Anda di halaman 1dari 47

Kementerian Dalam Negeri

Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

PANDUAN PELATIH
SPB.2.2 MEMAHAMI KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
DESA

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


15
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

PELATIHAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA


2. SPB.2.2 MEMAHAMI KEBIJAKAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DESA
2
DESKRIPSI SINGKAT :
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Desa, Perencanaan Pembangunan
Desa merupakan rangkaian proses atau tahapan
kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah
Desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan
Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa.

WAKTU : 2 JAM PELAJARAN @ 45 MENIT = 90 MENIT

RENCANA PEMBELAJARAN
(LESSON PLAN)

NAMA PELATIHAN: KODE PELATIHAN:


PELATIHAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
PENYAJIAN : Ke 2
KODE UNIT KOMPETENSI: -------------------
WAKTU : 2 JP
JUDUL
Memahami Kebijakan Perencanaan Pembangunan Desa

TUJUAN INSTRUKSIONAL:
Setelah selesai mengikuti pelatihan ini, peserta dapat:
1. Menjelaskan pokok kebijakan perencanaan pembangunan desa
2. Menyebutkan ketentuan penyusunan RPJM Desa
3. Menjelaskan tahapan penyusunan RPJM Desa
4. Menyebutkan ketentuan penyusunan RKP Desa
5. Menjelaskan tahapan penyusunan RKP Desa
PERSIAPAN :
1. Persiapan ruang
2. Persiapan perlengkapan kelas
3. Persiapan peralatan dan bahan

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


16
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

PROSES PENYAJIAN
SUB-POKOK URAIAN KEGIATAN METODE ALAT PERAGA ALOKASI
BAHASAN WAKTU
Memahami I. Pembukaan / Motivasi - Ceramah - LCD 5’
Kebijakan 1. Fasilitator Menbukan - Slide power
Perencanaan Sesi Dengan Salam point
Pembangunan 2. Fasilitator menyampaian
Desa judul dan tujuan sesi
pembelajaran

II. Mengetahui Kebijakan - Ceramah - LCD 25’


Penyusunan RPJM Desa - Tanya - Slide power
1. Fasilitator melakukan jawab point
presentasi dengan - Flipchart
menjelaskan: - Kertas plano
a. Pengertian
Perencanaan
Pembangunan Desa
b. Ketententuan
penyusunan RPJM
Desa
c. Tahapan
penyusunan RPJM
Desa.
2. Fasilitator memberi
kesempatan kepada
peserta untuk bertanya
dan menyampaikan
tanggapan atas
presentasi yang
dilakukan.
3. Fasilitator menanggapi
dan menyampaikan
jawaban atas
pertanyaan peserta,
atau memberikan
kesempatan kepada
peserta lain untuk
menanggapi.

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


17
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

III. Mengetahui Kebijakan - Ceramah - LCD 25’


Penyusunan RKP Desa - Tanya - Slide power
1. Fasilitator melakukan jawab point
presentasi dengan - Flipchart
menjelaskan: - Kertas plano
a. Ketententuan
penyusunan RKP
Desa
b. Tahapan
penyusunan RKP
Desa.
2. Fasilitator memberi
kesempatan kepada
peserta untuk bertanya
dan menyampaikan
tanggapan atas
presentasi yang
dilakukan.
3. Fasilitator menanggapi
dan menyampaikan
jawaban atas
pertanyaan peserta,
atau memberikan
kesempatan kepada
peserta lain untuk
menanggapi

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


18
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

IV. Peran BPD Dalam - Diskusi - Kartu 30’


Tahapan Penyusunan - Permaina tahapan
RPJM Desa dan RKP n penyusunan
Desa RPJM Desa
1. Fasilitator mengajak dan RKP
peserta untuk Desa
mendiskusikan peran
BPD dalam setiap
tahapan perencanaan
pembangunan desa
dengan bermain kartu
tahapan. Dengan
mengikuti petunjuk
permainan (M.2.2.1)

2. Selanjutnya, minta
perserta untuk
mengkritisi setiap
tahapan perencanaan
apakah sudah
mengakomodir
masyarakat
berkebutuhan khusus
(disabilitas, rentan dan
marginal), perspektif
gender dan inklusi sosial
3. Setelah selesai
melakuan permainan,
fasilitator memberikan
kesimpulan dan
penegasan.
V. Evaluasi 5’
1. Pelatih mengevaluasi
capaian pembelajaran
dengan memberikan
beberapa pertanyaan
kepada peserta untuk
memastikan
keterserapan materi
2. Membagikan lembar
evaluasi SPB

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


19
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

M.2.2.1

Permainan Kartu Tahapan

Persiapan:
1. Siapkan metaplan sebanyak 20 lembar (warna bebas)
2. Tuliskan 7 tahapan penyusunan RPJM Desa, 1 metaplan 1 tahapan.
3. Tuliskan 9 tahapan penyusunan RKP Desa, 1 metaplan 1 tahapan.
4. Buat matrik seperti contoh di bawah ini dalam kertas plano sebanyak 2 buah
dengan judul “Tahapan Penyusunan RPJM Desa” dan “Tahapan Penyusunan
RKP Desa”

Matrik Tahapan Penyusunan RPJM Desa


NO TAHAPAN PERAN BPD
1
2
3
4
5
6
7

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


20
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Matrik Tahapan Penyusunan RKP Desa


NO TAHAPAN PERAN BPD
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Permainan:
1. Tempelkan matrik yang sudah disiapkan di dinding kelas (beri ruang yang
cukup agar permainan dapat dilakukan dengan leluasa)
2. Pilih 7 peserta dan 9 peserta secara acak
3. Minta peserta yang terpilih untuk maju kedepan kelas, kemudian berdiri
berbaris di depan matrik yang sudah ditempel. Untuk matrik tahapan
penyusunan RPJM Desa sebanyak 7 orang dan matrik penyusunan RKP
Desa sebanyak 9 orang.
4. Bagikan secara acak kepada masing-masing peserta, metaplan yang
bertuliskan tahapan kegiatan penyusunan RPJM Desa (untuk yang 7
orang) dan RKP Desa (untuk yang 9 orang)
5. Minta secara berurutan, satu per satu dimulai dari yang paling depan
untuk menempelkan kartu metaplan pada matrik sesuai nomor/urutan
tahapan. 1 orang menempelkan 1 tahapan sesuai yang sudah dibagikan.
6. Seterusnya sampai seluruh tahapan sudah terisi dengan benar.
7. Kalau sudah selesai dan benar, minta peserta untuk kembali duduk di
tempatnya.
8. Lakukan diskusi kelas yang dipimpin oleh faslitator untuk mengidentifikasi
peran BPD pada masing-masing tahapan.
9. Minta salah satu peserta untuk menuliskan hasil diskusi pada kolom peran
sesuai tahapan.
10.Setelah selesai semua, diakhiri dengan tepuk tangan yang sangat meriah.

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


21
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Bahan Bacaan -1

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

1. Pengertian dan Prinsip

Menurut UU No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional (SPPN), perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan
tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan
memperhitungkan sumberdaya yang tersedia (Pasal 1 ayat 1). Sedangkan
perencanaan pembangunan adalah suatu proses penyusunan tahapan-
tahapan kegiatan guna pemanfaatan dan pengalokasian sumberdaya yang
ada dalam jangka waktu tertentu untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Sesuai ketentuan umum pasal 1, Permendagri 114 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pembangunan Desa, menyatakan perencanaan pembangunan
desa adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh
pemerintah desa dengan melibatkan BPD dan unsur masyarakat
secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber
daya desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa.
Perencanaan pembangunan desa sebaiknya memperhatikan hakekat dan
sifat desa yang tentu berbeda dengan otonomi daerah. Otonomi daerah
merupakan perwujudan asas desentralisasi. Sedangkan kemandirian desa
berangkat dari asas rekognisi (pengakuan dan penghormatan) serta asas
subsidiaritas (lokalisasi penggunaan kewenangan dan pengambilan
keputusan atau bisa disebut sebagai penerapan kewenangan berskala lokal
desa). Dengan kalimat lain, hakikat dan sifat kemandirian desa adalah
kemandirian dari dalam dan kemandirian dari bawah. Sebagai contoh,
selama ini desa bisa mengembangkan sumber daya lokal secara mandiri
(misalnya mendirikan pasar desa, lumbung desa, pengadaan air bersih, dll.)
tanpa harus dikontrol oleh regulasi dari atas.
Perencanaan pada dasarnya merupakan irisan antara pemerintahan dan
pembangunan desa. Pemerintahan mencakup kewenangan, kelembagaan,
perencanaan, dan penganggaran/keuangan. Perencanaan desa harus
berangkat dari kewenangan desa. Perencanaan desa bukan sekadar
membuat usulan yang disampaikan kepada pemerintah daerah, yang lebih
penting perencanaan desa adalah keputusan politik yang diambil secara
bersama oleh pemerintah desa dan masyarakat desa.
Modul Pelatihan BPD Tahun 2018
22
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Tentang kewenangan desa yang menjadi dasar perencanaan desa kemudian


dipertegas dalam pasal 34 PP 43/2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No
6/2014 tentang Desa yaitu;
1. Kewenangan desa berdasarkan hak asal usul paling sedikit terdiri atas;
sistem organisasi masyarakat adat; pembinaan kelembagaan masyarakat;
pembinaan lembaga dan hukum adat; pengelolaan tanah kas Desa; dan
pengembangan peran masyarakat Desa.

2. Kewenangan lokal berskala desa paling sedikit terdiri atas kewenangan:


pengelolaan tambatan perahu; pengelolaan pasar Desa; pengelolaan
tempat pemandian umum; pengelolaan jaringan irigasi; pengelolaan
lingkungan permukiman masyarakat Desa; pembinaan kesehatan
masyarakat dan pengelolaan pos pelayanan terpadu; pengembangan dan
pembinaan sanggar seni dan belajar; pengelolaan perpustakaan Desa dan
taman bacaan; pengelolaan embung Desa; pengelolaan air minum
berskala Desa; dan pembuatan jalan Desa antar permukiman ke wilayah
pertanian.

