Anda di halaman 1dari 15

NUZULUL QUR’AN

Disusun oleh:
Mohamad Rana
Definisi Nuzul al-Qur’an

A. Secara Etimologi
Dalam al-Qur’an Nuzulul Qur’an diungkap dengan dua ungkapan, yaitu
(1) dengan kata Nazzala – yunazzilu – tanzilan, dengan makna konotatif
“turun secara berangsur-angsur”, dan (2) dengan kata anzala – yunzilu –
inzalan, dengan makna denotatif “menurunkan”.

Ilmu Nuzul Qur’an adalah ilmu yang membahas tentang proses turunnya
al-Qur’an

B. Terminologi
Nuzulul Qur’an adalah proses mempermaklumkan al-Qur’an dengan cara
dan sarana yang dikehendaki oleh Allah sehingga dapat diketahui oleh
malaikat untuk disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Proses Turunnya al-Qur’an

Menurut Jumhur (Kesepakatan) ‘Ulama


1. Dari Allah ke lauh Mahfudz
)22( ٍ‫) ِفيْ َلوْحٍ َّمحْ ُفوْظ‬21(ٌ‫َبلْ ُهوَ قُرْآ ٌن ُّمجِيْد‬
“Bahkan yang didustakan mereka itu ialah al-Qur‘an yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfudz”. (Q.S.
Al-Buruj ayat 21-22).
2. Dari Lauh Mahfudz ke Baitul ‘Izzah
ِ‫اِنَّآ اَنْزَلْنهُ ِفيْ لَْيلَةِ اْلقَ ْدر‬
“Sesungguhnya kami telah menurunkannya ( Al-Qur‘an) pada malam kemuliaan”. (Q.S. Al-Qadar ayat 1).
Hadis Riwayat Ibnu ‘Abbas
)ِ‫سوْلِهِ َبعْضَهُ ِفيْ َب ْعضٍ ( َروَاهُ اْلحَاكِم‬
ُ َ‫جوْمِ َوكَانَ اهلل َنْ ِزْيلُهُ عَلىَ ر‬
ُ ‫اُنْزَلَ اْلقُرْأنَ جُ ْملَةً وَاحِدَةً اِىلَ سَمَآءِ الدُّنْيَا َوكَانَ بِ َموَاقِعِ ا ُّلن‬
“Al-Qur‘an diturunkan secara sekaligus ke langit dunia, dan hal itu adalah seperti perpindahan bintang-bintang.
Allah menurunkannya kepada Nabi Muhammad SAW sedikit demi sedikit “. (Al-Hakim, 1990: II 787).
3. Dari Baitul ‘Izzah kepada Nabi Muhammad SAW
‫وَقُرْآنً فَرَقْنهُلِتَقْرََأهُ عَلىَ النَّاسِ َعلَى ُمكْثٍ وَنَزَّلْنهُ تَنْ ِزْيلًا‬
“Dan Al-Qur‘an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kami menbacakannya perlahan-lahan
kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian” (Q.S Al-Isra’ ayat 106).
Skema Proses Turunnya Al-Qur’an

BAITUL NABI
LAUH
‘IZZA/LANGIT MUHAMMAD,
MAHFUDZ
DUNIA SAW
Melalui Tradisi
Langsung/Sekaligus Berangsur-Angsur
Lisan/Hafalan

UMAT
MANUSIA
Periode di Turunkannya al-Qur’an

• Al Qur’an diturunkan dalam 2 periode.


1. Periode Mekah. Turunnya Al Qur’an pada periode pertama ini
terjadi ketika Nabi SAW bermukim di Mekah (610-622 M) sampai
Nabi Muhammad saw melakukan hijrah. Ayat-ayat yang diturunkan
pada masa itu kemudian disebut dengan ayat-ayat Makkiyah, yang
berjumlah 4.726 ayat, dan terdiri atas 89 surat.

2. Periode Madinah. Sebuah periode yang terjadi pada masa setelah


Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah (622-632 M). Ayat-ayat
yang turun dalam periode ini kemudian dinamakan ayat-ayat
Madaniyyah, meliputi 1.510 ayat dan mencakup 25 surat
Hikmah Turunnya Al-Qur’an Secara
Berangsur-Angsur

1. Untuk memantapkan dan menenangkan hati Nabi, SAW


‫ُز َل َعَليْهِ الْقُرْآنُ جُ ْملَ ًة وَا ِحدَةً ۚ َكذَِۚلكَِلُنثَِّبتَ بِهِ فُؤَا َدكَ ۚ وَرََّتْلنَاهُ تَرْتِيلًا‬
ِّ ‫َوقَالَ اَّلذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا ن‬
“Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya
dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). (QS. Al-Furqan: 32)
2. Menunjukkan eksistensi kemukjizatan al-Qur’an
3. Untuk mempermudah menghafal dan memahami al-Qur’an
4. Bukti al-Qur’an berasal dari Allah, SWT

