PEMERIKSAAN WIDAL
DISUSUN OLEH
NPM : 85AK17004
KELAS : A
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
“Pemeriksaan Widal".
Penyusunan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas dari
terima kasih kepada pihak yang telah membantu atau membimbing dalam
Penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
kemajuan ilmu pada umumnya dan kemajuan bidang pendidikan pada khususnya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
Penulis
7
BAB I
PENDHULUAN
Terdapat ratusan jenis bakteri Salmonella, tetapi hanya 4 jenis yang dapat
Apabila kuman yang masuk kedalam tubuh sangat banyak dan mampu
menembus dinding usus serta dapat masuk kealiran darah hingga menyebar
keseluruh tubuh. Maka hal ini akan dapat menimbulkan infeksi pada organ
tubuh lain diluar saluran cerna. Pada hari pertama, seringkali kesulitan
mendadak dengan suhu sangat tinggi, dan demam akan tururn secara cepat
dihari ke 5-6. Bila demam sudah berlangsung lebih dari 7 hari, maka sangat
berdarah. Gejala lain yang sering menyertai adalah gejala pada pencernaan
8
Untuk mengidentifikasi kejadian penyakit typoid dilakukan dengan
(Tumbelaka, 2003).
1.4 Manfaat
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang berbentuk basil, gram negatif, fakultatif aerob, bergerak dengan flagel
pertrich, mudah tumbuh pada perbenihan biasa dan tumbuh baik pada
manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi Salmonella typhi dapat berakibat
fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia.
Menurut Herawati dkk, 2013. Sifat dari bakteri diatas adalah sabagai berikut :
2.2.1 Bentuk batang, gram negatif, fakultatif aerob, bergerak dengan flagel
pertrich, mudah tumbuh pada perbenihan biasa dan tumbuh baik pada
10
2.2.2 Sebagian besar Salmonella typhi bersifat pathogen pada binatang dan
2.2.3 Dialam bebas salmonella typhi dapat tahan hidup lama dalam air , tanah
atau pada bahan makanan. di dalam feses diluar tubuh manusia tahan
2.3.1 Antigen O
terhadap pemenasan 100oC selama 2-5 jam, alcohol dan asam yang
encer.
2.3.2 Antigen H
fili Salmonella typhi dan berstruktur kimia protein. Antigen ini tidak
aktif pada pemanasan di atas suhu 60oC, dan pemberian alcohol atau
asam.
2.3.3 Antigen Vi
rusak bila dipanaskan selama 1 jam pada suhu 60oC, dengan pemberian
asam dan fenol. Antigen ini digunakan untuk mengetahui adanya karier.
11
2.3.4 Outer Membrane Protein (OMP)
dikenal dengan Salmonella typhi (S. typhi). Penyakit ini masih sering
seperti Indonesia. Sampai saat ini demam tifoid masih menjadi masalah
kesehatan lingkungan, sanitasi dan sumber air yang tidak higienis diperparah
2.5 Patogenesis
masuknya kuman melalui makanan dan minuman yang tercemar melalui jalur
12
melalui beberapa proses respon imun baik lokal maupun sistemik, spesifik
usus halus. Keasaman lambung (PH ≤ 3,5) menjadi salah satu faktor penting
kuman S. typhi dapat bertahan karena memiliki gen ATR (acid tolerance
Setelah masuk ke saluran cerna dan mencapai usus halus, S. typhi akan
menemui dua mekanisme non spesifik yaitu motilitas dan flora normal usus
propria, menetap dan berkembang biak. Kuman akan berkembang biak dalam
2003).
Pada dinding sel S. typhi terdapat pirogen LPS (endotoksin) dan sedikit
13
untuk merangsang respons imun makrofag dan sel lain untuk menginduksi
sitokin dan aktivasi reseptor sitokin : reseptor sitokin tipe I (untuk IL-2, IL-3,
IL-4, IL-5, IL-7, IL-9, 17 IL-11, IL-12, IL-13, IL-15) ; reseptor sitokin tipe II
(untuk 1FN-α/β, IFN-γ, IL10); reseptor TNF (untuk TNF, CD4OL, Fas);
sendi, otot-otot, dan nyeri pada daerah saluran cerna. Sitokin memengaruhi
kenaikan titer antibodi terhadap antigen S. typhi. Peran imunitas seluler yaitu
14
dalam penyembuhan penyakit. Pada infeksi primer, respon humoral melalui
sel limfosit B akan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang akan merangsang
antibodi O (IgM) yang muncul pada hari ke 3-4 demam, kemudian disusul
2003).
duktus torasikus masuk ke dalam aliran darah sistemik. Setelah 24-72 jam
terjadi bakteriemia primer namun jumlah kuman belum terlalu banyak maka
biak. Di organ ini kuman menjalani masa inkubasi selama 10-14 hari, dalam
organ RES kuman berkembang pesat dan kembali masuk ke peredaran darah
(Tumbelaka, 2003).
15
Dalam usus halus, bakteri Salmonella yang berpenetrasi di epitel dan
biokimia yang terjadi saat penetrasi belum diketahui dengan jelas, tetapi
2.7.2 Endotoksin
yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari
16
kematian. Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika
tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat (Herawati
dkk, 2013).
ditemukan, yaitu :
2.8.1 Demam
febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama,
pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan
terjadi diare.
