Anda di halaman 1dari 8

AKUNTANSI KEUANGAN

Hutang Jangka Panjang, Keuntungan dan Kerugiannya

Modal (capital) bagi sebuah unit usaha sangat dibutuhkan. Modal dibutuhkan untuk operasional
perusahaan, pengembangan usaha dan bahkan untuk mengawali usaha (start-up). Bagaimana
modal bisa diperoleh ?

Investor, kerjasama dengan partner, hutang dan bahkan kantong pribadi merupakan sumber
dari mana modal bisa didapat. Hutang, jika memilih pendanaan dari hutang, unit usaha akan
dihadapkan pada pilihan hutang jangka pendek, hutang jangka menengah dan hutang jangka
panjang. Mana yang lebih dipilih?

Memiliki hutang dalam berbisnis adalah keniscayaan. Hutang ada karena adanya kebutuhan.
Kebuhan untuk operasi perusahaan, kebutuhan untuk memulai usaha, kebutuhan untuk
pengembangan usaha, kebutuhan untuk membayar hutang. Dan kebutuhan kebutuhan yang
lain.

Perusahaan yang bervisi jauh kedepan. Menginginkan sesuatu kemajuan dimasa depan.
Memikirkan bahwa perusahaan akan terus beroperasi hingga selamanya. Sudah selayaknya
untuk mempertimbangkan opsi memenuhi kebutuhan pendanaan dengan hutang jangka
panjang.

Hutang jangka panjang adalah hutang yang memiliki tengggang waktu pembayaran lebih dari
satu tahun buku atau operasional perusahaan. [Kieso]

Berbeda dengan hutang jangka pendek yang memiliki jatuh tempo atau segera dibayaran
selama kurang dari satu tahun buku. Umumnya, hutang jangka panjang memiliki tenggang
waktu 5 - 20 tahun. Sumber hutang jangka panjang biasanya diperoleh dari bank, investor
ataupun perusahaan lain.

Hutang jangka panjang ini umumnya digunakan untuk keperluan investasi perusahaan. Investasi
pada aktiva tetap perusahaan yang manfaatnya juga akan dirasakan bukan hanya satu dua
periode saja, namun hingga jangka waktu yang relatif lama. Bisa 10 -50 tahun atau lebih.
Sifatnya lebih permanen.

Contoh membeli tanah, pembangunan pabrik baru, gedung baru, membeli perusahaan supplier,
akuisisi perusahaan pesaing. Dan lain sebagainya.
Media yang digunakan untuk mendapatkan hutang jangka
panjang umumnya berupa hutang hipotik dan penerbitan
obliasi.

HIPOTIK
Hutang atau pinjaman hipotek adalah hutang yang menggunakan aktiva tetap sebagai jaminan.
Aktiva tetap perusahaan misalnya gedung atau bangunan, rumah, mesin, tanah dan atau aset
tidak bergerak lainnya yang dimiliki oleh perusahaan.

Kreditur atau pemberi pinjaman dapat menyita, mengambil dan menjual barang yang telah
dijaminkan tersebut apabila perusahaan tidak bisa melakukan pembayaran terhadap utang
sesuai dengan skema dan perjanjian baik jumlah nominal maupun tenggang waktu yang telah
disepakai untuk menutupi kekurangan pembayaran yang belum dilunasi.

Hutang pinjaman hipotek ini contohnya adalah pinjaman kepada bank. Untuk memperoleh
pinjaman jenis ini, bank memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh perusahaan.

Besar kecilnya pinjaman akan menyesuaikan dengan jaminan aktiva tetap yang tersedia, juga
kemampuan perusahaan didalam pembayaran. Bisa dilihat dari kelancaran arus kas, laba
tahunan yang diperoleh perusahaan dan indikator indikator lainnya yang menjadi pertimbangan
pihak bank dalam menyetujui pinjaman yang dibutuhkan.

Jangka waktu pembayaran berdasarkan kesepakatan antara peminjam dan bank yang telah
disepakati. Umumnya 5-10 tahun.

1. Hutang hipotik

Hutang hipotik ialah pinjaman dari bank atau perusahaan atau lembaga keuangan lainnya
dengan menjaminkan harta tidak bergerak. maksud dari harga tidak bergerak, seperti tanah,
bangunan, dan yang lain sebagainya.

