Teknik heparinisasi
1. Discontinous heparinization
Teknik heparinisasi ini cukup sederhana, sering dilaksanakan
dilapangan. Takaran aw al (loading dose) 1000 - 2000 IU heparin
kedalam arterial line segera setelah konektor dihubungkan dengan
dializer. Pada pertengahan sesi hemodialisis (Mid
dialysis) diberikan lagi 1000 - 2000 IU heparin. Jumlah takaran total
antara 4000 -5000 IU heparin.
2. Conti nous heparinazation
Teknik heparinisasi ini menggunakan infusion pump. Takaran
awal (loading dose) cukup 1000 - 2000 IU heparin, dilanjutkan
takaran pemeliharaan 500 -1000 IU heparin perjam. Jumlah
takaran total 4000 -5000 IU heparin.
3. Teknik modifikasi heparin isasi .
Indikasi pada pasien dengan resiko perdarahan seperti :
Gastritis erosif
Hematom subdural
Perikarditis
Trombositopeni dan trombopati
Paska operasi
Beberapa teknik modifikasi heparinisasi seperti heparinisasi
regional, free heparinization, LMWH, atau pemberian antitrombotik.
Heparinisasi regional jarang dilakukan khusus di Indonesia, karena
tidak tersedia dipasaran protamin sulfat sebagai antidotum heparin, sulit
ditentukan takarannya dan bahaya reaksi syok anafilaktik.
Heparinisasi dengan dosis rendah, manfaat sebagai antikoagulan
kurang efektif dan tidak menjamin resiko perdarahan dari sumber internal
seperti gastritis erosif dan hematom subdural. Obat - obatan
sebagai antitrombotik kuat seperti citrate tidak menjamin dap at
mencegah kemungkinan perdarahan dan pembentukan bekuan pada dializer.
Free heparinization sering dilakukan dilapangan karena mudah,
praktis, cukup dengan garam fisiologi NaCl 0,9 %. Garam fisiologis sebanyak
100 ml setiap 30 - 45 menit dipakai s ebagai rinsing (flushing) kedalam sirkuit
Ektra k orporeal disertai peningkatan ultrafiltration rate untuk mencegah
bahaya overhydration .(7)
In siden trombosis arteri dan vena pada pasien gagal ginjal kronik
cendrung meningkat (10 -40 %). Beberapa penelitian memeriksa aktifita s
hemostasis diantaranya kadar fibrinopeptide A di plasma yang berasal dari
pemecahan fibrin oleh trombin dan diperkirakan sebagai penyebab terjadinya
koagulasi yang berlebih an pada pasien gagal ginjal kronik yang
asimtomatik, mengapa hal ini terjadi masih belum jelas .(8)
a. Heparinisasi minimal
Pemberian heparin secara ketat dilakukan pada pasien beresiko sedang
untuk mengalami perdarahan.
Heparin minimal dilakukan dengan cara sebagai beriku t :
1. Target waktu pembekuan (clothing time/ CT) sebagai dasar + 40%
2. Bolus heparin 500 unit dalam 30 menit
Lebih disukai dengan cara sbb :infu s heparin konstan 250 -2000 un it
/ jam (biasanya 600 unit/ jam, setelah bolus dikurangi atau tidak
diberikan bolus awal (750 unit dan cek ACT/ Activated Clothing Time setelah
3 menit)
3. Monitor ACT tiap 30 menit
4. Pemberian heparin dilakukan sampai akhir dialisis
a. Enoxaparin sodium
Dosis : 0,5 - 1mg/ kg BB, disuntikkan ke jalur arteri. Dari sirkuit
dialisis pada awal diali sis, akan cukup untuk dial isis selama 4 jam.
Bila tampak cincin vibrin tambah suntikan 0,5 - 1mg/ kgBB
b. Nadroparin kalsium
Dosis :
BB < 50 kg : 0,3ml
BB 50 -69 kg : 0,4ml
BB > 70 kg : 0,5ml
Disuntikkan ke dala m jalu r arteri dari sirkuit diali sis pada awa l
hemodialisis
CRRT sering digunakan pada pasien criti cal ly ill di Canada tahun
2002 -2003, regional citrat sebagai antikoagulan lebih superior pada
CRRT.(23 ) , karena pasien dengan criti cally ill meningkatkan pembekuan
dan perdarahan sehingga menjadi m asalah antikoagulan untuk
CRRT.(24 ) CRRT tanpa antikoagulan diizinkan pada pasien yang beresiko tinggi
perdarahan .(25 )
BAB IV
KESI MPULAN DAN SARAN
4.1. KESIMPULAN
4.2. SARAN