Anda di halaman 1dari 5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Destilasi
Destilasi adalah suatu metode pemisahan campuran dalam fasa cair-cair berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam distilasi, campuran
zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk
cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Dimana zat yang
mempunyai titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu, kemudian uap tadi akan
mengalami proses pendinginan pada kondensor. Didalam kondensor akan terjadi proses
perubahan fasa, uap akan berubah menjadi fasa cair yang akan mengalir keluar sebagai distilat.
Model ideal destilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton.
Operasi destilasi terjadi apabila campuran zat cair dalam keadaan setimbang uapnya,
maka fasa uapnya akan lebih banyak mengandung komponen yang lebih mudah menguap,
sedangkan fraksi cairnya mengandung lebih sedikit komponen yang mudah menguap. Jika uap
tersebut dikondensasikan maka akan didapatkan cairan yang berbeda komposisinya dengan
cairan yang pertama karena lebih banyak mengandung komponen yang lebih mudah menguap
(volatile) dibandingkan dengan cairan yang tidak teruapkan.
Jika cairan yang berasal dari kondensasi diuapkan lagi sebagian maka akan didapatkan
komponen volatile yang lebih tinggi. Keberhasilan suatu operasi destilasi tergantung pada
keadaan setimbang yang terjadi antara fasa uap dan fasa cair dari suatu campuran biner yang
terdiri dari komponen volatile dan non-volatile. Bahan hasil pada proses ini disebut destilat,
sedangkan sisanya disebut residu. (Murni,2012).
Pemisahan dengan cara distilasi tidak hanya berdasarkan pada titik didih dari
komponen-komponennya saja, tetapi tergantung juga pada sifat dari campuran, karakteristik
kolom serta besaran-besaran operasi. Karakteristik kolom dipengaruhi oleh jenis kolom
(plate, packed, vigruez) serta panjang kolom. Sedangkan besaran-besaran operasi meliputi
laju uap naik, laju cairan turun (refluks), luas permukaan kontak antara fasa gas dan cair, dan
koefisien perpindahan massa.
2.2 Distilasi Batch
Dalam operasi distilasi batch, sejumlah massa larutan dimasukkan ke dalam labu
didih, kemudian dipanaskan. Selama proses berjalan, larutan akan menguap dan uap yang akan
terbentuk, secara kontinyu meninggalkan labu didih untuk kemudian diembunkan.
Salah satu ciri dari pemisahan dengan batch adalah bahwa laju alir maupun komposisi
dari umpan, produk distilat berubah menurut waktu selama operasi pemisahan berlangsung.
Pada distilasi batch, umpan berupa uap yang secara kontinyu masuk melalui dasar kolom,
karena kolom distilasi batch dapat dipandang sebagai kolom yang tersusun dari enriching
section.

Distilasi Batch dengan Sistem Refluk


Untuk meningkatkan efisiensi pemisahan, distilasi dapat dioperasikan dengan sistem
refluk. Sistem refluk dimaksudkan untuk memberi kesempatan sebagian cairan hasil
kondensasi uap yang keluar dari puncak kolom agar dapat mengadakan kontak ulang kembali
dengan fasa uapnya di sepanjang kolom. Dengan demikian:
a. Secara total, waktu kontak antarfasa semakin lama
b. Perpindahan massa dan perpindahan panas terjadi kembali
c. Distribusi suhu, tekanan, dan konsentrasi disetiap fasa semakin uniform
d. Terwujudnya keseimbangan semakin didekati
Peningkatan efisiensi pemisahan dapat ditinjau dari 2 sudut pandang:
1. Terhadap kolom yang akan dibangun
Bahwa untuk mencapai kemurnian yang sama, semakin besar perbandingan refluk
yang digunakan, maka semakin sedikit jumlah plate ideal yang dibutuhkan.
2. Terhadap kolom yang sudah ada
Bahwa pada jumlah plate yang sama, semakin besar perbandingan refluk yang
digunakan, maka kemurnian produk yang dihasilkan semakin tinggi.
(McCabe, Unit Operation of Chemical Engineering, halaman 599)

