PENDAHULUAN
Hati / hepar / liver merupakan organ metabolik terbesar dalam tubuh manusia. Oleh
karena itu hati mempunyai berbagai macam fungsi, yaitu :
1. Vaskuler - menimbun dan filtrasi darah
2. Ekskresi - membentuk empedu dan mengeluarkan ke Usus, juga bilirubin, cholesterol, garam
empedu → empedu
3. Metabolik - Karbohidrat, protein, lemak, vitamin
4. Pertahanan tubuh - Detoksifikasi bahan – bahan beracun, dengan : konjugasi, reduksi, metilasi,
asetilasi, oksidasi, hidroksilasi- fagositosis - dan pembentukan antibodi
Dalam fungsi ekskresi maka hati akan mengeluarkan bahan bahan metabolit seperti
empedu, bilirubin, kolesterol dan sebagainya melalui saluran pencernaan, untuk dibuang atau
menjadi metabolit lain. Banyak faal metabolik yang dilakukan oleh jaringan hati, maka ada
banyak pula, lebih dari 100, jenis test yang mengukur reaksi faal hati.' Semuanya, disebut
sebagai "tes faal hati ". Sebenarnya hanya beberapa yang- benar-benar mengukur faal hati. 1-3
Diantara berbagai tes tersebut tidak ada tes tunggal yang efektif mengukur faal hati secara
keseluruhan. Beberapa tes terlalu peka sehingga tidak khas, sebagian lagi dipengaruhi pula oleh
faktor -faktor di luar hati, sebagian lagi sudah obsolete.
Sebaliknya makin banyak tes yang diminta maka makin besar pula kemungkinannya
mendapatkan defisiensi biokimia. Cara pemeriksaan shotgun semacam itu akan menimbulkan
kebingungan. Sebaiknya memilih beberapa tes saja.
Beberapa kriteria yang dapat dipakai adalah, antara lain, dapatnya dikerjakan tes tersebut
secara baik dengan sarana yang memadai, segi kepraktisan, biaya, stress yang dibebankan
kepada penderita, kemampuan diagnostik dari tes tersebut, dan lain-lain. Pada pengujian
kerusakan hati, gangguan biokimia yang terlihat adalah peningkatan permeabilitas dinding sel,
berkurangnya kapasitas sintesa, terganggunya faal ekskresi, berkurangnya kapasitas
penyimpanan, terganggunya faal detoksifikasi peningkatan reaksi mesenkimal dan imunologi
yang abnormal.
FUNGSI HATI :
1. Vaskuler : menimbun dan filtrasi darah
2. Ekskresi : membentuk empedu dan mengekskresikan ke usus
3. Metabolic : karbohidrat, protein, lemak, vitamin
4. pertahanan tubuh : detoksifikasi bahan – bahan beracun, dengan : konjugasi, reduksi, metilasi,
asetilasi, oksidasi, hidroksilasi sel – sel kupfer, fagositosis, pembentukan antibody
FUNGSI EKSKRESI :
Diperiksa menggunakan berbagai parameter laboratorium yaitu :
Bilirubin serum
Bilirubin urin (kualitatif)
Urobilinogen urin (kualitatif)
Stercobilin tinja (kualitatif)
Asam empedu
Menyuntikkan bahan – bahan : BSP, ICG, Rose Bengal Radioaktif
METABOLISME BILIRUBIN
85% bilirubin berasal dari pemecahan s.d.m tua (umur s.d.m ± 120 hari), terutama di limpa
15% berasal dari destruksi s.d.m matang dlm sumsum tulang (hematopoisis tidak efektif)
Metabolisme bilirubin. oleh sel hati berlangsung 3 tahap :
1. pengambilan, konyugasi & ekskresi
2. Pengambilan perlu protein sitoplasma
3. Konyugasi molekul bilirubin dengan asam glukoronat dalam retikulum endoplasma sel hati
dengan bantuan enzim glukuronil transferase
Konyugasi mengubah sifat² bilirubin; bilirubin terkonyugasi larut dalam air & dapat diekskresi
dalam kemih ( >< bilirubin tak terkonyugasi) - Bilirubin terkonyugasi kemudian diekskresi
melalui saluran empedu ke usus halus, bakteri usus halus mereduksi bilirubin terkonyugasi
menjadi sterkobilinogen atau urobilinogen (shg feses berwarna coklat) - ± 10 – 20 %
urobilinogen mengalami siklus enterohepatik & sejumlah kecil diekskresi dlm saluran kemih
Pada orang dewasa sebagian besar dari kadar ALP berasal dari hati, sedangkan pada
anak-anak sebagian besar berasal dari tulang. Jika terjadi kerusakan ringan pada sel hati,
mungkin kadar ALP agak naik, tetapi peningkatan yang jelas terlihat pada penyakit hati akut.