Kewenangan tersebut mengindikasikan bahwa rencana pembangunan


desa tidak hanya bersifat fisik dan infrastruktur seperti yang terjadi
selama ini, tetapi menyangkut juga pelayanan publik, ekonomi dan
pengembangan kelembagaan serta pemberdayaan masyarakat dan desa.
Membuat perencanaan program dan kegiatan bukanlah mengumpulkan
daftar keinginan masyarakat desa. Bukan pula sekadar membuat daftar
usulan tanpa alasan yang logis mengapa kegiatan tersebut penting
menjadi agenda program pembangunan desa. Karenanya penting bagi
para perencana kebijakan pembangunan desa memperhatikan prinsip-
prinsip perencanaan desa sebagai berikut;
1) Belajar dari pengalaman dan menghargai perbedaan, yaitu
bagaimana perencanaan desa dikembangkan dengan memetik
pembelajaran terutama dari keberhasilan yang diraih. Dalam
kehidupan antar masyarakat di desa tentu ada perbedaan sehingga
penting untuk mengelola perbedaan menjadi kekuatan yang saling
mengisi.
2) Berorientasi pada tujuan praktis dan strategis, yaitu rencana
yang disusun harus dapat memberikan keuntungan dan manfaat
langsung secara nyata bagi masyarakat. Rencana pembangunan desa

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


23
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

juga harus membangun sistem yang mendukung perubahan sikap


dan perilaku sebagai rangkaian perubahan sosial.
3) Keberlanjutan, yaitu proses perencanaan harus mampu mendorong
keberdayaan masyarakat. Perencanaan juga harus mampu
mendorong keberlanjutan ketersediaan sumber daya lainnya.
4) Penggalian informasi desa dengan sumber utama dari
masyarakat desa, yaitu bagaimana rencana pembangunan disusun
mengacu pada hasil pemetaan apresiatif desa.
5) Partisipatif dan demokratis, yaitu pelibatan masyarakat dari
berbagai unsur di desa termasuk perempuan, kaum miskin, kaum
muda, dan kelompok marjinal lainnya. Harus dipastikan agar mereka
juga ikut serta dalam pengambilan keputusan. Pengambilan
keputusan tidak semata karena suara terbanyak namun juga dengan
analisis yang baik.
6) Pemberdayaan dan kaderisasi, yaitu proses perencanaan harus
menjamin upaya-upaya menguat-kan dan memberdayakan
masyarakatterutama perempuan, kaum miskin, kaum muda, dan
kelompok marjinal lainnya
7) Berbasis kekuatan, yaitu landasan utama penyusunan rencana
pembangunan desa adalah kekuatan yang dimiliki di desa. Dukungan
pihak luar hanyalah stimulan untuk mendukung percepatannya.
8) Keswadayaan, yaitu proses perencanaan harus mampu
membangkitkan, menggerakkan, dan mengembangkan keswadayaan
masyarakat.
9) Keterbukaan dan pertanggungjawaban, yaitu proses
perencanaan terbuka untuk diikuti oleh berbagai unsur masyarakat
desa dan hasilnya dapat diketahui oleh masyarakat. Hal ini
mendorong terbangunnya kepercayaan di semua tingkatan sehingga
bisa dipertanggungjawabkan bersama.
2. Kebijakan Pemerintah dan Landasan Hukum (Document and
Regulation)

Sebelum Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa lahir, desa


telah mengenal sistem perencanaan pembangunan partisipatif. Acuan
atau landasan hukumnya waktu itu adalah UU No. 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah. Kewajiban desa membuat perencanaan
Modul Pelatihan BPD Tahun 2018
24
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

pembangunan dipertegas melalui PP No.72 tahun 2005 tentang


Pemerintahan Desa sebagai regulasi teknis turunan dari UU No.32 tahun
2004 tersebut.
Pada praktiknya, meskipun desa telah diwajibkan membuat
perencanaan, usulan program yang digagas masyarakat dan pemerintah
desa jarang sekali terakomodir dalam kebijakan perencanaan
pembangunan tingkat daerah. Tidak sedikit pemerintah desa yang
mengeluh karena daftar usulan program prioritas dalam RKP Desa pada
akhirnya terbengkalai menjadi daftar usulan saja. Meski telah berkali-kali
diperjuangkan melalui forum musrenbang kecamatan, forum SKPD dan
musrenbang kabupaten, usulan program prioritas dari desa itu pun harus
kandas karena kuatnya kepentingan pihak di luar desa dalam
mempengaruhi kebijakan pembangunan daerah. Pada akhirnya, kue
APBD lebih banyak terserap untuk membiayai program-program daerah.
Kalau toh ada proyek pembangunan di desa, desa hanya menjadi lokus
proyek saja, bukan pelaksana apalagi penanggung jawab proyek.
Lahirnya UU No. 6 Tahun 2014 berupaya menyempurnakan sistem
perencanaan desa partisipatif sebelumnya. Berbeda dengan sistem
perencanaan desa di bawah rezim UU No. 32 Tahun 2004, UU No. 6
Tahun 2014 memberikan kewenangan kepada desa untuk mengurus
rumah tangganya sendiri membuat perencanaan pembangunan sesuai
dengan kewenanganya. Di sini, minimal ada dua kewenangan yaitu
kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala
desa. Selain itu, dengan perubahan masa kepemimpinan kepala desa
dari lima tahun menjadi enam tahun, periode perencanaan
pembangunan pun berubah dari lima tahunan menjadi enam tahunan.
Bahkan untuk menangkal praktik pasar proyek pembangunan di desa,
pada pasal 79 ayat (4) UU No.6 Tahun 2014 menegaskan bahwa
Peraturan Desa tentang RPJM Desa dan RKP Desa sebagai produk
(output) perencanaan menjadi satu-satunya dokumen perencanaan di
desa. Pihak lain di luar pemerintah desa yang hendak menawarkan
kerjasama ataupun memberikan bantuan program pembangunan harus
mempedomani kedua produk perencanaan desa tersebut. Pasal tersebut
menyimpan harapan bahwa di masa mendatang, desa tidak lagi menjadi
obyek atau hanya menjadi lokasi proyek dari atas tapi menjadi subyek
dan arena bagi orang desa menyelenggarakan pemerintahan,
pembangunan, pemberdayaan dan kemasyarakatan. Dengan kata lain,
desa membangun bukan membangun desa.
Modul Pelatihan BPD Tahun 2018
25
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Pada pasal 78 ayat (92) UU No. 6 Tahun 2014 disebutkan bahwa


pembangunan desa meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan. Pada tahap perencanaan, pasal 79 kemudian menjelaskan
“pemerintah desa menyusun perencanaan pembangunan desa
sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada
perencanaan pembangunan kabupaten/kota”. Lalu perencanaan
apa saja yang termasuk dalam perencanaan pembangunan desa? Pada
pasal 79 ayat (2) kemudian menyebutkan ada dua yaitu;
a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) untuk
jangka waktu 6 tahun;

b. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana


Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa), merupakan penjabaran dari
RPJM Desa untuk jangka waktu satu tahun.

RPJM Desa pada hakikatnya adalah rencana enam tahunan yang


memuat visi dan misi kepala desa terpilih yang dituangkan menjadi visi
misi desa, sehingga warga dapat mengetahui arah kebijakan
pembangunan desa, arah kebijakan keuangan desa, dan kebijakan
umum desa. Sementara RKP Desa merupakan penjabaran dari RPJM
Desa untuk jangka waktu satu tahun dan dibedakan antara 2 jenis
kegiatan perencanaan; 1). Kegiatan yang akan didanai APB Desa,
terutama berdasarkan kewenangan lokal skala desadan 2). Kegiatan
yang tidak mampu dibiayai melalui APB Desa dan bukan merupakan
kewenangan lokal skala desa seperti kegiatan yang mencakup kawasan
perdesaan yang perlu diusulkan melalui mekanisme Musrenbang
Kecamatan hingga kabupaten.
RKP Desa memuat informasi prioritas program, kegiatan, serta
kebutuhan pembangunan desa yang didanai oleh APB Desa, swadaya
masyarakat desa, dan/atau APBD Kabupaten/kota. Dengan demikian
RPJM Desa dan RKP Desa merupakan pra syarat dan pedoman bagi
pemerintah dalam penyusunan APB Desa.

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


26
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Tabel 1. Dua Jenis Perencanaan Desa

Ditetapkan
Jenis Nama Forum Nama
oleh
Perencanaan yang Dokumen/Keputusan
Peraturan
Desa Membahasnya yang Dihasilkan
Hukum

Peraturan
Perencanaan Musyawarah Rencana Pembangunan Desa
enam tahunan Desa RPJM jangka Menengah Desa (Perdes)
desa Desa (RPJM Desa) tentang
RPJM Desa

Peraturan
Rencana Kerja
Perencanaan Musyawarah Desa
Pemerintah Desa (RKP
tahunan desa Desa tentang RKP
Desa)
Desa
Sumber: Murtiono dan Wulandari (2014)

Kemudian, apa hubungannya antara RPJMD Kabupaten dengan RPJM


Desa, RKP Desa dan APB Desa?. Sebagaimana telah diatur pada pasal 79
UU Desa, maka antara RPJM Desa dan RPJMD Kabupaten haruslah
terkonsolidasi satu sama lain. Dalam arti RPJM Desa harus mengacu
pada program prioritas dan visi misi daerah, RPJMD Kabupaten juga
harus mau menjadikan RPJM Desa sebagai acuan penyusunan RPJMD.
Sehingga akan dicapai arah kebijakan pembangunan yang saling
mendukung, karena pendekatan dari bawah bertemu dengan arah
kebijakan pembangunan yang diinisasi dari atas. Berikut ini skema
hubungan antara RPJMD, RPJM Desa, RKP Desa dan APB Desa.

3. Pelaku, Peran dan Tanggungjawab (Actors, Roles, and


Resposibilities)

Siapa saja pelaku yang seharusnya berperan dan bertanggungjawab


demi mendukung keberhasilan membuat perencanaan desa. Ada
adagium yang menyatakan “perencanaan desa yang baik adalah
setengah perjalanan keberhasilan desa mencapai visi dan misi
desa”. Tapi, pada hakikatnya keberhasilan pembangunan tidak bisa
Modul Pelatihan BPD Tahun 2018
27
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

semata-mata disandarkan pada pemerintah desa tapi juga elemen desa


lainnya baik dari pelaku ekonomi desa ataupun warga desa pada
umumnya (civil society) seperti masyarakat petani, buruh, ibu-ibu rumah
tangga, keluarga buruh migran, perempuan dan laki-laki, apalagi yang
miskin. Maka dari itu desa sebagai kesatuan masyarakat hukum, sudah
selayaknya semua elemen di desa berpartisipasi dalam proses
perencanaan pembangunan desa.
Pada hakikatnya pemerintah desa adalah pihak yang paling berkompeten
dan bertanggung jawab menyelenggarakan forum-forum perencanaan
pembangunan desa. Tapi bukan berarti tidak perlu terlibat di dalamnya.
Pengikutsertaan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan
desa diatur pada pasal 80 yang menyebutkan bahwa penyelenggaraan
perencanaan pembangunan desa dalam bentuk musyawarah
perencanaan pembangunan desa harus mengikutsertakan masyarakat
desa. Lalu apa yang harus dipersiapkan pemerintah desa, dan apa pula
yang sebaiknya diperankan masyarakat agar forum musyawarah
perencanaan pembangunan desa sebagai alat untuk menggalang aspirasi
benar-benar bermanfaat bagi arah kebijakan pembangunan desa?.
Beberapa hal yang perlu disiapkan oleh pemerintah diantaranya
membentuk dan membuat Surat Keputusan untuk tim atau kelompok
kerja perencanaan desa yang terdiri dari perwakilan pemerintah desa
dan masyarakat, membuat jadwal Musdes perencanaan,
menginventarisasi calon peserta Musdes, hasil evaluasi pelaksanaan
RPJM Desa dan RKP Desa tahun sebelumnya, membuat petunjuk
pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) Musdes Perencanaan,
serta mengumpulkan bahan pendukung dari kabupaten seperti RPJMD
serta pagu indikatif penerimaan desa yang bersumber dari Dana Desa
(DD) maupun Alokasi Dana Desa (ADD).
Warga maupun organisasi sosial kemasyarakatan yang ada di desa
seperti Karang Taruna, Kelompok Dasa Wisma yang biasanya
kebanyakan perempuan, Kelompok Tani, Kelompok Wanita Tani,
keluarga buruh migran sampai dengan kelompok masyarakat
berkebutuhan khusus tentu harus menyambut gembira inisiatif
pemerintah desa menyelenggarakan forum perencanaan pembangunan.
Contohnya, melakukan pertemuan-pertemuan warga menjelang
musyawarah perencanaan pembangunan untuk menyatukan persepsi
dan aspirasi tentang kebutuhan prioritas bersama yang nantinya akan

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


28
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

diusulkan menjadi program prioritas desa melalui forum musyawarah


desa.

