Anda di halaman 1dari 8

Rifka Humaida | Strategy To Handle Resistance Of Antibiotics

[ ARTIKEL REVIEW ]

STRATEGY TO HANDLE RESISTANCE OF ANTIBIOTICS


Rifka Humaida
Faculty of Medicine, Lampung of University

Abstract
Antibiotics is a substances released by microorganisms and are acting as an antagonist agent against the growth
and life of other microorganisms. Antibiotics are widely used by clinician to cure a lot of infectious diseases. The use
of antibiotics during the last 5 decades has remarkably increasing. These, not only occur and becoming a problem in
Indonesia, but also in a developed countries, such as United States. Extensive use of antibiotics, without a proper
consideration of its rational use, may result in a strong selective pressure, and thus, eventually lead a bacteria to
develop a resistance against a specific antibiotics. There are many things that are contributing to a resistance. This
issue, if left untreated, will eventually become a disadvantage in terms of health an increase in the morbiditas and
motilitas, economic, and social. Rational therapy, government regulation, and also public education is some key
points in the strategy to handle the issue of antibiotic resistance.

Keywords: antibiotic, resistance, strategy to handle, therapy

Abstrak
Antibiotik merupakan bahan yang dikeluarkan oleh mikroorganisme dan bersifat antagonik terhadap pertumbuhan
dan hidupnya mikroorganisme lain. Antibiotik banyak digunakan klinisi untuk menangani berbagai penyakit infeksi.
Pemakaian antibiotik selama 5 dekade terakhir mengalami peningkatan yang luar biasa, hal ini tidak hanya terjadi di
Indonesia tetapi juga menjadi masalah di negara maju seperti Amerika Serikat. Penggunaannya yang luas
mengakibatkan tekanan selektif yang kuat, dan secara konsisten menyebabkan bakteri resisten. Banyak hal yang
mendukung terjadinya resistensi. Pada akhirnya masalah ini akan merugikan baik dari segi kesehatan terjadinya
peningkatan angka morbiditas dan motilitas, ekonomi, dan sosial. Terapi rasional, regulasi pemerintah, juga edukasi
masyarakat menjadi beberapa poin penting dalam stategi penanganan masalah resistensi ini.

Kata kunci: antibiotik, resistensi, strategi penanganan, terapi


Koresponden : Rifka Humaida│rifkahumaida@ymail.com

Pendahuluan antibiotika banyak digunakan klinisi


Antibiotik pertama kali mulai untuk menangani berbagai penyakit
diperkenalkan untuk pengobatan pada infeksi.1,2
manusia pada tahun 1940 dan Antibiotika, yang pertama kali
sepanjang 60 tahun belakangan ditemukan oleh Paul Ehlrich pada 1910,
antibiotik telah banyak digunakan dan sampai saat ini masih menjadi obat
disalahgunakan. Obat kemoterapi yang andalan dalam penanganan kasus-
digunakan secara sistemik untuk kasus penyakit infeksi. Pemakaiannya
mengobati infeksi bakteri disebut anti selama 5 dekade terakhir mengalami
mikroba atau lebih khusus “anti peningkatan yang luar biasa, baik di
bakteri”. Istilah antibiotik pertama kali Indonesia juga di negara maju seperti
dicetuskan oleh Vuiilemin pada tahun Amerika Serikat. The Center for Disease
1889 dan semula berarti antagonisme Control and Prevention in USA
antar makhluk hidup. Wakzman juga menyebutkan terdapat 50 juta
orang pertama yang memperkenalkan peresepan antibiotik yang tidak
terminologi antibiotik. Sejak saat itu diperlukan (unnescecery prescribing)

