Stroke
Stroke
PENDAHULUAN
Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang umum terjadi. Biasanya stroke terjadi
pada usia > 50 tahun namun ada pula yang mengalami serangan stroke pada usia muda.
Stroke terjadi secara tiba-tiba. Penyebab stroke yang paling umum adalah karena hipertensi
dan penyakit kardiovaskular. Penanganan stroke harus dilakukan dengan segera karena jika
tidak segera ditangani maka dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Di unit gawat
darurat, pasien yang datang dengan serangan stroke penting dilakukan pengkajian dan
penatalaksanaan ABC agar dapat segera tertangani.
1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu:
TINJAUAN TEORITIS
Stroke adalah defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah
yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal otak
yang terkena (WHO, 1989).
Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Stroke Hemorhagie
Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak.
Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi
perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena
hipoksia jaringan otak.
3. Stroke In Volution
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul
semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa
jam atau beberapa hari.
4. Stroke Komplit
Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent.
2.1.3 Etiologi
1. Hipertensi, dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat
menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat
mengganggu aliran darah cerebral.
Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat yang
diikuti oleh penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan maneuver tertentu
dapat menimbulkan perdarahan.
Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis.
Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran
darah ke otak. Ddisamping itu dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada
kelainan jantung dan pembuluh darah.
4. Diabetes mellitus (DM)
5. Usia lanjut
Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah
otak.
6. Polocitemia
Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat
sehingga perfusi otak menurun.
8. Obesitas
Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh drah otak.
9. Perokok
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi
aterosklerosis.
Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan
pembuluh darah (embuluh darah menjadi kaku), salah satunya pembuluh darah otak.
2.1.4 Patofisilogi
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus
atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada
dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area
thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks
iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus
yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri
tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan
neurologist fokal. Perdarahan otak dapat ddisebabkan oleh pecahnya dinding
pembuluh darah oleh emboli.
B. Stroke Hemorhagie
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung pada daerah dan luasnya daerah otak
yang terkena.
1. Pengaruh terhadap status mental
Apabila dilihat bagian hemisfer mana yang terkena, gejala dapat berupa:
1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh
dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan
ogsigen sesuai kebutuhan
3. Tanda-tanda vital diusahakan stabil
4. Bed rest
5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi
8. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan
glukosa murni atau cairan hipotonik
9. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat
meningkatkan TIK
10. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun
atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT
11. Penatalaksanaan spesifik berupa :
Jika TIK meningkat pada pasien stroke, maka hal tersebut biasanya terjadi
setelah hari pertama. Meskipun ini merupakan respons alamiah otak terhadap beberapa
lesi serebrovaskular, namun hal ini merusak otak. Metoda yang lazim dalam
mengontrol PTIK mungkin dilakukan seperti hyperventilasi, retensi cairan,
meninggikan kepala, menghindari fleksi kepala, dan rotasi kepala yang berlebihan
yang dapat membahayakan aliran balik vena ke kepala. Gunakan diuretik osmotik
seperti manitol dan mungkin pemberian deksamethasone meskipun penggunaannya
masih merupakan kontroversial.
D. Terapi farmakolog
E. Pembedahan
2.1.8. Komplikasi
a. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal
b. Aspirasi
c. Atelektasis
d. Kontraktur
e. Epistaksis
f. Malnutrisi
g. Gagal napas
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. PENGKAJIAN.
I. BIODATA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama :Ny. L
Umur : 47 Tahun
Agama :Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama :Tn. D.
