Anda di halaman 1dari 8

Buletin Peternakan Vol.

38(3): 189-196, Oktober 2014 ISSN 0126-4400

PENGARUH LAMA PEMBAKARAN DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KUALITAS


SENSORIS DAN KADAR BENZO(A)PIREN SATE DAGING KAMBING

THE EFFECT OF GRILLING TIME AND FUEL TYPE ON THE SENSORY QUALITY AND
BENZO(A)PYRENE LEVELS OF GOAT MEAT SATAY

Bayu Etti Tri Adiyastiti*, Edi Suryanto, dan Rusman


Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Jl. Fauna No. 3, Bulaksumur, Yogyakarta, 55281

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama pembakaran dan jenis bahan bakar terhadap kualitas
sensoris dan kadar benzo(a)piren sate daging kambing. Persiapan awal daging dipisahkan dari jaringan lemak kemudian
direndam dalam bumbu dan dibakar sesuai dengan perlakuan. Perlakuan lama pembakaran adalah 3, 5 dan 7 menit
dengan masing-masing dibakar menggunakan arang dan gas. Parameter yang diamati adalah kualitas sensoris dan kadar
benzo(a)piren. Data kualitas sensoris dianalisis dengan analisis non parametrik metode Kruskal-Wallis dan kadar
benzo(a)piren secara deskriptif. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa lama pembakaran berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadap warna, rasa, juiciness dan daya terima, akan tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap bau (aroma) dan
tekstur. Jenis bahan bakar berpengaruh tidak nyata terhadap kualitas sensoris. Kadar benzo(a)piren sate daging kambing
dengan lama pembakaran 3, 5, dan 7 menit menggunakan arang berturut-turut adalah 2,55 ppb; 4,16 ppb dan 5,02 ppb,
sedangkan menggunakan gas adalah 0,68 ppb; 2,71 ppb dan 1,65 ppb. Kesimpulan dari penelitian ini adalah lama
pembakaran menghasilkan perubahan warna, rasa, juiciness, daya terima dan kadar benzo(a)piren sate daging kambing.
Jenis bahan bakar arang menghasilkan kadar benzo(a)piren lebih tinggi pada sate daging kambing.

(Kata kunci: Sate daging kambing, Benzo(a)piren, Kualitas sensoris)

ABSTRACT

This study was conducted to determine the effect of grilling time and fuel type on the sensory quality and
benzo(a)pyrene levels in goat meat satay. As the first preparation, the meat was trimmed from fat tissue, then marinated
with herbs and grilled according the treatments. The grilling time were 3, 5 and 7 minutes by charcoal and gas.
Parameters measured were sensory qualities and benzo(a)pyrene level. The data were analyzed by Kruskal-Wallis non-
parametric method for sensory quality and benzo(a)pyrene level would be explained descriptively. Statistical analysis
results showed that the grilling time were significantly (P<0.05) influenced the meat’s color, flavor, juiciness and
acceptance, but it did not significantly affected meat’s smell (aroma) and texture. The type of fuel did not significantly
determine the sensory quality. The levels of benzo(a)pyrene goat meat satay of charcoal fuel with 3, 5 and 7 minutes
grilling time in sequence were 2.55 ppb; 4.16 ppb and 5.02 ppb , while using gas were 0.68 ppb; 2.71 ppb and 1.65 ppb
respectively. The conclusions of this study were grilling time affected changes the color, flavor, juiciness, acceptance
and levels of benzo(a)pyrene of goat meat satay. Charcoal fuel produced a higher level of benzo(a)pyrene in goat meat
satay.

(Keywords: Goat meat satay, Benzo(a)pyrene, Sensory quality)

Pendahuluan kipas tangan dengan tingkat kematangan ber-


dasarkan perasaan atau pengalaman membakar sate.
Produk olahan daging kambing yang dikenal Sate dibakar dengan suhu yang tinggi, sehingga
masyarakat adalah sate dan tongseng. Berdasarkan dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia daging
Direktorat Jenderal Peternakan (2011), jumlah sate tersebut.
populasi ternak kambing mengalami peningkatan Faktor penting dalam pemasakan adalah lama
tiap tahunnya. Jumlah populasi pada tahun 2010 pemasakan karena dapat mempengaruhi kualitas
yaitu 16.620.000 ekor dan pada tahun 2011 yaitu daging. Perbedaan lama pembakaran akan mem-
17.843.000 ekor. Sate diproses dengan cara dibakar berikan tekstur dan rasa yang berbeda pada sate
menggunakan arang, batok kelapa atau meng- daging kambing sehingga akan mempengaruhi
gunakan pemanggang dengan bahan bakar gas. penilaian oleh konsumen secara subyektif.
Pembakaran dilakukan secara manual menggunakan Sate diduga memiliki cemaran kimia yaitu zat
karsinogenik karena proses pembakaran pada suhu
__________________________________
* Korespondensi (corresponding author):
Telp. +62 8570 222 6668
E-mail: bayu_etti@yahoo.com
189
Bayu Etti Tri Adiyastiti et al. Pengaruh Lama Pembakaran dan Jenis Bahan Bakar terhadap Kualitas Sensoris

