Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

CEDERA KEPALA

Nama Dosen :

Ns. Anita mirawati M.kep,

Kelompok 10.B :

1. CHAIRUNISYA
2. GUSMA WINDA
3. PUTERI NABILLA

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

PRODI D-III KEPERAWATAN SOLOK

2019/2020
Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa. Karena kami dapat
menyelesaikan Makalah ini. Penyusunan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
“kegawatdaruratan”.

Kami menyadari dalam penulisan Makalah ini masih banyak kekurangan dalam penulisan
maupun penyususnan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
memperbaiki kesalahan dimasa yang akan datang.

Solok, 19 agustus 2019

penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Banyak istilah yang dipakai dalam menyatakan suatu trauma atau cedera pada
kepala di Indonesia. Beberapa Rumah Sakit ada yang memakai istilah cedera kepala dan
cedera otak sebagai suatu diagnosis medis untuk suatu trauma pada kepala, walaupun
secara harfiah kedua istilah tersebut sama karena memakai gradasi responds Glaso Coma
Scale (GCS) sebagai tingkat gangguan yang terjadi akibat suatu cedera di kepala.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan akibat
trauma yang mencederai kepala, maka perawat perlu mengenal neuruanatomi,
neurofisiologi, neuropatofisiologi dengan baik agar kelainan dari masalah yang
dikeluhkan atau kelainan dari pengkajian fisik yang didapat bias sekomprehensif
mungkin ditanggapi perawat yang melakukan asuhan pada klien dengan cedera kepala.
Cedera kepala meliputi trauma kepala,tengkorak, dan otak. Secara anatomis otak
dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit kepala, serta tulang dan tentorium atau helem
yang membungkusnya. Tanpa perlindungan ini otak akan mudah sekali terkena cedera
dan mengalami kerusakan. Selain itu, sekali neuron rusak tidak dapat diperbaiki lagi.
Cedera kepala dapat mengakibatkan malapetaka besar bagi seseorang.
Efek-efek ini harus dihindaridan ditemukan secepatnya oleh perawat untuk
menghindari rangkaian kejadian yang menimbulkan gangguan mental dan fisik, bahkan
kematian. Cedera kepala paling sering dan penyakit neurologis yang paling serius
diantara penyakit neurologis, dan merupakan proporsi epidemic sebagai hasil kecelakaan
jalan raya. Diperkirakan 2/3 korban dari kasus ini berusia dibawah 30 tahun dengan
jumlah laki-laki lebih banyak dari wanita. Lebih dari setengah dari semua klien cedera
kepala berat mempunyai signifikan cedera terhadap bagian tubuh lainnya. Adanya syok
hipovolemik pada klien cedera kepala biasanya karena cedera pada bagian tubuh lainnya.
Resiko utama klien yang mengalami cedera kepala adalah kerusakan otak akibat
perdarahan atau pembengkakan otak sebagai responds terhadap cedera dan menyebabkan
peningkatan tekanan intracranial.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Setelah membahas tentang “Asuhan Keperawatan Pada Klien Cedera Kepala”
mahasiswa mampu memahami “Asuhan Keperawatan Pada Klien Cedera Kepala”
2. Tujuan Khusus
Setelah membahas tentang “Asuhan Keperawatan Cedera Kepala” mahasiswa mampu :
a. Memahami dan menjelaskan Konsep Penyakit Cedera Kepala.
b. Memahami dan menjelaskan Asuhan Keperawatan Cedera Kepala.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Cedera Kepala


Cedera kepala adalah proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi
terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak.
Cedera otak primer merupakan kerusakan yang terjadi pada otak segera setelah trauma.
Cedera otak sekunder merupakan kerusakan yang berkembang kemudian sebagai
komplikasi.
Luka kulit kepala mengakibatkan perdarahan hebat karna kulit kepala kaya akan
suplai darah. Lihat pada luka untuk mengetahui bila terjadi pemaparan tulang tengkorak
atau otak dan lekukan tengkorak.

B. Klasifikasi Cedera Kepala


Cedera kepala dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan Mekanisme
a. Trauma tumpul
Trauma tumpul adalah trauma yang terjadi akibat kecelakaan kendaraan bermotor,
kecelakaan saat olahraga, kecelakaan saat bekerja, jatuh, maupun cedera akibat
kekerasan (pukulan).
b. Trauma tembus
Trauma yang terjadi karena tembakan maupun tusukan benda-benda
tajam/runcing.

