Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Data Kurva Kalibrasi Standar

Tabel 1. Nilai absorbansi deret standar


Konsentrasi (ppm) Absorbansi
0,2 0,039
0,4 0,048
0,6 0,074
0,8 0,088
1 0,101

4.1.2 Data Absorbansi Metilen Biru Setelah Adsorpsi

Tabel 2. Nilai absorbansi setelah adsorpsi


Adsorben (g) Konsentrasi (ppm) Absorbansi
1 2 0,056
1 4 0,071
1 6 0,087
1 8 0,109
1 10 0,111

4.2 Grafik Kurva Kalibrasi Standar

Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Vs Absorbansi


0.15
Absorbansi

0.1
0.05
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi

Gambar 1. Kurva kalibrasi standar

4.3 Perhitungan

4.3.1 Perhitungan Konsentrasi Larutan Setelah Adsorpsi

y = ax + b (1)
y = 0,082x + 0,0208

y-b
x=
a

a = 0,082

b = 0,0208

Dimana, y = absorbansi larutan setelah adsorpsi

x = konsentrasi larutan setelah adsorpsi

Berdasarkan persamaan garis tersebut, diperoleh masing-masing larutan

setelah adsorpsi yaitu:

a. Untuk konsentrasi awal 2 ppm

0,056 + 0,0208
x= = 0,04292 ppm
0,082

b. Untuk konsentrasi awal 4 ppm

0,071 + 0,0208
x= = 0,6122 ppm
0,082

c. Untuk konsentrasi awal 6 ppm

0,087 + 0,0208
x= = 0,8073 ppm
0,082

d. Untuk konsentrasi awal 8 ppm

0,109 + 0,0208
x= = 1,0756 ppm
0,082

e. Untuk konsentrasi awal 10 ppm

0,111 + 0,0208
x= = 1,1000 ppm
0,082

3.2 Perhitungan Efektifitas Adsorpsi

(Co -Ce )x V
qe = (2)
Massa adsorben
Dimana, Co = konsentrasi awal (ppm)

Ce = konsentrasi akhir (ppm)

V = volume larutan (L)

a. Untuk konsentrasi awal 2 ppm

(2 – 0,4292 ) x 0,1 L
qe1 = = 0,1571 mg/g
1 gram

b. Untuk konsentrasi awal 4 ppm

(4 – 0,6122 ) x 0,1 L
qe1 = = 0,3388 mg/g
1 gram

c. Untuk konsentrasi awal 6 ppm

(6 – 0,8073 ) x 0,1 L
qe1 = = 0,5192 mg/g
1 gram

d. Untuk konsentrasi awal 8 ppm

(8 – 1,0756 ) x 0,1 L
qe1 = = 0,6924 mg/g
1 gram

e. Untuk konsentrasi awal 10 ppm

(10 – 1,1 ) x 0,1 L


qe1 = = 0,8900 mg/g
1 gram

4.4 Kurva Isotermal Adsorpsi

Tabel 3. Efektivitas Adsorpsi


Co (ppm) Ce (ppm) qe Ce/qe Log Ce Log qe
2 0,4292 0,1571 2,7329 -0,3673 -0,8039
4 0,6122 0,3388 1,8071 -0,2131 -0,4701
6 0,8073 0,5192 1,5547 -0,0930 -0,2846
8 1,0756 0,6924 1,5534 0,0317 -0,1596
10 1,1000 0,8900 1,2360 0,0414 -0,0506

4.4.1 Kurva Isotermal Adsorpsi Langmuir


Grafik Hubunan Antara Log Ce Vs Ce/qe
3.00
2.50
2.00
Ce/qe

1.50
1.00
0.50
0.00
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00
Ce

Gambar 2. Kurva hubungan hubungan Ce dengan Ce/qe

Dari kurva tersebut diperoleh:

Slope = -1,7844

Intercept = 2,7038

1
Kapasitas adsorpsi (Q) = = -0,5604 mg/g
Slope

1
Tetapan Langmuir (b) = = -0,6599 L/mg
Q × Intercept

4.4.2 Kurva Isotermal Adsorpsi Freundlich

Grafik hubungan log Ce dengan log qe


0.00
-0.40 -0.30 -0.20 -0.10 0.00 0.10
-0.20

-0.40
Log qe

-0.60

-0.80

-1.00
Log Ce

Gambar 3. Kurva hubungan antara log Ce dengan log qe


Dari kurva tersebut diperoleh:

Slope = 83,94

Intercept = -3,9571

Kapasitas adsorpsi (K) = inv. log (intercept)

= 1,1038 x 10-4 mg/g

1
Tetapan Freundlich (b) = = 0,0119 L/mg
Slope

4.5 Pembahasan

Percobaan ini dimulai dengan menimbang karbon aktif sebanyak 1 gram

dan dilakukan sebanyak 5 kali penimbangan. Karbon aktif yang telah ditimbang

dibungkus dengan aluminium foil agar karbon yang diperoleh tidak menyerap zat

lain yang dapat mempengaruhi perubahan massa dari zat tersebut. Karbon aktif

berfungsi sebagai adsorben karena memiliki luas permukaan yang sangat besar

sehingga dapat menarik warna dari suatu larutan. Setelah itu, dilakukan

pengenceran metilen biru 100 ppm dengan akuades ke dalam labu ukur 100 mL

menjadi metilen biru dengan variasi konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan

10 ppm sebagai larutan contoh. Metilen biru merupakan zat warna yang berfungsi

sebagai adsorbat. Selain itu, diencerkan pula metilen biru 10 ppm menjadi metilen

biru dengan konsentrasi 0,2 ppm, 0,4 ppm, 0,6 ppm, 0,8 ppm dan 1 ppm sebagai

larutan standar yang berfungsi sebagai pembanding absorbansi dari larutan

contoh.

Kemudian larutan contoh dimasukkan kedalam masing-masing erlenmeyer

yang berbeda, lalu dimasukkan pula magnetic bar kedalam masing-masing

erlenmeyer dan diletakkan di atas multy magnetic stirer. Magnetic bar dan

magnetic stirrer berfungsi membantu proses pengadukan. Proses pengadukan


dilakukan bersamaan dan waktunya dihitung menggunakan stopwatch. Hal ini

bertujuan agar lama adsorpsi dari tiap sampel sama, sehingga daya adsorpsi pada

konsentrasi yang bervariasi dapat dibandingkan.

Setelah itu, dimasukkan karbon aktif ke dalam masing-masing erlenmeyer

secara bersamaan, lalu ditutup dengan aluminium foil agar tidak ada percikan

larutan yang keluar pada saat pengadukan. Larutan diaduk menggunakan

magnetic stirrer selama 30 menit. Pengadukan dengan magnetik stirrer dilakukan

agar larutan dapat menjadi homogen dengan sempurna. Hal ini dimaksudkan agar

penyerapan warna dari larutan dengan konsentrasi berbeda memerlukan waktu

yang sama. Setelah 30 menit, larutan kemudian disaring menggunakan corong

Buchner atau penyaring vakum sehingga penyaringan dapat dilakukan dengan

cepat tanpa harus memisahkan antara larutan dan endapan. Saringan pertama dari

larutan harus dibuang untuk menghindari penyerapan zat warna oleh kertas saring.

Kemudian semua larutan disaring dari konsentrasi terendah ke tertinggi. Setelah

penyaringan diukur nilai absorbansi dari larutan tersebut.

Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa konsentrasi 0,2 ppm

absorbansinya sebesar 0,0390; konsentrasi 0,4 ppm absorbansinya sebesar 0,048;

konsentrasi 0,6 ppm absorbansinya sebesar 0,074; konsentrasi 0,8 ppm

absorbansinya sebesar 0,088; dan konsentrasi 1 ppm absorbansinya sebesar 0,101.

Pada Tabel 2 dapat dilihat pula nilai absorbansi dengan variasi konsentrasi yaitu

2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm secara beruturut-turut adalah 0,056;

0,071; 0,087; 0,109 dan 0,111. Dapat disimpulkan semakin tinggi konsentrasinya

maka absorbansinya pun akan semakin besar. Artinya konsentrasi (ppm)

berbanding lurus dengan absorbansinya.


Dari data konsentrasi awal dan konsentrasi akhir dapat ditentukan nilai

dari efektivitas adsorpsi berbagai konsentrasi seperti ditunjukkan pada Tabel 3

yaitu 0,4292; 0,6122; 0,8073; 1,0756 dan 1,1000 ppm. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa semakin meningkat nilai konsentrasi maka nilai efektivitas

adsorpsi juga akan meningkat. Dari nilai efektivitas adsorpsi dihasilkan nilai log

qe yang merupakan nilai logaritma efektivitas adsorpsi. Nilainya berturut-turut

adalah -0,8039; -0,4701; -0,2846; -0,1596 dan -0,0506.

Model adsorpsi metilen biru yang paling tepat berdasarkan percobaan ini

adalah adsorpsi metode Freundlich karena memiliki nilai kapasitas adsorpsinya

lebih besar dibandingkan dengan metode adsorpsi Langmuir. Nilai kapasitas

adsorpsi Langmuir (Q) yaitu -0,5604 mg/g, sedangkan nilai kapasitas adsorpsi

Freundlich (K) yaitu 1,1038 x 10-4mg/g. Hasil yang diperoleh belum sesuai

dengan teori karena berdasarkan teori bahwa model adsorpsi yang paling tepat

untuk metilen biru adalah adsorpsi metode Langmuir. Hal ini karena pada metode

Langmuir adsorpsi terjadi pada permukaan adsorben homogen, dimana setiap

situs yang membawa jumlah adsorben dan adsorbat yang sama. Hal ini berarti

bahwa setelah molekul adsorbat menempati sebuah situs, tidak ada lagi adsorpsi

lanjut yang dapat terjadi di situs tersebut.

Anda mungkin juga menyukai