Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hati adalah salah satu organ yang paling penting. Organ ini berperan sebagai gudang
untuk menimbun gula, lemak, vitamin dan gizi. Penyakit Hepatitis adalah gangguan pada
hati. Dalam masyarakat kita, penyakit hepatitis biasa dikenal sebagai penyakit kuning.
Sebenarnya hepatitis adalah peradangan organ hati (liver) yang disebabkan oleh berbagai
faktor. Faktor penyebab penyakit hepatitis atau sakit kuning ini antara lain adalah infeksi
virus, gangguan metabolisme, konsumsi alkohol, penyakit autoimun, hasil komplikasi dari
penyakit lain, efek samping dari konsumsi obat-obatan maupun kehadiran parasit dalam
organ hati (liver). Peradangan pada sel hati dapat menyebabkan kerusakan sel-sel, jaringan,
bahkan semua bagian dari organ hati (liver). Jika semua bagian organ hati (liver) telah
mengalami kerusakan maka akan terjadi gagal hati (liver) yang menyebabkan kematian.

Hepatitis juga merupakan salah satu penyakit yang mendapatkan perhatian serius
di Indonesia, terlebih dengan jumlah penduduk yang besar serta kompleksitas yang terkait.
Selain itu meningkatnya kasus obesitas, diabetes melitus, dan hiperlipidemia, membawa
konsekuensi bagi komplikasi hati, salah satunya hepatitis (Wening Sari, 2008). Hepatitis
virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta
seluler yang khas (Bar, 2002).

Hepatitis yang disebabkan oleh virus dapat berupa HAV, HBV, HCV, HDV HEV,
HFV, dan HGV. Virus hepatitis dapat berupa virus akut hingga kronis. Hepatitis A yang
disebabkan oleh HAV merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati di dunia. Di
dunia prevelensi infeksi virus hepatitis A sekitar 1,4 juta jiwa setiap tahun (WHO). Saelain
itu diperkirakan 400 juta orang di dunia terinfeksi penyakit hepatitis B kronis, bahkan
sekitar 1 juta orang meninggal setiap tahun karena penyakit tersebut. Hepatitis menjadi
masalah penting di Indonesia yang merupakan jumlah penduduk keempat terbesar di dunia
(Wening Sari, 2008).

Pada umumnya orang yang mengalami hepatitis akan menderita penyakit anoreksia
atau penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi akibat pelepasan toksin
oleh hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal. Pentingnya
mengetahui penyebab hepatitis karena apabila ada anggota keluarga yang mengalami
hepatitis, anggota keluarga lain dapat siap menghadapi resiko terburuk dari penyakit ini
beserta komplikasinya sehingga mampu mencari jalan keluar dengan pencegahan maupun
pengobatan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa itu penyakit Hepatitis ?
2. Apa saja gejala penderita penyakit Hepatitis ?
3. Apa saja jenis-jenis penyakit Hepatitis?
4. Bagaimana mekanisme pengobatan penyakit Hepatitis?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu penyakit Hepatitis.
2. Untuk mengetahui gejala penderita penyakit Hepatitis.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit Hepatitis.
4. Untuk mengetahui mekanisme pengobatan penyakit Hepatitis.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan dalam penulisan makalah ini adalah dengan
mengumpulkan data dari berbagai referensi, baik dari buku maupun internet.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyakit Hepatitis


Penyakit kuning atau hepatitis adalah penyakit sistemik akut yang
disebabkan oleh dua jenis virus yang menimbulkan nekrosis dari sel-sel hati
yang secara klinis maupun secara patologis tidak dapat dibedakan satu dengan
yang lain. Dimana hati atau liver mengalami peradangan hingga hati terganggu.
Akibatnya hati menolak darah terlalu tinggi dan pecahnya pembuluh darah.
Penyakit kuning juga merupakan proses terjadinnya inflamasi atau nekrosis
jaringan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi, obat-obatan, toksin, gangguan
metabolik, maupun kelainan auto imun. Infeksi yang di sebabkan virus, bakteri
maupun parasit merupakan penyebab terbanyak hepatitis akut. Virus hepatitis
merupakan penyebab terbanyak dari infeksi tersebut. Penularan virus penyakit
hepatitis dengan pemaparan terhadap darah dan produk yang berasal dari darah,
penularan melalui hubungan seksual, dan penularan vertical dari ibu ke bayi.