Begitu fase akut terlampaui, kadar serum akan segera menurun, sementara kadar bilirubin tetap
meningkat. Peningkatan kadar ALP juga ditemukan pada beberapa kasus keganasan (tulang,
prostat, payudara) dengan metastase dan kadang-kadang keganasan pada hati atau tulang tanpa
matastase (isoenzim Regan).
Kadar ALP dapat mencapai nilai sangat tinggi (hingga 20 x lipat nilai normal) pada
sirosis biliar primer, pada kondisi yang disertai struktur hati yang kacau dan pada penyakit-
penyakit radang, regenerasi, dan obstruksi saluran empedu intrahepatik. Peningkatan kadar
sampai 10 x lipat dapat dijumpai pada obstruksi saluran empedu ekstrahepatik (misalnya oleh
batu) meskipun obstruksi hanya sebagian. Sedangkan peningkatan sampai 3 x lipat dapat
dijumpai pada penyakit hati oleh alcohol, hepatitis kronik aktif, dan hepatitis oleh virus.
Pada kelainan tulang, kadar ALP meningkat karena peningkatan aktifitas osteoblastik
(pembentukan sel tulang) yang abnormal, misalnya pada penyakit Paget. Jika ditemukan kadar
ALP yang tinggi pada anak, baik sebelum maupun sesudah pubertas, hal ini adalah normal
karena pertumbuhan tulang (fisiologis). Elektroforesis bisa digunakan untuk membedakan ALP
hepar atau tulang. Isoenzim ALP digunakan untuk membedakan penyakit hati dan tulang; ALP1
menandakan penyakit hati dan ALP2 menandakan penyakit tulang.
Jika gambaran klinis tidak cukup jelas untuk membedakan ALP hati dari isoenzim-
isoenzim lain, maka dipakai pengukuran enzim-enzim yang tidak dipengaruhi oleh kehamilan
dan pertumbuhan tulang. Enzim-enzim itu adalah : 5’nukleotidase (5’NT), leusine
aminopeptidase (LAP) dan gamma-GT. Kadar GGT dipengaruhi oleh pemakaian alcohol, karena
itu GGT sering digunakan untuk menilai perubahan dalam hati oleh alcohol daripada untuk
pengamatan penyakit obstruksi saluran empedu.
Metode pengukuran kadar ALP umumnya adalah kolorimetri dengan menggunakan alat
(mis. fotometer/spektrofotometer) manual atau dengan analizer kimia otomatis. Elektroforesis
isoenzim ALP dilakukan untuk membedakan ALP hati dan tulang. Bahan pemeriksaan yang
digunakan berupa serum atau plasma heparin.
Nilai Rujukan :
DEWASA : 42 – 136 U/L, ALP1 : 20 – 130 U/L, ALP2 : 20 – 120 U/L, Lansia : agak lebih
tinggi dari dewasa
ANAK-ANAK : Bayi dan anak (usia 0 – 20 th) : 40 – 115 U/L), Anak berusia lebih tua (13 – 18
th) : 50 – 230 U/L.
Masalah Klinis
PENINGKATAN KADAR :
obstruksi empedu (ikterik), kanker hati, sirosis sel hati, hepatitis, hiperparatiroidisme, kanker
(tulang, payudara, prostat), leukemia, penyakit Paget, osteitis deforman, penyembuhan fraktur,
myeloma multiple, osteomalasia, kehamilan trimester akhir, arthritis rheumatoid (aktif), ulkus.