tinggi. Polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH) Bahan yang digunakan adalah daging
merupakan kelompok senyawa yang terbentuk kambing Kacang pre rigor umur 9–10 bulan (belum
akibat pembakaran yang tidak sempurna dari zat-zat poel), arang kayu kelengkeng, bumbu-bumbu, KOH
anorganik (arang, minyak, dan gas) serta zat 50%, dichloromethane (CH2Cl2), methanol,
organik. Dalam daging yang dipanggang, PAH aquades, N2, kertas saring, plastik, karet gelang, dan
terbentuk saat lemak daging menetes di atas arang, tissue.
kemudian menyatu dalam asap dan menempel pada
daging. Komponen PAH terutama benzo(a)piren Metode
merupakan jenis PAH yang memiliki tingkat Proses awal penelitian dilakukan dengan
karsinogenik tinggi dan telah umum digunakan survei lapangan ke-10 tempat penjual sate yang
sebagai indikator adanya kelompok PAH (Benford terdapat di daerah sekitar kota Yogyakarta.
et al., 2010). Pengambilan data dilakukan dengan wawancara
Jenis bahan bakar yang digunakan diduga langsung terhadap pedagang sate untuk men-
juga dapat mempengaruhi kadar BaP dalam daging dapatkan data lama pembakaran dan suhu internal
bakar. Pembakaran sate dengan arang lebih sering sate daging kambing dengan kriteria setengah
digunakan dan disukai oleh masyarakat. Arang matang, matang, dan matang sekali. Selain itu,
merupakan hasil pembakaran tidak sempurna yang dilakukan pengukuran ketebalan daging, jarak bara
di dalamnya terdapat kandungan PAH. Bahan bakar api dan informasi lain yang dibutuhkan. Data yang
gas telah digunakan untuk pemasakan olahan didapatkan digunakan sebagai pedoman untuk
daging seperti barbecue. Menurut Widiarto et al. penelitian selanjutnya.
(2011) gas LPG komponen utamanya adalah gas Pembuatan sate daging kambing. Persiapan
propana (C3H8) dan butana (C4H10) kurang lebih awal disiapkan bumbu yang dihaluskan. Bumbu
99% dan selebihnya adalah zat pembau. terdiri dari bawang putih 35,70 g (7 siung),
Pembakaran dengan bahan bakar gas diduga lebih ketumbar 4 g, merica 3 g, kencur 3 g, asam jawa 13
rendah kadar cemarannya di dalam daging bakar, g, garam 4 g, dan gula jawa 150 g. Daging kambing
selain itu lebih praktis penggunaannya di- yang telah dihilangkan lemaknya ditimbang 1 kg,
bandingkan dengan jenis bahan bakar arang. kemudian dipotong balok dengan ukuran
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui 3 x 2 x 1,5 cm, direndam dalam bumbu yang telah
kualitas sensoris dan kadar benzo(a)piren sate dihaluskan selama 15 menit. Daging ditusuk dengan
daging kambing yang diolah dengan lama tusuk sate dari bambu, terdiri dari 4 potong daging.
pembakaran dan jenis bahan bakar yang berbeda, Air rendaman diukur sebanyak 60 ml dan diberi
sehingga dapat memberikan informasi tentang tambahan kecap 50 ml untuk bahan celupan ketika
keamanan dalam mengkonsumsi sate daging pembakaran. Pembakaran sate dilakukan dengan
kambing. perlakuan lama pembakaran 3, 5, dan 7 menit dan 2
jenis bahan bakar yaitu arang dan gas. Rerata suhu
Materi dan Metode internal dan lama pembakaran disajikan pada Tabel
1.
Materi Analisis kualitas sensoris. Kualitas sensoris
Alat yang digunakan adalah tusuk sate berdasarkan 15 panelis, meliputi warna, bau, rasa,
bambu, tungku, kompor gas, termometer digital, tekstur, juiciness dan daya terima. Kuesioner
timbangan analitik, pisau, talenan, penggaris, menggunakan skala hedonik 5 poin yang diadaptasi
kamera, alat tulis, baskom, piring, erlenmeyer, gelas dari Watts et al. (1989) dan Suryanto (2000) cit
ukur, beker glass, labu ukur, corong pisah, botol Tiven et al. (2007), untuk bau, rasa, juiciness, dan
kaca, rotary evaporator, gloves, masker, pipet, daya terima dengan skala 1 = sangat suka, 2 = suka,
corong, cartridge sep-pak florisil, spuit 10 ml, 3 = agak suka, 4 = tidak suka dan 5 = sangat tidak
vortex, pengaduk, waterbath, gas Chromatography suka. Skala untuk warna yaitu 1 = coklat, 2 = sangat
merk Shimadzu tipe GC-2010. coklat, 3 = agak hitam, 4 = hitam dan 5 = sangat

Tabel 1. Rerata suhu internal dan lama pembakaran sate daging kambing (the average of internal
temperature and grilling time goat meat satay)

Setengah matang Matang Matang sekali


Variabel (variable)
(medium) (welldone) (very welldone)
Lama pembakaran (menit) (grilling time (minute)) 3 5 7
Suhu internal (°C) (internal temperature (°C)) 62,07±1,23 73,30±2,80 85,17±4,86