A. Siklus Perencanaan Pembangunan Desa

1. Tujuan dan Manfaat Penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa

Dalam rangka upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk


sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa sesuai ketentuan umum
Pasal 1 Permendagri 114 Tahun 2014, maka desa harus memiliki rencana
pembangunan berjangka dan terukur. Sesuai Pasal 4 Permendagri 114/2014,
Perencanaan pembangunan Desa disusun secara berjangka meliputi:
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 6
(enam) tahun; dan Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut
Rencana Kerja Pemerintah Desa, merupakan penjabaran dari RPJM Desa
untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.
Kemudian diperkuat dalam Pasal 115 PP 43 Tahun 2014 yang menyebutkan
bahwa Perencanaan pembangunan desa menjadi pedoman bagi Pemerintah
Desa dalam menyusun rancangan RPJM Desa, RKP Desa, dan daftar usulan
RKP Desa.
Tujuan dan manfaat penyusunan RPJM desa dan RKP Desa seperti Kotak
berikut:

KOTAK – 1

TUJUAN DAN MANFAAT PENYUSUNAN RPJM DESA:


 Sebagai pedoman dalam menyusun RKP Desa, sehingga menjamin
konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan serta
monitoring dan evaluasi
 Mewujudkan perencanaan pembangunan yang sesuai kebutuhan dan
keadaan setempat dan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan kualitas hidup masyarakat
 Menciptakan rasa memiliki dan tanggungjawab bersama terhadap
program pembangunan
 Memelihara dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan
(keberlanjutan)

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


29
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

 Mendorong dan menumbuh kembangkan partisipasi dan keswadayaan


dalam pembangunan
 Sebagai ruang interaksi antara masyarakat dengan pemerintah supra
desa.

KOTAK – 2

TUJUAN DAN MANFAAT PENYUSUNAN RKP DESA:


 Dasar dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB
Desa)
 Acuan dalam menyusun rencana operasional dan pelaksanaan
pembangunan desa dalam 1 tahun
 Menciptakan rasa memiliki dan tanggungjawab bersama terhadap
program pembangunan yang akan dijalankan dalam 1 tahun
 Sebagai bahan dalam melakukan evaluasi pelaksanaan pembangunan
tahunan,
 Sebagai ruang pembelajaran bersama warga dan Pemerintahan Desa
 Memastikan bahwa dana desa yang direncanakan dan digunakan
bermanfaat untuk pembagunan desa.

2. Siklus dan Jadwal Penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa

Sesuai dengan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa dan PP No.43 Tahun
2014 tentang Pelaksanaan UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa siklus
perencanaan desa dilaksanakan mulai bulan Juni tahun sebelumnya.
Sebagaimana telah dijelaskan, siklus perencanaan dimulai dengan
penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa. Kegiatan pembuatan RPJM Desa dan
RKP Desa tersebut harus selesai sebelum bulan Oktober. Kemudian bulan
Oktober hingga Desember adalah saatnya bagi pemerintah desa
mengembangkan kedua dokumen kebijakan tersebut menjadi dokumen APB
Desa. Untuk pelaksanaan APB Desa, dalam arti pembelanjaan anggaran
pembangunan dilakukan mulai bulan Januari hingga Desember yang sering
disebut sebagai tahun anggaran. Terakhir, sudah barang tentu pelaporan
atas pelaksanaan APB Desa dilakukan setiap semester yaitu pada bulan Juli
Modul Pelatihan BPD Tahun 2018
30
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

dan Januari. Kesepakatan-kesepakatan masyarakat desa yang disusun dalam


perencanaan pembangunan desa harus disusun berdasarkan siklus waktu
tersebut.
Pasal 114 PP No 43/2014 menyebutkan bahwa perencanaan pembangunan
desa disusun berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah Desa yang
dilaksanakan paling lambat pada bulan Juni tahun anggaran berjalan.
Sedangkan Pasal 116 menyebutkan bahwa dalam menyusun RPJM Desa dan
RKP Desa, Pemerintah Desa wajib menyelenggarakan musyawarah
perencanaan pembangunan desa secara partisipatif yang diikuti oleh BPD
dan unsur masyarakat desa. Rancangan RPJM Desa dan rancangan RKP Desa
dibahas dalam musyawarah desa perencanaan pembangunan.
Adapun siklus perencanaan pembangunan desa seperti bagan berikut:
RPJM Desa disusun dengan mempertimbangkan kondisi objektif Desa dan
prioritas pembangunan kabupaten/kota dan ditetapkan dalam jangka waktu
paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak pelantikan kepala Desa.
RKP Desa disusun oleh Pemerintah Desa sesuai dengan informasi dari
pemerintah daerah kabupaten/kota berkaitan dengan pagu indikatif Desa
dan rencana kegiatan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan
pemerintah daerah kabupaten/kota. RKP Desa mulai disusun oleh Pemerintah
Desa pada bulan Juli tahun berjalan dan ditetapkan dengan peraturan Desa
paling lambat akhir bulan September tahun berjalan. Kemudian RKP Desa
akan menjadi dasar penetapan APB Desa.
Pasal 119 Permendagri 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan
Desa menyatakan bahwa Pemerintah Desa dapat mengusulkan kebutuhan
pembangunan desa kepada pemerintah daerah kabupaten/kota. Usulan
kebutuhan pembangunan desa tersebut harus mendapatkan persetujuan
bupati/walikota. Usulan tersebut harus dihasilkan dalam musyawarah
perencanaan pembangunan desa. Jika Pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota menyetujui usulan tersebut,
maka akan dimuat dalam RKP Desa tahun berikutnya.
Berdasarkan kewenangan desa yang cukup luas, maka pasal 120
Permendgari 114/2014 memberi kesempatan bahwa RPJM Desa dan/atau
RKP Desa dapat diubah. Perubahan RPJM Desa dan RKP Desa dilakukan
dalam hal:
a. Terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis
ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


31
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

b. Terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah


daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota.

Perubahan RPJM Desa dan/atau RKP Desa tersebut dibahas dan disepakati
dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa dan selanjutnya
ditetapkan dengan peraturan Desa.

3. Mekanisme Perencanaan Pembangunan Desa

Sesuai Permendagri 114 Tahun 2014, tahapan penyusunan RPJM Desa dan
RKP Desa secara singkat dilakukan dalam tiga tahapan besar yaitu;
1) Persiapan. Pada tahapan ini pemerintah desa menyelenggarakan
sosialisasi kepada masyarakat tentang perencanaan desa dan membentuk
tim atau pokja perencanaan desa. Sosialisasi adalah upaya pemerintah
desa menyampaikan informasi, pemahaman kepada masyarakat serta
menghimpun respon balik dari masyarakat atas rencana kegiatan yang
akan dilaksanakan atau terhadap peristiwa yang sedang, akan terjadi
terkait dengan rencana Penyusunan Rencana Pembangunan Desa.

2) Musyawarah Dusun. Tahapan ini adalah tahapan musyawarah


antarwarga di tingkat wilayah teritorial terkecil desa yaitu dusun. Di Aceh
sebutan dusun atau dukuh dikenal dengan nama Jurong, sedangkan di
Ambon atau Maluku pada umumnya disebut soa. Musdus diharapkan
dapat menghasilkan daftar potensi aset dan assesment permasalahan
dasar masyarakat di masing-masing dusun, sehingga nantinya akan
diperoleh potret potensi dan masalah yang berbeda antar dusun. Potret
asimetris tersebut pada akhirnya akan menentukan kebutuhan prioritas
program serta pilihan intervensi program yang tepat diterapkan di
masing-masing dusun. Jika memungkinkan, dimana dari segi waktu dan
dukungan logistik mencukupi, sebelum kegiatan musdus, musyawarah
dalam rangka penggalian masalah prioritas masyarakat bisa dimulai dari
tingkat Rukun Tangga (RW). Lalu, hasilnya di bawa ke forum Musdus
tersebut.

3) Musyawarah Desa. Hasil musdus sangat mungkin mencerminkan


gambaran kebutuhan, permasalahan serta agenda prioritas pembangunan
yang diusulkan masyarakat, mengingat pada umumnya karakter
geografis, demografis maupun sosilogis antar dusun berbeda. Dusun
yang kondisi kehidupan masyarakatnya banyak yang putus sekolah tentu
memiliki permasalahan dan harapan yang berbeda dengan dusun yang
Modul Pelatihan BPD Tahun 2018
32
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

banyak penduduknya bersekolah secara berkelanjutan. Dusun yang


terletak di pegunungan pasti memiliki kebutuhan infrastruktur yang
berbeda dengan dusun yang berada di dataran rendah.

Karena itu, forum musyawarah desa menjadi penting. Musdes


diselenggarakan oleh BPD yang melibatkan seluruh komponen
masyarakat, termasuk kaum miskin dan perempuan. Forum ini berperan
strategis menjadi ruang bagi masyarakat untuk mengelompokan
(clustering) kebutuhan dan masalah yang dihadapi warga, melakukan
perengkingan ataupun menemukan permufakatan atas agenda-agenda
prioritas yang nantinya akan didahulukan sebagai agenda prioritas
pembangunan desa. Musyawarah Desa diharapkan bisa menghasilkan
rumusan prioritas berdasarkan potensi aset dan masalah dasar, visi dan
misi desa serta arah kebijakan pembangunan, serta kebijakan keuangan
desa. Hasil kesepakatan musyawarah desa menjadi pedoman bagi
pemerintah Desa dalam menyusun RPJM Desa. Secara khusus mekanisme
dan proses Musyawarah Desa Perencanaan Pembangunan dibahas materi
teknis penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa.

4. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa

Sesuai pasal 25 Permendagri 114 Tahun 2014, musyawarah perencanaan


pembangunan desa diadakan untuk membahas dan menyepakati rancangan
RPJM Desa dan diselenggarakan oleh Kepala Desa. Musyawarah diikuti oleh
Pemerintah Desa, BPD dan unsur masyarakat yaitu terdiri dari: tokoh adat,
tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, perwakilan kelompok
tani, perwakilan kelompok nelayan, perwakilan kelompok perajin, perwakilan
kelompok perempuan, perwakilan kelompok pemerhati dan pelindungan
anak, perwakilan kelompok masyarakat miskin dan unsur masyarakat lain
sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat. Hasil kesepakatan
musyawarah perencanaan pembangunan Desa, dituangkan dalam berita
acara.
Beberapa agenda penting yang dibahas dalam musyawarah perencanaan
pembangunan desa RPJM Desa, diantaranya;
Pertama, pembahasan visi dan misi desa. Menentukan visi dan misi desa
bukanlah hal yang mudah. Mengapa?, karena pada hakikatnya menyatukan
imajinasi cita-cita dan harapan dari Kepala Desa terpilih dengan warganya.
Karenanya dibutuhkan kecakapan khusus, bagi seorang fasilitator untuk

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


33
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

meramu perbedaan cita dan harapan tersebut yang semula bersifat


individualistik menjadi visi dan misi yang bersifat kolektif.
Kedua, Pembahasan matrik kegiatan enam tahunan termasuk memisahkan
usulan program berskala desa dan skala kabupaten. Penguasaan perangkat
desa dan warga tentang jenis kewenangan yang dimiliki desa akan turut
menentukan skala prioritas antar program sekaligus membantu memudahkan
menemukan dari mana sumber dana yang dibutuhkan nanti. Program yang
berkait dengan kewenangan lokal berskala desa tentu tidak perlu diajukan
menjadi program desa yang didanai APB Desa, cukuplah didanai dengan APB
Desa. Disisi lain, Pemerintah Desa dan Tim Penyusun RPJM Desa juga harus
memahami proporsi jumlah anggaran untuk belanja desa yang ditetapkan
dalam APB Desa. Pasal 100 PP 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan UU No 6 Tahun 2014 menyebutkan tentang belanja desa yang
ditetapkan dalam APB Desa digunakan dengan ketentuan: paling sedikit 70%
(tujuh puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk
mendanai penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan
Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat
Desa; dan paling banyak 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah anggaran
belanja desa digunakan untuk: penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa
dan perangkat desa; operasional Pemerintah Desa; tunjangan dan
operasional BPD; dan insentif rukun tetangga dan rukun warga.
Ketiga, pembahasan draft Raperdes. Sebagaimana diatur pada pasal 79 ayat
(3) UU Desa, maka arah kebijakan pembangunan desa yang telah
dirumuskan dalam bentuk dokumen RPJM Desa harus ditetapkan dengan
Peraturan Desa. Dengan demikian memiliki kekuatan hukum yang mengikat
bagi pemerintah untuk melaksanakannya. Karena itu, forum musyawarah
perencanaan pembangunan desa ini hendaknya benar-benar dimanfaatkan
untuk pembahasan rancangan Perdes tersebut, sehingga masyarakat
berkesempatan membahasnya.
Keempat, penandatanganan berita acara. Kesepakatan ataupun
permufakatan yang tercapai dalam forum musyawarah perencanaan
pembangunan desa diutamakan untuk diberita acarakan, sehingga memiliki
kekuatan hukum. Jika sudah berkekuatan hukum, maka pemerintah desa
atau pihak lainnya tidak bisa merubah seenaknya sendiri.
Kelima, memilih delegasi desa, masyarakat ataupun kelompok kepentingan
sektoral yang nantinya akan menjadi utusan desa dalam forum musrenbang
di tingkat kecamatan. Delegasi inilah yang nantinya akan melanjutkan usulan
masyarakat yang muncul dalam menjadi agenda prioritas desa, namun
Modul Pelatihan BPD Tahun 2018
34
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

skalanya adalah skala kabupaten. Karena sumber pendanaannya dari APBD


atau bahkan APBN, maka usulan tersebut harus disampaikan kepada
pemerintah kabupaten.

5. Penetapan dan Perubahan RPJM Desa

Jika hasil musyawarah perencanaan pembangunan desa ada input dan


masukan, maka Kepala Desa mengarahkan Tim penyusun RPJM Desa
melakukan perbaikan dokumen rancangan RPJM Desa.
Sesuai Permendagri Pasal 28, Kepala Desa dapat mengubah RPJM Desa
dalam hal:
a. terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis
ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan; atau

b. terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah, pemerintah


daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota.

Perubahan RPJM Desa, dibahas dan disepakati dalam musyawarah


perencanaan pembangunan Desa dan selanjutnya kepala desa menyusun
Rancangan Peraturan Desa tentang RPJM Desa, RPJM Desa tersebut
menjadi lampiran rancangan peraturan Desa tentang RPJM Desa. Rancangan
peraturan Desa tentang RPJM Desa dibahas dan disepakati bersama oleh
kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa untuk ditetapkan oleh kepala
desa menjadi Peraturan Desa tentang RPJM Desa.

B. Pengertian, Mekanisme dan Hasil Monitoring Perencanaan


Pembangunan Desa

1. Pengertian dan Pentingnya Masyarakat Melakukan Monitoring


Perencanaan Pembangunan Desa

Kegiatan yang sering terlupa setelah atau bahkan suatu kegiatan


berlangsung adalah memonitor dan mengevaluasi kegiatan tersebut.
Kebanyakan dari kita lebih cepat puas dan bangga ketika kegiatan sudah
berjalan ataupun sudah terlaksana. Tapi tidak mengetahui apakah target
atau substansi tujuan dari kegiatan tersebut tercapai atau tidak. Karena itu
tim perencana desa hendaknya mengoptimalkan fungsi baik sebagai
penyelenggara kegiatan ataupun sebagai pelaku yang memonitor dan
mengevaluasi atas kegiatan yang dilaksanakan.

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


35
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Monitoring ini juga memungkinkan untuk melibatkan masyarakat dan


menjadi bagian dalam proses pemberdayaan masyarakat desa sesuai Pasal
84 Permendagri 114 Tahun 2014 bahwa Masyarakat Desa berhak melakukan
pemantauan terhadap pelaksanaan Pembangunan Desa. Artinya bahwa
Pemberdayaan masyarakat, dilakukan melalui pengawasan dan pemantauan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembangunan Desa yang
dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat Desa. Secara mandiri
masyarakat dan Pemerintah Desa harus mengembangkan proses monitoring
dalam rangka memantau target dan berbagi perubahan yang sudah terjadi di
masyarakat.

2. Mekansime Monitoring dalam Siklus Perencanaan Pembangunan


Desa
Pemantauan pembangunan Desa oleh masyarakat Desa dilakukan pada
tahapan perencanaan pembangunan Desa dan tahapan pelaksanaan
pembangunan Desa.
Pemantauan tahapan perencanaan, dilakukan dengan cara menilai
penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa, Pemantauan perencanaan
pembangunan desa menggunakan Form -1 tentang Pemantauan
Perencanaan Pembangunan Desa.
Pemantauan tahapan pelaksanaan, dilakukan dengan cara menilai antara
lain: pengadaan barang dan/atau jasa, pengadaan bahan/material,
pengadaan tenaga kerja, pengelolaan administrasi keuangan, pengiriman
bahan/material, pembayaran upah, dan kualitas hasil kegiatan pembangunan
Desa.
Bupati/walikota melakukan pemantauan dan pengawasan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan desa dengan cara:
a. Memantau dan mengawasi jadwal perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan Desa;
b. Menerima, mempelajari dan memberikan umpan balik terhadap laporan
realisasi pelaksanaan APB Desa;
c. Mmengevaluasi perkembangan dan kemajuan kegiatan perencanaan
pembangunan Desa; dan
d. Memberikan pembimbingan teknis kepada pemerintah Desa.
Jika terjadi keterlambatan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
desa, sebagai akibat ketidakmampuan dan/atau kelalaian pemerintah Desa,
bupati/walikota akan:

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


36
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

a. Menerbitkan surat peringatan kepada kepala desa;


b. Membina dan mendampingi pemerintah desa dalam hal mempercepat
perencanaan pembangunan desa untuk memastikan APB Desa ditetapkan
31 Desember tahun berjalan;
c. Membina dan mendampingi pemerintah desa dalam hal mempercepat
pelaksanaan pembangunan desa untuk memastikan penyerapan APB
Desa sesuai peraturan perundang-undangan.
Pasal 78 Permendagri 114 Tahun 2014 memberi ruang tentang pengaduan
dan penyelesaian masalah. Kepala Desa mengoordinasikan penanganan
pengaduan masyarakat dan penyelesaian masalah dalam pelaksanaan
kegiatan pembangunan desa. Koordinasi penanganan pengaduan masyarakat
dan penyelesaian masalah, meliputi kegiatan:
- Penyediaan kotak pengaduan masyarakat
- Pencermatan masalah yang termuat dalam pengaduan masyarakat
- Penetapan status masalah
- Penyelesaian masalah dan penetapan status penyelesaian masalah
Penanganan pengaduan dan penyelesaian masalah berdasarkan ketentuan:
- Menjaga kerahasiaan identitas pelapor
- Mengutamakan penyelesaian masalah di tingkat pelaksana kegiatan
- Menginformasikan kepada masyarakat desa perkembangan penyelesaian
masalah
- Melibatkan masyarakat desa dalam menyelesaikan masalah
- Mengadministrasikan bukti pengaduan dan penyelesaian masalah
Penyelesaian masalah dilakukan secara mandiri oleh desa berdasarkan
kearifan lokal dan pengarusutamaan perdamaian melalui musyawarah desa.
Jika musyawarah desa menyepakati masalah dinyatakan selesai, hasil
kesepakatan dituangkan dalam berita acara musyawarah desa.

3. Hasil Monitoring

Hasil pengawasan dan pemantauan pembangunan desa, menjadi dasar


pembahasan musyawarah desa dalam rangka pelaksanaan pembangunan
desa. Hasil pemantauan tersebut, dituangkan dalam format hasil
pemantauan pembangunan desa. Jika hal tersebut tetap berjalan, maka
siklus pembangunan desa akan berjalan baik karena pembelajaran dan
pengalaman pengelolaan program maupun visi yang harus diusung bersama
masyarakat desa secara kolektif.

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


37
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


38
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

FORMAT PEMANTAUAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA


PEMANTAUAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

Tanggal : …………………………………
Desa : ………………………………… Kabupaten/Kota : …………………………………
Kecamatan: ………………………………… Provinsi : …………………………………

Tidak Keterangan
Dilaksanakan/ dilaksanakan/ (penjelasan
No. Kegiatan/ Dokumen yang dipantau
Ada dokumen tidak ada bila tidak
dokumen dilaksanakan)
1 Data rencana program dan kegiatan pembangunan
yang akan masuk ke Desa
2 Pendataan potensi dan masalah di Desa
3 Dokumen rekapitulasi gagasan dusun
4 Laporan hasil pengkajian keadaan Desa
5 Musyawarah Desa penyusunan RPJM Desa
6 Rancangan RPJM Desa
7 Musyawarah perencanaan pembangunan desa
penyusunan RPJM Desa
8 Musyawarah Desa penyusunan RKP Desa
9 Dokumen pagu indikatif desa
10 Rancangan RKP Desa
11 Proposal Teknis dan kelengkapannya
12 Verifikasi dan pemeriksaan proposal teknis
13 Daftar usulan RKP Desa
14 Berita acara tentang hasil penyusunan rancangan RKP
Desa
15 Berita acara Rancangan RKP Desa melalui musyawarah
perencanaan pembangunan desa

Mengetahui, ................................, ................................. .