17
2.8.3 Gangguan kesadaran
dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau
keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya
yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah,
obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis.
melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh feses atau urin dari
typhi, yaitu :
18
masa penyembuhan penderita pada umumnya masih mengandung bibit
tifoid, tanpa disertai gejala klinis. Pada penderita demam tifoid yang
Salmonella typhi di feces atau urin. Penderita ini disebut karier pasca
penyembuhan.
Pada demam tifoid sumber infeksi dari karier kronis adalah kandung
empedu dan ginjal (infeksi kronis, batu atau kelainan anatomi). Oleh
karena itu apabila terapi medika-mentosa dengan obat anti tifoid gagal,
kelainan anatominya.
dkk. 2013).
19
bakteri), dan aglutinin Vi (simpai bakteri). Deteksi aglutinin baik O dan atau
pertama demam, biasanya setelah hari ke-4 yang akan terus meningkat
secara cepat dan mencapai puncak pada minggu keempat, akan tetap tinggi
timbul pada fase akut demam tifoid, kemudian disusul dengan peningkatan
tifoid yang telah sembuh hingga 4-6 bulan pasca demam tifoid, sedangkan
aglutinin H akan lebih lama menetap dalam darah yaitu sekitar 9-12 bulan
Reaksi widal adalah suatu reaksi serum untuk mengetahui ada tidaknya
aglutinasi, dikatakan reaksi widal positif yang berarti serum orang tersebut
0,08 ml 1 : 20
0,04 ml 1 : 40
20
0,02 ml 1 : 80
0,01 ml 1 : 160
0,005 ml 1 : 320
a. Prinsip
ELISA.
b. Kelebihan
21
c. Kekurangan
antigen lain. Hasil berupa false negative dapat terjadi apabila uji
terdeteksi.
a. Prinsip
b. Kelebihan
jam.
22
c. Kekurangan
yaitu :
pembentukan antibodi.
23
e. Pemakaian obat imunosupresif atau kortikosteroid dapat
24
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.2 Metode
3.3 Prinsip
Prinsip reaksi aglutinasi : Reaksi antara antigen dan antibodi yang ditandai
e. Jenis tes.
g. No MR.
h. Ruang.
2. Persiapan pasien.
Pasien dalam keadaan tenang, rilek dan kooperatif dan motivasi : sakit
sedikit, proses cepat dan diberi penjelasan perlu atau tidak untuk puasa.
25
3. Strategi Komunikasi
a. Mengucapkan salam.
lengkap.
pemeriksaan.
f. Mengucapkan terimakasih.
g. Persiapan alat dan bahan yang digunakan pada praktikum yaitu tabung
BH.
3.5 Analitik
26
7. Campur serum dan reagen menggunakan aplikator pada masing-masing
pengenceran : Untuk anti-O : 1/60 dan lebih tinggi lagi untuk anti-H
(seusaikan dengan interpretasi KIT dan cut-off). Jika gejala klinik khas maka
anti-O cukup 1/320. Baik anti-O maupun anti-H akan mengikat sesudah
vaksinasi tetapi aglutinin akan turun lebih dahulu dan umunya negative
kenaikan titer. untuk member tes widal yang baik, tes widal diulang
27
BAB IV
4.1 Hasil
80µl.
0,08 ml 1 : 20
Titer : 1/20.
Aglutinasi : Reagen
0,02 ml 1 : 80
AH.
0,01 ml 1 : 160
0,005 ml
1 : 320
28
aglutinasi : Reaksi antara antigen dan antibodi yang ditandai dengan adanya
dengan titer 1/20 dengan serum 80µl dan terjadi aglutinasi pada reaksi Ab-Ag
AH, uji widal dianggap positive bila titer antibodi 1/80, baik aglutinin O
semakin tinggi adanya infeksi yang terjadi. Semua reagen (Suspensi antigen
sampel, volume sesuai kebutuhan reagen dan sampel disimpan dalam lemari
pendingin yang terpisah. Semua reagen yang akan digunakan terlebih dahulu
di stabil pada suhu ruagan yaitu 220C – 260C untuk mencegah penggumpalan
kesalahan dalam pemeriksaan widal. Namun Suhu ruangan tidak boleh panas,
dengan sirkulasi udara yang baik maka disarankan suhu dipertahankan antara
29
dan aglutinin Vi (simpai bakteri). Deteksi aglutinin baik O dan atau H
pertama demam, biasanya setelah hari ke-4 yang akan terus meningkat secara
cepat dan mencapai puncak pada minggu keempat, akan tetap tinggi selama
Aglutinin O masih terdeteksi dalam darah penderita demam tifoid yang telah
sembuh hingga 4-6 bulan pasca demam tifoid, sedangkan aglutinin H akan
Tes Widal umumnya menunjukan hasil positif pada hari ke 5 atau lebih
karena itu bila infeksi baru berlangsung beberapa hari sering kali hasil tes
diulang beberapa hari kedepan. Dengan demikian hasil tes Widal negatif
spesifisitas yang rendah. Selain itu tes Widal dapat menyebabkan hasil
Enterobacteriaciae.
30
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1/20 dengan serum 80µl dan terjadi aglutinasi pada reaksi Ab-Ag AH, uji
widal dianggap positive bila titer antibodi 1/80 agglutinin O lebih bernilai
pemeriksaan yaitu vaksinasi, pada orang yang divaksinasi demam tifoid, titer
selama 1 atau 2 tahun, serta terjadi aglutinasi silang, karena beberapa spesies
aglutinasi pada satu spesies dapat juga menimbulkan reaksi aglutinasi pada
spesies lain.
5.2 Saran
hasil.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
LAMPIRAN
33