190
Buletin Peternakan Vol. 38(3): 189-196, Oktober 2014 ISSN 0126-4400

hitam. Tekstur dengan skala 1 = sangat halus, rerata adalah 2 menit 43 detik dan rerata tingkat
2 = halus, 3 = agak kasar, 4 = kasar dan 5 = sangat pemanas sate matang adalah 77,31°C dengan waktu
kasar. rerata lama pembakaran 5 menit (300,4 detik).
Analisis kadar benzo(a)piren. Analisis Menurut pedagang sate indikasi matang yaitu
kadar benzo(a)piren diadaptasi dari Chen dan Chen telah terjadinya perubahan warna menjadi lebih
(2004) yang telah dimodifikasi. Sampel sebanyak gelap atau terbentuk warna coklat gelap kehitaman
25 g dihaluskan, kemudian dicampur dengan 15 ml di permukaan daging. Sate setengah matang
KOH 50%. Setelah itu dimasukkan ke dalam berwarna agak coklat dan bagian dalamnya masih
waterbath 70°C selama 30 menit dengan sesekali berwarna merah. Sate matang tekstur tidak terlalu
digoyangkan. Ekstraksi dilakukan dua kali, kering, bagian luar dan dalam daging berwarna
ekstraksi pertama dengan 15 ml CH2Cl2. Ekstraksi coklat. Sate matang sekali berwarna coklat
kedua dengan 10 ml CH2Cl2 dan ditampung. kehitaman dengan tekstur kering.
Ekstrak yang didapat diuapkan sampai 5 ml dengan
rotary evaporator. Cartridge Sep-Pak florisil Kualitas sensoris sate daging kambing
diaktifkan dengan methanol. Konsentrat yang Kualitas sensoris merupakan kualitas daging
didapatkan dimasukkan ke dalam catridge Sep-Pak berdasarkan konsumen yang bersifat subjektif dan
florisil. Alikuot methanol 10 ml digunakan untuk parameter yang penting secara komersial. Hasil
melarutkan bahan kimia dan hasilnya dikumpulkan, kualitas sensoris sate daging kambing dengan lama
kemudian dievaporasi sampai kering dengan N2, pembakaran dan bahan bakar yang berbeda
diencerkan dengan 1 ml CH2Cl2 dan diinjeksikan ke disajikan pada Tabel 3.
gas Chromatography.
Gas Chromatography yang digunakan adalah Warna sate daging kambing
Shimadzu tipe GC-2010, jenis kolom adalah CP- Hasil analisis menunjukkan bahwa lama
Sil8-CB dengan panjang 30 meter, diameter dalam pembakaran berpengaruh nyata terhadap warna sate
0,25 mm dengan tebal film 0,25 µm. Suhu kolom daging kambing. Warna daging pada pembakaran 3
270°C selama 3 menit. Gas pembawa adalah He, menit di dalam skala 1–2 masih menunjukkan
100 kPa. Detektor FID dengan suhu 320°C, injector warna coklat. Pembakaran 5 menit menunjukkan
1 µl suhu 320°C. warna coklat dan lama pembakaran 7 menit
Penghitungan nilai kadar benzo(a)piren menunjukkan warna agak hitam. Moeljanto (1998)
dengan penghitungan area puncak dari larutan menyatakan bahwa warna dihasilkan karena adanya
standar didapatkan regresi linear Y = BX + A, reaksi kimia antara fenol dan O2 serta antara protein
didapatkan nilai X, kemudian dihitung dengan dan karbonil pada bahan yang dipanggang. Dengan
rumus: demikian semakin tinggi kadar fenol dan karbonil
dalam asap, maka warna daging akan semakin
X x volume akhir kuning keemasan atau kecoklatan.
Kadar benzo(a)piren =
berat sampel Warna coklat pada sate daging kambing
diduga karena terjadinya reaksi maillard. Reaksi
Analisis data maillard adalah reaksi antara protein dengan gula
Kualitas sensoris dianalisis dengan analisis pereduksi (Muchtadi et al., 1993). Kusnandar
non parametrik metode Kruskal-Wallis dan kadar (2010) menyatakan bahwa reaksi maillard
benzo(a)piren secara deskriptif dan apabila terdapat menghasilkan pigmen melanoidin yang ber-
perbedaan dilakukan uji lanjut Duncan’s new tanggungjawab pada pembentukan warna coklat dan
Multiple Range Test (Steel dan Torrie, 1993). reaksi karamelisasi menghasilkan warna coklat
melalui reaksi kimia yang terjadi pada gula
Hasil dan Pembahasan sederhana karena adanya proses pemanasan.
Warna adalah refleksi cahaya pada
Pengolahan sate daging kambing di lapangan permukaan bahan yang ditangkap oleh indera
Hasil pra penelitian interview dengan penglihatan dan ditransmisi oleh sistem syaraf.
pedagang sate daging kambing yaitu suhu internal, Warna mempengaruhi penerimaan suatu bahan
lama pembakaran, ketebalan daging dan jarak bara pangan, karena umumnya penerimaan bahan yang
api dengan sate yang dibakar disajikan pada pertama kali dilihat adalah warna. Warna yang
Tabel 2. menarik akan meningkatkan penerimaan produk.
Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang Warna dapat mengalami perubahan saat pemasakan.
dilakukan oleh Taufik (2006), ketebalan rerata Hal ini dapat disebabkan oleh hilangnya sebagian
daging sate adalah 1,59 cm, jarak bara adalah pigmen akibat pelepasan cairan sel pada saat
4,23 cm. Rerata tingkat panas pembakaran sate pemasakan atau pengolahan, intensitas warna
setengah matang adalah 61,89°C dengan waktu semakin menurun (Beriain et al., 2000).

