Lalu Ahmad Hatami - L1a018060
Lalu Ahmad Hatami - L1a018060
Lalu Ahmad Hatami - L1a018060
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah Negara hukum, suatu negara yang harus menjamin kemerdekaan setiap
Individu dalam menjalankan hak asasinya, dalam Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Salah satu bentuk yang juga menjadi cita-cita dari bangsa Indonesia adalah Menjaga
Kelangsungan pembangunan nasional dalam suasana aman, tenteram, dan dinamis, baik dalam
lingkungan nasional maupun internasional, perlu ditingkatkan pencegahan terhadap suatu hal
Masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia saat ini sedang dihadapkan pada keadaan
yang sangat mengkhawatirkan dengan maraknya aksi teror, sebagaimana yang terjadi di
Inggris pada tahun 2005 menewaskan 56 orang , Pakistan pada tahun 2007 menewaskan 139
orang, India pada tahun 2008 menewaskan 66 orang, Nigeria pada tahun 2014 menewaskan
2000 orang, Perhawar bagian barat Laut Pakistan tahun 2014 menwaskan 145 orang, Perancis
pada tahun 2015 yang menewaskan sedikitnya 129 orang, Turki pada tahun 2016 menewaskan
28 orang, dan selanjutnya aksi teror yang terjadi di Indonesia adalah Bom Bali 1 pada tahun
2002 menewaskan 202 orang, Bom Hotel JW Mariot pada tahun 2003 menewaskan 12 orang,
Bom Bali 2 pada tahun 2005 menewaskan 22 orang, Bom Hotel Mariot dan Ritz-Charlton pada
tahun 2009 menewaskan 9 orang, Bom Mapolresta Cirebon pada tahun 2011 tercatat 25 orang
mengalami luka-luka, dan yang terakhir adalah Bom Plaza Sarinah yang berada di Jalan
Thamrin pada tahun 2016 menewaskan 8 orang, ini hanya beberapa dari sekian banyaknya aksi
terorisme di Indonesia.1
1
http://m.okezone.com/read/2015/03/1918/ 1121234/10-serangan-teroris-terdahsyat-di-dunia
Terorisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah menggunakan kekerasan untuk
menimbulkan ketakutan, dalam usaha mencapai suatu tujuan (terutama tujuan politik). Teroris
adalah orang yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa takut (biasanya untuk
tujuan politik). Terror adalah perbuatan sewenang-wenang, kejem, bengis dan usaha
menciptakan ketakutan, kengerian oleh seseorang atau golongan. Terorisme secara kasar
merupakan suatu istilah yang digunakan untuk penggunaan kekerasan terhadap penduduk sipil
untuk mencapai tujuan politik, dalam skala lebih kecil dari pada perang .
Terorisme mengandung arti „menakut-nakuti‟. Kata tersebut berasal dari bahasa latin
terrere, “menyebabkan ketakutan”, dan digunakan secara umum dalam pengertian politik
sebagai serangan terhadap tatanan sipil selama rezim terror pada masa Revolusi Perancis akhir
abad XVII. Dengan bejalannya waktu, penggunaan istilah terorisme rupanya mengalami
perusakan publik, yang dilakukan tanpa suatu alasan militer yang jelas, serta penebaran rasa
Suppresion of Terrorism (ECST) di Eropa tahun 1977 dimana terjadi perluasaan paradigma arti
dari Crimes against State menjadi Crimenes against Humanity. Crimes against Humanity
meliputi tindak pidana untuk menciptakan suatu keadaan yang mengakibatkan individu,
golongan, dan masyarakat umum ada dalam suasana teror. Dalam kaitan HAM, crimes against
humanity termasuk kategori gross violation of human rights yang dilakukan sebagai bagian
serangan yang meluas atau sistematik yang diketahui bahwa serangan itu ditujukan secara
langsung terhadap penduduk sipil, lebih-lebih diarahkan pada jiwa-jiwa yang tidak bersalah
(public by innocent)
Publikasi media massa adalah salah satu tujuan dari aksi kekerasaan dari suatu aksi teror,
sehingga pelaku merasa sukses jika kekersaan dalam terorisme serta akibatnya dipublikasikan
secara luas di media massa. Di dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme tidak disebutkan defenisi tentang tindak pidana
terorisme, yang ada hanyalah memuat ciri-ciri tindakan apa yang diklasifikasikan sebagai
terorisme.2
Menurut penulis Pasal 6 dan Pasal 7 undang-undang ini sudah cukup memberikan
Pasal 6 : Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasaan atau ancaman
kekerasaan menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara
merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa atau harga benda orang lain,
yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas
internasional, di pidana dengan pidana mati atau pidana seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun.
