Anda di halaman 1dari 11

1.

Artritis adalah peradangan pada satua atau lebih persendian, yang disertai dengan rasa
sakit, kebengkakan, kekakuan, dan keterbatasan bergerak.
2. 1) Osteoarthritis
Osteoarthritis disebut juga sebagai penyakit sendi degeneratif yang disebabkan oleh
proses penuaan. Arthritis jenis ini biasanya menyerang berbagai sendi seperti pada
lutut, pinggul, tulang belakang, kaki, dan pangkal ibu jari.
2) Rheumatoid Arthritis
Pada rheumatoid arthritis, sistem kekebalan tubuh malah menyerang membran
sinovial yang mengakibatkan nyeri, pembengkakan, serta kekakuan pada sendi.
3) Psoriatic Arthritis
Psoriatic arthritis memiliki banyak kesamaan dengan rheumatoid arthritis, terutama
karena keduanya merupakan penyakit autoimun. Kondisi ini sering terjadi pada
orang-orang yang menderita psoriasis
4) Gout
Gout disebabkan karena gangguan metabolisme asam urat dalam tubuh sehingga
menghasilkan kristal asam urat yang disimpan pada sendi, terutama pada jempol
kaki.
5) Juvenile Arthritis
Semua jenis arthritis yang terjadi pada anak-anak termasuk dalam kategori juvenile
arthritis. Kondisi yang paling sering muncul adalah juvenile rheumatoid arthritis
yang terdiri dari tiga jenis yakni pauciarticular, polyarticular, dan sistemik. Juvenile
arthritis didiagnosis ketika gejala muncul setidaknya setelah 6 minggu terakhir.
6) Infectious Arthritis
Infectious arthritis disebabkan karena infeksi oleh jamur, virus, atau bakteri.
Arthritis septik terjadi karena infeksi oleh bakteri. Sebagai contoh, tuberculous
arthritis terjadi karena penderita terkena penyakit TBC
7) Ankylosing Spondylitis
Ankylosing Spondylitis merupakan penyakit kronis dan mengakibatkan inflamasi
yang cukup parah, terutama terjadi pada tulang belakang. Kondisi ini dapat
menyebabkan kekakuan pada tulang belakang. Nyeri punggung bawah yang disertai
dengan kekakuan yang terus menerus selama beberapa bulan merupakan gejala yang
paling sering muncul.
8) Polymyalgia Rheumatica
Kondisi ini sering menyerang penderita yang berusia di atas lima puluh tahun.
Polymyalgia rheumatica menyebabkan sakit parah dan kekakuan pada bahu,
pinggul, dan leher.
9) Systemic Lupus Erythematosus
Systemic lupus erythematosus adalah penyakit autoimun yang mempengaruhi
seluruh sistem tubuh bersamaan dengan beberapa organ dalam. Kondisi ini biasanya
terjadi pada wanita ketika pada masa-masa pengasuhan anak.
10) Fibromyalgia
Jenis arthritis ini mempengaruhi jaringan lunak tubuh dan disebabkan karena
kerusakan fungsi neurotransmitter di otak yang ditandai dengan kekakuan, pegal,
dan nyeri otot.
3. Pada rheumatoid arthritis, sistem kekebalan tubuh malah menyerang membran sinovial
yang mengakibatkan nyeri, pembengkakan, serta kekakuan pada sendi.
Gout disebabkan karena gangguan metabolisme asam urat dalam tubuh sehingga
menghasilkan kristal asam urat yang disimpan pada sendi, terutama pada jempol kaki.
Osteoarthritis disebut juga sebagai penyakit sendi degeneratif yang disebabkan oleh
proses penuaan. Arthritis jenis ini biasanya menyerang berbagai sendi seperti pada
lutut, pinggul, tulang belakang, kaki, dan pangkal ibu jari.

4. etiologi

 usia lebih dari 40 tahun

 jenis kelamin wanita lebih sering

5. Sendi terasa hangat atau panas.


Empuk dan lembut saat disentuh.
Pembengkakan muncul pada sendi.
Kelelahan.
Demam.
Nafsu makan berkurang.
Sendi terasa kaku, terutama di pagi hari dan setelah lama tidak bergerak.
Kekurangan darah atau anemia.
6. Tes darah untuk mengetahui jika ada penyebab lain terjadinya nyeri sendi.