Pengaruh obat : albumin IV, antibiotic (eritromisin, linkomisin, oksasilin, penisilin), kolkisin,
metildopa (Aldomet), alopurinol, fenotiazin, obat penenang, indometasin (Indocin), prokainamid,
beberapa kontrasepsi oral, tolbutamid, isoniazid, asam para-aminosalisilat.
PENURUNAN KADAR :
Sampel hemolisis,
Pengaruh obat-obatan tertentu (lihat pengaruh obat),
Pemberian albumin IV dapat meningkatkan kadar ALP 5-10 kali dari nilai normalnya,
Usia pasien (mis. Usia muda dan tua dapat meningkatkan kadar ALP),
Kehamilan trimester akhir sampai 3 minggu setelah melahirkan dapat meningkatkan kadar ALP.
Laki-laki : 0 - 50 U/L
Perempuan : 0 - 35 U/L
Masalah Klinis
Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitas obat
atau kimia)
Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan empedu
ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT)
Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis biliaris.
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar
Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena dapat meningkatkan
kadar
Hemolisis sampel
Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin, karbenisilin, eritromisin,
gentamisin, linkomisin, mitramisin, spektinomisin, tetrasiklin), narkotika (meperidin/demerol,
morfin, kodein), antihipertensi (metildopa, guanetidin), preparat digitalis, indometasin (Indosin),
salisilat, rifampin, flurazepam (Dalmane), propanolol (Inderal), kontrasepsi oral (progestin-
estrogen), lead, heparin.
Aspirin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar.
Laki-laki : 0 - 50 U/L
Perempuan : 0 - 35 U/L
Masalah Klinis
Peningkatan tinggi ( > 5 kali nilai normal) : kerusakan hepatoseluler akut, infark miokard,
kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa
Peningkatan sedang ( 3-5 kali nilai normal ) : obstruksi saluran empedu, aritmia jantung, gagal
jantung kongestif, tumor hati (metastasis atau primer), distrophia muscularis
Peningkatan ringan ( sampai 3 kali normal ) : perikarditis, sirosis, infark paru, delirium tremeus,
cerebrovascular accident (CVA)
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
GGT adalah salah satu enzim mikrosomal yang bertambah banyak pada pemakai alkohol,
barbiturat, fenitoin dan beberapa obat lain tertentu. Alkohol bukan saja merangsang mikrosoma
memproduksi lebih banyak enzim, tetapi juga menyebabkan kerusakan hati, meskipun status gizi
peminum itu baik. Kadar GGT yang tinggi terjadi setelah 12-24 jam bagi orang yang minum
alkohol dalam jumlah yang banyak, dan mungkin akan tetap meningkat selama 2-3 minggu
setelah asupan alkohol dihentikan. Tes gamma-GT dipandang lebih sensitif daripada tes fosfatase
alkalis (alkaline phosphatase, ALP).
Metode pemeriksaan untuk tes GGT adalah spektrofotometri atau fotometri, dengan
menggunakan spektrofotometer/fotometer atau alat kimia otomatis. Bahan pemeriksaan yang
digunakan berupa serum atau plasma heparin.
Nilai Rujukan :
ANAK-ANAK : Bayi baru lahir : 5 x lebih tinggi daripada dewasa, Prematur : 10 x lebih tinggi
dari dewasa, Anak : sama dengan dewasa.
(Nilai normal bisa berbeda untuk tiap lab, tergantung metode yang digunakan).
Masalah Klinis
PENINGKATAN KADAR :
sirosis hati, nekrosis hati akut dan subakut, alkoholisme, hepatitis akut dan kronis, kanker (hati,
pankreas, prostat, payudara, ginjal, paru-paru, otak), kolestasis akut, mononukleosis infeksiosa,
hemokromatosis (deposit zat besi dalam hati), DM, steatosis hati / hiperlipoproteinemia tipe IV,
infark miokard akut (hari keempat), CHF, pankreatitis akut, epilepsi, sindrom nefrotik.
Obat fenitoin dan barbiturat dapat menyebabkan tes gamma-GT positif palsu.
Asupan alkohol berlebih dan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan peningkatan kadar
gamma-GT.