Contoh kasus dalam hutang hipotik :

Pada tanggal 1 Januari 2010 PT. Bulan mendapat pinjaman hipotik dari Bank Jaya sebesar Rp
80.000.000 bunga 12% dibayar dibelakang tiap tanggal 1/3 dan 1/9 dengan jaminan rumah dan
tanah sebesar Rp 10.000.000. Hipotik diangsur setiap tanggal 1/8 dan dimulai tanggal 1/8/2011
dengan besarnya tiap angsuran Rp 20.000.000
Diminta:

Buatlah semua jurnal yang diperlukan termasuk pencatatan, penyeseuaian, penutupan dan
pembalik untuk tahun 2010 dan 2011 saja.

Jawab:

01/01/2010 Kas Rp 80.000.000

Hutang hipotik Rp 80.000.000

01/03/2010 Beban bunga Rp 1.600.000

Kas Rp 1.600.000

Perhitungan: 2/12 x 12/100 x Rp 80.000.000 = Rp 1.600.000

01/09/2010 Beban Bunga Rp 4.800.000

Kas Rp 4.800.000

Perhitungan: 6/12 x 12/100 x Rp 80.000.000 = Rp 4.800.000

31/12/2010 Jurnal Penyesuaian:

Beban bunga Rp 3.200.000

Hutang bunga Rp 3.200.000

31/12/2010 Jurnal Penutup:

Laba/rugi Rp 9.600.000

Beban bunga Rp 9.600.000

01/01/2011 Jurnal Pembalik:

Hutang bunga Rp 3.200.000

Beban bunga Rp 3.200.000

01/03/2011 Beban bunga Rp 4.800.000

Kas Rp 4.800.000
01/08/2011 Angsuran hipotik terhutang Rp 20.000.000

Kas Rp 20.000.000

01/09/2011 Beban bunga Rp 4.600.000

Kas Rp 4.600.000

Perhitungan: 1/3 – 1/8 = 5/12 x 12/100 x Rp 80.000.000 = Rp 4.000.000

1/8 – 1/9 = 1/12 x 12/100 x Rp 80.000.000 = Rp 600.000

31/12/2011 Jurnal Penyesuaian:

Beban bunga Rp 2.400.000

Hutang bunga Rp 2.400.000

Perhitungan: 4/12 x 12/100 x 60.000.000 = Rp 2.400.000

31/12/2011 Hutang hipotik Rp 20.000.000

Angsuran hipotik terhutang Rp 20.000.000

31/12/2011 Jurnal Penutup:

Ikhtisar laba rugi Rp 7.600.000

Beban bunga Rp 7.600.000

OBLIGASI
Hutang obligasi adalah hutang yang diperoleh dengan cara menerbitkan surat berharga obligasi.
Pembeli obligasi dikenal dengan pemegang obligasi yang artinya juga adalah sebagai pemberi
hutang.

Surat berharga obligasi didalamnya telah diatur tentang nominal obligasi, bunga pertahun,
tanggal pelunasan dan hal lain sesuai dengan jenis obligasi yang disepakati oleh penerbit
(perusahaan) dengan pembeli (pemberi pinjaman).

Hutang obligasi merupakan surat tanda berutang dengan jumlah yang tercantum dalam surat
tersebut dan disertai waktu pelunasan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun serta dengan
tingkat bunga tertentu dan tanggal pembayarannya.

Contoh Hutang obligasi:

Pada tanggal 1 Maret 2010 PT.Jaya menempatkan atau menjual utang obligasinya pada
PT.Indomart dengan sebanyak 2000 lembar, dengan kurs 110% dan nilai nominal @100.000,
Biaya yang diperhitungkan adalah biaya provisi dan materai 1%. Tingkat bunga 12% hari kupon
1/6 – 1/12

Pada tanggal 1 April 2010 PT.Jaya menjual utang obligasinya pada PT.Semen Tiga Roda sebanyak
5000 lembar dengan nilai nominal @20.000 dan kurs 95% , provisi dan materai 1% tingkat
bunga 10% hari kupon 1/8

Pada tanggal 1 Mei 2010 PT.Jaya menempatkan utang obligasi PT.Indofood sebanyak 1000
lembar nilai nominal @80.000 dengan kurs 100% (Pari) profisi dan materai 1% , tingkat bunga
13,5% hari kupon 30 April dan 30 Oktober.