191
Bayu Etti Tri Adiyastiti et al. Pengaruh Lama Pembakaran dan Jenis Bahan Bakar terhadap Kualitas Sensoris

Tabel 2. Suhu internal, lama pembakaran, ketebalan daging dan jarak bara sate daging kambing penelitian
lapangan (the internal temperature, grilling time, thickness and ember distance of goat meat satay field
research)

Setengah matang Matang Matang sekali


Variabel (variable)
(medium) (welldone) (very welldone)
Lama pembakaran (menit) (grilling duration 2.95±0.35 5.35±1.01 7.35±1.91
(minute))
Suhu internal (°C) (internal temperature (°C)) 53,88±5,07 70,82±3,97 80,70±2,62
Ketebalan (cm) (thickness (cm)) ±1,5 ±1,5 ±1,5
Jarak bara (cm) (ember distance (cm)) ±4 ±4 ±4

Tabel 3. Rerata skor sensoris sate daging kambing dengan lama pembakaran dan jenis bahan bakar yang
berbeda yang meliputi warna, bau (aroma), rasa, tekstur, juiciness, dan daya terima (the average of sensory
score goat meat satay with different fuel type and grilling time include color, smell, flavor, texture, juiciness
and acceptance)

Arang (charcoal) Gas


Variabel (variable) 3 menit 5 menit 7 menit 3 menit 5 menit 7 menit
(3 minute) (5 minute) (7 minute) (3 minute) (5 minute) (7 minute)
Warna (color) 1,40a 1,87 b 2,67c 1,67a 2,20 b 2,87c
Bau/aroma (smell)ns 2,13 1,93 2,33 2,00 1,93 2,20
ab a b ab a
Rasa (flavor) 2,33 2,13 2,53 2,20 1,67 2,40b
ns
Tekstur (texture) 2,60 2,53 2,80 2,20 1,93 2,80
a ab b a ab
Juiciness 2,20 2,53 2,93 1,80 2,33 2,67b
Daya terima (acceptance) 2,33a 2,33ab 2,47b 1,93a 1,73ab 2,53b
a,b,c
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) (different
superscripts at the same row indicate significant diferences (P<0.05)).
ns
berbeda tidak nyata (non significant).

Bau (aroma) sate daging kambing kambing memiliki kelenjar tanduk yang meng-
Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa hasilkan bau khas goaty.
jenis bahan bakar dan lama pembakaran yang Rerata angka penilaian panelis menunjukkan
berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap aroma antara sangat suka dan mendekati agak suka dengan
(bau) sate daging kambing. Hasil ini karena aroma sate daging kambing. Hal ini karena bau
kambing yang digunakan relatif masih berumur goaty tidak tajam sehingga panelis menyukai aroma
muda sehingga bau khas daging tidak terlalu tajam sate. Penambahan bumbu pada olahan juga
yang akan mempengaruhi terhadap tingkat mengakibatkan adanya perubahan aroma. Diduga
kesukaan konsumen. Selain itu, dikarenakan bumbu aroma bumbu lebih tajam dibandingkan dengan
yang digunakan mempengaruhi aroma sate. Aroma aroma goaty dari daging. Bumbu yang dihaluskan
bumbu lebih tajam sehingga dapat menghilangkan kemudian direndam beberapa saat diduga dapat
bau daging kambing. Hal ini dikarenakan umumnya mengurangi bau goaty dalam daging.
bumbu bersifat aromatik yang tinggi dan banyak
mengandung minyak atsiri esenseial. Bumbu dan Rasa sate daging kambing
turunannya dapat juga berperan sebagai peng- Hasil analisis menunjukkan bahwa lama
hambat pertumbuhan bakteri, kapang, fungi, dan pembakaran berpengaruh nyata terhadap rasa sate
mikroorganisme yang bersifat toksik (Souza et al., daging kambing. Lama pembakaran 3 menit tidak
2005). Bau goaty berasal dari feromon yang berbeda nyata dengan lama pembakaran 5 dan 7
dihasilkan tubuh kambing terutama kambing jantan. menit. Lama pembakaran 5 dan 7 menit berbeda
Bihaqi dan Jalal (2010) menyatakan bahwa nyata (P<0,05). Hal ini karena terdapat perbedaan
kambing adalah hewan yang bersih dan pejantan tingkat kesukaan antara lama pembakaran 5 dan 7
memiliki bau khas yang muncul selama musim menit oleh panelis. Sate daging kambing yang
kawin, sedangkan kambing betina tidak berbau. dibakar pada waktu terlama yaitu 7 menit memiliki
Ditambahkan oleh Uriarte et al. (2012) bahwa skala kualitas terendah dengan nilai tertinggi untuk

