Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang umum terjadi. Biasanya stroke terjadi
pada usia > 50 tahun namun ada pula yang mengalami serangan stroke pada usia muda.
Stroke terjadi secara tiba-tiba. Penyebab stroke yang paling umum adalah karena hipertensi
dan penyakit kardiovaskular. Penanganan stroke harus dilakukan dengan segera karena jika
tidak segera ditangani maka dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Di unit gawat
darurat, pasien yang datang dengan serangan stroke penting dilakukan pengkajian dan
penatalaksanaan ABC agar dapat segera tertangani.

1.2 Tujuan

Mahasiswa mampu:

 melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan stroke hemorhagie.


 Menjelaskan teori tentang stroke hemorhagie.
 Melakukan pengkajian terhadap pasien stroke hemorhagie.
 Melakukan asuhan keperawatan pada pasien stroke hemorhagie.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. KONSEP DASAR TEORITIS


2.1.1. Defenisi

Stroke adalah defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah
yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal otak
yang terkena (WHO, 1989).

Stroke Hemorhagie merupakan defisit neurologi yang mempunyai sifat


mendadak dan berlangsung dalam 24 jam sebagai akibat dari pecahnya pembuluh
darah di otak yang di akibatkan oleh aneurisma atau malformasi arteriovenosa
yang dapat menimbulankan iskemia atau infark pada jaringan fungsional otak
(Purnawan Junadi, 1982)

2.1.2. Klasifikasi Stroke

Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Stroke Hemorhagie

Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yeng


disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan
aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun
dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.

2. Stroke Non Hemorhagie

Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak.
Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi
perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena
hipoksia jaringan otak.

Stroke non hemorhagie dapat juga diklasifikasikan berdasarkan perjalanan


penyakitnya, yaitu :

1. TIA’S (Trans Ischemic Attack)


Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan
gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.

2. Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defict)


Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam waktu
1 minggu dan maksimal 3 minggu.

3. Stroke In Volution
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul
semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa
jam atau beberapa hari.

4. Stroke Komplit
Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent.

2.1.3 Etiologi

Ada beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ;

1. Hipertensi, dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat
menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat
mengganggu aliran darah cerebral.

2. Aneurisma pembuluh darah cerebral

Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat yang
diikuti oleh penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan maneuver tertentu
dapat menimbulkan perdarahan.

3. Kelainan jantung / penyakit jantung

Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis.
Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran
darah ke otak. Ddisamping itu dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada
kelainan jantung dan pembuluh darah.
4. Diabetes mellitus (DM)

Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yeitu terjadinya


peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya serebral
dan adanya kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang
terjadi pada pembuluh darah serebral.

5. Usia lanjut

Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah
otak.

6. Polocitemia

Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat
sehingga perfusi otak menurun.

7. Peningkatan kolesterol (lipid total)

Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya


embolus dari lemak.

8. Obesitas

Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh drah otak.

9. Perokok

Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi
aterosklerosis.

10. Kurang Aktivitas Fisik

Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan
pembuluh darah (embuluh darah menjadi kaku), salah satunya pembuluh darah otak.

2.1.4 Patofisilogi

A. Stroke non hemorhagie

Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus
atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada
dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area
thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks
iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus
yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri
tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan
neurologist fokal. Perdarahan otak dapat ddisebabkan oleh pecahnya dinding
pembuluh darah oleh emboli.

B. Stroke Hemorhagie

Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi


atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang
seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat
dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan
menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang
mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema,
spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran
darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.

