Anda di halaman 1dari 13

Kementerian Dalam Negeri

Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

PANDUAN PELATIH
PB. 2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA

PELATIHAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA


Modul Pelatihan BPD Tahun 2018
1
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

PB. 2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN


DESA

DESKRIPSI SINGKAT :
Bagian ini merupakan panduan bagi pelatih yang
membahas tentang kebijakan penyelenggaraan
pemerintahan desa terkait dengan kewenangan
desa, perencanaan pembangunan desa,
pengelolaan keuangan desa dan pengelolaan aset
desa.

POKOK BAHASAN :

1. Memahami Kewenangan Desa


2. Memahami Kebijakan Perencanaan Pembangunan
Desa
3. Memahami Pengelolaan Keuangan Desa
4. Memahami Kebijakan Pengelolaan Aset Desa

TUJUAN POKOK BAHASAN:


Pada akhir penyajian pokok bahasan ini peserta
dapat memahami kebijakan penyelenggaraan
pemerintahan desa terkait dengan kewenangan
desa, perencanaan pembangunan desa,
pengelolaan keuangan desa dan pengelolaan aset
desa.

WAKTU : 8 JAM PELAJARAN @ 45 MENIT = 365 MENIT

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


2
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

2. PELATIHAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA


SPB.2.1 MEMAHAMI KEWENANGAN DESA
1
DESKRIPSI SINGKAT :
Bagian ini merupakan panduan bagi Pelatih yang
membahas tentang Kewenangan Desa sesuai
dengan Regulasi yang ada

WAKTU : 2 JAM PELAJARAN @ 45 MENIT = 90 MENIT

RENCANA PEMBELAJARAN
(LESSON PLAN)

NAMA PELATIHAN: KODE PELATIHAN:


PELATIHAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
PENYAJIAN : Ke 1
KODE UNIT KOMPETENSI:
WAKTU : 2 JP
JUDUL
Memahami Kewenangan Desa
TUJUAN INSTRUKSIONAL:
Setelah selesai mengikuti pelatihan ini, peserta dapat:
1. Menjelaskan jenis-jenis kewenangan desa
2. Menjelaskan kegiatan-kegiatan yang menjadi kewenangan Desa
3. Menjelaskan tatacara penetapan kewenangan Desa sesuai
dengan Permendagri nomor 44 tahun 2016

PERSIAPAN :
1. Persiapan ruang
2. Persiapan perlengkapan kelas
3. Persiapan peralatan dan bahan

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


3
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

PROSES PENYAJIAN
SUB-POKOK URAIAN KEGIATAN METODE ALAT ALOKASI
BAHASAN PERAGA WAKTU
Memahami I. Pembukaan / Motivasi - Ceramah - LCD 5’
Kewenangan 1. Fasilitator Menbukan Sesi - Tanya - Slide
Desa Dengan Salam jawab power
2. Fasilitator Memeriksa daftar point
hadir
3. Fasilitator menyampaian judul
dan tujuan sesi pembelajaran
II. Menjelaskan Jenis-Jenis - Ceramah - LCD 10’
Kewenangan Desa - Tanya - Slide
1. Fasilitator menjelaskan jenis- jawab power
jenis kewenangan desa point
menggunakan bahan tayang
berdasarkan UU nomor 6
tahun 2014 tentang desa
beserta peraturan turunan
nya (PP 43 dan Permendagri
No 44 tahun 2016)
2. Fasilitator memberikan
kesempatan kepada peserta
untuk bertanya atau
memberikan tanggapan
terhadap meteri yang
dijelaskan oleh Fasilitator
3. Fasilitator memberikan
penjelasan tambahan
terhadap tanggapan yang
disampaikan oleh peserta
4. Fasilitator mengevaluasi
apakah jenis-jenis
kewenangan desa tersebut
telah dipahami oleh peserta
dengan meminta beberapa
orang peserta untuk
menyebutkan jenis-jenis
kewenangan desa sesuai
dengan yang telah dijelaskan

