Anda di halaman 1dari 14

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah
suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada
saluran kemih. (Sudoyo Aru, dkk 2011)
B. Etiologi
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

Klasifikasi
Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:
1. Kandung kemih (sistitis)
2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:
1. ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing
tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut
terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa
superficial kandung kemih.
2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab
sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam
antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila
terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko
uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung
kencing menetap dan prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
c. Gangguan daya tahan tubuh
d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp
yang memproduksi urease.
C. Patofisiologi
Organisme penyebab penyakit infeksi saluran kemih sewring ditemukan
adalah escherchia coli, organisme dapat sampai diginjal melalui aliran darah atau
aliran getah bening tapi cara ini jarang terjadi. Pada kebanyakan kasus organisme
patogen tersebut dapat mencapai kandung kemih melalui urettra, infeksi dimulai
dari sistitis hanya pada kandung kemih saja dapat pula merambat keatas melaui
ureter sampai ke ginjal.
Kateterisasi uretra dan ureter serta sistoskopi sangat sering menyebabkan
ISK, pada bayak pasien terutama anak - anak menderita infeksi saluran kemih
rekuren dan tampaknya merupakan satu cara bagi organisme untuk memasuki
ginjal umumnya diakui bahwa aliran balik dari kemih yang terinfeksi melalui
parenkim ginjal mengakibatkan jaringan parut ginjal. Infeksi dimulai dari bagian
bawah saluran kemih dapat naik keginjal. Berbagai penyelidikan telah
memperlihatkan bahwa medulla ginjal mempunyai sifat yang unik
menguntungkan kelangsungan hidup bakteri.
Peningkatan kerentanan InI tampaknya disebabkan oleh kadar amoniak yang
tinggi dan hiperosmolalitas yang mengganggu mekanisme pertahanan hospes
seperti migreasi leukosit, pagositosis dan aktifitas komplemen bila berada dalam
lingkungan hiperosmotik akan membentuk sferisit atau protoflas dimana mereka
menjadi resisten terhadap antibiotika, dan kemudian hari berubah kembali
menjadi bentuk asalnya.
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis):
 Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
 Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
 Hematuria
 Nyeri punggung dapat terjadi
Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis)
 Demam
 Menggigil
 Nyeri panggul dan pinggang
 Nyeri ketika berkemih
 Malaise
 Pusing
 Mual dan muntah
E. Komplikasi
Berdasarkan pada data pengkajian, komplikasi potensial mencakup:
- Gagal ginjal berkaitan dengan kerusakan ginjal yang luas
- Sepsis
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
 Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya
ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang
besar (LPB) sediment air kemih
 Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air
kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik
berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
 Mikroskopis
 Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari
urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai
criteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
 Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien
mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat
bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
 Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
 Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi
akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau
abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi
ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
G. Penatalaksanaan
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens
antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius
dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
 Terapi antibiotika dosis tunggal
 Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
 Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
 Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi.
Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif
(mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah
penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin
atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini.
Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi
ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:
 Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
 Interansi obat
 Efek samping obat
 Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal
Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:
1. Efek nefrotosik obat
2. Efek toksisitas obat
Pemakaian obat pada usia lanjut hendaknya setiasp saat dievalusi keefektifannya
dan hendaknya selalu menjawab pertanyaan sebagai berikut:
 Apakah obat-obat yang diberikan benar-benar berguna/diperlukan/
 Apakah obat yang diberikan menyebabkan keadaan lebih baik atau malh
membahnayakan/
 Apakah obat yang diberikan masih tetap diberikan?
 Dapatkah sebagian obat dikuranngi dosisnya atau dihentikan?
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh
2. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
 Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
 Adakah obstruksi pada saluran kemih?
3. Adanya factor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.
 Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?
 Imobilisasi dalam waktu yang lama.
 Apakah terjadi inkontinensia urine?
4. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
 Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi
terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
 Adakah disuria?
 Adakah urgensi?
 Adakah hesitancy?
 Adakah bau urine yang menyengat?
 Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi
urine?
 Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian
bawah
 Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran
kemih bagian atas
 Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
5. Pengkajian psikologi pasien:
 Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang
telah dilakukan? Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan
terhadap penyakitnya.
6. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh
7. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
 Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
 Adakah obstruksi pada saluran kemih?
8. Adanya factor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.
 Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?
 Imobilisasi dalam waktu yang lama.
 Apakah terjadi inkontinensia urine?
9. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
 Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi
terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
 Adakah disuria?
 Adakah urgensi?
 Adakah hesitancy?
 Adakah bau urine yang menyengat?
 Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi
urine?
 Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian
bawah
 Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran
kemih bagian atas
 Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
10. Pengkajian psikologi pasien:
Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang
telah dilakukan? Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan
terhadap penyakitnya.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan dapat mencakup
yang berikut:
- Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi
uretra, kandung kemih, dan struktur traktus urinarius lain.
- Perubahan pola eliminasi berhubungan infeksi saluran kemih
- Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyaman nyeri.
- Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, ancaman pada konsep
diri perubahan pada status kesehatan/fungsi peran.