2.2 Gejala Penyakit Hepatitis


Gejala umumnya yaitu :
a. Nyeri atau sakit pada perut bagian kanan
b. Badan lemas.
c. Mual.
d. Demam.
e. Diare
f. Nafsu makan berkurang.
g. Air seni kuning pekat.

Yang menyebabkan penyakit kuning dalah zat yang disebut bilirubin yang
berlebihan dalam darah dan jaringan tubuh. Billirubin adalh pigmen kuning yang
terbentuk dari sel darah merah yang mati dihati. Normalnya hati menghilangkan
billirubin bersama degan sel darah merah yang tua. Kondisi apapun yang
menggaggu perpindahan billirubin dari darah ke hati atau keluar dari tubuh dapat
menyebabkan penyakit kuning.

3
2.3 Jenis-jenis Penyakit Hepatitis
Terdapat 6 jenis hepatitis yakni hepatitis A, B, C, D, E dan G . berikut
penjelasannya :
a. Hepatitis A
Hepatitis Amerupakan penyakit self-limiting dan memberikan kekebalan
seumur hidup.Hepatitis yang dulu dikenal sebagai infectious hepatitis ini adalah
penyakit enteric yang biasanya ditularkan melalui jalur tinja-mulut, yang dapat
pula ditularkan oleh makan tiram atau kerang yang berasal dari perairan yang
tercemar tinja penderita, yang tidak dimasak terlebih dahulu atau kurang
sempurna masaknya. Virus yang terdapat dalam darah penderita dan juga dalam
tinja selama masa prodromal dan pada fase awal dari icterus. Dalam waktu satu
minggu sejak terjadinnya icterus, virus menghilang dari darah dan tinja
penderita. Selain dengan car infeksi mealui mulut, virus hepatitis A dapat juga
ditularkan melalui jalur perenteral. Masa inkubasi hanya berlangsung antara 15-
40 hari. Tidak pernah ditemukan antigen hepatitis vurus B pada infeksi dengan
virus hepatitis virus hepatitis A ini sehingga tidak ada acara pemeriksaan
imunologik untuk menentukan adanya virus ini.
b. Hepatitis B
Pada hepatitis ini masa inkubasi berlangsung lebih lama daripada hepatitis
A yaitu antara 50-160 hari. Dimana padahepatitis ini dapat ditemukan HBs Ag
didalam serum penderita, meskipun tidak terus menerus positif. Hepatitis B
ditularkan dari satu penderita kepada orang lain secara oral maupun secara
parenteral. Penularan secara oral terutama sering terjadi pada orang dewasa di
daerah perkotaan. Sejumlah kecil darah yang mengandung virus hepatitis B
dapat menulari orang lain bila tertelan, misalnya terjadi pada waktu berciuman,
kontak seksual, menggunakan sikat gigi penderita dan lain sebagainnya.
Penularan melalui gigitan serangga mungkin juga bisa terjadi misalnya dengan
melalui gigita nyamuk. Oleh karena itu, maka para dokter , dokter gigi, perawat,
bidan dan pekerja yang membantu dialysis ginjal termasuk dalam kelompok
orang-orang yang mempunyai resiko tinggi untuk mrnderita hepatitis B.
c. Hepatitis C