192
Buletin Peternakan Vol. 38(3): 189-196, Oktober 2014 ISSN 0126-4400

rasa yang mengartikan agak suka kemungkinan dalam mulut. Beberapa konsumen lebih menyukai
karena rasa daging bakar yang sangat kuat atau daging dengan kesan juiciness tetapi ada sebagian
terkesan gosong dan pahit. Pemasakan yang terlalu yang lebih menyukai daging dengan juiciness yang
lama pada suhu tinggi akan menimbulkan flavor rendah dengan alasan daging juiciness di dalam
smoky yang merupakan komponen off flavor. mulut terkesan basah dan berlemak.
Senyawa yang memberikan aroma smoky atau asap Nilai rerata kesan juiciness oleh panelis dari
adalah 2,6-Dimetokifenol (Ney, 1992). mendekati suka sampai agak suka. Hasil analisis
Rasa dapat ditimbulkan karena pemberian menunjukkan lama pembakaran 3 menit berbeda
bumbu. Bumbu yang digunakan mempunyai takaran nyata dengan pembakaran 7 menit, berbeda tidak
yang sama, sehingga dimungkinkan memiliki rasa nyata dengan pembakaran 5 menit. Lama
yang sama dan tidak mempengaruhi sate daging pembakaran 5 menit tidak berbeda nyata dengan
kambing. lama pembakaran 3 dan 7 menit. Panelis menyukai
kesan juiciness yaitu pada pembakaran 3 menit,
Tekstur sate daging kambing sedangkan nilai yang menunjukkan agak suka yaitu
Hasil analisis Kruskal-Wallis menunjukkan pada menit ke-7. Hal ini karena pada pembakaran 7
bahwa jenis bahan bakar dan lama pembakaran menit kesan juiciness menunjukkan kualitas
berpengaruh tidak nyata terhadap tekstur dari sate terendah dengan angka tertinggi, daging bertekstur
daging kambing. Hal ini diduga dipengaruhi oleh kering karena kadar air yang rendah. Panelis
kadar air yang semakin sedikit sehingga tekstur menyukai pembakaran pada 3 menit diduga karena
mengkerut dan sedikit kasar. Permukaan daging pada lama pembakaran tersebut kadar air dalam
yang dikeringkan akan mengeras karena daging daging masih tinggi.
kehilangan kandungan air selama pemanasan Jenis bahan bakar tidak mempengaruhi
(Soeparno, 2009). Smith (2001) menyatakan bahwa tingkat juiciness, berdasarkan skor skala panelis
sifat fisik daging, seperti warna, tekstur, kekerasan lebih menyukai pembakaran dengan bahan bakar
dan keempukan daging dipengaruhi oleh daya gas, gas bara api lebih stabil sehingga air yang
mengikat air, kadar air merupakan kemampuan hilang tidak drastis menurun, kesan juicy atau berair
matriks protein untuk menahan air atau menyerap masih sangat terasa. Menurut Beriain et al. (2000)
air yang ditambahkan karena pengaruh luar seperti juiciness daging dapat dirasakan dalam dua cara,
pemasakan. Kekerasan merupakan faktor penentu pertama yaitu sensasi kadar air atau kelembaban
dalam pembentukan tekstur suatu produk (Aberle et saat pertama kali pengunyahan yang mengeluarkan
al., 2001). juice, kedua yaitu pengaruh stimulasi lemak pada
Selain kadar air dalam daging, lemak sekresi saliva. Kesan juiciness dipengaruhi oleh
intramuskular juga mempengaruhi dari tekstur kadar air dan kadar lemak dalam daging.
daging. Soeparno (2009) menyatakan bahwa daging Kandungan air berbanding terbalik dengan
yang hampir tidak mempunyai marbling bisa kandungan lemak (Uriarte et al., 2012).
tampak kering dan mempunyai flavor yang kurang
baik daripada daging yang cukup mengandung Daya terima sate daging kambing
marbling, sedangkan marbling yang terlalu banyak Hasil analisis menunjukkan lama pembakaran
akan membatasi palatabilitas. Marbling tidak 3 menit berbeda tidak nyata dengan lama
banyak terpisah dari otot selama pemasakan karena pembakaran 5 menit, tetapi berbeda nyata dengan
pengkerutan daging menjadi minimal, sedangkan perlakuan lama 7 menit. Lama pembakaran 5 menit
jus daging dan flavor akan maksimal. Toldra (2010) berbeda tidak nyata dengan perlakuan lama 3 dan 7
menyatakan bahwa tekstur suatu produk yang menit. Perlakuan lama pembakaran 3 menit dengan
dihasilkan tergantung pada banyaknya protein bahan bakar gas menunjukkan nilai yang paling
miofibrillar yang terdegradasi, tingkat pengeringan, baik dengan indikasi sangat suka. Pembakaran
tingkat degadrasi jaringan penghubung dalam selama 7 menit menggunakan bahan bakar gas
daging dan kandungan lemak intramuskular dalam mempunyai nilai terendah dengan indikasi suka
daging. mendekati agak suka. Berdasarkan nilai rerata
Dari hasil rerata panelis menilai tekstur dari penilaian menunjukkan sate daging kambing dapat
halus sampai agak kasar. Nilai rerata terendah agak diterima dengan baik oleh panelis. Hal ini diduga
kasar pada 7 menit pembakaran terlama karena secara keseluruhan dari warna, rasa, tekstur
kemungkinan dikarenakan sate daging kambing maupun juiciness dapat diterima dan disukai oleh
mempunyai tekstur kering bagian luarnya. panelis.
Daya terima konsumen secara umum selain
Juiciness sate daging kambing dari aspek visual dapat juga berdasarkan aspek
Juiciness daging adalah kesan juicy atau nutrisi. Resurreccion (2002) menyatakan bahwa
berair pada daging ketika dikunyah atau digigit di karakteristik produk yang paling penting yang