2
Jalasutra. Sebagaimana dikutip A.M. Hendropriyono, Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam, Jakarta,
Kompas, 2009, hlm. 25
Pasal 7 : Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasaan .atau ancaman
terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal,
dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa atau harga benda
objek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau
Pasal di atas maka dapat dirumuskan bahwa tindak pidana terorisme adalah segala atau
suatu perbuatan yang mengandung unsur-unsur Perbuatan dengan kekerasan atau ancaman
Menimbulkan (bermaksud menimbulkan) suasana teror atau rasa takut secara meluas atau
menimbulkan korban massa dengan merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa atau harta
benda atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran objek vital lingkungan hidup atau
individu, maka semestinya hal tersebut apa yang dilakukannya dan tindakannya tidak
3
Undang-Undang No. 15 tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
Adapun faktor-faktor yang mendorong terbentuknya terorisme:
1. Faktor ekonomi
Kita dapat menarik kesimpulan bahwa faktor ekonomi merupakan motif utama
bagi para terorisme dalam menjalankan misi mereka. Keadaan yang semakin
tidak menentu dan kehidupan sehari-hari yang membikin resah orang untuk
melakukan apa saja. Dengan seperti ini pemerintah harus bekerja keras untuk
2. Faktor sosial
kelompok garis keras yang bersatu mendirikan Tanzim al-Qaidah Aceh. Dalam
keseharian hidup yang kita jalani terdapat pranata social yang membentuk
pribadi kita menjadi sama. Situasi ini sangat menentukan kepribadian seseorang
dalam melakukan setiap kegiatan yang dilakukan. Sistem social yang dibentuk
oleh kelompok radikal atau garis keras membuat semua orang yang mempunyai
tujuan sama dengannya bisa mudah berkomunikasi dan bergabung dalam garis
3. Faktor Ideologi
Faktor ini yang menjadikan seseorang yakin dengan apa yang diperbuatnya.
Perbuatan yang mereka lakukan berdasarkan dengan apa yang sudah disepakati
dari awal dalam perjanjiannya. Dalam setiap kelompok mempunyai misi dan visi
masing-masing yang tidak terlepas dengan ideologinya. Dalam hal ini terorisme
yang ada di Indonesia dengan keyakinannya yang berdasarkan Jihad yang
mereka miliki4
against humanity) diatur dan dikualifikasikan kepada pelaku negara. Misalnya Resolusi PBB
tentang pelanggaran HAM zionisme Israel kepada bangsa Palestina; sidang Mahkamah Pidana
Internasional (ICC) terhadap pengusaha Serbia, Slobodan Milosevic atas tindakan pemusnahan
etnis Bosnia. Terorisme negara ini menurut Statuta Roma yang dimaksudkan sebagai kejahatan
Pelanggaran HAM berat masuk kategori extra ordinary crime berdasarkan dua alasan,
yaitu pertama bahwa pola tindak pidana yang sangat sistematis dan biasanya dilakukan oleh
pihak pemegang kekuasaan sehingga kejahatan tersebut baru bisa diadili jika kekuasaan itu
runtuh, dan kedua bahwa kejahatan tersebut sangat bertentangan dan mencederai rasa
kemanusian secara mendalam (dan dilakukan dengan cara-cara yang mengurangi atau
Tindak pidana terorisme dimasukkan dalam extra ordinary crime dengan alasan sulitnya
internasional. Fakta menunjukkan bahwa memang tindak pidana terorisme lebih banyak
pengungkapan suatu tindak pidana lebih ditentukan oleh kemampuan dan profesional aparat
kepolisian yang bertanggung jawab atas keamanan dan ketertiban. Kejahatan lintas batas tentu
4
A. Masyhur Effendi, Perkembangan Dimensi Hak Asasi Manusia (HAM) & Proses Dinamika Penyusunan Hukum
Hak Asasi Manusia (HAKHAM), Bogor, Ghalia Indonesia, 2005, hlm. 78.