4
Virus hepatitis C (HVC) pada dekade tahun 1970-an dikenal sebagai
penyebab kasus Hepatitis non A non B (NANB) yang merupakan sebagian
besar atau lebih dari 90% kejadian Hepatitis pada tranfusi. Saat ini Virus
Hepattitis C merupakan salah satu penyebab utama penyakit hati kronis.Hanya
sekitar 20%-30% penderita yang terinfeksi Virus hepatitis C sembuh setelah
fase akut. Fase kronis penyakit HCV ini ditandai dengan gajala klinis yang
minimal dan apabila timbul, gejala tersebut ringan dan tidak spesifik seperti rasa
lelah, lemah, mual, nafsu makan turun, dan mialgia. Aspek medis dari infeksi
HCV terutama adalah resiko terjadinya sirosis hati dan keganasan oleh karena
perjalanan penyakitnya adalah infeksi kronis.
d. Hepatitis D
Virus hepatitis delta ditemukan pertama kali oleh Rizzetto dkk Italia pada
tahun 1977 dengan menemukan antigen hepatitis delta pada sediaan biopsy hati.
Pemeriksaan serologis untuk mendiagnosis HDV baru dikembangkan pada
tahun 1980.
Virus hepatitis D merupaka virus terkecil terkecil, tidak dapat menyebabkan
infeksi bila tidak bersamaan dengan infeksi HBV, dan ditemukan pertama kali
sebagai antigen pada sel hati dari penderita yang terinfeksi HBV.
e. Hepatitis E
Hepatitis E disebut juga dengan hepatitis non-A dan non-B dengan
transminisi secara enterik(ET-NANB). Jenis hepatitis ini ditemukan pertama
kali di New Delhi, India pada tahun 1955 dimana terdapat 29000 kasus icterus
yang didefinisikasi penyebarannya melalui air dari perusahaan air minum kota
yang tercemar tinja. Pada tahun 1980 ditemukan bahwa jenis hepatitis ini secara
pemeriksaan serologis bukan hepatitis A dan juga bukan hepatitis B. virus
hepatitis E memiliki diameter 32-34 nm, berbentuk sferis dan merupakan
partikel yang tidak mempunyai penutup. Merupakan virus RNA yang terdiri
dari 7500 pasangan nukleotida rantai tunggal.
f. Hepatitis F
Sedikit kasus yang dilaporkan untuk hepatitis F, para pakar saat ini belum
sepakat mengenai hepatitis F sehingga merupakan penyakit hepatitis yang
terpisah dari hepatitis lainnya (Depskes RI, 2007)

5
g. Hepatitis G
Virus hepatitis G merupakan virus RNA rantai tunggal yang terdiri atas
9400 pasang nukleotida dan termasuk golongan flaviridae, ditularkan secara
parental.HGV adalah virus yang ditularkan melalui darah, sering didapatkan
pada pendrita penyakit darah yang mengalami transfusi berulang. Juga
penggunaan obat secara intravena. Cara lain adalah innaparent parenteral. Juga
dikenal penularan secara vertical dari ibu ke bayi yang terjadi selama proses
kelahiran dan perinatal.

2.4 Pengobatan Penyakit Hepatitis


a. Hepatitis A
Tidak ada pengobatan spesifik untuk HAV. Infeksi akut dapat dicegah
dengan pemberia imunoglobulin dalam 2 minggu setelah terinfeksi atau
menggunakan vaksin. Pederita hepatitis A akut dirawat secara rawat jalan,
tetapi 13% penderita memerlukan rawat inap, dengan indikasi muntah hebat,
dehidrasi dengan kesulitan mesukan per oral, kadar SGOT-SGPT > 10 kali
nilai normal, koagulopati, dan ensefalopati.
Pengopbatan meliputi istirahat dan pencegahan terhadap bahan
hepatotoksik, misalnya asetaminofen. Pada penderita tipe kolestatik dapat
diberikan koriskoteroid dalam jangka pendek. Pada tipe fulminan perlu
perawatan intensif dengan evaluasi waktu protrombin secara periodik.
Parameter klinis untuk prognosis yang kurang baik adalah : (1) pemanjangan
waktu protrombinlebih dari 30 detik, (2) umur penderita kurang dari 10 tahun
atau lebih dari 40 tahun, dan (3) kadar bilirubin serum lebih dari 17 mg/dl atau
waktu sejak dari ikterus menjadi ensefalopatilebih dari 7 hari.
b. Hepatitis B
Beberapa jenis vaksin untuk mencegah hepatitis B telah beredar di I
donesia. Dosis dan cara pemakaiannya hendaknya disesuaikan dengan
petunjuk-petunjuk yang diberikan bersama kemasan masing- masing vaksin.
a) B-HEPAVAC (Merck Sharp & Dohme)
Setiap mili liter mengandung 20 mcg HBsAg.
Dosis: Bayi dan anak berumur dibawah 10 tahun: 0.5 ml tiap suntikan.