193
Bayu Etti Tri Adiyastiti et al. Pengaruh Lama Pembakaran dan Jenis Bahan Bakar terhadap Kualitas Sensoris

konsumen lakukan sebagai dasar evaluasi kualitas Polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH)
adalah sifat penampilan yaitu kandungan lemak dan dinilai berbahaya karena bersifat karsinogenik.
warna. Lemak dianggap sebagai sesuatu sisi yang Polycyclic aromatic hydrocarbon dapat terserap ke
negatif yang berhubungan dengan kesehatan, dalam tubuh. Akumulasi jumlah PAH dalam tubuh
sedangkan sisi positif dari lemak seperti dinilai dapat membahayakan. Terbentuknya
mempengaruhi rasa, kelembutan dan keempukan benzo(a)piren dipengaruhi oleh jenis bahan bakar,
terkadang tidak dianggap sebagai sesuatu yang pirolisis lemak dan suhu yang digunakan untuk
penting. pembakaran. Terzi et al. (2008) menyatakan bahwa
Daya terima sate daging kambing oleh pada dasarnya pembentukan benzo(a)piren sangat
panelis diduga lebih berdasarkan dari segi visual ditentukan oleh metode memasak dan sejauh mana
atau penampakan dan kesukaan. Lama pembakaran daging dimasak. Senyawa PAH cenderung ter-
dan bahan bakar yang digunakan selama bentuk atau terdapat pada permukaan daging
pembakaran dapat mempertahankan kualitas gizi daripada di bagian dalamnya. Senyawa ini
dan bentuk fisik yang masih dapat diterima dihasilkan melalui proses pirolisis selama daging
sehingga menghasilkan produk yang menarik dan dibakar dengan arang dan ketika lemak dari daging
lezat. menetes ke bara api panas, akan menghasilkan
tingkat PAH yang siginifikan selama pemasakan
Kadar benzo(a)piren sate daging kambing langsung daging dengan arang. Produksi PAH
Hasil kadar benzo(a)piren sate daging dalam daging yang dimasak langsung di atas arang
kambing dengan lama pembakaran dan jenis bahan dipengaruhi oleh konsentrasi lemak dalam daging
bakar yang berbeda disajikan pada Tabel 4. dan kedekatan makanan dari sumber panas.
Hasil pengujian kadar benzo(a)piren tidak Kusnandar (2010) menyatakan bahwa titik
melebihi batas maksimal yang ditetapkan Standar leleh adalah suhu dimana lemak/minyak berubah
Nasional Indonesia yaitu 0,2–10 ppb. Kadar wujud dari padat menjadi cair. Titik leleh
benzo(a)piren pada sate yang dibakar dengan arang minyak/lemak ditentukan oleh ada tidaknya ikatan
menunjukkan kadar yang lebih tinggi dibandingkan rangkap asam lemak penyusunnya. Asam lemak
dengan yang dibakar menggunakan gas. Hal ini jenuh memiliki titik leleh yang lebih tinggi
diduga disebabkan karena arang merupakan hasil dibandingkan dengan asam lemak tidak jenuh. Titik
dari pirolisis kayu yang di dalamnya terdapat leleh juga dipengaruhi oleh panjang rantai asam
kandungan PAH sehingga akan memberikan lemak penyusun lemak/minyak, dimana lemak yang
kontribusi terhadap penambahan jumlah tersusun oleh asam lemak rantai pendek akan
benzo(a)piren. Darmadji (1997) menyatakan bahwa memiliki titik leleh yang lebih rendah dibandingkan
kadar benzo(a)piren sate daging kambing sebesar yang disusun oleh asam lemak rantai panjang.
1,76 ppb yang dibakar dengan arang, sedangkan Daging kambing mengandung asam lemak jenuh
yang dibakar dengan kompor gas sebesar 0,78 ppb. tinggi. Titik leleh asam lemak jenuh akan mem-
Terzi et al. (2008) mendeteksi konsentrasi pengaruhi ketika terjadi pemanasan, sehingga akan
benzo(a)piren pada sampel daging yang dimasak mempengaruhi ketika penetesan ke dalam arang dan
dengan bara api sebesar 24,2 µg/kg dan 5,7 µg/kg mempengaruhi pembentukan benzo(a)piren melalui
daging dimasak dengan gas. pirolisis lemak.
FAO dan WHO menetapkan konsentrasi Asap merupakan dispersi uap asap dalam
benzo(a)piren maksimum di dalam makanan adalah udara, yang dihasilkan dari proses distilasi kering
10 µg/kg (WHO, 1987), sedangkan Turki Food atau pirolisis biomassa seperti kayu, kulit kayu,
Codex menetapkan 1 µg/kg dan 5 µg/kg ditetapkan tempurung, sabut, bambu, daun dan lain sebagainya.
oleh Komisi Eropa (European Comission, 2005). Proses pirolisis ini akan menghasilkan seperti fenol,
Indonesia menetapkan cemaran kimia dalam pangan tar dan senyawa PAH yang terjadi pada suhu
kadar benzo(a)piren dengan kisaran 0,2–10 ppb >500°C (Darmadji, 2009).
(Yuniarti, 2010).