2.1.5. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung pada daerah dan luasnya daerah otak
yang terkena.
1. Pengaruh terhadap status mental

a. Tidak sadar : 30% – 40%


b. Konfuse : 45% dari pasien biasanya sadar

2. Daerah arteri serebri media, arteri karotis interna akan menimbulkan:


a. Hemiplegia kontralateral yang disertai hemianesthesia (30%-80%)
b. Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35%-50%)
c. Apraksia bila mengenai hemisfer non dominant(30%)

3. Daerah arteri serebri anterior akan menimbulkan gejala:


a. Hemiplegia dan hemianesthesia kontralateral terutama tungkai (30%-80%)
b. Inkontinensia urin, afasia, atau apraksia tergantung hemisfer mana yang terkena

4. Daerah arteri serebri posterior


a. Nyeri spontan pada kepala
b. Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35-50%)

5. Daerah vertebra basiler akan menimbulkan:


a. Sering fatal karena mengenai pusat-pusat vital di batang otak
b. Hemiplegia alternans atau tetraplegia
c. Kelumpuhan pseudobulbar (kelumpuhan otot mata, kesulitan menelan, emosi labil)

Apabila dilihat bagian hemisfer mana yang terkena, gejala dapat berupa:

1. Stroke hemisfer kanan

a. Hemiparese sebelah kiri tubuh


b. Penilaian buruk
c. Mempunyai kerentanan terhadap sisi kontralateral sebagai kemungkinan terjatuh ke
sisi yang berlawanan

2. Stroke Hemisfer Kiri


a. Mengalami hemiparese kanan
b. Perilaku lambat dan sangat berhati-hati
c. Kelainan bidang pandang sebelah kanan
d. Disfagia global
e. Afasia
f. Mudah frustasi

2.1.6. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang disgnostik yang dapat dilakukan adalah :

1. Laboratorium: mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, kolesterol, dan


bila perlu analisa gas darah, gula darah dsb.
2. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark

3. MRI (Magnetic Imaging Resonance) untuk mengetahui adanya edema, infark,


hematom dan bergesernya struktur otak

4. Angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai


pembuluh darah yang terganggu.

2.1.7. Penatalaksanaan Medis

A. Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah:

1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh
dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan
ogsigen sesuai kebutuhan
3. Tanda-tanda vital diusahakan stabil
4. Bed rest
5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi
8. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan
glukosa murni atau cairan hipotonik
9. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat
meningkatkan TIK
10. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun
atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT
11. Penatalaksanaan spesifik berupa :

a. Stroke non hemorhagie: asetosal, neuroprotektor, trombolisis, antikoagulan,


obat hemorhagie.
b. Stroke hemorhagie: mengobati penyebabnya, neuroprotektor, tindakan
pembedahan, menurunkan TIK yang tinggi.

B. Menurunkan kerusakan sistemik

Dengan infark serebral terdapat kehilangan irreversible inti sentral jaringan


otak. Di sekitar zona jaringan yang mati mungkin ada jaringan yang masih harus
diselamatkan. Tindakan awal yang harus difokuskan untuk menyelamatkan sebanyak
mungkin area iskemik. Tiga unsur yang paling penting untuk area tersebut adalah
oksigen, glukosa dan aliran darah yang adekuat. Kadar oksigen dapat dipantau melalui
gas-gas arteri dan oksigen dapat diberikan pada pasien jika ada indikasi.
Hypoglikemia dapat dievaluasi dengan serangkaian pemeriksaan glukosa darah.

C. Mengendalikan hypertensi dan peningkatan tekanan intra cranial


Kontrol hypertensi, TIK dan perfusi serebral dapat membutuhkan upaya dokter
maupun perawat. Perawat harus mengkaji masalah-masalah ini, mengenalinya dan
memastikan bahwa tindakan medis telah dilakukan. Pasien dengan hypertensi sedang
biasanya tidak ditangani secara akut. Jika tekanan darah lebih rendah setelah otak
terbiasa dengan hypertensi karena perfusi yang adekuat, maka tekanan perfusi otak
akan turun sejalan dengan tekanan darah. Jika tekanan darah diastolic diatas kira-kira
105 mmHg, maka tekanan tersebut harus diturunkan secara bertahap. Tindakan ini
harus disesuaikan dengan efektif menggunakan nitropusid.