 X-ray untuk melihat taji tulang di sekitar persendian.

 Analisis cairan persendian untuk memeriksa apakah nyeri yang muncul


diakibatkan oleh infeksi atau kristal asam urat.

 MRI untuk melihat jaringan lunak, tulang dan tulang rawan secara lebih rinci.

7. a. Medikamentosa

b. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktifitas yang berlebihan pada sendi yang
sakit

c. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri

d. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cidera

e. Dukung pisikososial

f. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin serta program latihan yang tepat
g. Diet untuk menurunkan Berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan

h. Diet rendah purin

8. Pengkajian

1) Riwayat kesehatan

a. Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan atau pada tungkai

b. Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode atau waktu sebelum pasien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi

2) Pemeriksaaan Fisik

a. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi ( Bilateral ), amati warna
kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit dan pembengkakan

b. Lakukan pengukuran pasif range of mation pada sendi-sendi sinovial

 catat bila ada deviasi ( Keterbatasan gerak sendi )


 Catat bila ada krepitasi
 Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakan
 Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bileteral
 Catat bila ada atrofi, tonus yang berkurang
 Ukur kekuatan otot
 Kaji tingkat nyeri derajat dan lainnya
 Kaji aktivitas ataukegiatan sehari hari

3) Riwayat psikososial

9. Diagnosa arttritis

 Nyeri Akut

 Definisi

Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan


kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan sebagai
kerusakan ( International Association for the study of Pain) , awitan yang tiba
iba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat, dengan berakhirnya
dapat diantisipasi atau diprediksi, dan dengan durasi kurang dari 3 bulan.

 Batasan Karaterstik

1. Perubahan selera makan


2.Perubahan pada parameter fisiologis

3. Diaforesis

4.Perilaku distraksi

5.Bukti nyeri dengan menggunakan standardaftar periksa nyeri untuk pasien


yang tidak dapat mengungkapkannya

6.Perilaku ekspresif

7.Ekspresi wajah nyeri

8.Sikap tubuh melindungi

9. Putus asa

10.Fokus menyempit

11. Sikap melindungi area nyeri

12.Perilaku protektif

13.Laporan tentang perilaku nyeri /perubahan aktivitas

14. Dilatasi pupil

15.Fokus pada diri sendiri

16.Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri

17. Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar


instrumen nyeri

 Faktor yang brhubungan

1.Agens cedera fisik

2. Agens Cedera biologis

10. NOC

Berat Cukup Sedang Ringan Tidak


berat ada
Skala 1 2 3 4 5
outcome
keseluruhan
Indkator
210201 Nyeri yang 1 2 3 4 5
dilaporkan
210204 Panjangnya 1 2 3 4 5
episod nyeri
210221 Menggosok 1 2 3 4 5
area yang
terkena
dampak
210217 Mengerang dan 1 2 3 4 5
menangis
210206 Ekspresi nyeri 1 2 3 4 5
wajah
210208 Tidak bisa 1 2 3 4 5
beristirahat
210222 Agitasi 1 2 3 4 5
210223 Iritabilitas 1 2 3 4 5
210224 Mengeringit 1 2 3 4 5
210225 Mengeluarkan 1 2 3 4 5
keringat
210226 Berkeringat 1 2 3 4 5
berlebihan
210218 Mondar mandir 1 2 3 4 5
210219 Fokus 1 2 3 4 5
menyempit
210209 Ketegangan 1 2 3 4 5
otot
210215 Kehilangan 1 2 3 4 5
nafsu makan
210227 Mual 1 2 3 4 5
210228 Intoleransi 1 2 3 4 5
makanan
Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi Tidak
berat dari yang sedang ringan ada
kisaran cukup dari dari deviasi
normal cukup kisaran kisaran dari
berat dari normal normal kisaran
kisaran normal
normal
210210 Frekuensi 1 2 3 4 5
nafas
210211 Denyut jantung 1 2 3 4 5
abikal
210220 Denyut nadi 1 2 3 4 5
radial
210212 Tekanan darah 1 2 3 4 5
210214 Berkeringat 1 2 3 4 5
11. manajemen nyeri 1400