J MAJORITY | Volume 3 Nomor 7 | Desember 2014 | 113


Rifka Humaida | Strategy To Handle Resistance Of Antibiotics

dari 150 juta peresepan setiap tahun. Resistensi antibiotik


Sehingga menimbulkan suatu masalah didefinisikan sebagai tidak
baru berupa meningkatnya angka terhambatnya pertumbuhan bakteri
kejadian resistensi terhadap antibiotik. dengan pemberian antibiotik secara
Didaptakan data di RS Dr Kariadi sistemik dengan dosis normal atau
Semarang sebagai rumah sakit besar kadar hambat minimalnya. Antibiotik
juga menghadapi masalah resistensi adalah obat yang dikenal, baik oleh
antibiotik. Data 2002 menunjukkan kalangan medis, maupun masyarakat.
bahwa semua isolat dari darah memiliki Sayangnya, hampir semuanya
tingkat multiresistensi tinggi terhadap mengenal antibiotik secara salah, dan
antibiotik, dan 45% - 56 % ini terbukti bahwa antibiotik
penggunaan antibiotik irasional.3 Pada merupakan obat yang paling banyak
tahun 2008 di Surabaya didapatkan digunakan secara salah (misused).
sebanyak 23 persen bakteri resisten Masalah inappropriate use of Antibiotic
terhadap antibiotik setelah dilakukan Editorial merupakan masalah irrational
pengambilan sampel pada pasien prescribing yang paling besar di dunia,
pasien rawat inap di RSUP dr Soetomo. dari dahulu sampai sekarang, di rumah
Pada suatu penelitian yang dilakukan di sakit maupun di komunitas.5
Jakarta pada tahun 2001 oleh Badan Penggunaan obat yang tidak
Litbang Kesehatan didapatkan Shigella rasional merupakan salah satu masalah
masih sensitif terhadap cotrimoxazole kesehatan di Indonesia khususnya di
namun terhadap antibiotik alternatif Rumah Sakit. Hal tesebut tidak hanya
ampicillin menunjukkan tingkat menimbulkan efek yang merugikan
resistensi sebesar 50%. Salmonella secara klinik, yakni menimbulkan
menunjukkan tingkat resistensi sebesar seleksi kuman resisten, penggunaan
42% terhadap ampicilin, 57% terhadap antibiotik yang tidak bijak juga
chloramphenicole & 71% terhadap menimbulkan masalah berupa infeksi
cotrimoxazole.4 Di Rumah Sakit Islam nosokomial khususnya oleh kuman
Kustati Surakarta juga menunjukan 52,6 yang resisten terhadap beberapa
% bakteri S. Aureus resisten terhadap antibiotik sekaligus. Penyakit infeksi
antibiotik4,5 yang disebabkan oleh bakteri yang
Awal mulanya antibiotik gagal berespon terhadap pengobatan
digunakan untuk mengobati penyakit mengakibatkan perpanjangan penyakit
infeksi pada manusia, namun (prolonged illness), meningkatnya
selanjutnya digunakan pula dalam resiko kematian (greater risk of death)
bidang kedokteran hewan, pertanian dan semakin lamanya masa rawat inap
dan budi daya perairan. di rumah sakit (length of stay). Ketika
Penggunaannya yang luas respon terhadap pengobatan menjadi
mengakibatkan tekanan selektif yang lambat bahkan gagal, pasien menjadi
kuat, dan konsisten sehingga infeksius untuk beberapa waktu yang
menyebabkan bakteri resisten akan lama (carrier). Konsekuensi logis
bertahan dan menyebar.3,4,5 berikutnya adalah meningkatnya
morbiditas dan mortalitas yang diikuti
DISKUSI dengan meningkatnya lama dan biaya
rawat. Dampak penggunaan yang tidak