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


4
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

III. Menjelaskan Bidang - Ceramah - LCD 30’


Kegiatan Yang Menjadi - Tanya - Power
Kewenangan Desa jawab Point
1. Fasilitator menanyakan - White
kepada peserta apa saja board
contoh dari tiap-tiap bidang - Kertas
kewenangan desa, Plano
berdasarkan penjelasan sesi-1
2. Fasilitator melangkapi
penjelasannya dengan
menjelaskan contoh-contoh
kegiatan dari tiap-tiap bidang
kewenangan Desa
3. Fasilitator meminta
tanggapan beberapa orang
peserta untuk memastikan
bahwa peserta telah
memahami kegiatan-kegiatan
dari tiap-tiap bidang
kewenangan Desa

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


5
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

IV. Menjelaskan Tata Cara - Ceramah - LCD 40’


Penetapan Kewenangan - Tanya - Power
Desa jawab Point
1. Faslitator menjelaskan pokok- - White
pokok kebijakan tentang board
penetapan kewenangan desa - Kertas
berdasarkan permendagri Plano
nomor 44 tahun 2016
Meliputi:
a. Penataan Kewenangan
Desa
b. Jenis dan Perincian
Kewenangan Desa
c. Kriteria Kewenangan Desa
d. Kewenangan Desa Adat
e. Tatacara pelaksanaaan
Kewenangan Desa dan
Desa Adat

2. Fasilitator memberi
kesempatan kepada peserta
untuk memberikan tanggapan
atau bertanya bila ada hal-hal
yang belum jelas
3. Fasilitator memberikan
penjelasan tambahan
terhadap tanggapan atau
pertanyaan peserta
V. Evaluasi 5’
1. Pelatih memberikan
penegasan terhadap materi
yang dibahas
2. Memastikan tujuan
pembelajaran telah tercapai
3. Membagikan lembar evaluasi
SPB

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


6
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Bahan Bacaan

BAHAN BACAAN KEWENANGAN DESA

UU Pemerintahan Daerah yang lama (UU No. 32/2004) pada Pasal 206 hanyalah
membagi kewenangan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa.
Berdasarkan ketentuan ini dapat dilihat bahwa titik berat UU No. 32/2004 tidak
secara spesifik memberikan perhatian kepada kewenangan desa, tetapi lebih
memberikan titik tekan pada pembagian urusan pemerintahan saja.
Sedangkan pembagian urusan pemerintahan yang berlaku saat ini, dan relasinya dengan
kewenangan desa, dapat dilihat dalam UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah
yang menyatakan bahwa urusan pemerintah dibagi menjadi tiga yakni urusan absolut,
urusan konkuren dan urusan pemerintahan umum. Urusan absolut adalah urusan yang
hanya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat; urusan konkuren adalah urusan
pemerintah pusat yang dapat dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah; dan urusan
pemerintahan umum adalah urusan yang dijalankan kewenangannya oleh Presiden.
Dalam semesta pembagian urusan ini, Desa dapat menjalankan urusan konkuren yang
dijalankan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan peraturan gubernur jika yang
memberikan tugas adalah pemerintah provinsi dan peraturan bupati/walikota jika yang
memberikan tugas adalah pemerintah kabupaten/kota.

Kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan


Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa.
Penjelasan
Yang dimaksud dengan “hak asal usul dan adat istiadat Desa” adalah hak yang
masih hidup dan sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kewenangan Desa meliputi:


a. kewenangan berdasarkan hak asal usul;
b. kewenangan lokal berskala Desa;
c. kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, atau
Pemerintah Kabupaten/Kota; dan

d. kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, atau


Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


7
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Huruf a: Yang dimaksud dengan “hak asal usul” adalah hak yang merupakan
warisan yang masih hidup dan prakarsa Desa atau prakarsa masyarakat Desa
sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat, antara lain sistem
organisasi masyarakat adat, kelembagaan, pranata dan hukum adat, tanah kas
Desa, serta kesepakatan dalam kehidupan masyarakat Desa.
Huruf b: Yang dimaksud dengan “kewenangan lokal berskala Desa” adalah
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Desa yang
telah dijalankan oleh Desa atau mampu dan efektif dijalankan oleh Desa atau
yang muncul karena perkembangan Desa dan prakarsa masyarakat Desa, antara
lain tambatan perahu, pasar Desa, tempat pemandian umum, saluran irigasi,
sanitasi lingkungan, pos pelayanan terpadu, sanggar seni dan belajar, serta
perpustakaan Desa, embung Desa, dan jalan Desa.
Huruf c: Cukup Jelas
Huruf d: Cukup Jelas

Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal


berskala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a dan huruf b diatur
dan diurus oleh Desa.

Pelaksanaan kewenangan yang ditugaskan dan pelaksanaan kewenangan tugas


lain dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c dan huruf d
diurus oleh Desa.

Pembahasan di DPR
Menurut Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi yang mewakili pemerintah dalam
rapat Pansus 4 April 2012, dalam rangka menunjang kemandirian Desa maka
Desa perlu diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakatnya.
Menurut RUU Pemerintah, kewenangan Desa meliputi dua hal, yakni (1)
kewenangan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul Desa dan kewenangan
lokal berskala Desa yang diakui kabupaten/kota. Terhadap kewenangan ini,
Desa berhak mengatur dan mengurusnya; dan (2) kewenangan Pemerintah
Pusat, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang dilimpahkan
pelaksanaannya kepada desa sebagai lembaga dan kepada Kepala Desa sebagai
Penyelenggara Pemerintah Desa dan kewenangan lainnya yang ditetapkan
dengan peraturan perundang-undangan. Terhadap pelaksanaan kewenangan ini,
Desa hanya memiliki kewenangan mengurus atau melaksanakan, sehingga
Modul Pelatihan BPD Tahun 2018
8
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

pembiayaan yang timbul dalam pelaksanaan kewenangan tersebut menjadi


beban bagi pihak yang melimpahkan kewenangan.
Namun demikian, RUU Pemerintah tidak menjabarkan bentuk-bentuk
kewenangan yang dijalankan oleh Desa. Terhadap draf RUU Pemerintah yang
masih dianggap kurang lengkap ini, beberapa fraksi di DPR kemudian
mengusulkan berbagai rumusan. Sebagaimana ditemukan dalam DIM, Fraksi
PKS mengusulkan kewenangan Desa untuk mengelola sumber daya Desa.
Sedangkan Fraksi PKB mengusulkan bentuk kewenangan yang lebih lengkap,
dimana Desa diberikan kewenangan dalam dua hal: yakni (1) Bidang
Pemerintahan. Dalam hal ini Desa memiliki kewenangan untuk memilih kepala
desa, menetapkan BPD dan perangkat desa lainnya, membentuk peraturan
desa, membentuk struktur organisasi perangkat desa; mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan; dan mengelola kelembagaan desa; (2) Bidang
Perencanaan dan Pembangunan. Dalam bidang ini Desa memiliki kewenangan
untuk merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengembangkan
pembangunan di wilayahnya; mengelola dan memanfaatkan kekayaan desa
untuk kesejahteraan masyarakat; dan mendapatkan sumber-sumber pendapatan
desa.
Fraksi PKB juga tidak sepakat dengan usulan Pemerintah terkait dengan
kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi atau Kabupaten/Kota yang
dilimpahkan ke Desa. Menurut Fraksi PKB, kewenangan Pemerintah Pusat,
Provinsi dan Kabupaten/Kota yang dilimpahkan pelaksanaannya kepada Desa
bukanlah kewenangan karena Desa hanya mengurus atau melaksanakan saja,
tidak bersifat mengatur. PKB mengusulkan klausul ini dihapus, sehingga
kewenangan Desa adalah kewenangan asal usul dan kewenangan berskala desa.
Fraksi PPP mengusulkan penambahan kewenangan Desa Adat, dengan bunyi
rumusan “Desa adat mempunyai kewenangan dalam bidang pemerintahan dan
kemasyarakatan berdasarkan hukum adat yang selaras dengan peraturan
perundang-undangan. Selanjutnya diusulkan, kewenangan Desa adat meliputi:
(a) Mengatur dan melaksanakan sistem pemerintahan berdasarkan hukum adat
setempat; (b) Mengatur dan mengelola sumber daya alam yang dikuasai
berdasarkan hukum adat, yang meliputi tanah kas desa, tanah ulayat, hutan
adat dan sumber daya alam lainnya; (c) Melaksanakan hukum adat setempat;
(d) Melestarikan nilai-nilai sosial budaya setempat; (e) Mengelola dan
melestarikan sumber daya alam yang dikuasai berdasarkan hukum adat; dan (f)
Menyelesaikan sengketa adat berdasarkan hukum adat setempat dalam
wilayahnya yang selaras dengan prinsip hak asasi manusia.