aktivitas- aktivitas:
a. lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik,onset/durasi, frekuensi,kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan
faktor pencetus.
b. observasi adanya petunjuk nonverbalmengenai ketidaknyamanan terutama
pada mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif.
c. pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan yang
ketat.
d. gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
dan sampaikan penerimaan pasien terhdap nyeri.
e. gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
f. pertimbangkan pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g. tentukanakibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien
(misalnya, tidur,nafsu makan, pengertian, perasaan, hubungan, perfoma kerja
dan tanggung jawab peran)
h. gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memberatkan
nyeri
i. evaluasi pengalaman nyeri dimasa lalu yang meliputi riwayat nyeri kronik
individu atau keluarga atau nyeri yang menyebabkan
disability/ketidakmampuan/kecatatan dengan tepat
j. evaluasi brsama pasien dan tim kesehatan lainnya, mengenai efektifitas
tindakan pengontrolan nyeri yang pernah digunakan sebelumnya.
k. bantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan
l. gunakan metode penilaian yang sesuai dengan tahap perkembangan yang
memungkinkan untuk memonitor perubahan nyeri yang akan dapat membantu
mengidentifkasikan faktor pencetus aktual dan pontesial
m. tentukan kebutuhan frekuensi untuk melakukan pengkajian ketidaknyamanan
pasien dan mengimplementasikan rencana monitor.
12. Defenisi Osteoporosis
Osteoporosis adaah suatu penyakit dengan tanda utama berupa berkurangnya
kepadatan massa tulang, yang berakibat meningkatnya kerapuhan tulang dan
meningkatnya resiko patah tulang (WHO, International Consensus Development
Conference, Roma, 1992).
Massa tulang laki – laki dan perempuan akan berkurang seiring bertambahnya
usia. Massa tulang pada perempuan berkurang lebih cepat dibanding dengan laki – laki.
Hal ini terjadi karena pada masa menopause, fungsi ovarium menurun drastis dan
berdampak pada produksi hormon estrogen dan progesteron. Saat hormon estrogen
turun kadarnya karena lansia, maka terjadilah penurunan kerja sel osteoblas (
pembentukan tulang baru) dan terjadi peningkatan kerja sel osteoklas ( penghancur
tulang).
13. Penyebab Osteoporosis
Penyebab osteoporosis secara garis besar dikelompokkan dalam dua kategori:
a) Penyebab primer
Penyebab primer ini dapat terjadi karena menopause, usia lanjut dan penyebab
– penyebab lain yang belum diketahui secara pasti.
b) Penyebab skunder
Penyebab skunder dari penyakit ini adalah karena adanya penggunaan obat
koryikosteroid, gangguan metabolisme, gizi buruk, penyakit tulang sumsum,
gangguan fungsi ginjal, penyakit hepar, penyakit paru kronis, cedera urat saraf
tulang belakang, rematik, transplantasi organ.
14. Manifestasi Klinis Osteoporosis.
Pada awalnya penderita osteoporosis tidak mengetahui mereka menderita
osteoporosis. Namun, seiring berjalannya waktu muncullah gejala – gejala berikut:
a. Nyeri terus menerus
b. Tubuh memendek
c. Mudah menderita patah tulang, terutama tulang pinggul
d. Disertai gejala menopause, panas, banyak keringat, keputihan dan susah tidur