J MAJORITY | Volume 3 Nomor 7 | Desember 2014 | 114


Rifka Humaida | Strategy To Handle Resistance Of Antibiotics

rasional atas obat lainnya selain 2. Peresepan dalam jumlah besar,


meningkatnya kejadian efek samping meningkatkan unnecessary
seperti alergi pada pasien yang alergi health care expenditure dan
dan interaksi obat, tentu merupakan seleksi resistensi terhadap obat-
pemborosan. Hal ini memberikan obatan baru.
peluang yang lebih besar bagi galur 3. Penggunaan monoterapi
resisten untuk menyebar kepada orang dibandingkan dengan
lain. Kemudahan transportasi dan penggunaan terapi kombinasi,
globalisasi sangat memudahkan penggunaan monoterapi lebih
penyebaran bakteri resisten antar mudah menimbulkan resistensi.
daerah, negara, bahkan lintas benua. 4. Perilaku hidup sehat terutama
Semua hal tersebut pada akhirnya bagi tenaga kesehatan, misalnya
meningkatkan jumlah orang yang mencuci tangan setelah
terinfeksi dalam komunitas. 6,7,8 memeriksa pasien atau
Resistensi terhadap antibiotik desinfeksi alat-alat yang akan
bisa bawaan atau di dapat. Pada dipakai untuk memeriksa
resistensi bawaan, semua spesies pasien.
bakteri bisa resisten terhadap suatu 5. Penggunaannya untuk hewan
obat sebelum bakteri kontak dengan dan binatang ternak, antibiotik
obat tersebut. Yang serius secara klinis juga dipakai untuk mencegah
adalah resistensi yang di dapat, dimana dan mengobati penyakit infeksi
bakteri yang pernah sensitif terhadap pada hewan ternak. Dalam
suatu obat menjadi resisten.9 Resistensi jumlah besar antibiotik
terjadi ketika bakteri berubah dalam digunakan sebagai suplemen
satu atau lain hal yang menyebabkan rutin untuk profilaksis atau
turun atau berkurangknya efektivitas merangsang pertumbuhan
obat, senyawa kimia atau bahan hewan ternak. Bila dipakai
lainnya yang digunakan untuk dengan dosis subterapeutik,
mencegah atau mengobati infeksi. akan meningkatkan terjadinya
Bakteri yang mampu bertahan hidup resistensi.
dan berkembang biak, menimbulkan 6. Promosi komersial dan
lebih banyak bahaya. Kepekaan bakteri penjualan besar-besaran oleh
terhadap kuman ditentukan oleh kadar perusahaan farmasi serta
hambat minimal yang dapat didukung pengaruh globalisasi.
menghentikan perkembangan 7. Kurangnya penelitian yang
bakteri.10 dilakukan para ahli untuk
Terdapat beberapa faktor yang menemukan antibiotika baru.
mendukung terjadinya resistensi, 8. Lemahnya pengawasan yang
antara lain : dilakukan pemerintah dalam
1. Faktor yang berhubungan distribusi dan pemakaian
dengan pasien. Misalnya antibiotika. 11,12
anggapan wajib menggunakan 9. Penggunaannya yang kurang
antibiotik ketika sakit dan tepat (irrasional) terlalu
pilihan antibiotik berdasarkan singkat, dalam dosis yang terlalu
harga. rendah, diagnosa awal yang