6
Dewasa dan anak berumur di atas 10 tahun: 1.0 ml tiap suntikan.
Suntikan kedua diberikan 1 bulan sesudah suntikan pertama dan suntikan
ketiga diberikan 6 bulan sesudah yang kedua.
b) HEVAC-B-PASTEUR
Setiap mililiter mengandung 5 mcg HBSAg.
Vaksin ini boleh diberikan pada wanita hamil pada semua stadium, dan
bersama orang dewasa dan anak berumur diatas 10 tahun diberikan dosis
1 ml setiap suntikan intramuskuler atau subkutan sebanyak 3 suntikan.
Pada anak di bawah 10 tahun diberikan 2 x 1 ml, dengan jarak antara 2
bulan. Pada kelompok pertama jarak antara adalah 1 bulan.
c. Hepatitis C
Tabel Indikasi dan Konntradikasi Pengobatan Hepatitis C Kronis.

Indikasi Kontraindikasi pada Interferon Kontradiksi pada


Ribavirin
Peningkatan AST/LST Depresi berat Anemia (Hgb,11 g/dl)
Ditemukan HCV-RNA Dekompensasi Tidak tahan anemia
Fibrosi portal atau inflamasi Pengguna alkohol Penyakit jantung
Pada biopsi hati koroner
Pengguna obat-obatan Kehamilan
Penyakit autoimun Tidak tahan kontasepsi
Penyakit penyerta berat Penakit vaskuler perifer
Diabetes berat Gagal ginjal
Hipetensi berat Gout

Sampai sat ini belum ada laporan yang memadai untuk pengobatan infeksi
HCV akut pada anak. Sedangkan pada infeksi kronis ada beberapa laporan
tetapi tidak berskala besar, bukan penelitian multisenter, dan bukan uji klinis.
Dari laporan-laporan tersebut didapatkan sustained virologic responce
berkisar 33%-45%. Hasil ini ternyata lebih besar daripada respon pada orang
dewasa. Kemungkinan penyebabnya adalah: (1) penyakit masih pada stadium
awal, (2) tidak ada faktor yang memperberat penyakit, dan (3) dosis interferon
relatif lebih tinggi. Atau mungkin karena penelitiannya dalam ruang lingkup
yang sempit dan bukan uji klinis sehingga terjadi artefak statistik.
Dosis interferon adalah 3 MU/m2 tiga kali dalam seminggu. Dosis ribavirin
8, 12, atau 15 mg/kg BB per hari. Pada penderita hepatitis C kronis yang

7
mengalami infeksi dengan HIV, konsentrasi virus lebih tinggi dan gambaran
histologis cenderung lebih progresif; maka pemberian pegylated interferon
bersama ribavirin diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih baik.
Tabel Evaluasi Pada pengobatan Hepatitis C kronis.

Pilihan terapi Obat Penjelasan


Interferon tunggal
Interferon alfa-2a Roferon-A Dosis dapat ditingkatkan/
diperpanjang, Induksi.
Interferon alfa 2-b Intron-A
Interferon alfa-n1 Wellferon, Iymphoblastoid
IFN
Interferon beta
Interferon alfacon-1 Infergen, Consensus IFN
Ribavirin tunggal Rebetol Respon biologi dan
histologis (+), respon
virologis (-)
Kombinasi Interferon dan Rebetron Sustained response rates
Ribavirin sekitar 40%. Terapi utama.
Pegylated interferon alfa-2a Symmetrel Masih diteliti, hasil lebih
baik
Amntadin;rimantadin Flumadin Dalam penilitian
Recombinant interle ukins IL-2, IL-10, IL-12 Dalam penilitian, hasil
lebih baik
Urodeoxycholic acid Ursodiol Kurang baik
(UDCA)
Phlebotomy Actigall Hasil diperdebatkan
Thymosin alpha-1 (TAI) Kurang memuaskan
Nonsteroidal NSAIDs Kurang baik

