’ S Koordinat : 7°57’29’’ S

112°36’53’’ E 112°38’10’’ E

Elevasi : 233,80 m Elevasi : 196,30 m

Tinggi tower : 42 m Tinggi tower : 42 m

2.5.2 Data Obstacle


No Jarak dari 𝑡𝑀𝑆𝐿 (m) 𝑡𝐴𝐺𝐿 (m) Jenis Keterangan
Polinema (m) Obstacle
1 3800 m 206 m 28 m Pohon

15
2.5.3 Menentukan Space Antenna
Diketahui tower A 42 meter, jadi space di intall di pole 3.
4 1

2 3

2.5.4 Gambar lokasi yang akan ditentukan ketinggian Tower

2.6 Analisis Data


Pada lintasan terdapat 1 obstacle yang paling berpengaruh yaitu pohon dengan tinggi
sebesar 28 meter dan dengan frekuensi center 5,8 GHz dapat dihitung Fresnel Zone:
Dengan : d1 = 3,88 km, d2 = 4,68 km
Maka :

3,88𝑥4,68
𝐹1 = 17,3√ = 10,46 𝑚
5,8(3,88 + 4,68)

16
2.7 Kesimpulan
1. Terdapat halangan sepanjang LOS (Line Of Sight) dengan tinggi 28m.
2. Besaran Frensel Zone yaitu 10,46m.
3. Tinggi antenna yang dibutuhkan di Polinema yaitu 26m dan di Tower Jalan Terusan
Sulfat yaitu 45,8m
4. Tinggi tower yang akan dipasang antenna baru yaitu 42m.

17
BAB III
PERHITUNGAN LEVEL DAYA PENERIMA
3.1 Tujuan
1. Dapat menentukan rugi-rugi transmisi di sisi pemancar dan penerima
2. Dapat menghitung nilai EIRP, FSL, IRL dan RSL
3. Menghitung Link Budget antara Lokasi A dan Lokasi B
3.2 Alat dan Bahan
1. Software PLW 40
2. Microwave Calculator Online
3. Kompas
4. GPS
3.3 Dasar Teori
3.3.1 Link Budget
Link budget merupakan sebuah cara untuk menghitung mengenai semua
parameter dalam transmisi sinyal, mulai dari gain dan losses dari Tx sampai Rx melalui
media transmisi. Dalam hal ini perhitungan dengan media transmisi Wifi.
Link budget merupakan parameter dalam merencanakan suatu jaringan yang
menggunakan media transmisi berbagai macam. Link budget ini dihitung berdasarkan
jarak antara transmitter (Tx) dan receiver (Rx). Link budget juga dihitung karena
adanya penghalang antara Tx dan Rx misal gedung atau pepohonan. Link budget juga
dihitung dengan melihat spesifikasi yang ada pada antenna.
Pada penentuan serta perhitungan link budget yang akan dihitung adalah
 Free Space Loss
 Fresnel Zone Clearance
 RX Signal Level
 Fade Margin
Untuk lebih jelasnya pada bab ini juga akan disertakan contoh parameter antenna yang
dibutuhkan dalam perhitungan tersebut. Parameter tersebut antara lain :
 Jarak (d) terjauh antara antenna pemancar (Tx) dengan antenna penerima (Rx).
Misal jarak tersebut sekitar beberapa Km, dan jarak ini harus kita konversi ke
mil.
 Frekuensi BS dan Antena penerima, ini merupakan frekuensi standart yang telah
ditentukan.

18
 TX Power merupakan daya dari AP (Access Point) yang akan kita gunakan..
Tidak menggunakan satuan watt, harus ke dBm. Untuk konversi dari waat ke
dBm akan disampaikan di bawah.
 TX Cable Loss ini merupakan loss atau kerugian yang terjadi karena kabel yang
kita gunakan.. Loss ini biasanya terjadi pada kabel antara penghubung dari
antenna ke AP. Yang biasa disebut dengan kabel pigtail. Kabel pigtail biasanya
terbuat dari kabel coaxial dan diusahakan jangan menggunakan kabel pigtail
yang terlalu panjang. Biasanya panjang pigtail di pasaran sekitar 50 cm.
 TX Antenna Gain merupakan daya terpancar dari antenna yang kita gunakan..
Itulah yang dimaksud dengan Tx antenna gain).
 RX Antenna Gain merupakan daya yang dihasilkan dari antenna penerima,
misal kita menggunakan antenna grid.
 RX cable Loss sebenarnya hamper sama dengan Tx kabel loss, hanya saja ini
terjadi pada daerah penerima atau antenna penerima.
 RX Sensitivity merupakan sensitivitas dari antenna penerima dalam hal
menangkap sinyal wifi dari antenna pemancar.
Gambaran link budget tersebut dapat dilihat di bawah ini.