J MAJORITY | Volume 3 Nomor 7 | Desember 2014 | 115


Rifka Humaida | Strategy To Handle Resistance Of Antibiotics

salah, dalam potensi yang tidak Strategi penanganan maupun


adekuat. Penggunaan obat yang pencegahan yang dapat dilakukan yang
tidak rasional bila: pertama dan utama adalah terapi
a. Peresepan berlebih (over rasional. Penggunaan antibiotika secara
prescribing). rasional diartikan sebagai pemberian
Pemberian obat yang antibiotika secara tepat dan waspada
sebenarnya tidak diperlukan terhadap efek samping serta
untuk penyakit yang memperhatikan cost effectiviness
bersangkutan. Contoh : antibiotika.
pemberian antibiotik pada ISPA Kriteria Penggunaan Obat
non pneumonia (yang umumnya Rasional adalah :
disebabkan oleh virus). 1. Tepat Diagnosis
b. Peresepan kurang (under Penggunaan obat dapat
prescribing). dikatakan rasional apabila
Pemberian obat kurang dari diberikan untuk diagnosis yang
yang seharusnya diperlukan, tepat. Jika diagnosis tidak
baik dalam hal dosis, jumlah ditegakkan secara tepat maka
maupun lama pemberian. Tidak pemilihan obat tidak sesuai
diresepkannya obat yang dengan indikasi yang
diperlukan untuk penyakit yang seharusnya.
diderita juga termasuk dalam 2. Tepat Indikasi Penyakit
kategori ini. Setiap obat memiliki spektrum
c. Peresepan majemuk (multiple terapi yang spesifik, misalnya
percribing). Antibiotik yang diindikasikan
Pemberian beberapa obat untuk untuk infeksi bakteri, dengan
satu indikasi penyakit yang demikian pemberian obat ini
sama. Dalam kelompok ini juga tidak dianjurkan untuk pasien
termasuk pemberian lebih dari yang tidak menunjukkan adanya
satu obat untuk penyakit yang gejala infeksi bakteri.
diketahui dapat disembuhkan 3. Tepat Pemilihan Obat
dengan satu jenis obat. Keputusan untuk melakukan
d. Peresepan salah (incorrect upaya terapi diambil setelah
prescribing). diagnosis ditegakkan dengan
Pemberian obat yang tidak benar, dengan demikian obat
sesuai dengan indikasi penyakit, yang dipilih haruslah yang
pemberian obat untuk kondisi memiliki efek terapi sesuai
yang sebenarnya merupakan dengan spektrum penyakit.
kontraindikasi pada pasien, 4. Tepat Dosis
pemberian obat yang Agar suatu obat dapat
memberikan kemungkinan memberikan efek terapi yang
risiko efek samping yang lebih maksimal diperlukan penentuan
besar8,13,14,15 dosis, cara dan lama pemberian
yang tepat. Besar dosis, cara
Strategi Penangangan dan frekuensi pemberian
umumnya didasarkan pada

J MAJORITY | Volume 3 Nomor 7 | Desember 2014 | 116


Rifka Humaida | Strategy To Handle Resistance Of Antibiotics

umur dan/atau berat badan 9. Cost effectiviness


pasien. Penggunaan obat tanpa indikasi
5. Tepat cara Pemberian Obat yang jelas, atau pemberian obat
Obat harus digunakan sesuai untuk keadaan yang sama sekali
dengan petunjuk penggunaan, tidak memerlukan terapi obat,
waktu dan jangka waktu terapi jelas merupakan pemborosan
sesuai anjuran. dan sangat membebani pasien.
6. Tepat Pasien Disini termasuk pula peresepan
Mengingat respon individu obat yang mahal padahal
terhadap efek obat sangat alternative obat yang lain
beragam maka diperlukan dengan manfaat dan keamanan
pertimbangan yang seksama, sama dan harga lebih murah
mencakup kemungkinan adanya tersedia.16,17,18
kontraindikasi, terjadinya efek Kapan saat yang tepat memulai
samping, atau adanya penyakit terapi antibiotika? Secara klinik
lain yang menyertai. Hal ini memang sangat sulit memastikan
lebih jelas terlihat pada bakteri penyebab infeksi yang tepat
beberapa jenis obat seperti tanpa menunggu hasil pemeriksaan
teofilin dan aminoglikosida. mikrobiologi. Secara umum, klinisi tidak
Pada penderita dengan kelainan boleh memberikan terapi secara
ginjal, pemberian sembarangan tanpa
aminoglikosida sebaiknya mempertimbangkan indikasi atau
dihindarkan karena risiko malah menunda pemberian antibiotika
terjadinya nefrotoksik pada pada kasus infeksi yang sudah tegak
kelompok ini meningkat secara diagnosanya secara klinis meskipun
bermakna. tanpa hasil pemeriksaan mikrobiologi.
19,20,21
7. Tepat Informasi
Kejelasan informasi tentang Berdasarkan ditemukannya
obat yang harus diminum atau kuman atau tidak, maka terapi
digunakan pasien akan sangat antibiotika dapat dibagi dua, yakni
mempengaruhi ketaatan pasien terapi empiris dan terapi definitif.
dan keberhasilan pengobatan. Terapi empiris adalah terapi yang
Informasi yang diberikan diberikan berdasar diagnosa klinis
meliputi nama obat, aturan dengan pendekatan ilmiah dari klinisi,
pakai, lama pemakaian, efek sedangkan terapi definitif dilakukan
samping yang ditimbulkan oleh berdasarkan hasil pemeriksaan
obat tertentu, dan interaksi mikrobiologis yang sudah pasti jenis
obat tertentu dengan makanan. kuman dan spektrum kepekaan
8. Waspada terhadap efek antibiotikanya.
samping Untuk menentukan penggunaan
Pemberian obat potensial antibiotika dalam menangani penyakit
menimbulkan efek samping, infeksi, secara garis besar dapat dipakai
yaitu efek tidak diinginkan yang strategi penggunaan antibiotik dibawah
timbul pada pemberian obat ini :
dengan dosis terapi.