d. Hepatitis D
Adanya infeksi secara bersamaan antara HBV dengan HDV menyebabkan
pengobatan lebih sukar daripada pengobatan pada infeksi kronis HBV.
Penggunaan interferon-alfa pada penderita HDV kronis minimal dilakukan
selama satu tahun. Bila tidak ada hasil dimana kadar ALT tetap tinggi dan
RNA HDV tetap ada, maka pengobatan dihentikan. Bila terjadi respons positif
ditandai dengan hilangnya RNA HDV dan ALT menjadi normal, maka
pemberian interferon diteruskan sampai HBsAg hilang dari serum.
e. Hepatitis F, G dan E belum ditemukan pengobatannya.

8
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Hepatitis adalah proses terjadinya inflamasi atau nekrosis jaringan hati yang
dapat disebabkan oleh infeksi, obat-oabtan, toksin, gangguan metabolik,
maupun kelainan auto imun.
2. Penularan virus penyakit hepatitis dengan pemaparan terhadap darah dan
produk yang berasal dari darah, penularan melalui hubungan seksual, dan
penularan vertical dari ibu ke bayi.
3. Terdapat 6 jenis virus penyebab hepatitis yakni :
a. Virus hepatitis A(VHA)
b. Virus hepatitis B(VHB)
c. Virus hepatitis C(VHC)
d. Virus hepatitis D(VHD)
e. Virus hepatitis E(VHE)
f. Virus hepatitis G(VHG)
4. Gejala umumnya yaitu :
a. Nyeri atau sakit pada perut bagian kanan
b. Badan lemas.
c. Mual
d. Demam.s
e. Diare
f. Nafsu makan berkurang
g. Air seni kuning pekat.
h. Kulit, seklera berwarna kuning
5. Pengobatan Hepatitis A pencegahannya bisa elalui kebersihan lingkungan,
terutama terhadap makanan dan minuman serta mejaga perilaku hidup
bersih dan sehat.
6. Pengobatan Hepatitis B akut pengobatan tidak diperlukan antiviral,
pengobatan umumnya bersifat simtomatis. Pencegahannya yaitu penapisan

9
darah pada bank darah melalu PMI, imunisasi dan menghindari faktor-
fakor penyebab terjadinya penularan.
7. Pengobatan Hepatitis B kronis Pengobatannya saat ini telah tersedia 7
macam obat hepatitis B yakni interferon alfa-2a, peginterferon alfa-2a,
lamivudin, adefovir, entecavir, telbivudin dan tenofovir.
8. Pengobatan Hepatitis C pengobatannya kombinasi pegylated intervferon
dan ribavirin. Pencegahannya yaitu menghindari faktor risiko karena
sampai saat ini belum tersedia vaksin untuk hepatitis C.
9. Pengobatan Hepatitis D tidak ada vaksin untuk mengobati hepatitis D,
tetapi orang akan terlindungi jika telah diberikan imunisasi hepatitis B.
10. Pengobatan Hepatitis E Pengobatannya belum ada obat antivrus.
Pencegahannya menjaga kebersihan lingkungan, terutama kebersihan
makanan dan minuman. Vaksinasi heptitis E belum tersedia.
11. Pengobatan Hepatitis F dan G belum ada pengobatannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hikmah, E. 2014. Penyakit Hati. http://eprints.ums.ac.id/31187/2/BAB_1_.pdf.

Juffrie, M., Soenarto, S.S.T., Oswari, H., Arief, S., Rosalina, R., Mulyani, N.S.
2012. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta : Badan Penerbit
IDAI.

Sari, W., Indrawati,L. 2008. Care Your Self Hepatitis. Jakarta : Penebar Plus.

Soedarto DTMH.1990. Penyakit-Penyakit Infeksi di Indonesia. Jakarta : Widya


Medika.

Sudoyo, A.W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4 Jilid 1. Jakarta :
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

11

Anda mungkin juga menyukai