C. Intervensi Keperawatan
Tujuan utama dapat mencakup pengurangan nyeri dan ketidaknyamanan;
penguarangan sering berkemih, urgenssi dan hesistancy; peningkatan
pengetahuan tentang tindakan pencegahan dan modalitas penanganan; tidak
adanya komplikasi potensial.

1) Intervensi keperawatan
 Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi
uretra, kandung kemih,dan struktur traktus urinarius lain.
Kriteria evaluasi ; Melaporkan nyeri hilang / terkontrol., tampak rileks,
mampu tidur/isterahat dengan tepat.
1. Kaji nyeri,perhatikan lokasi, intensitas ( skala 0 – 10) lamanya.
Rasional : Memberikan imformasih untuk memebantu dalam
menentukan pilihan / keefektifan intervensi
2. Berikan tindakan kenyamanan dengan pijatang punggung;
memebantu pasien melakukan posisi yang nyaman; mendorong
menggunakan relaksasi/latihan napas dalam ; aktivitas terapeutik
Rasional : Meningkatkan relaksasi ,memfokuskan kembali perhatian
dan dapat meningkatkan kemanpuan koping.
3. Dorong menggunakan pemanasaan perineum dan mandi rendam panas
Rasional : membantu mengurangi ketidaknyamanan dan spasme.
4. terapi antimicrobial dimulai.A gen antispasmodic
Rasional : Membantu daalam mengurangi iritabilitas kandung kemih
dan nyeri.
 Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan sering berkemih, urgensi
dan hesitancy.
Kriteria evaluasi :Mengurangi frekwensi [sering berkemih], Urgensi, dan
Hesistensi.
1. Dorong pasien untuk minum sebanyak mungkin
Rasional : untuk mendukung aliran darah renal dan untuk membilas
bakteri dari traktus urinarius.Cairan yang dapat mengiritasi kandung
kemih (mis : kopi, teh, kola, alcohol) dihindari.
2. Dorong pasien untuk berkemih tiap 2 – 3 jam dan bila tiba – tiba
dirasakan
Rasional : karena hal ini secara signifikan menurunkan jumlah bakteri
dalam urin, mengurangi status urin dan mencegah kekambuhan
infeksi.
3. Siapkan /dorongan dilakukan perawatan perineal setiap hari.
Rasional : Mengurangi resiko kontaminasi / peningkatan infeksi.
4. Vitamin C,metanamin hipurat (Hiprex), metamin mendelat
(Mandelamin)
Rasional : Pengasaman pH kandung kemih memperlambat
pertumbhan bakteri
5. Hindari tanda – tanda penolakan verbal ataupun nonverbal, rasa jijik
atau kekecewaan terhadap kegagalan.
Rasional ; Ekspresi kekecewaan akan menurungkan rasa percaya diri
dan tidak membantu dalam mensukseskan program
 Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyaman nyeri
Kriteria hasil : Melaporkan perbaikan dalam pola tidur/istirahat,
mengunkapkan peningkatan rasa sejahtra.
1) Tentukan kebisaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi
Rasional : Mengkaji dan mengidetifikasi intervensi yang tepat.
2) Berikan tempat tidur yang nyaman
Rasional : Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan
fisiologis/psikologis.
3) Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur mis, mandi hangat dan
masase,segelas susu hangat.
Rasional : Meningkatkan efdek relaksasi. Cacatan ; susus mempunyai
kualitas sopofik, meningkatkan sintesis serotonin, neurotransmitter
yang membantu pasien dan tidur lebih lam.
4) kurangi kebisingan dan lampu.
Rasional : Memberikan situasi kondusif untuk tidur
5) instruksikan tindakan relaksasi
Rasional : Membantu mengiduksi tidur.
 Ansitas berhubungan dengan krisis situasional, ancaman pada konsep diri
perubahan pada status kesehatan/fungsi peran.
Kriteria evaluasi : Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah dan
penggunaan sumber secara efektif. Tampak rileks, dapat tidur/ istirahat
dengan tepat.
1) Kaji tingkat rasa takut pada pasien dan orang terdekat. Perhatikan tanda