Tentukan harga perolehan atau penempatan dari utang obligasi pada PT.Indomart , utang
obligasi pada PT.Semen Tiga Roda dan utang obligasu pada PT.Indofood

Jawab :
Harga jual obligasi pada PT.Indomart = 2000 x 100.000 x 110% = 220.000.000

Provisi dan materai 1% x 220.000.000 = 2.200.000 -

Harga perolehan atau harga beli = 217.800.000

Harga beli obligasi PT.Semen Tiga Roda = 5000 x 20.000 x 95% = 95.000.000

Provisi dan materai 1% x 95.000.000 = 9.500.000 -

Harga perolehan atau harga beli = 94.050.000

Harga beli obligasi PT.Indofood = 1000 x 80.000 x 100% = 80.000.000

Provisi dan materai 1% x 80.000.000 = 800.000 -

Harga perolehan atau harga beli = 79.200.000

Keuntungan Hutang Jangka Panjang


Ketika hutang jangka panjang menjadi opsi untuk mendanai aktivitas perusahaan. Khususnya
untuk mendanai aktivitas aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan dalam
jangka panjang. Ada beberapa keuntungan yang bisa didapat dengan hutang jangka panjang.

Menjadi pengurang kewajiban pajak. Bunga pinjaman dari hutang jangka panjang adalah biaya
yang harus dibebankan kepada perusahaan tiap tahunnya. Secara pencatatan akuntansi,
bertambahnya beban bunga akan mengurangi laba perusahaan yang kemudian memperkecil
pajak yang akan dibayarkan.

Bunga dari obligasi memiliki tingkat yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan deviden
yang harus dibayar kepada pemilik saham.

Pihak penghutang, baik pemilik obligasi ataupun pihak kreditor dengan skema yang lain tidak
akan pernah memiliki hak suara didalam perusahaan. Tidak akan pernah bisa mempengaruhi
kebijakan kebijakan yang akan dan sedang dijalankan oleh manajemen.

Kerugian Hutang Jangka Panjang


Sisi lain dari keuntungan yang akan diperoleh adalah adanya resiko resiko yang akan mengiringi
kebijakan hutang jangka panjang. Seperti ini:

Nilai saham perusahaan bisa terkoreksi apabila respon pasar terhadap kebijakan hutang jangka
panjang tidak terlalu baik.

Menjadi beban tetap setiap tahun yang harus ditanggung oleh perusahaan.

Adanya resiko gagal bayar yang bisa membuat perusahaan bisa dipailitkan.

Semakin besar dan semakin lama jangka waktu pinjaman membuat resiko juga semakin tinggi.

Penggunaan dana hasil pinjaman yang tidak efektif bisa mengganggu performa perusahaan.
Terlebih hubungannya dengah arus kas perusahaan.

Mengambil Hutang Jangka Panjang atau Tidak?

Mencapai tujuan jangka panjang dengan sarana hutang jangka panjang adalah sebuah opsi.
Keinginan untuk berkembang dan maju memenangi persaingan mendorong manajer keuangan
mengambil langkah ini. Nominal yang besar dan pengembalian dalam tempo yang cukup lama
adalah sebuah kesempatan.

Mengukur sebesar apa nominal jumlah utang yang dibutuhkan dan kemungkinan kesanggupan
membayar adalah salah satu fungsi pendanaan dari manajer keuangan. 50 Miliar mungkin
jumlah yang tidak begitu besar bagi perusahaan sekelas Ciputra Group. Namun sangat besar
diluar jangkauan bagi UD Mekar Jaya, usaha furniture milik Pak Haji Slamet. Rasio hutang harus
dicermati.

Besar kecilnya jumlah hutang jangka panjang yang ideal diputuskan dengan melihat struktur
neraca perusahaan yang ada. Manajemen keuangan semestinya sudah paham, berapa jumlah
ekuitas yang ada, berapa jumlah aset yang dimiliki dan termasuk berapa jumlah laba yang
dihasilkan atau akan dihasilkan.

Maka muncullah istilah Rasio Solvabilitas.

Rasio solvabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kesanggupan perusahaan untuk


membayar kewajiban atau hutang jangka panjang jika perusahaan dilikuidasi. [Syafri (2008:303)]

Manajer keuangan sudah selayaknya mengetahui dengan detail rasio yang ada. Beda
perusahaan, beda pula rasionya, beda industri, beda pula rasionya.
Ketidak-akuratan rasio yang dihitung, penggunaan dana dari hutang yang tidak tepat, dan tidak
tercapainya target yang diharapkan dengan penggunaan dana dari hutang jangka panjang
adalah mimpi buruk. Telat dan ketidaksanggupan membayar cicilan merupakan gejala.
Semangat kreditur dalam menuntut pailit perusahaan adalah niscaya.

Namun jika terjadi sebaliknya, tujuan perusahaan dengan mudah bisa dicapai.

Anda mungkin juga menyukai