Gambar 3.1 Link Budget


1. Free Space Loss (FSL)
Pada saat sinyal radio berpropagasi di udara akan mengalami redaman dari udara.
Besarnya redaman yang terjadi dapat dihitung secara empiris. Redaman itulah yang
disebut dengan Free Space Loss.
Free Space Loss (dB) = 20 Log10 (MHz) + 20 Log10 (Distance km) + 32,44

19
2. Fresnel Zone Clearance merupakan diameter antara antenna pemancar dengan antenna
penerima dimana diantara kedua antenna tersebut ada penghalang. Maka Fresnel Zone
Clearance (FZC) adalah diameter antara penghalang dengan LOS antara Tx dan Rx.
Untuk lebih jelasnya mengenai FZC, bisa dilihat gambar di bawah ini.

Gambar 3.2 Fresnel Zone Clearance


Nilai FZC ini dihitung berdasarkan kondisi permukaan bumi yang datar.
3. Rx Sinyal Level (daya yang diterima) dapat dihitung dengan menambahkan dan
mengurani daya pancar (TX power) dengan berbagai parameter yang ada dalam sebuah
persamaan yang sederhana, yaitu,
Rx signal level =
Tx power – Tx cable loss + Tx antenna gain – FSL+ Rx antenna gain – Rx cable
loss.
4. Setelah kita mempunyai semua data / parameter yang dibutuhkan kita dapat menghitung
Fade Margin untuk meyakinkan bahwa system yang kita kerjakan akan bekerja secara
benar. Pada dasarnya Fade Margin menghitung selisih antara sinyal yang di terima
dengan sensitifitas penerima. Maka rumusnya adalah
Fade Margin = Rx signal level – Rx sensitivity
3.3.2. Line Of Sight
Pada umumnya, dimaksud dengan sistem radio link line of sight (LOS) adalah
hubungan telekomunikasi (jarak jauh) pita-lebar (broadband ) yang menggunakan
perangkat radio pada frekwensi gelombang mikro (microwave). Aplikasi secara umum,
hubungan radio LOS ini merupakan subsistem dari jaringan telekomunikasi, berupa
jaringan terrestrial di daratan. Jaringan tersebut akan membawa salah satu ataupun
gabungan dari kanal -kanal telepon, data, telegraph/teleks, faksimil, video, telemetri atau
kanal-kanal program lainnya. Gelombang yang ditransmisikan selain dalam bentuk
gelombang analog FM, juga dalam bentuk digital. Pada waktu kita akan merencanakan

20
suatu sistem jaringan radio LOS, hasil-hasil perhitungan di atas kertas biasanya disusun
dalam sebuah tabel yang kita sebut sebagai
Tabel Perhitungan Lintasan (Path Calculation Table). Ada 4 langkah proses dalam
merencanakan suatu radio link LOS, yaitu :
1. Rencana awal dan penentuan/pemilihan lokasi.
2. Menggambar profil lintasan (path profile).
3. Survey lapangan.
4. Analisa lintasan (path).
Langkah yang satu, saling terkait dengan langkah -langkah yang lain. Dalam
praktek, bisa saja diadakan pergeseran/perubahan lokasi jika dipandang perlu, karena
lintasan radio link tersebut kurang layak disebabkan karena medan, faktor kualitas, dan
atau faktor ekonomis kurang menguntungkan.
Rencana Awal dan Pemilihan Lokasi
Suatu rute gelombang mikro LOS terdiri dari stasiun pemancar dan stasiun
penerima dan atau beberapa/stasiun pengulang (repeater), yang bisa membawa informasi
dalam bentuk gelombang analog maupun digital. Seorang perencana pasti akan mencari
tahu untuk memastikan, apakah subsistem LOS ini adalah sistem yang terisolasi, seperti
misalnya : sistem gelombang mikro pribadi, jaringan dari studio ke pemancar, atau
perluasan jaringan TV-Kabel (CATV). Ataukah merupakan bagian dari jaringan
telekomunikasi yang lebih besar, dimana jaringan LOS ini merupakan tulang-punggung
dari sistem tersebut. Untuk itu harus diperhatikan hal-hal dibawah ini.
A. Persyaratan Dasar
Marilah kita anggap bahwa akan direncanakan suatu subsistem gelombang mikro
LOS untuk jaringan telekomunikasi. Kriteria perencanaan akan didasarkan pada
rencana/spesifikasi arus transmisi sesuai dengan aturan badan telekomunikasi dunia.
Untuk militer, standart yang benar adalah versi MIL-STD-188. Untuk sistem tranmisi
video dan kanal program yang lain, mengikut EIA-250 dan rekomendasi CCIR. Suatu
rencana transmisi, paling tidak akan menyatakan kualitas sinyal sebagai berikut :
 Untuk sinyal analog : Akumulasi noise dalam kanal suara untuk FDM. S/N untuk
program video dan program lain (misalnya : recomendasi CCIR no.567. Pada
jaringan referensi hipotetis merekomendasi S/N :57 dB untuk lebih 20 % per bulan
dan 45 dB untuk lebih dari 0,1 % per bulan).