Kepala Desa .........
Tim Pemantau Masyarakat

........................................................
........................................................

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


39
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Bahan Bacaan -2
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
BERPERSPEKTIF GENDER DAN INKLUSI SOSIAL

Undang-undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa mendorong kepastian


penerapan prinsip kewenangan asal usul dan kewenangan lokal berskala desa
diatur dan diurus sendiri oleh desa. Dalam implementasinya undang-undang ini
telah melahirkan berbagai jargon yang menjadi perspektif sekaligus semangat.
Jargon tersebut antara lain adalah “satu desa, satu rencana dan satu anggaran.”
Perspektif dan semangat ini sesungguhnya mendorong desa agar memiliki
kesadaran bahwa hak kewenangan untuk mengambil keputusan dimiliki sebagai
hak yang melekat. Secara mandiri desa dapat merencanakan kebutuhan
pembangunan sesuai dengan konteks dan kepentingan masyarakat, diputuskan
bersama sebagai bentuk keputusan lokal. Keputusan yang bersifat kolektif yang
pada prosesnya melibatkan seluruh komponen masyarakat di desa seperti ini
merupakan jantung kemandirian desa.
Secara tegas di Pasal 3 Undang-undang No 6 tahun 2014 tentang Desa
menyatakan bahwa pengaturan desa di antaranya dilakukan berasaskan
partisipasi (huruf j) dan pemberdayaan (huruf k). Partisipasi di sini tidak hanya
diartikan kehadiran secara fisik (demokrasi prosedural) namun juga menekankan
pada partisipasi untuk menyuarakan kepentingan dan kebutuhan,
memanfaatkan akses dan kontrol dalam pembuatan kebijakan publik di desa
serta mengedepankan, menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak kelompok-
kelompok yang selama ini terpinggirkan dari pembangunan seperti orang miskin,
perempuan, kaum minoritas (demokrasi substansial).
Keterlibatan seluruh komponen masyarakat desa dalam hal ini harus diartikan
sebagai partisipasi aktif, kritis dan inklusif. Aktif tidak hanya menghadiri berbagai
pertemuan dari rangkaian penyusunan rencana pembangunan desa (mobilisasi),
namun juga aktif dalam memberikan berbagai sumbangan pemikiran, ide,
pengalaman. Kritis dalam hal ini adalah sikap dan cara pikir yang lebih
mengedepankan kepentingan dan kebutuhan bersama seluruh masyarakat
sehingga perdebatan, dialog dan keputusan yang diambil betul-betul merupakan
hasil analisa yang menyeluruh dan menyentuh akar persoalan. Keikutsertaan
masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan desa diatur dalam pasal
80 Undang-undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa yang menyebutkan bahwa
penyelenggaraan perencanaan pembangunan desa dalam bentuk musyawarah
Modul Pelatihan BPD Tahun 2018
40
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

perencanaan pembangunan desa harus mengikutsertakan masyarakat desa.


Pasal 1, Permendagri 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa,
menyatakan perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan
yang diselenggarakan oleh pemerintah desa dengan melibatkan BPD dan unsur
masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber
daya desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa. Sejalan dengan
itu, desa harus didorong menjadi self governing community yang berarti bahwa
perencanaan pembangunan desa akan semakin memperkuat hak dan
kewenangan desa sekaligus mengoptimalkan sumber-sumber kekayaan desa
(aset desa) sebagai kekuatan utama membangun desa.
Saat ini, azas partisipatif hampir selalu menjadi hal pokok dan syarat wajib
dalam setiap proses pengambilan keputusan atau pembuatan kebijakan publik.
Namun begitu, dalam penerapannya, kata partisipasi terjebak pada keterlibatan
(perwakilan) kelompok atau tokoh masyarakat “terpilih” sehingga pada akhirnya
justru proses tersebut meninggalkan keterlibatan kelompok lemah dan
terpinggirkan. Karena tidak terlibat, maka hampir bisa dipastikan pengalaman
dan kebutuhan mereka tidak terwakili dan berdampak pada produk-produk
pembangunan seperti layanan dan fasilitas publik yang tidak bisa diakses oleh
mereka. Proses memberdayakan masyarakat miskin dan terpinggirkan untuk
mengambil keuntungan dari peluang pembangunan ini dikenal dengan
pendekatan inklusi sosial. Pendekatan ini memastikan setiap orang memiliki
kesempatan yang sama dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi
kehidupan mereka dan bahwa mereka menikmati akses yang sama ke pasar,
layanan dan ruang politik baik secara sosial dan fisik. Inklusi sosial bahkan
dinyatakan sebagai prinsip utama Bank Dunia mengakhiri kemiskinan ekstrim
pada tahun 2030 dan mempromosikan kemakmuran bersama.
Inklusif mengacu pada semua orang yang hidup di suatu komunitas.
Pembahasan mengenai inklusivitas dalam kaitannya dengan pembangunan,
harus terlebih dahulu memastikan keberadaan komponen yang ada dalam
masyarakat dengan melakukan identifikasi berbagai kelompok kepentingan
(profesi, status sosial, kelompok umur, tingkat kesejahteraan, kemampuan
(ability), jenis kelamin, keterampilan). Untuk memastikan pembangunan yang
inklusif, maka perlu diperhatikan aspek partisipasi aktif terutama kelompok
rentan, yang selama ini terpinggirkan (ter- marginalisasi) dari proses
pembangunan. Mulai dari penilaian kebutuhan, perencanaan kegiatan,
pengambilan keputusan, penyusunan anggaran. Orang miskin, perempuan,
lansia, anak-anak/remaja, disabilitas, kelompok minoritas harus dipastikan dapat
mengikuti proses perencanaan pembangunan, melakukan monitoring dan
Modul Pelatihan BPD Tahun 2018
41
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

evaluasi serta memastikan keberlanjutan program atau kegiatan. Tidak hanya


memastikan keterlibatan mereka, hal lain yang juga sangat penting adalah akses
mereka terhadap pelayanan, fasilitas dan informasi publik.
Pendekatan Inklusi sosial berarti memastikan kelompok masyarakat yang selama
ini mengalami stigma dan termarjinalisasi dapat diterima, dilibatkan dan
diperlakukan sama pentingnya dengan warga lain. Suara mereka didengarkan,
pengalaman mereka menjadi pertimbangan serta kebutuhan mereka menjadi
salah satu prioritas mengingat selama ini mereka hampir tidak tersentuh dan
kurang merasakan manfaat pembangunan. Dengan demikian proses inklusi
sosial harus ditujukan untuk membangun relasi sosial dan solidaritas, membuka
akses dan penerimaan kepada semua warga negara tanpa kecuali dengan
sukarela dan tanpa paksaan. Orang miskin, perempuan, lansia, anak-
anak/remaja, disabilitas, kelompok minoritas harus juga dianggap sebagai asset
sumber daya manusia desa yang pemikiran, pengalaman, pengetahuan, ide
serta keterampilan mereka sama dibutuhkannya dengan kelompok lain di desa
yang selama ini menjadi “kelompok utama” di desa.
Dalam banyak studi sosial, orang miskin, perempuan, lansia, anak-anak/remaja,
disabilitas, kelompok minoritas yang berjenis kelamin perempuan, mengalami
diskriminasi dan dampak yang relatif lebih tinggi dari pada yang berjenis kelamin
laki-laki yang diakibatkan oleh persoalan gender. Perlu ditegaskan di sini
bahwa, berbeda dengan jenis kelamin yang ditentukan oleh aspek-aspek
fisiologis, gender merupakan pengertian yang dibentuk dan dipengaruhi oleh
kebudayaan, adat istiadat, dan perilaku sosial masyarakat. Oleh karena itu,
pengertian gender tidak bersifat universal, melainkan tergantung pada konteks
sosial yang melingkupinya. Perempuan miskin sering tidak dilibatkan atau tidak
mau terlibat dalam berbagai kesempatan atau peluang dalam pembangunan
karena dikondisikan oleh lingkungan sosial dan budaya. Perempuan penyandang
disabilitas merasakan dampak yang lebih buruk jika (misalnya) pembangunan
sarana fisik tidak memperhatikan dan mempertimbangkan keterbatasan spesifik
mereka. Perempuan kepala keluarga yang secara sosial diposisikan harus
memenuhi peran domestik (rumah tangga) sekaligus juga harus memenuhi
kewajiban peran publik mereka (pencari nafkah utama bagi keluarga) juga
memiliki pengalaman, dan kebutuhan yang berbeda dari laki-laki kepala
keluarga. Karena itu sangat penting mempertimbangkan penyusunan
perencanaan pembangunan yang mengakomodasi masalah dan kebutuhan laki-
laki dan perempuan yang secara sosial memang diposisikan berbeda.

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


42
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Perencanaan pembangunan yang memperhatikan, memasukan pengalaman


aspirasi, kebutuhan potensi dan penyelesaian permasalahan perempuan dan
laki-laki dalam proses penyusunan kebijakan dan program pembangunan desa
dikenal sebagai Perencanaan Responsif Gender (PRG). Istilah lain terkait ini
adalah Anggaran Responsif Gender (ARG), yakni anggaran yang responsif
terhadap kebutuhan perempuan dan laki-laki dan memberikan dampak/manfaat
yang setara bagi perempuan dan laki-laki. Syarat utama untuk melaksanakan
PRG dan ARG adalah kemauan politik dan komitmen dari pembuat kebijakan
publik (dalam hal ini kepala pemerintahan termasuk kepala desa).
Adapun penerapana PRG dan ARG fokus pada program dan kebijakan dalam
rangka:
a. Penugasan prioritas pembangunan desa yang mendukung prioritas
pembangunan.
b. Pelayanan kepada masyarakat (service delivery) berdasarkan pencapaian
Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan/atau
c. Pencapaian visi dan misi pembangunan desa.
Perlu ditegaskan di sini pula bahwa PRG adan ARG bukan fokus pada
perencanaan dan penyediaan anggaran dengan jumlah tertentu untuk
pengrausutamaan gender saja. Lebih luas dari itu adalah bagaimana
perencanaan dan anggaran keseluruhan dapat memberikan manfaat yang adil
untuk perempuan dan laki-laki. PRG dan ARG merupakan penyusunan
perencanaan dan anggaran guna menjawab secara adil kebutuhan setiap warga
negara, baik perempuan maupun laki-laki (keadilan dan kesetaraan gender).
Peluang integrasi isu gender dapat tercermin dalam:
a. Proses perencanaan partisipatif di mana perempuan dan laki-laki terlibat dan
menyampaikan aspirasi serta kebutuhan mereka secara aktif.
b. Dokumen perencanaan, baik secara tersurat maupun tersirat dalam
rumusan kondisi desa, visi dan misi, isu strategis, sasaran, program atau
kegiatan pemerintah desa yang berkomitmen untuk mengurangi
kesenjangan gender.
c. Program dan kegiatan khusus pemberdayaan perempuan.
d. Indikator dan target yang terpilah.
e. Target dan indikator yang berfokus pada isu-isu terkait gender tertentu.