‫َأَفلَا يََتدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ ولَوْ كَانَ ِم ْن ِعْندِ َغيْرِ اللَّهِ لَوَ َجدُوا فِيهِ اخِْتلَافًا َكثِريًا‬
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu
bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di
dalamnya.” (QS. An-Nisa’: 82)

5. Penerapan syari’at secara bertahap


Cara Al-Qur’an di Wahyukan

1. Malaikat Jibril meresapkan wahyu ke dalam hati Nabi Muhammad saw.


Dalam hal ini Nabi tidak melihat kehadiran Jibril, namun merasakan
menerima wahyu dari Allah SWT.
2. Malaikat Jibril Menampakkan diri kepada Nabi Muhammad saw berupa
seorang lelaki tampan, dan menyampaikan firman Allah sampai Nabi
hafal benar.
3. Wahyu yang datang kepadanya seperti gemerincingnya lonceng, yang
dirasakan oleh Nabi Muhammad saw. sebagai cara yang paling berat.
Tidak jarang sampai kening beliau berkeringat, meski turunnya wahyu itu
pada musim hujan.
4. Malaikat Jibril menampakkan diri sebagaimana wujud sebenarnya, dan
mengajarkan firman Allah SWT.
Kodifikasi al-Qur’an

Makna Kodifikasi
• Pertama : pengumpulan dalam arti Hifdzuhu (menghafalkannya dalam
hati). Jumma’ul Quran artinya huffazuhu (penghafal-penghafalnya,
orang yang menghafalkannya di dalam hati).
• Kedua : pengumpulan dalam arti kitabuhu kullihi (penulisan al-Qur’an
semuanya)
• Ketiga: pengumpulan dalam arti merekam suara bacaan al-Qur’an,
yaitu pelestarian al-Qur’an dengan cara merekam dalam pita suara
Periode Kodifikasi al-Qur’an

Periode Nabi, Periode Periode ‘Usman


SAW Abu Bakar bin ‘Affan
Kodifikasi al-Qur’an Periode Nabi, SAW

Zaman Nabi dicirikan;


1. Nabi mengangkat mengangkat para penulis wahyu al-Qur’an, seperti Ali,
Muawiyah, ‘Ubai bin K’ab dan Zaid bin Sabit
2. Menuliskannya pada pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit
kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang.
3. Jibril membacakan al-Qur’an kepada Rasulullah pada malam-malam
bulan Ramadan (muraja’ah).
4. Nabi mengoreksi langsung hapalan para sahabat, diantaranya: Ali bin Abi
Thalib, Muaz bin Jabal, Ubai bin Ka’ab, Zaid bin Sabit dan Abdullah bin
Mas’ud dan yang terakhir Zaid bin Sabit.
5. Belum dibukukan dalam bentuk mushaf sebab masih menanti wahyu
yang diturunkan.
6. Mengenai susunan surat, Nabi sendiri yang memerintahkannya.
Contoh lempengan batu yang
Inkripsi al-Qur’an yang ditulis di atas
digunakan menuliskan al-Qur’an.
kulit onta.
Kodifikasi al-Qur’an Periode Abu Bakar

Zaman Abu Bakar dicirikan;


1. Banyak para sahabat ahlul qura (penghapal) syahid dalam perang
Yamamah. Umar kemudian meminta kepada Abu Bakar
membukukan al-Qur’an.
2. Mengumpulkan tulisan-tulisan dari para penghapal yang terserak.
3. Para penghapal harus membawa 2 orang saksi.
4. Dikumpulkan oleh Zaid bib Tsabit dalam satu mushaf (terbuat dari
kulit onta), kemudian disimpan di rumah Hafsah.
5. Belum dilengkapi tanda baca, juz, dan keterangan-keterangan
lainnya seperti saat ini.
Diduga mushaf yang
dikumpulkan oleh Abu Bakar
Kodifikasi al-Qur’an Periode ‘Usman

Zaman Khalifah Usman dicirikan;


1. Terjadi perbedaan qira’at (bacaan) al-Qur’an, dan dikhawatirkan
terjadi perpecahan.
2. Disusun dalam bentuk mushaf dengan dialek Qurays.
3. Usman membentuk panitia yang terdiri dari: Zaid bin Sabit ,
Abdullah bin Zubair, Sa’ad bin ‘As dan Abdurrahman bin Haris bin
Hisyam.
4. Menggandakannya menjadi beberapa; ada yang menyebutnya 5 dan
7 kali.
5. Membakar semua mushaf selain yang ditulis.
Mushaf Usmani yang
tersimpan di Museum Yaman

Anda mungkin juga menyukai