5. BILIRUBIN
Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin dalam
proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping itu sekitar 20% bilirubin berasal
dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tidak larut dalam air;
bilirubin yang disekresikan dalam darah harus diikatkan kepada albumin untuk diangkut dalam
plasma menuju hati.
Di dalam hati, hepatosit melepaskan ikatan itu dan mengkonjugasinya dengan asam
glukoronat sehingga bersifat larut air. Proses konjugasi ini melibatkan enzim
glukoronitransferase.
Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) yang merupakan bilirubin bebas yang terikat
albumin harus lebih dulu dicampur dengan alkohol, kafein atau pelarut lain sebelum dapat
bereaksi, karena itu dinamakan bilirubin indirek atau bilirubin tidak langsung.
Peningkatan kadar bilirubin direk menunjukkan adanya gangguan pada hati (kerusakan
sel hati) atau saluran empedu (batu atau tumor). Bilirubin terkonjugasi tidak dapat keluar dari
empedu menuju usus sehingga akan masuk kembali dan terabsorbsi ke dalam aliran darah.
Peningkatan kadar bilirubin indirek sering dikaitkan dengan peningkatan destruksi eritrosit
(hemolisis), seperti pada penyakit hemolitik oleh autoimun, transfusi, atau eritroblastosis fatalis.
Peningkatan destruksi eritrosit tidak diimbangi dengan kecepatan kunjugasi dan ekskresi
ke saluran empedu sehingga terjadi peningkatan kadar bilirubin indirek.
Hati bayi yang baru lahir belum berkembang sempurna sehingga jika kadar bilirubin yang
ditemukan sangat tinggi, bayi akan mengalami kerusakan neurologis permanen yang lazim
disebut kenikterus. Kadar bilirubin (total) pada bayi baru lahir bisa mencapai 12 mg/dl; kadar
yang menimbulkan kepanikan adalah > 15 mg/dl. Ikterik kerap nampak jika kadar bilirubin
mencapai > 3 mg/dl. Kinikterus timbul karena bilirubin yang berkelebihan larut dalam lipid
ganglia basalis.
Dalam uji laboratorium, bilirubin diperiksa sebagai bilirubin total dan bilirubin direk.
Sedangkan bilirubin indirek diperhitungkan dari selisih antara bilirubin total dan bilirubin direk.
Metode pengukuran yang digunakan adalah fotometri atau spektrofotometri yang mengukur
intensitas warna azobilirubin.
NILAI RUJUKAN
DEWASA ; total : 0.1 -1.2 mg/dl. Direk : 0.1-0.3 mg/dl, Indirek : 0.1-1.0 mg/dl
MASALAH KLINIS
Makan malam yang mengandung tinggi lemak sebelum pemeriksaan dapat mempengaruhi kadar
bilirubin.
Wortel dan ubi jalar dapat meningkatkan kadar bilirubin.
Hemolisis pada sampel darah dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Sampel darah yang terpapar sinar matahari atau terang lampu, kandungan pigmen empedunya
akan menurun.
Obat-obatan tertentu dapat meningkatkan atau menurunkan kadar bilirubin.
BAB III
PROSEDUR PEMERIKSAAN
DAFTAR PUSTAKA
http://medicastore.com/penyakit/613/Pemeriksaan_Diagnostik_Untuk_Penyakit_Hati_&_Kandu
ng_Empedu.html
http://spiritia.or.id dengan beberapa perubahan oleh dr.Abu Hana untuk :
http://kaahil.wordpress.com
http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/sgpt-serum-glutamic-pyruvic.html
http://catatan.legawa.com/2010/11/tes-fungsi-hati/
http://dessy1412.blogspot.com/2011/05/pemeriksaan-bilirubin-serum.html
http://feriyadiramen.wordpress.com/2010/01/24/praktikkum-kadar-protein-total-pada-serum/
http://www.klikdokter.com/userfiles/image/ORG&TAKERLABKLIRS.pdfhttp://xa.yimg.com/k
q/groups/21612083/1478830814/name/Transfusi+Darah+FK+Unjani+(Dinyar+S,+dr,+SpPK).pd
f