Jika TIK meningkat pada pasien stroke, maka hal tersebut biasanya terjadi
setelah hari pertama. Meskipun ini merupakan respons alamiah otak terhadap beberapa
lesi serebrovaskular, namun hal ini merusak otak. Metoda yang lazim dalam
mengontrol PTIK mungkin dilakukan seperti hyperventilasi, retensi cairan,
meninggikan kepala, menghindari fleksi kepala, dan rotasi kepala yang berlebihan
yang dapat membahayakan aliran balik vena ke kepala. Gunakan diuretik osmotik
seperti manitol dan mungkin pemberian deksamethasone meskipun penggunaannya
masih merupakan kontroversial.

D. Terapi farmakolog

Antikoagulasi dapat diberikan pada stroke non hemorhagie, meskipun


heparinisasi pada pasien stroke iskemik akut mempunyai potensi untuk menyebabkan
komplikasi haemoragik. Heparinoid dengan berat molekul rendah (HBMR)
menawarkan alternatif pada penggunaan heparin dan dapat menurunkan kecendrungan
perdarahan pada penggunaannya. ika pasien tidak mengalami stroke, sebaliknya
mengalami TIA, maka dapat diberikan obat platelet. Obat-obat untuk mengurangi
perlekatan platelet dapat diberikan dengan harapan dapat mencegah peristiwa
trombotik atau embolitik di masa mendatang. Obat-obat antiplatelet merupakan
kontraindikasi dalam keadaan adanya stroke hemoragi seperti pada halnya heparin.

E. Pembedahan

Beberapa tindakan pembedahan kini dilakukan untuk menangani penderita


stroke. Sulit sekali untuk menentukan penderita mana yang menguntungkan untuk
dibedah. Tujuan utama pembedahan adalah untuk memperbaiki aliran darah serebral.
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memperbaiki peredaran darah otak. Penderita
yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa penyulit seperti
hypertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskuler yang luas. Tindakan ini dilakukan
dengan anestesi umum sehingga saluran pernapasan dan kontrol ventilasi yang baik
dapat dipertahankan.

2.1.8. Komplikasi
a. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal
b. Aspirasi
c. Atelektasis
d. Kontraktur
e. Epistaksis
f. Malnutrisi
g. Gagal napas

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1. PENGKAJIAN.

I. BIODATA

A. IDENTITAS PASIEN

Nama :Ny. L

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 47 Tahun

Status Perkawinan : Sudah menikah

Agama :Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Letda Sujono no.8 Medan Tembung

Tanggal : 10 juni 2019

No. Register : 131712

Ruangan/kamar : Merpati I Dahlia

Tanggal pengkajian : 14 Juni 2019

Tanggal operasi : Pasien Tidak Menjalani Oprasi

Diagnosa Medis : Penurunan Kesadaran . Stroke Iskemik,DM,HT.

B. PENANGGUNG JAWAB

Nama :Tn. D.
Hub. Dengan pasien : Suami

Pekerjaan : wiraswasta

Alamat : Jl. Letda Sujono no.8 Medan Tembun


II. KELUHAN UTAMA :

Os. Pasien datang dengan penurunan kesadaran ± 10 hari.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya :Sudah ±10 Hari pasien tidak merespon jika diajak
komunikasi

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :Belum ada hal yang memperbaii keadaan

B. Quantity/Quality

1. Bagaimana dirasakan : Pasien hanya bisa buka dan tutup mata

2. Bagaimana dilihat :Pasien hanya dapat berbaring ditempat tidur dan tidak dapat
berbicara

C. Region

1. Dimana lokasinya : Di seluruh anggota tubuh

2. Apakah menyebar : Tidak ad penyebaran

D. Severity (Mengganggu akitivitas) : Sangat mengganggu aktivitas pasien

E. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya):Mulai ±10 Hari

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami : Pasien mempuyai riwayat stroke sejak 10


tahun.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan : Os mengonsumsi
omeprazole,amlodipine dan kaptopril namun tidak teratur
C. Pernah dirawat/operasi : Pasien pernah dirawat sebelumnya di RS.murni teguh
D. Lamanya dirawat : 2 Minggu
E. Alergi : Os. Tidak punya alergi obat makanan,minuman dan lain-lain,