Distilasi Batch dan Distilasi Kontinyu


Dalam operasi distilasi batch, sejumlah massa larutan dimasukkan ke dalam labu
didih, kemudian dipanaskan. Selama proses berjalan, larutan akan menguap dan uap yang
terbentuk, secara kontinyu meninggalkan labu didih untuk kemudian diembunkan. Salah satu
ciri dari pemisahan dengan batch adalah bahwa laju alir maupun komposisi dari umpan,
produk distilat berubah menurut waktu selama operasi pemisahan berlangsung.
Pada distilasi batch, umpan berupa uap yang secara kontinyu masuk melalui dasar
kolom, karena kolom distilasi batch dapat dipandang sebagai kolom yang tersusun dari
enriching section. Distilasi batch juga memiliki kapasitas yang rendah. Hal-hal inilah yang
menjadi perbedaan antara distilasi batch dengan distilasi kontinyu.
2.3 Persamaan Rayleigh
Salah satu skema operasi distilasi batch ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 2.1 Skema Operasi Distilasi Batch


Bila jumlah tahap keseimbangan adalah tunggal (single stage) dan pada setiap saat,
penambahan jumlah distilat (dD) sama dengan pengurangan jumlah cairan di reboiler (dW),
maka hubungan tersebut ditulis:
-dW = dD (1)
-yDdW = yDdD = -d (w.Xw) (2)
yDdW = wdXw+ Xwdw (3)
Hasil integrasi persamaan (3) diperoleh:

𝒘 𝑿𝒘 𝒅𝑿𝒘
ln ( ) = ∫𝑿𝒘𝒐 (4)
𝒘𝒐 𝒚𝑫−𝑿𝒘

dengan:
Xw = komposisi fasa cair di reboiler
YD = komposisi fasa uap di distilat
Wo = jumlah cairan pada saat awal
W = jumlah cairan pada saat akhir operasi
Persamaan (4) disebut persamaan Rayleigh dapat diselesaikan dengan salah satu cara,
yaitu integrasi secara grafis, numerik, ataupun analitik. Selisih antara yD-Xw tergantung
jumlah tahap, perbandingan refluks (R) dan hubungan kesetimbangan antara fasa uap-cair.
Penyelesaian persamaan secara analitik dilakukan dengan menggunakan hubungan
antara kesetimbangan fasa uap-cair yang dinyatakan dengan relative volatility, yang
didefinisikan sebagai berikut:
𝑦∗ /(1−𝑦∗)
α= (5)
𝑥∗ /(1−𝑥∗)

atau
𝛼𝑋∗
y* = (6)
1+(𝛼−1)𝑋∗

dengan:
y* = komposisi komponen yang relatif lebih volatile di fasa uap yang berada dalam
kesetimbangan x*
x* = komposisi komponen komponen yang lebih mudah menguap di fasa cair
α = relative volatility
Dengan menggunakan persamaan (4) dan (6) kemudian diselesaikan secara integrasi analitis
diperoleh persamaan:

𝑤 1 𝑋𝑤 (1−𝑋𝑤) 1−𝑋𝑤𝑜
ln = [ln ] + ln (7)
𝑤𝑜 𝛼−1 𝑋𝑤𝑜 (1−𝑋𝑤) 1−𝑋𝑤

Persamaan (4) atau (7) digunakan untuk menentukan jumlah produk atau distilat pada berbagai
komposisi.
Persamaan (4) diselesaikan dengan integrasi secara grafik dengan cara menghitung
luas di bawah kurva antara 1/(yd-Xw) vs Xw, mulai dari Xwo sampai Xw. Komposisi distilat
rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

wo Xwo−wXw
̅̅̅̅̅
𝑦𝐷 = (8)
wo−𝑤

1
(𝑋𝐷 − 𝑋𝑤 )
Xw

Xwa Xw0
Gambar 2.2 Kurva 1/(Xd-Xw) terhadap Xw

𝑊0
Nilai dari 𝑙𝑛 sama dengan luas di bawah kurva (Modul Distilasi, Polban)
𝑊

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. “Distilasi”. Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung.


Anonim. “Modul 2.05 Distilasi”. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II

Departemen Teknik Kimia ITB.

Anda mungkin juga menyukai