J MAJORITY | Volume 3 Nomor 7 | Desember 2014 | 117


Rifka Humaida | Strategy To Handle Resistance Of Antibiotics

1. Penegakan diagnosis infeksi. Hal kepekaan antibiotika yg beredar


ini bisa dikerjakan secara klinis lokal
berdasarkan kriteria diagnosa 5. Penentuan dosis, cara
ataupun pemeriksaan- pemberian, lama pemberian
pemeriksaan tambahan lain berdasarkan sifat-sifat kinetika
yang diperlukan. Gejala panas masing-masing antibiotika dan
sama sekali bukan kriteria untuk fungsi fisiologis sistem tubuh
diagnosis adanya infeksi. (misalnya fungsi ginjal, fungsi
2. Kemungkinan kuman hepar dan lain-lain). Perlu
penyebabnya, dipertimbangkan dipertimbangkan dengan
dengan perkiraan ilmiah cermat pemberian antibiotika
berdasarkan pengalaman misalnya pada ibu hamil dan
setempat yang layak dipercaya menyusui, anak-anak, dan orang
atau epidemiologi setempat tua.
atau dari informasi-informasi 6. Evaluasi efek obat. Apakah obat
ilmiah lain. bermanfaat, kapan dinilai,
3. Apakah antibiotika benar-benar kapan harus diganti atau
diperlukan? Sebagian infeksi dihentikan? Adakah efek
21,22
mungkin tidak memerlukan samping yang terjadi ?
terapi antibiotika misalnya Selain hal-hal di atas, edukasi
infeksi virus saluran pernafasan pasien juga merupakan hal yang
atas, keracunan makanan penting untuk dilakukan. Pesan akan
karena kontaminasi kuman- diterima dengan baik apabila
kuman enterik. Jika tidak perlu disampaikan oleh pemimpin lokal atau
antibiotika, terapi alternatif apa orang yang dianggap berpengaruh.
yang dapat diberikan? Pesan dapat disampaikan melalui
4. Jika diperlukan antibiotika, berbagai media misalnya melalui
pemilihan antibiotika yang iklan di televisi, radio, koran.
sesuai berdasarkan spektrum Teknologi komunikasi yang baru juga
antikuman, sifat memudahkan penyebaran informasi
farmakokinetika, ada tidaknya ini, misalnya internet, jejaring sosial,
kontra indikasi pada pasien,ada bahkan lewat mobile messenger.
tidaknya interaksi yang Perlu disebarluaskan bahwa
merugikan, bukti akan adanya tidak semua jenis penyakit dapat
manfaat klinik dari masing- disembuhkan dengan pemberian
masing antibiotika untuk infeksi antibiotik. Kalaupun perlu, pemakaian
yang bersangkutan berdasarkan antibiotik harus sesuai dengan
informasi ilmiah yang layak instruksi dokter baik dosis maupun
dipercaya. Dari sisi bakteri, rentang terapinya. Pada penyakit-
pertimbangkan site of penyakit kronis seringkali pasien
infectionand most likely menghentikan sendiri atau
colonizing, berdasarkan mengurangi terapinya ketika sudah
pengalaman atau evidence merasakan perbaikan yang signifikan
based sebelumnya bakteri apa atas penyakitnya. Untuk mengatasi hal
yang paling sering, pola ini, diciptakanlah obat dalam fixed