2. Berdasarkan beratnya cedera


Cedera kepala berdasrkan beratnya cedera didasarkaan pada penilaian Glasgow Scala
Coma (GCS) dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Cedera kepala ringan
- GCS 13-15
- Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit.
- Tidak ada fraktur tengkorak, kontusio serebral dan hematoma.
b. Cedera kepala sedang
- GCS 9-12
- Saturasi oksigen >90%
- Tekanan darah systole >100 mmHg
- Lama kejadian < 8 jam
- Kehilangan kesadaran dan atau amnesia > 30 menit tetapi < 24 jam
- Dapat mengalami fraktur tengkorak
c. Cedera kepala berat
- GCS 3-8
- Kehilangan kesadaran dana tau amnesia > 24 jam

C. Manifestasi Klinis
1. Riwayat trauma langsung pada kepala atau deselerasi
2. Pasien harus dinilai penuh untuk trauma lainnya
3. Tingkat kesadaran ditentukan dengan GCS
4. Ketidaksimetrisan pupil atau reflex cahaya yang abnormal menunjukan perdarahan
intrakarnial
5. Sakit kepala, mual, muntah, frekuensi nadi yang menurun dan peningkatan tekanan
darah menunjukan oedema serebral

D. Patofisiologi
Mekanisme cedera memegan peranan yang sangat besar dalam menentukan berat
ringannya konsekwensi patofisiologi dari trauma kepala. Cedera percepata (aselerasi)
terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam seperti trauma
akibat pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan benda tumpul. Cedera
periambatan (deselerasi) adalah bila kepala membentur objek yang secara relatif tidak
bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara
bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba – tiba tanpa kontak langsung seperti yang
terjadi bila posisi badan berubah secara kasar adan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi
dengan pengubahan posisi rotasi pada kepala yang menyebabkan trauma regangan dan
robekan pada substansi alaba dan batang orak.
Cedera primer yang terjadi pada waktu benturan pada waktu benturan, mungkin
karena memar pada permukaan otak. Landasan substansi alba, cerdera robekan atau
hemoragi sebagai akibat, cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi
dikurangi atau tidak ada pada area cedera. Konsekwensinya meliputi : hiperemia
(peningkatan volume darah) pada area peningkatan permeabilitas kapiler serta
vasodilatasi, semua menimbulkan peningkatan isi intra kronial dan akhirnya peningkatan
tekanan intra kranial (TIK). Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan cedera otak
sekunder meliputi hipoksia dan hipotensi.