bukan merupakan alasan yang valid untuk menentukannya sebagai extra ordinary crime, karena
disaat banyak tindak pidana yang memiliki jaringan internasional (misalnya pencucian uang,
Peristiwa Pemboman yang terjadi di Bali pada tanggal 12 Oktober 2002 telah
menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara luas, mengakibatkan
hilangnya nyawa serta kerugian harta benda, sehingga mempunyai pengaruh yang tidak
menguntungkan terhadap kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan hubungan Indonesia dengan
dunia internasional. Pemerintah atas desakan berbagai pihak akhirnya menerbitkan Peraturan
dan Perpu Nomor 1 Tahun 2002 pada Peristiwa Peledakan Bom Bali pada tanggal 12 Oktober
2002, yang kemudian disahkan DPR dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 dan
Perpu diterbitkan karena pemerintah menilai bahwa norma-norma hukum yang ada
seperti termaktub dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan perundang-
undangan lainnya seperti Senjata Api, hanya memuat tindak pidana (ordinary crime) dan
tidak memadai untuk tindak pidana terorisme yang merupakan kejahatan luar biasa (
extra ordinary crime ) dan serta tergolong kejahatan terhadap kemanusian (crimes against
5
Jawahir Tantowi, Dinamika dan Implementasi Dalam Beberapa Kasus Kemanusiaan,
6
Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan
PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan) adalah (bahasa Inggris:
independen yang dibentuk dalam rangka mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian
uang. Lembaga ini memiliki kewenangan untuk melaksanakan kebijakan pencegahan dan
pemberantasaan pencucian uang sekaligus membangun rezim anti pencucian uang dan kontra
pendanaan terorisme di Indonesia. Hal ini tentunya akan sangat membantu dalam upaya
menjaga stabilitas sistem keuangan dan menurunkan terjadinya tindak pidana asal (predicate
crimes). PPATK, yang bertanggung jawab kepada Presiden RI, dalam melaksanakan tugas dan
kewenangannya bersifat independen dan bebas dari campur tangan dan pengaruh kekuasaan
manapun.8
PPATK disebut dengan nama generik Financial Intelligence Unit (FIU). Keberadaan FIU ini
pertama kali diatur secara implisit dalam Empat Puluh Rekomendasi (Forty Reccomendations)
menjalankan tugasnya. Menurut pasal 37 ayat 3 dan 4, PPATK tidak boleh dicampurtangani
oleh pihak manapun dalam menjalankan tugas dan wewenangnya serta kepala dan wakil kepala
7
A.C. Manullang, Terorisme & Perang Intelijen, Behauptung Ohne Beweis, Jakarta, Manna Zaitun, 2006, hlm. 98.
8
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, Ikhtisar Ketentuan Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme, Jakarta, PPATK, 2011, hlm. 44-46.
PPATK wajib menolak segala campur tangan. Selain itu dalam melaksanakan kewenangannya
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Hal-hal tersebut juga berlaku untuk pendanaan
terorisme, mengingat pendanaan terorisme dan pencucian uang hampir sama karena
Secara umum peran dan fungsi PPATK adalah menerima laporan, menganalisis lalu
meneruskan ke penegak hukum untuk di lakukan penyidikan. Selain itu PPATK juga menerima
permintaan khususnya dari penegak hukum untuk menganalisa suatu transaksi kejahatan yang
diperlukan untuk proses penyidikan. PPATK juga mempunyai sebuah database transaksi-
transaksi keuangan yang mencurigakan yang dapat dipergunakan untuk analisa dikemudian
hari. Sehingga database tersebut selalu terbaharui dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu untuk
menunjang analisis transaksi mencurigakan Undang-undang, maka pelanggaran hak ini dapat
9
Majda El Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya, Jakarta, Rajawali Pers,
2008, hlm. 15.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
dan bahan-bahan kimia yang dapat dirakit menjadi bom, pengetatan pengawasan
yang tegas terhadap pelaku tindak pidana pendanaan terorisme yang terbukti
Scott, Davidson. 1994. Hak Hak Azasi Manusia, Sejarah, Teori dan Praktek
dalam Pergaulan Internasional, Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti.
http://muhammadarfanchan.blogspot.co.id/2011/01/pencucian-uang-danpembiayaan-
terorisme.html
http://m.okezone.com/read/2015/03/1918/ 1121234/10-serangan-teroris-terdahsyatdi-
dunia