V. RIWAYAT/KEADAAN PSIKOSOSIAL
a. Bahaasa yang digunakan : Pasien Sehari-hari menggunakan Bahas Indonesia
b. Persepsi pasien tentang penyakitnya : Pasien Berharap untuk sembuh
c. Konsep Diri
1. Body Image : Pasien selalu berfikir positif tentang dirinya
2. Ideal diri : Pasien Percaya beliau akan sembuh
3. Peran Diri : Pasien sebagai seorang ibu rumah tangga
d. Perhatian terhadap orang lain/lawan bicara : Keluarga mengatakan jika pasien
sadar pasien biasanya sangat akrab dengan lawan bicara

VI. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum : Pasien tampak lemas

Tanda-tanda vital
Suhu Tubuh :37˚C
TD :140/90
TB :169
Nadi :74 kali/i
RR :20 kali/i
BB :59

B. Pemeriksaan kepala dan leher


1. Kepala, Rambut dan Wajah
a. Kepala :
1. Bentuk Kepala : Pasien berbentuk bulat
2. Ubun-ubun :Ubun-ubun datar
3. Kulit kepala :Kulit kepala kotor ada ketombe
b. Rambut
1) Penyebaran dan keadaan rambut : rambut pendek dan tebal
2) Bau : rambut Berbau
3) Kulit kepala : Kulit KepalaTampak Kotor dan berketombe

c. Wajah

1). Warna Kulit : Kulit berwarna pucat

2) Struktur Wajah : Wajah tampak simetris

2. Mata

a) Kelengkapan dan kesimetrisan : Mata lengkap dan simetris


b) Pelpebra : Ada edema,tidak ada peradangan,tidak ada benjolan
c) Konjungtiva dan sclera : Konjungtiva pucat sclera tidak kuning
dan tidak ada peradangan pada konjungtiva
d) Pupil : refleks pupil lambat, besar pupil sama bulat.
e) Kornea dan iris : Gerakan bola mata normal

3. Hidung

a) Tulang hidung :Tidak ada pembengkakan


b) Lubang hidung :Tidak ada sekret dan terdapat NGT
c) Cuping hidung :selaput lendir kering
4. Telinga

a) Bentuk telinga : Telinga tampak simetris


b) Ukuran telinga : Ukuran telinga sedang
c) Lubang telinga : Terdapat serumen, tidak ada benda asing tidak ada
pendarahan
d) Ketajaman pendengaran : Pasien dapat mendengar panggilan
namun tidak mampu menoleh.

5. Mulut dan faring

a) Keadaan bibir : Bibir kering.


b) Keadaan gusi dan gigi : terdapat caries di sekitar gigi geraham,
sejak terjadinya penurunan kesadaran Terdapat karang gigi,
Keadaan lidah : terdapat bercak putih,

6. Leher

a. Tiroid : Tidak ada pembesaran tiroid


b. Kelenjar limfe : Tidak ada pembengkak’kan
c. Vena Jugularis : Tidak ada pembesaran di vena jugularis
d. Denyut Nadi : Denyut nadi 74x/menit

C. Pemeriksaan Integumen
a. Kehangatan : Pasien terasa hangat
b. Warna : Warna kulit sawo matang
c. Kelembaban : Kulit terasa lembab
d. Kelainan pada kulit : tidak terdapat kelainan kulit
D. Pemeriksaan thoraks/dada
1) Bentuk thoraks : (Normal) Pigeon Chest
Burrel Chest Flail Chest
Funnel Chest Kifos Koliasis
Beri tanda ( ) pada kotak yang tersedia
2) Pernafasan
a. Frekuensi : 20 kali/menit
b. Irama : Irama nafas normal
3) Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada kesulitan bernafas
4) Pemeriksaan Jantung
a. Palpasi : tidak ada pembengkakkan di daerah jantung
b. Auskultasi : tidak terdapat suara tambahan