21
 Untuk sinyal digital : Bit error rate (BER), misalnya d alam rekomendasi CCIR
no.G.821 untuk ISDN. BER < 1x10 -6 harus kurang dari 10 % per menit. BER > 1
x 10-6 harus lebih dari 90 % per menit.
Umur suatu sistem transmisi biasanya sekitar 15 tahun, walaupun beberapa
sistem masih bisa bekerja di atas waktu tersebut. Perencanaan sistem harus
mempertimbangkan perkembangan 15 tahun yang akan datang, dengan rencana 5
tahunan untuk perbaikan dan penggantian. Perencanaan yang demikian memang
akan memakan beaya awal yang relatif lebih besar, tetapi sebenarnya secara
ekonomis akan menghemat, karena umur sistem menjadi lebih panjang. Hal yang
tidak boleh dilupakan dalam perancangan yang menyangkut perkembangan di masa
yang akan datang adalah masalah kompalibilitas (kesesuaian) dengan perangkat yang
sudah ada, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi sistem secara keseluruhan.
3.4 Langkah Kerja
1. Menentukan panjang lintasan antara lokasi A (Existing) dan B (New Site).
2. Menghitung rugi feeder lokasi A dan B melalui loss feeder calculator via web:
www.timesmicrowave.com dengan menentukan jenis kabel feeder yang
digunakan.
3. Menghitung nilai EIRP (Effective Isotropic Radiated Power)
4. Menghitung nilai FSL (Free Space Loss)
5. Menghitung nilai IRL (Isotropic Receive Level)
6. Menghitung nilai RSL (Receive Signal Level)
7. Menentukan besarnya Fade Margin yang terjadi.
3.5 Analisa Data

Gambar 3.3 Perhitungan Link budget

22
a. Sisi Lokasi A (Polinema)

Gambar 3.4 Tampilan feeder calculator Lokasi A

Diketahui :

Gain TX = 41 dBm
Diameter antenna = 0,4 m
Po = 10 dB
Connector Loss = 0,2 dB/pair
Feeder Loss = 41,3 dB
Perhitungan pada Lokasi A (Tower Polinema)
EIRP(dB) = Po – Loss Connector – Loss feeder + GTX
= 10 dB - 0,2 dB – 41,3 dB + 41 dB
= 9,5 dB
FSL(dB) = 32,45 + 20log 4,68 (km) + 20 log 5800(MHz)
= 121,123 dB
Rugi-rugi antenna = Po – feeder + Gain
= 10 – 41,3 + 41 = 9,7 dB
IRL = EIRP - FSL(dB) + Lg
= 9,5 dB - 121,123 dB + 0,6 dB
= -111,023 dB
RSL = IRL + GR + LR  IRL + Gain antenna + Loss receiver
= -111,023 dB + 41 dB + (-111,023 dB + 41 dB + 41,3 dB)
= -108,746 dB

23
Sehingga menghasilkan nilai :
 FSL = 121,123 dB
 EIRP = 9,5 dB
 IRL = -111,023 dB
 RSL = -108,746 dB
b. Sisi Lokasi B (Jl. Terusan Sulfat)

Gambar 3.5 Tampilan Feeder Calculator Lokasi B

Diketahui :
Gain TX = 41 dB
Diameter antenna = 0,4 m
Connector Loss = 0,2 dB/pair
Feeder Loss = 43,9 dB
EIRP(dB) = Po – Loss Connector – Loss feeder + GTX
= 10 dB - 0,2 dB – 43,9 dB + 41 dB
= 6.9 dB
FSL(dB) = 32,45 + 20log 4,68 (km) + 20 log 5800(MHz)
= 121,123 dB
Rugi-rugi antenna = Po – feeder + Gain
= 10 – 41,3 + 41 = 9,7 dB
IRL = EIRP - FSL(dB) + Lg
= 6.9 dB - 121,123 dB + 0,6 dB
= -113,623 dB
RSL = IRL + GR + LR  IRL + Gain antenna + Loss receiver
= -113,623 dB + 41 dB + (-113,623 dB + 41 dB + 43,9 dB)
= -101,346 dB

24
Sehingga menghasilkan nilai :
 FSL = 121,123 dB
 EIRP = 6,9 dB
 IRL = -113,623 dB
 RSL = -101,346 dB
3.6 Kesimpulan
1. Rugi-rugi transmisi di sisi pemancar sebesar dan di sisi penerima sebesar 9,7 dB.
2. Hasil perhitungan sebagi berikut :
Polinema Jl. Terusan Sulfat
FSL 121,123 dB 121,123 dB
EIRP 9,5 dB 6,9 dB
IRL -111,023 dB -113,623
RSL -108,746 dB -101,346
3. Link Budget antara Lokasi A dan Lokasi B (Daya Pancar+Gain-Feeder Loss)
adalah (10 + 41 – 41,3) - (10 + 41 - 43,9) = 2,6 dB.

25

Anda mungkin juga menyukai