Tabel 4. Kadar benzo(a)piren sate daging kambing dengan lama pembakaran dan jenis bahan bakar yang
berbeda (ppb) (benzo(a)pyren goat meat satay levels with different fuel and grilling time (ppb))

Lama pembakaran (menit) (grilling


Jenis sate (satay type) duration (minute)) Rerata (average)
3 5 7
Bakar arang (charcoal grilling) 2,55 4,16 5,02 4,18
Bakar gas (gas grilling) 0,68 2,71 1,65 1,65

194
Buletin Peternakan Vol. 38(3): 189-196, Oktober 2014 ISSN 0126-4400

Hasil penelitian Jaya et al. (1997) me- benzo(a)piren lebih tinggi dihasilkan pada sate
nyatakan bahwa kandungan benzo(a)piren tertinggi daging kambing yang dibakar dengan arang. Saran
diperoleh pada asap cair tempurung kelapa, karena yang dapat diberikan adalah perlu dilakukan
kandungan ligninnya paling tinggi. Perbedaan jenis penelitian pembakaran tidak langsung dengan
kayu berhubungan dengan perbedaan komposisinya menggunakan pembungkus atau alas daun pisang
terutama kadar lignin. Sesuai pendapat Maga (1987) atau aluminium foil untuk mengurangi kadar
yang menyatakan bahwa komposisi kayu mem- benzo(a)piren.
pengaruhi kandungan benzo(a)piren, dimana kayu
mengandung lignin yang lebih tinggi karena akan Daftar Pustaka
terbakar lebih panas dibandingkan kayu dengan
lignin yang lebih sedikit. Dengan demikian semakin Aberle, E., J. C. Forrest, D. E. Gerrad and E. W.
banyak lignin yang terdekomposisi, sehingga lebih Mills. 2001. Principles of Meat Science.
banyak benzo(a)piren yang terbentuk. Penjual sate Kendall Publishing Company. Iowa.
menggunakan arang untuk pembakarannya, arang Beriain, M. J., A. Purroy, T. Treacher and P. Bas.
yang digunakan dapat berasal dari berbagai jenis 2000. Effect of animal and nutritional factors
seperti arang kayu, arang tempurung kelapa, dan and nutrition on lamb meat quality. In: Sheep
briket arang. Taufik (2006) menyatakan bahwa dari and Goat Nutrition: Intake, Digestion,
30 sampel yang diteliti, 33% warung sate meng- Quality of Products and Rangelands. Ledin I.
gunakan arang kayu, 63,3% warung sate meng- and Moran d-Feh rP. (eds). Zaragoza: 75-86.
gunakan arang batok kelapa, dan 3,3% warung sate Benford, D., M. Dinovi and R. W. Setzer. 2010.
menggunakan kombinasi arang kayu dan batok Application of the margin-of-exposure (MoE)
kelapa. approach to substances in food that genotoxic
Jenis bahan bakar gas yang digunakan adalah and carcinogenic e.g : benzo(a)pyrene and
gas LPG. Widiarto et al. (2011) menyatakan bahwa polycyclic aromatic hydrocarbons. Food
gas LPG umumnya digunakan untuk keperluan Chem. Toxicol. 48: 42-48.
rumah tangga dan digunakan untuk pemanggang Bihaqi, S. F. and H. Jalal. 2010. Goaty odor and its
(barbecue). Komponen utamanya adalah gas prevention. Res. J. Agric. Sci. 1: 487-490.
propane (C3H8) dan butane (C4H10) kurang lebih Chen, J. and S. Chen. 2004. Removal of polycyclic
sebanyak 99% dan selebihnya adalah zat pembau. aromatic hydrocarbons by low density
Pyle et al. (1994) menambahkan barbecue meng- polyethylene from liquid model and roasted
gunakan gas propane lebih nyaman dan meng- meat. Food Chem. 90: 461-469.
hasilkan emisi yang lebih sedikit daripada meng- Darmadji, P. 1997. Investigasi senyawa karsinogen
gunakan arang. Api dari gas propane menghasilkan benzopyrene dalam sate. Laporan Penelitian.
karbondioksida dan hidrokarbon dengan jumlah Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas
yang lebih sedikit daripada arang. Pembakaran Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
menggunakan gas lebih cepat dan lebih aman. Yogyakarta.
Pembakaran menggunakan arang akan me- Darmadji, P. 2009. Teknologi asap cair dan
nyebabkan cairan menetes ke bara, menguap dan aplikasinya pada pangan dan hasil pertanian.
menyebabkan kontaminasi, menggunakan gas dapat Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
langsung dimatikan dan panas berhenti sehingga dalam Bidang Teknologi Pangan dan Hasil
cepat menyesuaikan dengan suhu lingkungan. Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian,
Kadar benzo(a)piren dinilai paling rendah Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
dan lebih aman dikonsumsi dengan pembakaran Direktorat Jenderal Peternakan. 2011. Populasi
menggunakan jenis bahan bakar gas dan tidak Ternak. Badan Pusat Statistik Republik
terlalu lama pembakarannya dengan tetap memper- Indonesia. Available at www.bps.go.id
hatikan daging matang sehingga tidak ada cemaran Accession date: 19 Juni, 2013.
mikroba di dalam daging. European Comission. 2005. Directive No.
208/2005, amending Regulation (EC) No.
Kesimpulan 466/2001 as Regard Polycyclic Aromatic
Hydrocarbons. Official Journal of European
Kesimpulan dari penelitian ini adalah lama Union, Brussels, Belgium.
pembakaran memberi perubahan warna, rasa, Jaya, I. Ketut, P. Darmadji, dan Suhardi. 1997.
juiciness, daya terima dan kadar benzo(a)piren sate Penurunan kandungan benzo(a)pyrene asap
daging kambing. Namun, lama pembakaran tidak cair dengan zeolit dalam upaya meningkatkan
mempengaruhi bau dan tekstur sate daging keamanan pangan. Prosiding Seminar
kambing. Jenis bahan bakar tidak mempengaruhi Teknologi Pangan. Institut Pertanian Bogor.
kualitas sensoris sate daging kambing. Kadar Bogor.