E. Tanda dan gejala


1. Sakit pada pusat luka
2. Kelainan bentuk tulang tengkorak
3. Perdarahan dari telinga atau dari hidung
4. Kebocorn cairan bening atau merah muda yang metes dari hidung atau telinga. Cairan
yang menetes ini di kenal sebagai caian serebrospinal CSF.
5. CSF dapat di deteksi dengan mencurigai cairan yang menetes di atas
sapuntangan,sarung bantal atau kain lain. CSF akan membentuk lingkaran merah
muda menyerupai lingkar darah,ini dsebut juga dengan “tanda halo”
6. Pemutihan di bawh mata (“mata musang”)
7. Pemuctan di telinga (tanda battle’s)
8. Pupil tak sama
9. Pendarahan pada kulit kepala yang hebat bila kulit terobek. Luka kulit kepala dapat
memaparkan tengkorak atau jaringan otak.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen tengkorak : AP, lateral dan posisi Towne
2. CT scan/MRI : menunjukkan kontusio, hematoma. Hidrosefalus. Oedema serebral
G. Asuhan Keperawatan Cedera Kepala
1. Identitas Klien
Nama,umur,jenis kelamin,tempat tanggal lahir,golongan darah,pendidikan
terakhir,agama,suku,status perkawinan,pekerjaan,dan alamat
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama,umur,jenis kelamin,agama,suku,hubungan dengan klien,pendidikan
terakhir,pekerjaan,dan alamat
3. Riwayat Kesehatan
Tingkat kesadaran GCS (< 15), konvulsi, muntah, dyspnea/takipnea,sakit kepala,
wajah simetris/tidak, lemah, luka di kepala. Paralise, akumulasi secret pada
saluran napas, adanya liquor dari hidung dan telinga dan kejang.
Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang berhubungan dengan
system persyarafan maupun penyakit system sistemik lainnya, demikian pula
riwayat penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit menular.
Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari klien atau keluarga sebagai data
subjektif. Data-data ini sangat berarti karena dapat mempengaruhi prognosa klien.
4. Pengkajian Persistem
- Keadaan umum
- Tingkat kesadaran : composmetis, apatis, somnolen, sopor, koma
- TTV
- Sistem pernapasan
Perubahan pola napas, baik irama, kedalaman maupun frekuensi, nafas bunyi
ronchi.
- Sistem kardiovaskuler
Apabila terjadi peningkatan TIK, tekanan darah meningkat, denyut nadi
bradikardi kemudian takikardi
- Sistem perkemihan
Inkotenensia, distensi kandung kemih
- Sistem gastrointestinal
Usus yang mengalami gangguan fungsi, mual/muntah dan mengalami
perubahan selera
- Sistem muskuloskeletal
Kelemahan otot, deformasi
- Sistem persyarafan
Gejala : kehilangan kesadaran, amnesia, vertigo, syncope, tinitus, kehilangan
pendengaran, perubahan penglihatan, gangguan pengecapan
Tanda : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan pupil, kehilangan
pengindraan, kejang, kehilangan sensasi sebagian tubuh.

a. Nervus Cranial
N.I : penurunan daya penciuman
N.II : pada trauma frontalis terjadi penurunan penglihatan
N.III, N.IV, N.VI : penurunan lapang pandang, refleks cahaya menurun,
perubahan ukuran pupil, bola mata tidak dapat mengikuti perintah,
anisokor.
N.V : gangguan mengunyah
N.VII, N.XII : lemahnya penutupan kelopak mata, hilangnya rasa pada 2/3
anterior lidah
N.VIII : penurunan pendengaran dan keseimbangan tubuh

b. Skala Koma Glasgow (GCS)


No Komponen Nilai Hasil
1 Verbal 1 Tidak berespon
2 Suara tidak dapat dimengerti, rintihan
3 Bicara kacau/kata-kata tidak tepat/tidak
nyambung dengan pertanyaan
4 Bicara membingungkan, jawaban tidak
tepat
5 Orientasi baik
2 Motori 1 Tidak berespon
2 Ekstensi abnormal
3 Fleksi abnormal
4 Menarik area nyeri
5 Melokalisasi nyeri
6 Dengan perintah
3 Reaksi 1 Tidak berespon
membuka 2 Rangsangan nyeri
mta 3 Dengan perintah (rangsangan
suara/sentuh)
4 Spontan

c. Fungsi Motorik
Setiap ekstremitas diperiksa dan dinilai dengan skala berikut yang
digunakan secara internasional :
Respon Skala
Kekuatan normal 5
Kelemahan sedang 4
Kelemahan berat (antigravity) 3
Kelemahan berat (not antigravity) 2
Gerakan trace 1
Tak ada gerakan 0

5. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri b.d trauma kepala
Tujuan : klien akan merasa nyaman dengan kriteria hasil klien tidak mengeluh
nyeri dan tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi Rasional
Kaji keluhan nyeri dengan Mengkaji skala nyeri untuk
menggunakan skala nyeri mengetahui seberapa nyeri yang
dialami klien
Mengatur posisi sesuai kebutuhan Posisi yang sesuai akan mengurangi
anak untuk mengurangi nyeri nyeri lebih terasa
Kurangi rangsangan Rangsangan akan dapat membuat
nyeri lebih terasa
Pemberian obat analgetik sesuai Obat analgetik digunakan untuk
dengan program mengurangi rasa nyeri
Ciptakan lingkungan yang nyaman Lingkungan yang nyaman akan
termasuk tempat tidur membuat klien terasa lebih nyaman
Berikan sentuhan terapeutik, lakukan Sentuhan terapeutik dapat
distraksi dan relaksasi mengurangi rasa nyeri

b. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan intrakarnial


Tujuan : perfusi jaringan serebral adekuat dengan kriteria hasil tidak ada
pusing hebat, kesadaran tidak menurun dan tidak terdapat tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakarnial.