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


9
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Rapat Tim Perumus (Timus) Pansus RUU Desa pada 12 September 2013
menyepakati rumusan menjadi “Kewenangan Desa/Desa Adat mencakup
kewenangan di bidang pemerintahan, pembangunan, dan pemberdayaan
berdasarkan prakarsa masyarakat, asal usul, dan adat istiadat setempat.”
Rumusan ini masih mencantumkan Desa Adat, sehingga dalam rumusan
turunannya, terdapat dua ruang lingkup kewenangan, yaitu ruang lingkup
kewenangan Desa dan Desa Adat.
Tidak diketahui secara pasti mengapa pada rumusan yang disahkan menjadi UU,
kewenangan Desa Adat tidak dicantumkan. Mengacu pada proses ini, maka
dapat dimaknai bahwa kewenangan yang dimaksud pada bagian ini adalah
khusus untuk Desa dan bukan Desa Adat. Sedangkan Kewenangan Desa Adat
dalam UU ini secara khusus diatur pada Bab XIII pasal 103 UU Desa.

Tujuan pengaturan kewenangan desa yang berdasarkan pada asas rekognisi dan
asas subsidaritas adalah untuk pencapaian kemandirian desa agar masyarakat
desa menjadi subyek pembangunan. Selain itu diharapkan Desa bisa berperan
dalam perbaikan pelayanan publik dan peningkatan kesejahteran masyarakat.
Undang-Undang Desa adalah hasil dari evaluasi terhadap implementasi atas UU
No. 32/2004 yang belum memberikan kejelasan tentang kewenangan Desa.
Dalam Naskah Akademik RUU Desa (Direktorat Pemerintahan Desa dan
Kelurahan, Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Departemen Dalam
Negeri, 2007) dinyatakan bahwa dalam mengatur tentang Desa, UU No.
32/2004 mengandung ambivalensi. Di satu sisi, ia mengakui dan menghormati
kewenangan asli yang berasal dari hak asal usul. Di sisi lain, ia memposisikan
Desa sebagai subsistem dari pemerintah kabupaten/kota, karena konsepsi dasar
yang dianut UU ini menempatkan otonomi hanya berhenti di kabupaten/kota.
Kewenangan yang dimiliki oleh Desa menurut UU No. 32/2004 adalah
kewenangan kabupaten/kota yang dilimpahkan kepada Desa.
Pencantuman klausul khusus tentang Kewenangan Desa pada UU Desa ini
seakan ingin memberikan kejelasan terhadap kewenangan yang dimiliki oleh
Desa. Jika dicermati, keberadaan klausul khusus ini juga masih menyisakan
ambivalensi. Hal ini terlihat jelas pada Pasal 19 huruf (c) dan (d), dimana
kewenangan Desa merupakan limpahan kewenangan dari Pemerintah Pusat dan
Daerah, meskipun Desa juga diberikan kewenangan berdasarkan hak asal usul
dan kewenangan lokal berskala desa (huruf (a) dan (b). Dalam bagian ini
tampak pula bahwa ternyata kewenangan untuk menyelenggarakan
pemerintahan desa bukan hanya kewenangan berdasarkan hak asal usul dan
kewenangan lokal berskala Desa yang dimiliki oleh Desa, namun juga
Modul Pelatihan BPD Tahun 2018
10
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