J MAJORITY | Volume 3 Nomor 7 | Desember 2014 | 118


Rifka Humaida | Strategy To Handle Resistance Of Antibiotics

dose combinations untuk mengurangi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.


jumlah tablet atau kapsul yang harus Tahun 2011 [tesis]. Makassar
Universitas Hasanudin. 2012.
diminum, kalender spesial, kemasan 2. Putra IB. Prinsip Pemakaian
blister, DOTS (directly observed Antimikroba pada Bayi dan Anak.
therapy system). Tenaga kesehatan Medan. USU e-Repository [internet].
harus lebih sadar terhadap personal 2008 [Cited 2014 Okt 18]. Available
and environmental hygiene agar from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/
infeksi bakteri tidak menyebar dari 123456789/3418/1/08E00607.pdf
satu orang ke orang lain. Dokter 3. Akalin, E. H. The Evolution of
misalnya, dapat mencuci tangan Guidelines In An Era of Cost
terlebih dahulu setelah memeriksa Containment. J Hosp infect. 2002;
pasien yang satu sebelum beralih ke 50(1):S3-7
4. MacDougall C, Polk RE. Antimicrobial
pasien yang lain. Bidan wajib Stewardship Programs In Health Care
menerapkan prinsip sepsis-asepsis System. Clin Microbiol Rev. 2005;
dalam menolong persalinan. Alat-alat 18(4):638-56 [cited 2014 Okt 13].
operasi, KB, ataupun piranti rumah Available from:
sakit yang harus suci kuman wajib http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/arti
cles/PMC1265911/
disterilisasi terlebih dahulu.21,22 5. Almasdy D, Deswinar, Helen. Evaluasi
Penggunaan Antibiotika pada Suatu
SIMPULAN Rumah Sakit Pemerintahan di Kota
Dapat disimpulkan strategi Padang. Prosiding Seminar Nasional
penanganan reistensi antibiotik, Perkembangan Terkini Sains Farmasi
dan Klinik III 2013. 2013;7- 15.
sebagai berikut : 6. Siswati S. Analisis Penggunaan
1. Penggunaan obat secara Antibiotika yang Tidak Rasional pada
rasional. Balita Penderita Bukan Penumonia di
2. Penegakan diagnosis secara Kota Padang. Sainstek. 2009; 12(1):73-
tepat, terutama penentuan 9. [cited 2014 Okt 13]. Available from:
http://ejournal.fip.unp.ac.id/index.php
etiologi penyakit. /sainstek/article/view/153
3. Pertimbangkan kemungkinan 7. Deshpande JD, Joshi M. Antimicrobial
kuman penyebab berdasarkan Resistance: The Global Public Health
epidemiologi daerah setempat. Challenge. International Journal of
4. Pastikan apakah antibiotik Student Research. 2011; 1(2): 41-4
[cited 2014 Okt 13]. Available from:
benar-benar dibutuhkan. http://www.ijsronline.com/temp/IntJS
5. Pemilihan antibiotik yang tudRes1241-5614199_153541.pdf
sesuai berdasarkan spektrum 8. Neal, Michael J. Medical Pharmacology
antibiotik. at a Glance. Edisi ke-5. Jakarta:
6. Penentuan dosis, cara Erlangga. 2006; 81.
9. Bari SB, Mahajan BM, Surana SJ.
pemberian, serta lama Resistance To Antibiotic: A Challenge
penggunaan yang tepat. In Chemotherapy. Indian Journal of
7. Evaluasi efek obat. Pharmaceutical Education and
8. Edukasi yang tepat. Research. 2008; 42(1): 3-11.
10. Bisht R, Katiyar A, Singh R, Mittal P.
Antibiotic Resistance-A Global Issue of
DAFTAR PUSTAKA Concern. Asian Journal of
1. Sulastrianah, Badaruddin F, Massi N. Pharmaceutical and Clinical Research.
Rasionalitas penggunaan Antibiotik di Volume 2. Issue 2. 2011;34-9 [cited