e. Pasca menopause, pelupa dan nyeri tulang belakang.
15. Pemeriksaan diagnostik Osteoporosis.
Osteoporosis teridentifikasi pada pemeriksaan sinar-x rutin bila sudah terjadi
demineralisasi 25% sampai 40%. Tampak radiolusesnsi tulang. Ketika vertebra kolaps,
vertebra torakalis menjadi berbentuk baji dan vertebra lumbalis menjadi bikonkaf.
Pemeriksaan laboratorium (missal kalsium serum, fosfat, serum, fosfatase
alkalu, ekskresi kalsium urine, ekskresi hidroksi prolin urine, hematokrit, laju endap
darah), dan sinar-x dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis medis lain
(missal ; osteomalasia, hiperparatiroidisme, dlll) yang juga menyumbang terjadinya
kehilangan tulang. Pemeriksaan laboratorium
a. Kadar Ca., P dan alkali posfatase tidak menunjukkan kelainan yang nyata.
b. Kadar HPT (pada post menopause kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi
estrogen merangsang pembentukan Ct)
c. Kadar 1,25-(OH)2-D3 dan absorbsi CA menurun.
d. Ekskresi fosfat dan hydroksyproline terganggu sehingga meningkat kadarnya.
Absorbsiometri foton-tunggal dapat digunakan untuk memantau massa tulang
pada tulang kortikal pada sendi pergelangan tangan. Absorpsiometri dual-foton, dual
energy x-ray absorpsiometry (DEXA) , dan CT mampu memberikan informasi
menganai massa tulang pada tulang belakang dan panggul. Sangat berguna untuk
mengidentifikasi tulang osteoporosis dan mengkaji respon terhadap terapi
16. Penatalaksanaan Osteoporosis.
Pada osteoporosis biasanya tidak dapat disembuhkan seperti sediakala namun,prinsip
pengobatan yang selalu digunakan adalah:
a. Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan
pembentukan tulan adalah Na-fluorida dan steroid anabolik
b. Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi
tulang adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat
Pada osteoporosis yang telah mengalami patah tulang panggul, biasanya diatasi
dengan pembedahan, patah tulang pergelangan biasanya di gips, jika terjadi penipisan
tulang disertai dengan nyeri hebat, maka diberikan pereda nyeri, dipasangi support baxk
brace dan dilakukan terapi fisik dengan melakukan kompres nyeri selama 10 – 20 menit.
17. Pengkajian pada pasien Osteoporosis,
a. Anamnesa.
 Identitas Klien.
 Identitas Penanggungjawab.
 Keluhan Utama.
 Riwayat Penyakit Sekarang.
 Riwayat Penyakit Dahulu.
 Riwayat Penyakit Keluarga.
b. Pemeriksaan Fisik.
 Vital Signs.
 Head to Toe.
 B1 (Breathing).
Inspeksi: ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang.
Palpasi: takti fremiktus seimbang kanan kiri.
Perkusi: suara resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi: pada kasus lanjut usia biasanya didapatkan suara ronchi.
 B2 (Blood).
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan pusing.
Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau
edema yang berkaitan dengan efek obat.
 B3 (Brain).
Kesadaran biasanya composmetis, pada kasus yang lebih parah klien dapat
mengeluh pusing dan gelisah.
a. Kepala dan wajah: ada sianosis.
b. Mata: sclera biasanya anikterik konjungtiva an anemis.
c. Leher: biasanya JVP dalam normal.
Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari dan
halus merupakan indikasi adanya 1 fraktur atau lebih, fraktur konfreksi fertebra.