pelaksanaan kewenangan berdasarkan pada penugasan dari Pemerintah


dan/atau Pemerintah Daerah yang ditugaskan kepada Desa (lihat pasal 22).
Selain dalam hal penyelenggaraan pemerintahan desa, kewenangan yang
bersifat penugasan lainnya adalah dalam hal pelaksanaan pembangunan desa,
pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.
Terhadap kewenangan-kewenangan ini, Desa tidak memiliki hak untuk mengatur
(membuat regulasi), tetapi hanya mengurus, sebagaimana dinyatakan pada
bagian terdahulu. Selain dalam UU Desa, pelimpahan kewenangan dari
Pemerintah dan Pemerintah Daerah kepada Desa juga dimandatkan dalam UU
No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah.

 Kewenangan Asal-usul dan Kewenangan Lokal Skala Desa


Kewenangan Desa berdasarkan asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa
bukanlah kewenangan yang diserahkan oleh pemerintah, bukan juga sisa
(residu) yang dilimpahkan oleh pemerintah kabupaten/kota sebagaimana
pernah diatur dalam UU No. 32/2004 dan PP No. 72/2005 tentang Desa.
Sesuai dengan asas rekognisi dan subsidiaritas, kedua jenis kewenangan itu
diakui dan ditetapkan langsung oleh UU Desa. Namun demikian mekanisme
penetapan kewenangan desa tidak diatur secara rinci. Pasal 20 UU Desa
menyebutkan pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal-usul dan
kewenangan lokal berskala desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
huruf a dan huruf b diatur dan diurus oleh Desa.

 Peran Pemerintah Desa dalam Menjalankan Kewenangan


Berkaitan dengan kewenangan ini, Bhenyamin Hoessein (disertasi 1993),
menjelaskan bahwa pengaturan dapat diartikan sebagai kewenangan “…untuk
menciptakan norma hukum tertulis yang berlaku umum dan mengenai hal
yang abstrak”; sementara pengurusan sebagai kewenangan “…untuk
melaksanakan dan menerapkan norma hukum umum dan abstrak kepada
situasi konkrit”. Dengan kata lain, pengaturan berkaitan dengan kewenangan
membentuk kebijakan (rules making), sementara pengurusan dengan
kewenangan melaksanakannya (rules application).
Mengikuti pengertian di atas, maka pemerintahan yang memiliki sekaligus
kewenangan pengaturan dan pengurusan (sendiri) dapat dipandang sebagai
pemerintahan otonom (Bhenyamin: 2001). Kedua istilah tersebut secara
bersama-sama merupakan padanan Bahasa Indonesia untuk istilah Bahasa
Inggris ‘self-governance’.