pengingkaran, defresi atau penyempitan fokus perhatian.
Rasional : Membantu menentukan jenis intervensi yang diperlukan.
2) Jelaskan prosedur atau asuhan yang diberikan.
Rasional : rasa takut akan ketidaktahuan diperkecil dengan informasi
atau pengetahuan, perubahan proses pikir dan tingginya tingkat ansietas
dapat menurunkan ketakutan.
3) Dorong orang terdekat berpartisipasi dalam asuhan sesuai indikasi.
Rasional : Keterlibatan meningkatkan perasaan berbagi, menguatkan
perasaan berguna, dan memberikan kesempatan individu dan
memperkecil rasa takut atau ketidak tahuan.
4) Dorong dan beri kesempatan untuk pasien atau orang terdekat
mengajukan pertanyaan dan menyatakan masalah.
Rasional : Membuat perasaan terbuka dan kerjasama dan memberikan
informasi yang akan membantu dalam identifikasi/ masalah.
 kurang pengetahuan tentang factor predisposisi infeksi dan kekambuhan
deteklsi dan pencegahan kekambuhan,dan terapi farmakologi.
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman proses penyakit atau prognosis,
Mengamati hubungan tanda atau factor predisposisi
penyakitnya, berpartisipasi dalam program pengobatan
1 Kaji ulang proses penyakitnya, pengalaman pasien.
Rasional ; Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat
membuat pilihan imformasi terapi
2 Dorong menyatakan rasa takut/persaan dan perhatian
Rasional : Membantu pasien mengalami persaan dapat merupakan
rehabilitasi vital
3 Berikan Pendidikan pasien
Wanita yang mengalami kekambuhan infeksi traktus urinarius harus
menerima rincian instruksi pada poin-poin berikut:
a. Mengurangi konsentrasi paatogen pada orivisium vaginna melalui
tindaakan hygiene.
 Sering mandi pancuran daripada mandi rendam, karena bakteri
dalam air bak dapat masuk keuretra.
 Bersikan sekeliling perineum dan meatus uretra setiap setelah
defekasi[ dengan geraakan dari depan kebelakang.
b. Minum dengan bebas sejumlah cairan dalaam sehari untuk membilas
keluar bakteri, hindari kopi the, kolaa daan alcohol.
c. Berkemih setiap 2 sampai 3 jam seharidan kosongkan kandung kemih
dengan sempurnah.Hal ini mencegah distensi kandung kemih yang
berlebihan dan gangguan terhadap suplai darah kedinding kandung
kemih yang merupakan predisposisi UTI.
d. Jika hubungan sesual merupakan kejadian yang mengawali
berkembangnya bakteriurinaria:
 Segerah berkemih setelah melakukan hubungan seksual.
 Minum agens antimicrobial dosis tunggal setelah hubungan
seksual.
e. Jika bakteri tetap muncul dalam urin, terrapi anti microbial jaangka
panjang diperlukan untuk mencegah kolonisasi area periuretral dan
kekambuhan infeksi. Medikasi harus diminum setelah pengosongan
kandung kemih segeraah sebelum pergi tidur untuk memastikan
keadekuatan konsentrasi mediaksi selama periode malam hari.
f. Jika diresepkan pantau dan lakukan tes urin dip-slide(Mikrostix)
terhadap adanya bakteri seperti berikut:
 Cuci sekeliling meatus uretra beberapa kali, menggunakan waslap
yang berbeda.
 Kumpulkan specimen urin aliran tengah
1. Angkat slide dari container, celupkan kedalam sample urin, dan
kembalikan laagi kedalam container.
2. Simpan slide pada suhu ruang sesuai dengan petunjuk produk
3. Baca hasilnya dengan membandingkan slide dengan grafik
densitas koloni yang menyertai produk tersebut.
4. Awali terapi sesuai resep dan selesaikan medikasi.
5. Beritahu tenaga kesehatan jika terjadi demam atau jika tanda-
tanda menetap.
g. Konsul ketenaga kesehatan secara teratur untuk tindak lanjut,
kekambuhan gejaala, atau infeksi non responsive terhadap
penanganan.

Anda mungkin juga menyukai