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


43
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

DAFTAR PUSTAKA
Eko, Sutoro, dkk, Desa Membangun Indonesia, Forum Pengembangan
Pembaharuan Desa (FPPD), 2014
Aliansi untuk Pengurangan Risiko Bencana Inklusif, Memadukan Pengurangan
Risiko Bencana Inklusif dalam Perencanaan Pembangunan. Panduan Training,
2013
Perkumpulan Inisiatif, ABCD Perencanaan Desa, 2011.
Saraswati, Tumbu, Pengarusutamaan Gender Dalam Kebijakan Pembangunan
dalam Undang-undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa
http://www.komnasperempuan.go.id/pengarusutamaan-gender-dalam-
kebijakan-pembangunan/ diunduh pada: Senin, 23/05/2016: 12: 25

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


44
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Bahan Bacaan -3

PENYUSUNAN RKP DESA dan DU-RKP DESA

I. Latar Belakang

Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang


Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa serta dengan memperhatikan Peraturan Pelaksananya
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Desa, Permendagri 114 tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa.

Setiap proses penyusunan dokumen rencana pembangunan tersebut


memerlukan koordinasi antar instansi pemerintah dan partisipasi seluruh
pelaku pembangunan. Berdasarkan dengan hal tersebut dimana Desa
adalah merupakan bagian dari sistem pembangunan nasional, maka
dengan demikian dalam penyelenggaraan pembangunan desa pun
pemerintah desa harus sinkron dengan penyelenggaraan pembangunan
pemerintah di atasnya baik pemerintah Kabupaten/Kota, Provinsi maupun
Pemerintah Pusat. Selain dari pada itu tidak kalah pentingnya harus
mengakomodasikan aspirasi masyarakat melalui peran Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) serta Lembaga Kemasyarakatan yang ada

Namun disisi lain tidak bisa dipungkiri banyak desa yang dokumen rencana
tahunan desanya kurang berkualitas sehingga untuk dijadikan acuan
pelaksanaan pembangunan desa dalam jangka 1 (satu) tahun pun kurang
memadai. Hal ini disebabkan antara lain dalam praktek pembuatannya oleh
desa cenderung ad hoc (informal, hanya syarat administratif), umumnya
hanya usulan prasarana fisik, dan belum mencerminkan kebutuhan desa
secara menyeluruh. Praktek koordinasi perencanaan mulai desa ke
kecamatan selanjutnya ke kabupaten/kota, provinsi belum berjalan baik.
Usulan dari masyarakat, desa/kelurahan sangat kecil kemungkinan di respon
menjadi keputusan APBD, sehingga masyarakat dan pemerintah desa
dihadapkan pada ketidakpastian penganggaran.

Atas permasalahan tersebut maka menjadi penting untuk melakukan


peningkatan kwalitas dengan terobosan-terobosan melalui pembenahan

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


45
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

kualitas rencana dari bawah, dan memperkuat kapasitas aparat kabupaten


dalam merespon usulan dari bawah. Melalui cara ini diharapkan terjadi
sinkronisasi dokumen perencanaan baik dari desa, SKPD, pemerintah
ataupun perintah daerah baik jangka menengah maupun tahunan. Dengan
dimilikinya RKP Desa yang mengacu pada rencana pembangunan jangka
menengah 6 (enam) tahunan yang berkualitas, diharapkan dapat menjamin
terjadinya kesinambungan pelaksanaan program pembangunan desa.

II. Pengertian

Rencana Kerja Pemerintah Desa yang selanjutnya disingkat (RKP Desa)


sesuai dengan Peraturan Menteri dalam Negeri No. 114 Tahun 2015
Tentang Pedoman Perencanaan Pembangunan Desa menyatakan bahwa
Pemerintah Desa dapat mengusulkan kebutuhan pembangunan desa kepada
pemerintah daerah kabupaten/kota. Usulan kebutuhan pembangunan desa
tersebut harus mendapatkan persetujuan bupati/walikota. Usulan tersebut
harus dihasilkan dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Jika
pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota menyetujui usulan tersebut, maka akan dimuat dalam RKP
Desa tahun berikutnya. Rencana Kerja Pemerintah Desa, selanjutnya
disingkat RKP Desa, adalah penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu
1 (satu) tahun.

Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi bagian
dari RKP Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan
Pemerintah Desa kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui
mekanisme perencanaan pembangunan daerah.

III. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat disusunnya RKP Desa adalah:


1. Sebagai dasar dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa (APB Desa),
2. Acuan dalam menyusun rencana operasional dan pelaksanaan
pembangunan desa dalam 1 tahun,
3. Menciptakan rasa memiliki dan tanggungjawab bersama terhadap
program pembangunan yang akan dijalankan dalam 1 tahun,
4. Sebagai bahan dalam melakukan evaluasi pelaksanaan pembangunan
tahunan,
5. Sebagai ruang pembelajaran bersama warga dan Pemerintahan Desa.
Modul Pelatihan BPD Tahun 2018
46
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

6. Memastikan bahwa desa.


7. Memastikan bahwa dana desa yang direncanakan dan digunakan
bermanfaat untuk pembagunan desa.

IV. Bahan Pendukung dalam Penyusunan RKP Desa

Untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,


penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan desa
berdasarkan Pasal 29 ayat (1) dan (2), Pasal 31 ayat (2), Pasal 35 ayat (1)
dan Pasall 36 ayat (1) Permendagri No 114 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Desa, bahan-bahan pendukung dalam penyusunan RKP Desa
dan DU-RKP Desa meliputi :

1. RPJM Desa
2. Hasil Musyawarah Desa dalam rangka Penyusunan Rencana
Pembangunan Desa
3. Data dan informasi dari Kabupaten/ Kota tentang:
4. Pagu indikatif desa yang meliputi:
- Rencana dana Desa yang bersumber dari APBN;
- Rencana alokasi dana Desa (ADD) yang merupakan bagian dari dana
perimbangan yang diterima kabupaten/kota;
- Rencana bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah
kabupaten/kota; dan
- Rencana bantuan keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah provinsi dan anggaran pendapatan belanja daerah
kabupaten/kota.
- Rencana program/kegiatan pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang masuk ke desa.

V. Mekanisme Penyusunan RKP Desa

Mekanisme penyusunan RKP Desa dilakukan dengan kegiatan yang meliputi:


A. WAKTU PENYUSUNAN RKP-DESA
Karena sifatnya tahunan, maka RKP Desa-pun disusun setiap tahun. RKP
Desa mulai disusun oleh pemerintah desa pada bulan Juli, kemudian
ditetapkan dengan Peraturan Desa paling lambat akhir bulan September
untuk tahun berikutnya. Sedangkan APB Desa harus diselesaikan pada
bulan Desember.

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


47
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

B. PROSES PENYUSUNAN RKP-DESA


Secara umum prosesnya mengikuti 3 tahapan besar yaitu 1) pra
musyawarah perencanaan pembangunan desa.Pemerintah desa
melakukan berbagai bersiapan mulai dari sosialisasi, pembentukan tim
penyusunan RKP Desa dan rapat-rapat kerja tim penyusun RKP Desa.
Tujuannya; (1) melakukan evaluasi kegiatan RKP Desa tahun
sebelumnya, (2) melakukan analisis kegiatan dalam RPJM Desa tahun
ke-n untuk RKP Desa tahun ke-n, (3) analisis keadaan darurat, (4)
analisis prioritas kebijakan supra desa (kabupaten/kota) sesuai RPJM
Desa ataupun RKP Desa, (5) mendisain kegiatan dan rencana biaya serta
6) menyusun draft Peraturan Desa tentang RKP Desa. 2). tahap
pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan desa.
Sebelum forum musyawarah, desa menetapkan RKP Desa, kegiatan
pembahasan yang perlu dioptimalkan pada agenda ini adalah 1) laporan
hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan dan keuangan desa tahun
sebelumnya, 2) penyampaian rancangan materi RKP Desa berdasarkan
beberapa hasil analisis yang dilakukan tim penyusun, 3) input prioritas
kebijakan pembangunan dari kabupaten sesuai dengan prioritas RPJM
Desa, serta 3).tahap pasca musyawarah perencanaan
pembangunan desa.Hasil peraturan desa tentang RKP Desa dilaporkan
kepada bupati melalui camat dan disosialisasikan kepada masyarakat
desa. Bila dianggap perlu, prioritas usulan program/kegiatan yang
berkait dengan SKPD dapat dikirim langsung kepada SKPD bersangkutan
atau bisa juga melalui anggota DPRD dari daerah pemilihan desa
bersangkutan.

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


48
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

C. TUGAS PENYUSUNAN DAN KEGIATANNYA


Kepala Desa menyusun RKP Desa dengan mengikutsertakan masyarakat
desa. Penyusunan RKP Desa, dilakukan dengan kegiatan yang meliputi:

a. penyusunan perencanaan pembangunan Desa melalui Musdes;


b. pembentukan tim penyusun RKP Desa;
c. pencermatan pagu indikatif Desa dan penyelarasan program/kegiatan
masuk ke Desa
d. pencermatan ulang dokumen RPJM Desa;
e. penyusunan rancangan RKP Desa;
f. penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan Desa;
g. perubahan RKP Desa; dan
h. pengajuan daftar usulan RKP Desa.

D. TAHAPAN DAN TEKNIK PENYUSUNAN RKP DESA


Berdasarkan Permendagri 114/2014 Pasal 30 secara rinci disebutkan
bahwa penyusunan RKP Desa, dilakukan dengan kegiatan yang meliputi:

1. Musdes Penyusunan Perencanaan Pembangunan Desa

BPD menyelenggarakan Musdes dalam rangka penyusunan rencana


pembangunan desa.Hasil Musdes menjadi pedoman bagi pemerintah
desa menyusun rancangan RKP Desa dan daftar usulan RKP Desa.

Kapan Waktunya?
BPD menyelenggarakan Musdes, paling lambat bulan Juni tahun
berjalan.

Apa saja yang dibahas dalam Musdes?


Musdes membahas hal-hal sebagai berikut:
1) Mencermati ulang dokumen RPJM Desa
2) Menyepakati hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa
3) Membentuk tim verifikasi sesuai dengan jenis kegiatan dan
keahlian yang dibutuhkan
Tim verifikasi dapat berasal dari warga masyarakat desa dan/atau
SKPD kabupaten/kota.Hasil Musdes dituangkan dalam berita acara
(lihat Format Lampiran 1). Berita acara tersebut, menjadi
pedoman Kepala Desadalam menyusun RKP Desa.