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


11
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Berkaitan dengan kewenangan pemerintah, Barton (2000) menyebutkan


bahwa dalam ekonomi pasar yang dikendalikan oleh pemerintahan yang
dipilih secara demokratis, hanya ada dua alasan bagi pemerintah untuk masuk
ke dalam aktivitas masyarakat, yaitu: keadilan sosial ( social equity) dan
kegagalan pasar. Berdasarkan alasan-alasan itu, secara garis besar peran
pemerintah dengan kebijakan publiknya adalah melakukan koreksi kegagalan
pasar untuk memperbaiki efisiensi produksi, yakni:
 Peran alokasi sumber daya. Hal ini mencakup soal penentuan ukuran
absolut dan relatif pemerintah dalam perekonomian (keseimbangan sektor
publik dan sektor swasta) dan penyediaan barang-barang publik serta
pelayanan kesejahteraan sosial bagi masyarakat.
 Peran regulator. Hal ini mencakup undang-undang dan tata tertib yang
dibutuhkan masyarakat termasuk undang-undang yang mengatur dunia
bisnis yang memadai untuk memfasilitasi aktivitas bisnis dan hak-hak
kepemilikan pribadi.
 Peran kesejahteraan sosial, yang mencakup kebijakan-kebijakan yang
mendorong pemerataan sosial di negara yang bersangkutan seperti
perpajakan, jaminan sosial dan penyediaan sejumlah barang publik
campuran bagi masyarakat
Pasal 78 UU Desa mengatur bahwa pembangunan desa bertujuan adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, meningkatkan kualitas
hidup manusia, dan menanggulangi kemiskinan. Lebih lanjut pencapaian
tujuan tersebut diselenggarakan melalui: (a) pemenuhan kebutuhan dasar,
(b) pembangunan sarana dan prasarana desa, (c) pengembangan potensi
ekonomi lokal, serta (d) pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan
secara berkelanjutan.

 Kewenangan Desa dalam Subyek Pembangunan


Berdasarkan pandangan teoritis tentang pemerintahan (Barton, 2000),
kewenangan normatif, tujuan dan cara mencapai tujuan yang diatur dalam
Undang-Undang Desa diturunkan dalam enam peran atau fungsi derivatif
pemerintahan desa, yakni:
 Mengelola pelayanan dasar. Dimensi ini mengukur kemampuan
pemerintahan desa untuk mengelola pelayanan dasar yang berada di
dalam lingkup kewenangannya, seperti ketersediaan layanan pendidikan
anak usia dini, bantuan transportasi ke sekolah, dan sistem desa siaga.
 Mengelola pelayanan administrasi. Dimensi ini mengukur kemampuan
pemerintahan desa dalam mengelola pelayanan administrasi, baik
Modul Pelatihan BPD Tahun 2018
12
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

administrasi kependudukan maupun beberapa administrasi perizinan yang


berada dalam kewenangannya.
 Menyediakan infrastruktur dasar. Dimensi ini mengukur kemampuan
pemerintahan desa dalam mengelola penyediaan infrastruktur dasar desa,
seperti air bersih, irigasi tersier, jalan desa, listrik desa, polindes, sarana
pendidikan anak usia dini, kantor desa, dan sarana olah raga.
 Memperkuat kelembagaan ekonomi. Dimensi ini mengukur kemampuan
pemerintahan desa dalam memperkuat keberadaan lembaga sosial
ekonomi sebagai upaya memperkuat solidaritas sosial, seperti mendorong
keberadaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) dalam pengelolaan
infrastruktur dasar dan penguasaan sumber daya alam lokal, dan
penguatan daya tawar kolektif.
 Memperkuat kelembagaan sosial. Dimensi ini mengukur kemampuan
pemerintahan desa dalam memperkuat keberadaan lembaga sosial
ekonomi sebagai upaya memperkuat solidaritas sosial, seperti memperkuat
organisasi sosial seperti posyandu, lembaga amil zakat, penanganan
bencana, dan resolusi konflik.
 Membuat regulasi. Dimensi ini mengukur kemampuan pemerintahan desa
dalam mengelola proses pembuatan regulasi sebagai salah satu bentuk
kebijakan publik, termasuk di dalamnya merevitalisasi aturan-aturan yang
bersumber dari adat istiadat.

Sumber:
http://kedesa.id/id_ID/wiki/kedudukan-dan-kewenangan-desa/kewenangan-
desa/

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


13

Anda mungkin juga menyukai