195
Bayu Etti Tri Adiyastiti et al. Pengaruh Lama Pembakaran dan Jenis Bahan Bakar terhadap Kualitas Sensoris

WHO. 1987. Evaluation of Certain Food Additives Taufik, C. 2006. Keamanan mengkonsumsi sate
and Contaminants. WHO Technical Report daging kambing ditinjau dari aspek
Series 31. JECFA. pemanasan dan tingkat cemaran mikroba di
Kusnandar, F. 2010. Mengenal Sifat Lemak dan Kotamadya Jakarta Timur. Tesis Sekolah
Minyak. Departemen Ilmu Teknologi Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Pangan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Bogor.
Maga, J. A. 1987. Smoke in Food Processing. CRC Terzi, G., T. H. Celik and C. Nisbet. 2008.
Press Inc. Boca Raton. Florida. Determination of benzo(a)pyrene in Turkish
Moeljanto, R. 1998. Pengolahan Ikan untuk doner kebab sample cooked with charcoal or
Indonesia. Nelpan. Jakarta. gas fire. Irish J. Agric. Food Res. 47: 187-
Muchtadi, D., N. Palupi, dan M. Astawan. 1993. 193.
Metabolisme Zat Gizi Sumber dan Tiven, N. C., S. Edi, dan Rusman. 2007. Komposisi
Kebutuhan bagi Tubuh Manusia. Pustaka kimia, sifat fisik dan sensoris bakso daging
Sinar Harapan. Jakarta. kambing dengan bahan pengenyal yang
Ney, K. H. 1992. Cocoa off flavors. In: Off Flavors berbeda. Majalah Ilmu dan Teknologi
in Foods and Beverages. Charalambous, G. Pertanian 27: 1-6.
(ed). Elsevier Science Pub. B. V. Amsterdam. Toldra, F. 2010. Innovation for Healthier Processed
Pyle, W., J. Dabritz., R. Cortez and J. Healy. 1994. Meats. International Conference on Food
Barbecuing with Hydrogen Gas Diffusion Innovation. Food Innova. Valencia.
Burners for Hydrogen. Fraunhofer- Uriarte, A. M. E., C. W. Spaeth and K. K. Bolsen.
Gesellschaft Institute for Solar Energy 2012. Nutritional Factors Affecting Sheep
System. Freiberg, Germany. Meat Quality. Animal Sciences and Industry.
Resurreccion, A. V. A. 2002. Sensory aspects of Kansas State University. Kansas.
consumer choices for meat and meat Watts, B. M., G. L. Ylimaki, L. E. Jeffrey and L. G.
products. Meat Sci. 66: 11-20. Ekics. 1989. Basic Sensory Methods for Food
Smith, D. M. 2001. Fuctional properties of muscle Evaluation. International Development
proteins in processed poultry products. In: Research centre, Ottawa. Ontario.
Poultry Meat Processing. A. R. Sams (ed). Widiarto, Z. K., H. E. Hadi, dan R. Rakhmawati.
CRC Press. Washington. 2011. Pendeteksi dan Pengamanan
Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. Kebocoran Gas LPG (Propana) Berbasis
Gadjah Mada Press. Yogyakarta. Mikrokontroller melalui Sms sebagai Media
Souza, E. L., T. L. Stamford, E. O. Lima, V. N. Informasi. Available at www.repo.eepis-
Trajano and M. B. Filho. 2005. Antimicrobial its.edu/1386/1/Makalah.pdf. Accession date:
effectiveness of spices: an approach for use in 18 September, 2013.
food conservation system. Braz. Arch. Biol. Yuniarti, P. 2010. Food Safety: Hot issues. Food
Technol. 48: 549-558. Review. Direktorat Standardisasi Produk
Steel, R. G. dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Pangan, Badan POM RI. Bogor.
Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan
Biometrik edisi kedua. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.

196

Anda mungkin juga menyukai