Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH AGAMA

TUHAN YANG MAHA ESA DAN KETUHANAN

KELOMPOK 1
1.Brian Ristama Putra (1351710386)
2. Nadia Nurul W. (1351710378)
3. Elly Yana S. (1351710379)

KELAS A6
AKADEMI FARMASI SURABAYA
JL. KETINTANG MADYA NO 81 SURABAYA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
I. Keimanan dan Ketaqwaan
Siapakah tuhan itu???
Tuhan ialah sesuatu yang dianggap penting oleh manusia sedemikian rupa, sehingga
manusia merelakan dirinya dikuasai olehnya.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan kalimat
tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan
suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus
membersihkan dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, yang ada dalam hatinya hanya satu
Tuhan yang bernama Allah.
Setiap agama menyuruh penganutnya patuh terhadap tuntunan ajaran agamanya
masing-masing. Untuk apa diperlukan? Hal itu diperlukan untuk menyelamatkan manusia dari
pengaruh nafsu dan memuaskan kepentingan sendiri. Maka, manusia memerlukan pedoman
yang hakiki untuk membatasi semua tingkah laku manusia. Selain itu, agama mengajarkan kita
supaya hidup bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan senantiasa membantu orang lain.
Oleh karena, agama dapat membentuk manusia supaya memiliki pribadi yang baik, beriman
dan bertakwa serta berakhlak mulia.
Iman berarti meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan membuktikannya
dalam perbuatan. Manusia percaya adanya penyebab utama (causa prima) terciptanya makhluk,
alam raya, dan kehidupan di dalamnya, yaitu Tuhan yang tiada penyebab dan tidak ada yang
menyamai-Nya. Untuk mewujudkan keimanan, seseorang perlu mendasari jiwa rohaninya agar
mampu melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya dengan segala keterbatasan
pribadinya, manusia percaya atau beriman kepada Tuhan Yang Maha Pencipta. Wujud
keimanan manusia itu adalah sikap mau menerima agama yang diturunkan Tuhan. Agama
memberikan petunjuk kepada manusia menuju jalan kebenaran, keselamatan, dan kebahagiaan
manusia di dunia dan akhirat. Adapun ketakwaan manusia menunjukkan kualitas pribadi
manusia beriman yang selalu menjunjung tinggi semua perintah Tuhan dengan tulus, ikhlas,
dan menjauhi segala larangan-Nya. Manusia yang beriman dan bertakwa menjunjung tinggi
nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dan mensyukuri rahmat Tuhan Yang Mahakuasa. Takwa
berarti petuh terhadap perintah tuhan, sedangkan bertakwa mempunyai arti menjalankan semua
perintah dan menjauhi larangannya. Hal ini diwujudkan dalam peribadatan dan pengabdian
untuk mencapai rida Tuhan, bahkan selalu berupaya membina hubungan baik dengan sesama
manusia dalam kehidupannya.
Kita harus beriman karena untuk beribadah kepada tuhan yang maha esa dan untuk
mendapat rahmat dari tuhan. Untuk beriman dan bertaqwa landasan utamanyaa adalah
kesadaran dan pengakuan sebagai makhluk tuhan.

II. Ciri Manusia Beriman dan Bertakwa Kepada Tuhan


Yang Maha Esa
Keragaman kehidupan yang ada di muka bumi ini sangat bermanfaat bagi manusia.
Alam ini dianugerahkan kepada manusia untuk diisi bersama dengan hewan dan tumbuh-
tumbuhan. Berbagai jenis tumbuhan dapat digunakan, mulai dari pohonnya, buahnya, dan
sebagainya. Begitu pula hewan yang berkembang biak dapat dimanfaatkan, misalnya sebagai
kendaraan, makanan, dan sebagainya. Alam semesta diciptakan oleh Tuhan untuk kemudahan
dan kegunaan manusia. Namun, manusia pun sejatinya diciptakan Tuhan untuk menjaga
keunikan alam sekitar dan diberi tanggung jawab untuk memakmurkan alam dan mengambil
manfaat dari setiap pembangunan yang dilaksanakan. Kita harus menyadari bahwa alam ini
kita pinjam sementara untuk generasi yang akan datang. Maka dari itu, kita harus memastikan
bahwa alam dalam keadaan baik untuk kehidupan yang berkelanjutan. Tindakan kita menjaga
alam ini dapat menyelamatkan dunia pada masa yang akan datang. Sebagai manusia yang
beriman, tentulah kita memiliki akhlak yang mulia.
Pengertian akhlak mulia adalah jiwa seseorang yang selalu mewarnai setiap tindakan
dan perbuatannya, tanpa pertimbangan lama ataupun keinginan. Dalam beberapa kasus hal ini
menjadi bagian dari watak dan karakter seseorang. Tapi, dalam kasus yang lain, merupakan
perpaduan dari hasil proses latihan dan kemauan keras seseorang. Sifat jujur misalnya, bisa
jadi telah tertanam dalam diri seseorang tanpa usaha membiasakan atau memaksakan diri untuk
bersikap demikian. Dengan perilaku baik, karakter manusia didasarkan pada nilai-nilai
kemanusiaan demi meraih kehidupan terbaik untuk berinteraksi dengan Allah dan
makhlukNya.
Manusia yang beriman adalah manusia yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa,
percaya pada kebenaran ajaran Tuhan, kehendak dan kuasaNya. Dengan demikian, manusia
harus mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Tuhan Yang Maha
Esa telah menganugerahkan segala isi bumi kepada makhlukNya. Manusia di bumi dengan
segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, tinggal memanfaatkan dengan sebaik-
baiknya. Selain itu, kita wajib bersyukur dengan menjalankan ajaran-ajaran Tuhan dalam kitab
suci. Ciri-ciri orang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah sebagai
berikut:

1. Mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta alam semesta beserta
isinya;
2. Mempercayai Tuhan itu sempurna dan kekal selama-lamanya;
3. Menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya;
4. Senantiasa takut dan tergetar hatinya apabila mendengar nama Tuhan Yang Maha Esa
5. Mensyukuri nikmat yang telah diberikan;
6. Saling menghormati antarpemeluk agama, dan
7. Berbudi pekerti luhur.

Dari ciri-ciri tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa orang yang memiliki keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dapat ditunjukkan melalui perilaku kepatuhan yang
senantiasa berpedoman pada kitab suci agama yang dianut.
III. Sikap dan perilaku yang mencerminkan keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

1. Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran


2. Bersikap jujur
3. Memiliki sifat toleransi antar pemeluk agama yang berbeda
4. Menghormati dan menaati orang tua
5. Melaksanakan ibadah sesuai agama yang diyakini
6. Tidak memaksakan agama
7. Menghormati kebebasan menjalankan ibadah

IV. Filsafat ketuhanan (Tiologi)


Penelaahan tentang Allah dalam filsafat lazimnya disebut teologi filosofi. Hal ini bukan
menyelidiki tentang Allah sebagai obyek, namun eksistensi alam semesta, yakni makhluk yang
diciptakan, sebab Allah dipandang semata-mata sebagai kausa pertama, tetapi bukan pada diri-
Nya sendiri, Allah sebenarnya bukan materi ilmu, bukan pula pada teodise. Jadi pemahaman
Allah di dalam agama harus dipisahkan Allah dalam filsafat. Namun pendapat ini ditolak oleh
para agamawan, sebab dapat menimbulkan kekacauan berpikir pada orang beriman. Maka
ditempuhlah cara ilmiah untuk membedakan dari teologi dengan menyejajarkan filsafat
ketuhanan dengan filsafat lainnya (Filsafat manusia, filsafat alam dll). Maka para filsuf
mendefinisikannya sebagai usaha yang dilakukan untuk menilai dengan lebih baik, dan
secara refleksif, realitas tertinggi yang dinamakan Allah itu, ide dan gambaran Allah melalui
sekitar diri kita.

Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi,
yaitu memakai apa yang disebut sebagai pendekatan filosofis. Bagi orang yang menganut
agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan pendekatan
wahyu di dalam usaha memikirkannya. Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para manusia
dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah untuk
menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak, namun mencari pertimbangan kemungkinan-
kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran tentang Tuhan.

Contohnya Dalam dunia kefarmasian orang yang menganut filasafat ketuhanan :

1. akan percaya bahwa allah selalu mengawasi kita sehingga kita selalu bekerja dengan
hati-hati dan penuh ketelitian. Kita juga harus tanggung jawab dengan apa yang telah
kita kerjakan. Kejujuran juga diperlukan dalam dunia kefarmasian.
2. Meyakini kebenaran bahwa tuhan telah menciptakan penawar bagi segala penyakit. Hal
ini terbukti dengan adanya dunia farmasi dan kesembuhan sejatinya bukan hanya
karena obat itu saja melainkan seizin tuhan.
3. Dalam dunia armasi dosis yang digunakan untuk memproduksi obat tidak boleh
berlebihan karena memiliki akibat yang sangat berbahaya. Hal ini sesuai sifat tuhan
yang tidak suka berlebihan
4. Ketika dibidang kesehatan seperti farmasi iman yang benar akan mendorong orang
yang berada dalam dunia farmasi lebih semangat dalam bekerja maupun untuk
kesejahteraannya. Mungkin bukan hanya itu iman yang benar juga akan memberikan
dampak kejujuran dan tanggung jawab seorang farmasis untuk menciptakan obat
penawar penyakit bukan racun.
5. Seorang farmasis harus memiliki sifat tanggung jawab yang besar. Bukan hanya
sekedar membuat obat dengan dosis yang sembarangan namun harus menggunakan
dosis sesuai standart
6. Dalam bekerja kita harus selalu jujur atau amanah karena kita selalu diawasi oleh tuhan
7. Iman dan percaya bahwa kehidupan ini sudah diatur oleh tuhan. Tugas kita ikhtiar.

Anda mungkin juga menyukai