Hub. Dengan pasien : Suami
Pekerjaan : wiraswasta
A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya :Sudah ±10 Hari pasien tidak merespon jika diajak
komunikasi
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :Belum ada hal yang memperbaii keadaan
B. Quantity/Quality
2. Bagaimana dilihat :Pasien hanya dapat berbaring ditempat tidur dan tidak dapat
berbicara
C. Region
V. RIWAYAT/KEADAAN PSIKOSOSIAL
a. Bahaasa yang digunakan : Pasien Sehari-hari menggunakan Bahas Indonesia
b. Persepsi pasien tentang penyakitnya : Pasien Berharap untuk sembuh
c. Konsep Diri
1. Body Image : Pasien selalu berfikir positif tentang dirinya
2. Ideal diri : Pasien Percaya beliau akan sembuh
3. Peran Diri : Pasien sebagai seorang ibu rumah tangga
d. Perhatian terhadap orang lain/lawan bicara : Keluarga mengatakan jika pasien
sadar pasien biasanya sangat akrab dengan lawan bicara
Tanda-tanda vital
Suhu Tubuh :37˚C
TD :140/90
TB :169
Nadi :74 kali/i
RR :20 kali/i
BB :59
c. Wajah
2. Mata
3. Hidung
6. Leher
C. Pemeriksaan Integumen
a. Kehangatan : Pasien terasa hangat
b. Warna : Warna kulit sawo matang
c. Kelembaban : Kulit terasa lembab
d. Kelainan pada kulit : tidak terdapat kelainan kulit
D. Pemeriksaan thoraks/dada
1) Bentuk thoraks : (Normal) Pigeon Chest
Burrel Chest Flail Chest
Funnel Chest Kifos Koliasis
Beri tanda ( ) pada kotak yang tersedia
2) Pernafasan
a. Frekuensi : 20 kali/menit
b. Irama : Irama nafas normal
3) Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada kesulitan bernafas
4) Pemeriksaan Jantung
a. Palpasi : tidak ada pembengkakkan di daerah jantung
b. Auskultasi : tidak terdapat suara tambahan
E. Pemeriksaan Abdomen
1. Inspeksi
a. Bentuk abdomen : simetris
b. Benjolan/massa : tidak ada
c. Bayangan pembuluh darah : tidak ada
2. Auskultasi
a. Peristaltik usus :15 ×/i
b. Suara tambahan :tidak ada
3. Palpasi
F. Pemeriksaan Muskuloskeletal/ekstremitas
1. Kesimetrisan otot :Otot Simetris
2. Pemeriksaan edema :Tidak terdapat edema
3. Kelainan pada ekstremitas dan kuku :Tidak ada Kelainan namun pasien
tidak mampu menggerakan kedua kaki dan tangan. terpasang infus di
tangan sebelah kiri
H. Pemeriksaan Neurologis
1. Tingkat kesadaran
GCS : E4,M4,V2=10(apatis)
2. Status mental
a) Kondisi emosi/perasaan : Pasien merasa sedih dengan keadaannya
b) Orientasi :pasien harus kembali menyesuaikan diri dengan
keadaannya
c) Proses berfikir (ingatan, etensi, keputusan, perhitungan) :Pasien selalu
berfikir positif
d) Motivasi (kemauan) : Pasien selalu termotivasi oleh keluarga
e) Persepsi :pasien selalu berfikir bahwa dia akan sembuh
f) Bahasa :pasien bisa berbahasa dengan baik
4. Nervus Cranialis
a) Nervus Olfaktoriu/N1 :Pasien tidak dapat mencium dengan baik
karna terpasang NGT
b) Nervus Optikus :Pasien membuka mata perlahan
c) Nervus Okulomotoris/NIII, Trochlearis/NIV, Abdusen/NVI :Pasien
tidak dapat menggerakkan bola mata
d) Nervus Trgeminus/NV :Pasien dapat menggerakkan rahang
e) Nervus Fasialis/NVII :Pasien dapat mengecap
f) Nervus Vestibulocochlearis/ NVIII:Pasien dapat mendengar dengan
baik
g) Nervus Glossopharingeus/ NIX, Vagus/ NX :Pasien dapat merasakan
rasa
h) Nervus Asesorius/ NXI :Pasien tidak dapat menggerakkan kepala
i) Nervus Hipoglossus/ NXII :Pasien dapat mengendalikan pergerakan
lidah
5. Fungsi motorik
a) Cara berjalan :Pasien hanya dapat berbaring
b) Romberg test :Tidak dilakukan Pemeriksaan
c) Tes jari hidung : Tidak dilakukan Pemeriksaan
d) Pronasi- supianasi test : Tidak dilakukan Pemeriksaan
e) Heel to shin test : Tidak dilakukan Pemeriksaan
6. Fungsi sensori
a) Identifikasi sentuhan ringan : Pasien dapat mengidentifikasi sentuhan
b) Tes tajam tumpul : Pasien dapat merasakan benda tajam dan tumpul
Hematokrit 11 % M=38-25.P=36-46
DO:
Kebutuhan segala
sesuatu di lakukan oleh
perawat dan keluarga
DO:
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivita
CATATAN PERKEMBANGAN
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan gangguan system persarafan atau stroke
pada Ny, L makam dapat di a,mbil kesimpulan sebagai berikut
1. Tahp Pengkajian
Pada tahap ini penulis menemukan beberapa data secara teoritis tidak terdapat pada
pengkajian di kasus, hal tergantung pada kondisi klien
Penulis menemukan dua diagnose keperawatan yaitu Intoleransi aktifitas dan devisit
perawatan diri
3. tahap perencanaan dalam tahap ini penulis tidak menemukan hambata – hambatan karena
klien, keluarga dan tenaga kesehatan dapat bekerjasama
B . Saran
Diharapkan kepada pasien dan keluarga agar dapat memperhatikan beberapa tindakan lamjut
yang sangat perlu di terapkan untuk kesembuhan khusnya setelah pasien pulang kerumahnya.