 B4 (Bladder).
Produksiurin biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada system
perkemihan.
 B5 (Bowel).
Untuk kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi namun perlu dikaji
frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses.
 B6 (Bone).
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna fertebraris. Klien osteoporosis sering
menunjukan kifosis atau gibbus dan penurunan tinggi badan dan berat badan. Ada
perubahan gaya berjalan, dekormitas tulang, leg-lengthinequeity dan nyeri spinal.
Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah antara fentebra torakalis 8 dan lumbalis 3.
c. Pemeriksaan Penunjang.
 Radiologi.
Gejala radiologi yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun yang
dapat dilihat pada fetebra spenalis. Dinding dekat korbus fetebra biasanya
merupakan lokasi yang paling berat. Penipisan korteks dan hilangnya trabekula
transfersal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus fetebra
menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nucleus pulposus ke dalam
ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.
 CT Scan.
Dapat mengurkur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai penting
dalam diagnostic dan terapi follow up. Mineral fetebra diatas 110mg/cm3 biasanya
tidak menimbulkan fraktur vertebra atau penonjolan,sedangkan mineral vertebra
dibawah 65 mg/cm3 ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.
18. Diagnosa Keperawatan pada pasien Osteoporosis.
Hambatan Mobilitas Fisik.
 Definisi: keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ektermitas secara
mandiri dan terarah.
 Batasan karakteristik.
a. Gangguan sikap berjalan.
b. Penurunan keterampilan motoric halus.
c. Penurunan keterampilan motoric kasar.
d. Penurunan rentan gerak.
e. Waktu reaksi memanjang.
f. Kesulitan membolak-balik posisi.
g. Ketidakyamanan.
h. Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan.
i. Dispnea setelah beraktifitas.
j. Tremor akibat bergerak.
k. Gerakan lambat.
l. Gerakan tidak terkoordinasi.
 Faktor yang berhubungan.
a. Intoleransi aktivitas.
b. Ansietas.
c. Indeks massa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia.
d. Kepercayaan budaya tentang aktivitas yang tepat.
e. Penurunan kekuatan otot.
f. Penurutan kendali otot.
g. Penurunan massa otot.
h. Penurunan ketahanan tubuh.
i. Depresi.
j. Disuse.
k. Kurang dukungan lingkungan.
l. Kurang pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik.
m. Kaku sendi.
n. Malnutrisi.
o. Nyeri.
p. Fisik tidak bugar.
q. Keengganan memulai pergerakan.
r. Gaya hidup kurang gerak.
 Kondisi terkait.
a. Kerusakan integritas struktur tulang.
b. Gangguan fungsi kognitif.
c. Gangguan metabolisme.
d. Kontraktur.
e. Keterlambatan perkembangan.
f. Gangguan musculoskeletal.
g. Gangguan neuromuscular.
h. Agens farmaseutia.
i. Program pembatasan gerak.
j. Gangguan sensoriperseptual.
19. NOC.
Pergerakan sendi (0206).
Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi Tidak ada
berat dari yang sedang ringan dari deviasi
kisaran cukup dari kisaran dari
normal. besar dari kisaran normal. kisaran
kisaran normal. normal.
normal.
Skala
outcome
keseluruhan
Indikator.
020601 Rahang 1 2 3 4 5
020602 Leher 1 2 3 4 5
020620 Punggung 1 2 3 4 5
020603 Jari (kanan) 1 2 3 4 5
020604 Jari (kiri) 1 2 3 4 5
020605 Jempol (kanan) 1 2 3 4 5
020606 Jempol (kiri) 1 2 3 4 5
020607 Pergelangan tangan 1 2 3 4 5
(kanan)
020608 Pergelangan tangan 1 2 3 4 5
(kiri)
020609 Siku (kanan) 1 2 3 4 5
020610 Siku (kiri) 1 2 3 4 5
020611 Bahu(kanan) 1 2 3 4 5
020612 Bahu(kiri) 1 2 3 4 5
020613 Pergelangan kaki 1 2 3 4 5
(kanan)
020614 Pergelangan kaki 1 2 3 4 5
(kiri)
020615 Lutut (kanan) 1 2 3 4 5
020616 Lutut (kiri) 1 2 3 4 5
020617 Panggul (kanan) 1 2 3 4 5
020618 Panggul (kiri) 1 2 3 4 5
20. NIC.
Peningkatan mekanika tubuh (0140).
a. Kaji komitmen pasien untuk belajar dan menggunakan postur tubuh yang benar
b. Kolaborasikan dengan fisioterapis dalam mengembangkan peningkatan mekanika
tubuh sesuai indikasi
c. Kaji pemahaman pasien mengenai mekanika tubuh dan latihan
d. Informasikan pada pasien tentang struktur dan fungsi tulang belakang dan postur
yang optimal untuk bergerak dan menggunakan tubuh
e. Edukasi pasien tentang pentingnya postur tubuh yang benar untuk mencegah
kelelahan,ketegangan atau injuri
f. Edukasi pasien mengenai bagaimana menggunakan postur tubuh dan mekanika
tubuh untuk mencegah injuri saat melakukan berbagai aktivitas
g. Instruksikan pasien untuk menghindari tidur dengan posisi telungkup
h. Bantu untuk mendemonstrasikan posisi tidur yang tepat
i. Gunakan prinsip mekanika tubuh ketika menangani pasien dan memindahkan
peralatan
j. Bantu pasien untuk mengidentifikasi latihan postur tubuh yang sesuai
k. Bantu pasien untuk memilih aktivitas pemanasan sebelum memulai latihan atau
memulai pekerjaan yang tidak dilakukan secara rutin sebelumnya
l. Bantu pasien melakukan latihan fleksi untuk memfasilitasi mobilisasi punggung
sesuai indikasi
m. Monitor perbaikan postur tubuh atau mekanika tubuh pasien
n. Berikan informasi tentang kemungkinan positif penyebab nyeri otot atau sendi.

Anda mungkin juga menyukai