E. Pemeriksaan Abdomen
1. Inspeksi
a. Bentuk abdomen : simetris
b. Benjolan/massa : tidak ada
c. Bayangan pembuluh darah : tidak ada
2. Auskultasi
a. Peristaltik usus :15 ×/i
b. Suara tambahan :tidak ada

3. Palpasi

a. Tanda nyeri tekan : tidak ada


b. Benjolan massa : tidak ada
c. Hepar : tidak ada pembengkakkan dan nyeri tekan

F. Pemeriksaan Muskuloskeletal/ekstremitas
1. Kesimetrisan otot :Otot Simetris
2. Pemeriksaan edema :Tidak terdapat edema
3. Kelainan pada ekstremitas dan kuku :Tidak ada Kelainan namun pasien
tidak mampu menggerakan kedua kaki dan tangan. terpasang infus di
tangan sebelah kiri
H. Pemeriksaan Neurologis
1. Tingkat kesadaran
GCS : E4,M4,V2=10(apatis)
2. Status mental
a) Kondisi emosi/perasaan : Pasien merasa sedih dengan keadaannya
b) Orientasi :pasien harus kembali menyesuaikan diri dengan
keadaannya
c) Proses berfikir (ingatan, etensi, keputusan, perhitungan) :Pasien selalu
berfikir positif
d) Motivasi (kemauan) : Pasien selalu termotivasi oleh keluarga
e) Persepsi :pasien selalu berfikir bahwa dia akan sembuh
f) Bahasa :pasien bisa berbahasa dengan baik
4. Nervus Cranialis
a) Nervus Olfaktoriu/N1 :Pasien tidak dapat mencium dengan baik
karna terpasang NGT
b) Nervus Optikus :Pasien membuka mata perlahan
c) Nervus Okulomotoris/NIII, Trochlearis/NIV, Abdusen/NVI :Pasien
tidak dapat menggerakkan bola mata
d) Nervus Trgeminus/NV :Pasien dapat menggerakkan rahang
e) Nervus Fasialis/NVII :Pasien dapat mengecap
f) Nervus Vestibulocochlearis/ NVIII:Pasien dapat mendengar dengan
baik
g) Nervus Glossopharingeus/ NIX, Vagus/ NX :Pasien dapat merasakan
rasa
h) Nervus Asesorius/ NXI :Pasien tidak dapat menggerakkan kepala
i) Nervus Hipoglossus/ NXII :Pasien dapat mengendalikan pergerakan
lidah
5. Fungsi motorik
a) Cara berjalan :Pasien hanya dapat berbaring
b) Romberg test :Tidak dilakukan Pemeriksaan
c) Tes jari hidung : Tidak dilakukan Pemeriksaan
d) Pronasi- supianasi test : Tidak dilakukan Pemeriksaan
e) Heel to shin test : Tidak dilakukan Pemeriksaan
6. Fungsi sensori
a) Identifikasi sentuhan ringan : Pasien dapat mengidentifikasi sentuhan
b) Tes tajam tumpul : Pasien dapat merasakan benda tajam dan tumpul

POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

A. Pola tidur dan kebiasaan


1) Waktu tidur : malam
2) Waktu bangun : pagi
3) Masalah tidur : pasien tidak ada masalah tidur
B. Pola Eliminasi
1. BAB
1) Pola BAB :tidak menggunakan laksatif
2) Riwayat perdarahan : Tidak ada perdarahan
2. BAK
1) Pola BAK : Inkontinensia ¥/tidak
2) Karakteristik urin : Retensi ¥/tidak
3) Upaya mengatasi masalah : menggunakan urine bak