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


49
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

2. Pembentukan Tim Penyusun RKP Desa

Tim Penyusun RKP Desa dibentuk oleh Kepala Desa berjumlah 7 – 11


orang dan harus mengikutsertakan perempuan. Dalam proses
pembentukannya tetap memperhatikan prinsip-prinsip partisipatif dan
inclusive.Tim ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa dan terdiri
dari :

a. Kepala Desa selaku pembina


b. Sekretaris Desa selaku ketua
c. Ketua lembaga pemberdayaan masyarakat sebagai sekretaris
d. Anggota yang meliputi: perangkat desa, lembaga pemberdayaan
masyarakat, kader pemberdayaan masyarakat desa, dan unsur
masyarakat.

Kapan waktunya?
Pembentukan tim penyusun RKP Desa dilaksanakan paling lambat
bulan Juni tahun sebelumnya dan melibatkan perwakilan masyarakat.

Apa saja tugas Tim?


Tim Kerja beberapa kali harus melakukan rapat-rapat tim baik untuk
melakukan evaluasi kegiatan RKP Desa tahun sebelumnya, hingga
kegiatan lainnyayaitu:
a. Pencermatan pagu indikatif desa dan penyelarasan
program/kegiatan masuk ke desa
b. Pencermatan ulang dokumen rpjm desa
c. Penyusunan rancangan rkp desa
d. Penyusunan rancangan daftar usulan RKP Desa

3. Pencermatan Pagu Indikatif Desa dan Penyelarasan


Program/Kegiatan Masuk ke Desa

Tugas Tim Penyusunan RKP Desaa pertama adalah pencermatan


pagu indikatif desa dan penyelarasan program/ kegiatan yang masuk
ke desa. Kepala Desa harus mendapatkan data dan informasi dari
kabupaten/kota tentang:
a. Pagu indikatif desa (ADD dan Dana Desa)

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


50
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

b. Rencana program/kegiatan pemerintah, pemerintah daerah


provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang masuk ke
desa.

Kapan dilakukan?
Data dan informasi tersebut diterima Kepala Desa dari
kabupaten/kota paling lambat bulan Juli setiap tahun sebelumnya.
Setelah Juli, Tim Penyusun RKP Desa mulai melakukan pencermatan.

Apa saja yang harus dilakukan?


Pencermatan pagi indikatif desa yang dilakukan Tim Penyusun RKP
Desa meliputi:
a. Rencana dana desa yang bersumber dari APBN
b. Rencana alokasi dana desa (ADD) yang merupakan bagian dari
dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota
c. Rencana bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah
kabupaten/kota
d. Rencana bantuan keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah provinsi dan anggaran pendapatan belanja daerah
kabupaten/kota.
Tim penyusun RKP Desa melakukan penyelarasan rencana
program/kegiatan yang masuk ke desa, meliputi:
a. Rencana kerja pemerintah kabupaten/kota
b. Rencana program dan kegiatan pemerintah, pemerintah daerah
provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota
c. Hasil penjaringan aspirasi masyarakat oleh dewan perwakilan
rakyat daerah kabupaten/kota

Hasil pencermatan kemudian dituangkan ke dalam format pagu


indikatif desa Hasil penyelarasan kemudian dituangkan ke dalam
format kegiatan pembangunan yang masuk ke desa.

Berdasarkan hasil pencermatan tersebut, tim penyusun RKP Desa


menyusun rencana pembangunan berdasarkan kewenangan lokal
berskala desa yang dituangkan dalam rancangan RKP Desa.

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


51
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

4. Pencermatan-Review Ulang RPJM Desa


Tim penyusunan RKP Desa mencermati skala prioritas usulan rencana
kegiatan pembangunan desa untuk 1 (satu) tahun anggaran
berikutnya sebagaimana tercantum dalam dokumen RPJM Desa.Hasil
pencermatan menjadi dasar bagi tim penyusun RKP Desa dalam
menyusun rancangan RKP Desa.

5. Penyusunan Rancangan RKP Desa dan Rancangan Daftar


Usulan RKP Desa
Sesuai Pasal 41 Permendagri 114 tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Desa, dijelaskan bahwa rancangan RKP Desa memuat
rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan
masyarakat Desa.Rancangan RKP Desa minimal berisi uraian tentang:
a. Evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya

b. Prioritas program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola oleh


desa yang merupakan kewenangan lokal berskala desa

c. Prioritas program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola


melalui kerja sama antar-desa dan pihak ketiga

d. Rencana program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola oleh


desa sebagai kewenangan penugasan dari Pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota

e. Pelaksana kegiatan desa yang terdiri atas unsur perangkat desa


dan/atau unsur masyarakat desa

Dalam rancangan RKP Desa, juga berisi prioritas program dan


kegiatan yang rencananya akandidanai dari berbagai sumber yaitu:
1) pagu indikatif desa; 2) pendapatan asli desa; 3) swadaya
masyarakat desa; 4) bantuan keuangan dari pihak ketiga; dan 5)
bantuan keuangan dari pemerintah daerah provinsi, dan/atau
pemerintah daerah kabupaten/kota.

Untuk itu dalam penyusunan rancangan RKP Desa berpedoman


kepada:
a. Hasil kesepakatan Musdes
b. Pagu indikatif desa
Modul Pelatihan BPD Tahun 2018
52
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

c. Pendapatan asli desa


d. Rencana kegiatan pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan
pemerintah daerah kabupaten/kota
e. Jaring aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh DPRD
kabupaten/kota
f. Hasil pencermatan ulang dokumen RPJM Desa
g. Hasil kesepakatan kerjasama antar desa
h. Hasil kesepakatan kerjasama desa dengan pihak ketiga

Dalam menentukan prioritas program dan kegiatan, ditentukan dan


dirumuskan berdasarkan penilaian terhadap kebutuhan masyarakat
desa yang meliputi:
a. Peningkatan kapasitas penyelenggaraan pemerintahan desa
b. Peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanan dasar
c. Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dan lingkungan
berdasarkan kemampuan teknis dan sumber daya lokal yang
tersedia
d. Pengembangan ekonomi pertanian berskala produktif
e. Pemanfaatan teknologi tepat guna untuk kemajuan ekonomi
f. Pendayagunaan sumber daya alam
g. Pelestarian adat istiadat dan sosial budaya desa
h. Peningkatan kualitas ketertiban dan ketenteraman masyarakat
desa berdasarkan kebutuhan masyarakat desa
i. Peningkatan kapasitas masyarakat dan lembaga kemasyarakatan
desa

Berikut ini contoh matriks atau alat untuk memandu kesepakatan


berdasarkan kriteria/indikator yang disepakati bersama,untuk
menghasilkan perencanaan prioritas desa.

APA YANG PERTANYAAN KRITERIA/INDIKATOR


DIPRIORITASKAN PEMBANTU YANG BIASANYA DIPAKAI
Permasalahan “apa saja alasan yang - Mendesak (harus segera)
yang akan masuk menentukan prioritas - Genting (berdampak besar)
ke rencana kerja masalah untuk - Dirasakan banyak orang
desa dimasukkan ke rencana kemanfaatannya
kerja desa tahun ini?”
- Merupakan kewenangan desa
- Mampu menggunakan sumber
Modul Pelatihan BPD Tahun 2018
53
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

APA YANG PERTANYAAN KRITERIA/INDIKATOR


DIPRIORITASKAN PEMBANTU YANG BIASANYA DIPAKAI
daya yang ada
Permasalahan “apa saja alasan yang - Permasalahan yang ada di desa
yang akan menentukan prioritas tetapi tidak ada di desa yang
diusulkan ke masalah untuk lain
musrenbang diusulkan ke - Permasalahan prioritas desa
kecamatan kecamatan?”
tetapi di luar kewenangan desa
Jenis usaha “apa saja yang penting - Nilai jual tinggi (meningkatkan
pertanian dipertimbangkan kalau pendapatan)
(komoditas kita menentukan jenis - Mudah dikembangkan
pertanian) dan usaha/komoditas - Biaya usaha murah
perikanan lokal. pertanian baru?”
- Tidak sulit
perawatan/pengolahan pasca
produksi
- Peluang pemasaran

Pada tahap ini, Tim Penyusun RKP Desa juga menyusun daftar usulan
pelaksana kegiatan desa sesuai jenis rencana kegiatan.Pelaksana
kegiatan dimaksud harus melibatkan perempuan dan minimal
meliputi; ketua; sekretaris; bendahara; dan anggota pelaksana.
Pemerintah Desa dapat merencanakan pengadaan tenaga ahli di
bidang pembangunan infrastruktur untuk dimasukkan ke dalam
Rancangan RKP Desa.Tenaga ahli di bidang pembangunan
infrastruktur tersebut dapat berasal dari warga masyarakat desa,
SKPD kabupaten/kota yang membidangi pembangunan infrastruktur;
dan/atau tenaga pendamping profesional.
Rancangan RKP Desa dituangkan dalam format rancangan RKP Desa
(Lihat Lampiran – 4) dan dilampiri rencana kegiatan dan Rencana
Anggaran Biaya. Proses ini selanjutnya dibahas dalam Pokok Bahasan
Pengelolaan Keuangan Desa.
Jika ada kerjasama antar desa, maka rencana kegiatan dan Rencana
Anggaran Biaya harus disusun dan disepakati bersama para kepala
desa yang melakukan kerja samaantar Desa tersebut. Rencana
kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya diverifikasi oleh tim verifikasi.
Pemerintah Desa dapat mengusulkan prioritas program dan kegiatan
pembangunan desa dan pembangunan kawasan perdesaan kepada
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


54
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

daerah kabupaten/kota yang disusun dalam usulan prioritas program


dan kegiatan dan dituangkan dalam Rancangan Daftar Usulan RKP
Desa (Lihat Lampiran – 5).
Rancangan daftar usulan RKP Desa, menjadi lampiran berita acara
laporan tim penyusun rancangan RKP Desa. Selanjutnya Tim
penyusun RKP Desa membuat berita acara tentang hasil penyusunan
rancangan RKP Desa (Lihat Lampiran – 6).yang dilampiri dokumen
rancangan RKP Desa dan rancangan daftar usulan RKP Desa.Berita
acara tersebut disampaikan kepada Kepala Desa. Kemudian Kepala
Desa akanmemeriksa dokumen rancangan RKP Desa tersebut. Jika
ada masukan dan perbaikan, maka tim penyusun RKP Desa akan
melakukan perbaikan dokumen rancangan RKP Desa. Sedangkan jika
Kepala Desa telah menyetujui, Kepala Desa menyelenggarakan
musyawarah perencanaan pembangunan Desa.

6. Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan


Desa
Kepala Desa menyelenggarakan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa yang diadakan untuk membahas dan
menyepakati rancangan RKP Desa.Musyawarah diikuti Pemerintah
Desa, BPD, dan masyarakat. Masyarakat terdiri atas; berbagai tokoh
seperti adat; agama;masyarakat; pendidikan; berbagai perwakilan
kelompok profesi seperti tani; nelayan; perajin; kelompok
perempuan; pemerhati dan pelindungan anak; seta perwakilan
kelompok masyarakat miskin. Selain unsur masyarakat, musyawarah
dapat melibatkan unsur masyarakat lain sesuai dengan kondisi sosial
budaya masyarakat.
Hasil kesepakatan musyawarah perencanaan pembangunan desa,
dituangkan dalam berita acara. Berdasarkan hasil kesepakatan
tersebut, Kepala Desa mengarahkan Tim penyusun RKP Desa
melakukan perbaikan dokumen rancangan RKP Desa.Rancangan RKP
Desa menjadi lampiran rancangan peraturan desa tentang RKP Desa.

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


55
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

TAHAPAN PENYUSUNAN RKP DESA DAN DAFTAR USULAN RKP DESA

1. Musdes
Mencermati ulang dokumen RPJM Desa &
penyusunan
menyepakati hasil pencermatan,
perencanaan 
 Membentuk tim verifikasi sesuai dengan jenis
pembangunan
kegiatan dan keahlian yang dibutuhkan.
desa

Tim 7 – 11 orang (harus ada perempuan)
 Kepala Desa selaku pembina;
2. Pembentukan
 Sekretaris Desa selaku ketua;
tim Penyusun 
 Ketua LPM sebagai sekretaris; dan
RKP Desa
 Anggota (perangkat desa, LPM, KPMD, dan unsur
masyarakat.

 Pencermatan Pagu Indikatif desa:
1) Rencana dana desa yang bersumber dari APBN;
2) Rencana ADD
3. Pencermatan 3) Rencana bagian dari hasil pajak daerah dan
pagu indikatif retribusi daerah kab./kota;
desa & 4) Rencana bantuan keuangan dari APBD provinsi
 dan Kab./Kota.
penyelarasan
program/kegiatan  Penyelarasan rencana program/kegiatan masuk ke
masuk ke Desa desa (rencana kerja pemerintah kab./kota, rencana
program/kegiatan pemerintah, pemerintah daerah
prov.dan kab./kota,;hasil penjaringan aspirasi
masyarakat oleh DPRD kab./kota).


4. Pencermatan Skala prioritas usulan rencana kegiatan pembangunan
ulang dokumen  desa untuk 1 (satu) tahun anggaran berikutnya yang
RPJM Desa tercantum dalam dokumen RPJM Desa.

5. Penyusunan   Berpedoman kepada: Hasil kesepakatan Musdes,
rancangan RKP pagu indikatif desa, PADes, Rencana kegiatan
Desa dan Pemerintah, Pemda prov., & Pemda kab./kota, Jaring
rancangan aspirasi masyarakat oleh DPRD kab./kota, hasil

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


56
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

pencermatan ulang dokumen RPJM Desa, hasil


kesepakatan kerjasama antar desa, dan kesepakatan
kerjasama desa dengan pihak ketiga.
 Rancangan RKP Desa paling sedikit berisi uraian:
a. evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun
sebelumnya;
b. prioritas program, kegiatan, dan anggaran desa
yang dikelola oleh desa;
Usulan RKP
c. prioritas program, kegiatan, & anggaran desa
Desaa
yang dikelola melalui kerja sama antar-desa dan
pihak ketiga;
d. rencana program, kegiatan, dan anggaran desa
yang dikelola oleh desa sebagai kewenangan
penugasan dari Pemerintah, Pemda prov. &
Pemda kab./kota; dan
e. Pelaksana kegiatan desa (terdiri atas unsur
perangkat desa & atau unsur masy.desa).

6.   Diikuti oleh Pemerintah Desa, Badan
Musrenbangdes Permusyawaratan Desa, dan unsur masyarakat.
Penetapan RKP  Rancangan RKP Desaa berisi prioritas program &
Desa dan Daftar kegiatan yang didanai:
Usulan RKP Desa a. Pagu indikatif desa;
b. PADes;
c. Swadaya masyarakat desa;
d. Bantuan keuangan dari pihak ketiga;
e. Bantuan keuangan dari Pemda provinsi, dan/atau
Pemda kabupaten/kota.
 Prioritas program (a) peningkatan kapasitas
penyelenggaraan pemerintahan desa, (b)
peningkatan kualitas & akses terhadap pelayanan
dasar, (c) pembangunan & pemeliharaan
infrastruktur & lingkungan berdasarkan kemampuan
teknis & sumber daya lokal yg tersedia, (d)
pengembangan ekonomi pertanian berskala
produktif, (e) pemanfaatan teknologi tepat guna
untuk kemajuan ekonomi; (f) pendayagunaan SDA;
(g) pelestarian adat istiadat dan sosial budaya desa;
Modul Pelatihan BPD Tahun 2018
57
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

(h) peningkatan kualitas ketertibanketenteraman


masy.desa; dan (i) peningkatan kapasitas
masyarakat dan lembaga kemasyarakatan desa.

7. RAPB Desa
Kegiatan prioritas berdasarkan
RKP Desa  kewenangan lokal Skala Desa dan
mampu dikerjakan Desa.

Usulan prioritas program & kegiatan



pembangunan desa dan
pembangunan kawasan perdesaan
yang tidak masuk dalam Kewenangan
Pengajuan Skala Lokal Desa diusulkan kepada
DU-RKP  Pemerintah, Pemda prov., dan/atau
Desa Pemda kab./kota.
 Daftar Usulan RKP Desaa menjadi
bahan pembahasan melalui
Musrenbang Kecamatan dan kab./kota

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


58
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

7. Penetapan RKP Desa


Kepala Desa menyusun rancangan peraturan desa tentang RKP Desa.
Rancangan peraturan Desa tersebut dibahas dan disepakati bersama
oleh Kepala Desa dan BPD untuk ditetapkan menjadi peraturan Desa
tentang RKP Desa.Mekanisme penyusuna dan penetapan Peraturan
Desa tentang RKP Desa, dibahas dalam materi Produk Hukum Desa
8. Perubahan RKP Desa
Berdasarkan Pasal 49 Permendagri 114 Tahun 2014, RKP Desa dapat
diubah jika:
1) Terjadi peristiwa khusus, seperti bencana alam, krisis politik, krisis
ekonomi, dan/atau kerusuhan sosial yang berkepanjangan. Dalam
hal ini, kepala Desa melaksanakan kegiatan sebagai berikut:

a. Berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota yang


mempunyai kewenangan terkait dengan kejadian khusus
b. Mengkaji ulang kegiatan pembangunan dalam rkp desa yang
terkena dampak terjadinya peristiwa khusus
c. Menyusun rancangan kegiatan yang disertai rencana kegiatan
dan rab
d. Menyusun rancangan RKP Desa perubahan

2) Terdapat perubahan mendasar atas kebijakan Pemerintah,


pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah
kabupaten/kota.Dalam hal ini, kepala Desa melaksanakan kegiatan
sebagai berikut:

a. Mengumpulkan dokumen perubahan mendasar atas kebijakan


Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah
daerah kabupaten/kota
b. Mengkaji ulang kegiatan pembangunan dalam RKP Desa yang
terkena dampak terjadinya perubahan mendasar atas kebijakan
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah
daerah kabupaten/kota
c. Menyusun rancangan kegiatan yang disertai rencana kegiatan
dan RAB
d. Menyusun rancangan RKP Desa perubahan

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


59
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Kepala Desa menyelenggarakan musyawarah perencanaan


pembangunan desa yang diadakan secara khusus untuk
kepentingan pembahasan dan penyepakatan perubahan RKP Desa
tersebut yang disesuaikan dengan terjadinya peristiwa khusus
dan/atau terjadinya perubahan mendasar atas kebijakan
pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah
daerah kabupaten/kota.

9. Pengajuan Daftar Usulan RKP Desa


Pemerintah Desa dapat mengusulkan prioritas program dan kegiatan
pembangunan Desa dan pembangunan kawasan perdesaan yang
tidak masuk dalam kewenangan skala lokal Desa kepada Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi dan/atau pemerintah daerah
kabupaten/kota. Usulan tersebut disusun oleh Tim Penyusun RKP
Desa yang dituangkan dalam rancangan daftar usulan RKP Desa dan
menjadi lampiran berita acara laporan Tim Penyusun rancangan RKP
Desa.
Kepala Desa menyampaikan daftar usulan RKP Desa kepada
bupati/walikota melalui camat. Penyampaian daftar usulan RKP Desa
tersebut paling lambat 31 Desember tahun sebelumnya. Daftar
usulan RKP Desa tersebut, menjadi materi pembahasan di dalam
musyawarah perencanaan pembangunan kecamatan dan
kabupaten/kota.
Bupati/walikota menginformasikan kepada pemerintah desa tentang
hasil pembahasan daftar usulan RKP Desa setelah
diselenggarakannya musyawarah perencanaan pembangunan di
kecamatan pada tahun anggaran berikutnya. Informasi tersebut
diterima pemerintah desa paling lambat bulan Juli tahun anggaran
berikutnya. Untuk melengkapi penyusunan Rancangan RKP Desa dan
DURKP Desa, materi ini dilengkapi dengan Lampiran 1 s.d. 7 sesuai
dengan Lampiran Permendagri No 114 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Desa.

VI. Penutup

Perencanaan pembangunan desa melalui Musyawarah Perencanaan


Pembangunan Desa sebagai sub system perencanan pembangunan daerah
yang mengacu pada RPJM Daerah dan Renja SKPD menghasilkan RPJM
Modul Pelatihan BPD Tahun 2018
60
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa

Desa dan RKP Desa serta Daftar Usulan RKP Desa. RPJM Desa sebagai hasil
Musyawarah Desa 6 tahunan, menghasilkan RKP Desa tahunan yang
mewadahi semua program/ kegiatan tahunan desa yang meliputi Bidang
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pelaksanaan Pembangunan Desa,
Pembinaan Kemasyarakatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Pada akhirnya output perencanaan ini akan menghasilkan dokumen RPJM
Desa, RKP Desa dan DU-RKP Desa yang menjadi acuan pelaksanaan bidang-
bidang tersebut di atas sehingga pada akhirnya mampu menciptakan desa
yang kuat, demokratis, maju dan mandiri dengan memaksimalkan prioritas
penggunaan anggaran pembangunan Desa dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan Desa yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan Desa melalui:
a. Pemenuhan kebutuhan dasar
b. Pembangunan sarana dan prasarana desa
c. Pengembangan potensi ekonomi lokal
d. Pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan

Dengan demikian, setiap tahapan pembangunan sejak dari perencanaan,


pelaksanaan pemantauan dan monitoring serta pertanggungjawabannya
harus melibatkan partisipasi masyarakat sebagai subject dan obyek
pembangunan di desa sebagai upaya meningkatkan rasa memiliki dan
tanggungjawab sebagai warga masyarakat desa

Modul Pelatihan BPD Tahun 2018


61

Anda mungkin juga menyukai