Intervensi Rasional
Tinggikan posisi kepala 15-30 Untuk menurunkan tekanan vena
derajat dengan posisi juguralis
“midlien”.
Hindari hal-hal yang dapat Peningkatan tekanan intrakarnial dapat
menyebabkan terjadinya merubah perfusi jaringan serebral
peningkatan tekanan
intrakarnial
Pembalikan posisi dari Perubahan posisi akan memberi rasa
samping ke samping klien lebuh nyaman
Bila akan memiringkan klien, Tekukan hindari agar tidak terjadi rasa
harus menghindari adanya nyeri pada klien
tekukan pada anggota badan,
fleksi
Berikan pelembek tinja Pelembek tinja untuk mencegah adanya
valsava maneuver
Ciptakan lingkungan yang Lingkungan yang nyaman akan memberi
tenang rasa lebih nyaman pada klien
Pemberian obat-obatan sesuai Obat-obatan untuk mengurangi
program edema/tekanan intrakarnial sesuai
program
Lakukan pemasangan NGT Pemasangan NGT untuk mencegah
bila indikasi untuk mencegah terjadinya aspirasi dan memenuhi
aspirasi dan pemenuhan nutrisi kebutuhan nutrisi klien

c. Kurangnya perawatan diri b.d tirah baring dan menurunna kesadarn


Tujuan : kebutuhan sehari-hari klien terpenuhi dengan kriteria hasil BB stabil,
tempat tidur bersih, tubuh klien bersih, tidak ada iritasi pada kulit, BAB/BAK
dapat dibantu

Intervensi Rasional
Bantu klien dalam memenuhi Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
kebutuhan sehari-hari klien
Berikan makanan via parental Makanan via parental untuk memenuhi
bila ada indikasi nutrisi klien
Perawatan kateter bila terpasang Kateter yang bersih akan membuat klien
lebih nyaman
Kaji adanya konstipasi, bila Konstipasi akan membuat klien merasa
perlu pemakaian pelembek tinja tidak nyaman
untuk memudahkan BAB
Libatkan keluarga dalam Agar kebutuhan sehari-hari klien
perawatan pemenuhan terpenuhi
kebutuhan sehari-hari
6. Implementasi
Implementasi dilakukan berdasarkan pengkajian diagnosa keperawatan
dan intervensi.

7. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan
intervensi dan implementasi
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Cedera kepala atau cedera otak merupakan suatu gangguan traumatik dari fungsi
otak yang di sertai atau tanpa di sertai perdarahan innterstiil dalm substansi otak tanpa di
ikuti terputusnya kontinuitas otak.
Penyebab dari cedera kepala adalah adanya trauma pada kepala meliputi trauma
oleh benda/serpihan tulang yang menembus jaringan otak, efek dari kekuatan atau energi
yang diteruskan ke otak dan efek percepatan dan perlambatan (ekselerasi-deselarasi) pada
otak.
B. Saran
Setelah pembuatan makalah ini sukses diharapkan agar mahasiswa giat membaca
makalah ini, dan mencari ilmu yang lebih banyak diluar dari makalah ini terkait tentang
meteri dalam pembahasan, dan tidak hanya berpatokan dengan satu sumber ilmu (materi
terkait), sehingga dalam tindakan keperawatan dapat menerapkan asuhan keperawatan
pada klien dengan cedera kepala.
Saran yang disampaikan kepada Mahasiswa Keperawatan adalah :
1. Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan cedera kepala.
2. Dapat menilai batasan GCS.
3. Lebih teliti dalam memberikan intervensi keperawatan kepada klien dengan cedera
kepala.
4. Dapat memberikan pendidikan kesehatan terhadap keluarga maupun klien, baik di
rumah sakit maupun di rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Hammond , Belinda. 2013. Keperawatan Gawat Darurat Dan Bencana Sheehy. Indonesia: Hooi
Ping Chee.

Hudak & Gallo. 1996. Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC.

Mancini, Mary. 1994. Prosedur Keperawatan Darurat. Jakarta: EGC.

Arif Muttaqin. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salema Medika

Anda mungkin juga menyukai