C. Pola makan dan minum


1. Gejala (subjektif)
1) Diet (Tipe) : M1 Jumlah makanan per hari
2) Nyeri ulu hati :tidak ada
3) Alergi/intoleransi makanan:tidak ada alergi makanan
3. Waktu pemberian makanan :pagi,siang,malam.
4. Masalah makan dan minum :
1) Kesulitan mengunyah :ya
2) Kesulitan menelan :ya
3) Tidak dapat makan sendiri :ya
5. Upaya mengatasi masalah :memasang NGT

D. Kebersihan diri/ personal hygiene


1) Pemeliharaan badan :1×/hari
2) Pemeliharaan gigi dan mulut :2×/hari
3) Pemeliharaan kuku : 1×/hari

E. Pola kegiatan aktivitas : tidak dapat melakukan aktifitas


VII. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK

A. Diagnosa medis : Penurunan Kesadaran . Stroke Iskemik,DM,HT.


B. Pemeriksaan Diagnostik
1) Laboratorium :

HASIL PEMERIKSAAN ELEKTROLIT

Tanggal Pemeriksaan Hasil satuan Nilai normal

10 juni 2019 Natrium 134 mEg/l 135-148

Kalium 4,1 mEg/l 3,8-5,4

Chloride 95 mEg/l 91-111

HASIL PEMERIKSAAN GULA DARAH

10 juni 2019 Gula darah 262 Mg% 80-120


AdR

HASIL PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Hematokrit 11 % M=38-25.P=36-46

leukosit 11.400 Mm3 1500-10000

trombosit 810.000 Mm3 150.000-450.000

HASIL PEMERIKSAAN GULA DARAH

Tanggal Pemeriksaan Nilai Satuan Normal

11 juni Gula darah puasa 191 Mg% 70-110


2019

12 juni2019 Gula darah puasa 214 Mg% 70-110

Gula darah adr 193 Mg% 80-120

13 juini Gula darah puasa 222 Mg% 70-110


2019
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

01 DS: Deficit neurologi Intoleransi


aktivitas
Kluarga Klien
mengatakan kaki kiri
kanan dan tangan kiri Kelemahan fisik
kanan tidak dapat di
gerakan
Intoleransi aktivitas

DO:

Kebutuhan segala
sesuatu di lakukan oleh
perawat dan keluarga

02 DS: Deficit neurologi Deficit


perawatan
Keluarga pasien diri
mengatakan kawatir akan
sakit pasien Kelemahan fisik

DO:

klien tampak Deficit perawatan diri


gelisah,cemas,dan takut

Klien hanya terbaring di


tempat tidur

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Intoleransi aktivita

2. Deficit perawatan diri


INTERVENSI KEPERAWATAN

No NANDA NOC NIC

01 Intoleransi aktivitas Tujuan: Memberi


anjuran dan
Defenisi:ketidak cukupan energy  Menoleransi aktivitas bantuan
psikologis atau fisiologis untuk yang biasa di lakukan dalam
mempertahankan atau menyelasaikan ,yang di buktikan oleh aktivitas
aktivitas kehidupan sehari-hari yang toleransi,aktivitas fisik
ingin atau harus di lakukan. ,ketahanan,penghemat Kaji respon
an energy,kebugaran klien
Batasan karakteristik:
fisik, energy terhadap
DS. Kluarga Klien mengatakan kaki psikomotorik,dan aktivitas
kiri kanan dan tangan kiri kanan perawatan diri. Ajari klien
tidak dapat di gerakan  Menunjukan toleransi teknik
aktivitas yang di penghemata
DO: Kebutuhan segala sesuatu di buktikan oleh n
lakukan oleh perawat dan keluarga indicator energy,sepe
sbg:gangguan ekstrem rti:duduk
berat,sedang,ringan saat
atau tidak mengalami menyikat
gangguan. gigi atau
menyisir
Kriteria hasil: rambut
Mengukur
Tidak terjadi vital sign
kontraktur sendi Terapi
Bertambahnya
kekuatan otot
Klien menunjukan
tindakan
untukmeningkatkan
mobilitas
02 Deficit perawatan diri  Perawatan Membantu
diri/hygieni:kemamp pasien
Defenisi:hambatan kemampuan memenuhi
uan untuk
untuk melakukan atau menyelesaikan hygiene
mempertahankann
aktivitas:mandi,berpakaian,makan pribadi
kebersihan pribadi
dan eliminasi mandiri. Kaji
dan penampilan yang
rapi secara mandiri kemampuan
tanpa alat dan tingkat
 Perawatan deficit
diri:kemampuan
untuk merawat mulut Kaji
dan gigi secara kemampuan
Batasan karakteristik: mandiri dengan atau klien untuk
DS: tanpa alat bantu mengomuni
kasikan
Keluarga pasien mengatakan kawatir kebutuhan
akan sakit pasien seperti
BAB atau
DO:
BAK
klien tampak gelisah,cemas,dan takut menggunak
an pispot
Klien hanya terbaring di tempat tidur