J MAJORITY | Volume 3 Nomor 7 | Desember 2014 | 119


Rifka Humaida | Strategy To Handle Resistance Of Antibiotics

2014 Okt 13]. Available from: 18. Chudlori B, Kuswandi M, Indrayudha.


http://www.ajpcr.com/Vol2Issue2/189 Pola Kuman dan Resistensinya
.pdf Terhadap Antibiotika dari Spesimen
11. Kemenkes RI. Pedoman Umum Pus di RSUD Dr, Moewardi tahun 2012.
Penggunaan Antibiotika. Jakarta: Pharmacon. 2012; 13(2): 70- 6 [cited
Kementrian Kesehatan Republik 2014 Okt 29]. Available from:
Indonesia. 2011; [cited2014 Nov 1]. http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstr
Available from: eam/handle/123456789/3372/2012-
http://www.binfar.depkes.go.id/dat/P 13-2-70.pdf?sequence=1
ermenkes_Antibiotik.pdf 19. Sadikin ZDJ. Penggunaan Obat
12. Forsberg KJA, Reyes B, Wang EM, Rasional. J Indon Med Assoc. 2011;
Selleck MO, Sommer G, Dantas. The 61(4): 145-148. [cited 2014 Nov 1].
shared antibiotic resistome of soil Available from:
bacteria and human pathogens. 2012; http://indonesia.digitaljournals.org/in
Science 337(6098): 1107-11 [cited dex.php/idnmed/issue/view/60
2014 Nov 1]. Available from: 20. Leekha S, Terrel CL, Edson RS. General
http://dantaslab.wustl.edu/Dantas_Pu Principles of Antimicrobial Therapy.
bs/2012_Forsberg_Soil_Science.pdf Symposium On Antimicrobial Therapy.
13. Butler MS, Cooper MA. Antibiotics In 2011; [cited 2014 Okt 29]. Available
The Clinical Pipeline In 2011. Journal of from:
Antibiotics (Tokyo). 2011; 64(6): 413- http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/arti
25 [cited 2014 Nov 1]. Available from: cles/PMC3031442/
http://www.nature.com/ja/journal/v6 21. Utami ER. Antibiotika, Resistensi dan
4/n6/full/ja201144a.html Rasionalitas Terapi. El- Hayah.2011;
14. WHO. The Role Of Education In The 1(4):191- 98 [cited 2014 Okt 11].
Rational Use Of Medicine. New Dehli: Available from: http://ejournal.uin-
World Health Organization. 2007; malang.ac.id/index.php/bio/article/vie
[cited 2014 Okt 10]. Available from: w/1783
http://apps.who.int/medicinedocs/doc
uments/s16792e/s16792e.pdf
15. Direktorat Bina Obat Publik dan Farida
H, Herawati, Hapsari, Notoatmodjo H,
Hardian. Penggunaan Antibiotik Secara
Bijak Untuk Mengurangi Resistensi
Antibiotik, Studi Intervensi di Bagian
Kesehatan Anak RS Dr. Kariadi. Sari
Pediatrik. 2008; 10(1):34- 41 [cited
2014 Okt 29]. Available from:
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/10-
1-6.pdf
16. Perbekalan Kesehatan. Materi
Pelatihan Manajemen Kefarmasian di
Puskesmas. Jakarta. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. 2010;
[cited 2014 Nov 1]. Available from:
http://binfar.depkes.go.id/dat/lama/1
290657038_Materi%20PElatihan%20
Manajemen%20Kefarmasian%20di%2
0Puskesmas.pdf
17. Borong MF. Kerasionalan Penggunaan
Antibiotik pada Pasien Rawat Inap
Anak Rumah Sakit M.M Dunda
Limboto Tahun 2011 [skripsi]. 2012.

J MAJORITY | Volume 3 Nomor 7 | Desember 2014 | 120

Anda mungkin juga menyukai