CATATAN PERKEMBANGAN

Waktu Implementasi Evaluasi


14 Juni 2019 S : klien tidak dapat
Dinas Pagi menggerakan tubuhnya
09 : 00 Wib Mengobservasi keadaan pasien : Pasien Tampak O : Klien mulai mencoba jari
lemah tangannya
10 : 00 Wib Memberi injeksi terpacecf 1gr/12 jam, brainat 250 A : Masalah Teratasi
mg/12 jam Sebagian
10 : 30 Wib Mengganti Cairan Infus 20 tts/I P : Rencana Tindakan Di
11 : 00 Wib Memberi extra pagi lanjutkan.
11 : 30 Wib Mengukur Vital sign
TD : 140/90 mmhg
Pols : 74x/I
RR : 20x/I
T : 37ºc
12 : 00 Wib Memberi makan siang pasien : M1
12 : 30 Memberi terapi obat
Dinas Sore
15 : 00 Wib Mengobservasi keadaan pasein : keadaan pasien ,
masih lemah tetapi sudah sedikit tenang
16 : 00 Wib Memandikan Pasien
16 : 30 Wib Mengukur vital sign
TD : 140/90mmHg
Pols : 74/Menit
RR : 20x/menit
T : 37ºc
17 : 00 Wib Mengganti posisi klien
17 : 30 Wib Memberi makan malam : M1
18 : 00 Wib Mengganti cairan infus
19 : 30 Wib Menggati posisi klien
Dinas Malam
21 : 00 Wib Mengobservasi Keadaan klien
21 : 30 Wib Mengganti posisi klien
21 : 50 Wib Menganjurkan klien untuk beristrahat
22 : 00 Wib Memberi injeksi Terpacecf 1gr/12 jam, Brainact
250 mg/12 jam
22 : 30 Wib Memantau pasien ke ruangan
05 : 30 Wib Memandikan pasien
06 : 30 Wib Mengukur vital sign
TD : 140/90
Pols : 74x/i
RR : 20x/i
T 37ºc
07 : 30 Wib Memberi diet m1
18 : 30 wib Menganjurkam klien untuk beristrahat
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan gangguan system persarafan atau stroke
pada Ny, L makam dapat di a,mbil kesimpulan sebagai berikut

1. Tahp Pengkajian

Pada tahap ini penulis menemukan beberapa data secara teoritis tidak terdapat pada
pengkajian di kasus, hal tergantung pada kondisi klien

2. Tahap diagnosa keperawatan

Penulis menemukan dua diagnose keperawatan yaitu Intoleransi aktifitas dan devisit
perawatan diri

3. tahap perencanaan dalam tahap ini penulis tidak menemukan hambata – hambatan karena
klien, keluarga dan tenaga kesehatan dapat bekerjasama

B . Saran

Diharapkan kepada pasien dan keluarga agar dapat memperhatikan beberapa tindakan lamjut
yang sangat perlu di terapkan untuk kesembuhan khusnya setelah pasien pulang kerumahnya.

Anda mungkin juga menyukai