Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
L DENGAN THYPOID
DI RUANG BOUGENVILE
RSUD UNGARAN
Disusun Oleh:
NUR ROKHIM
1
LAPORAN PENDAHULUAN
1. PENGERTIAN
Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang
disebabkan oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di
berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan
subtropis. (Simanjuntak, 2009)
Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih
dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran.
(Nursalam, 2005)
Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus
dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada
saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. (Rampengan,
2007)
2. ETIOLOGI
Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan
salmonella parathypi (S. Parathypi Adan B serta C). Bakteri ini berbentuk
batang, gram negatif, mempunyai flagela, dapat hidup dalam air, sampah
dan debu. Namun bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu
600 selama 15-20 menit. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, pasien
membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
a. Aglutinin O (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan
antigen O (berasal dari tubuh kuman).
b. Aglutinin H (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan
antigen H (berasal dari flagel kuman).
c. Aglutinin Vi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena
rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).
2
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar
pasien menderita tifoid. (Aru W. Sudoyo, 2009)
3. PATOFISIOLOGI
Bakteri Salmonella typhi bersama makanan atau minuman masuk ke
dalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan
suasana asam (pH < 2) banyak bakteri yang mati. Keadaan-keadaan
seperti aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor
histamin H2, inhibitor pompa proton atau antasida dalam jumlah besar,
akan mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan
mencapai usus halus. Di usus halus, bakteri melekat pada sel-sel
mukosa dan kemudian menginvasi mukosa dan menembus dinding
usus, tepatnya di ileum dan jejunum. Sel-sel M, sel epitel khusus yang
melapisi Peyer’s patch, merupakan tempat internalisasi Salmonella
typhi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus, mengikuti aliran ke
kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik
sampai ke jaringan RES di organ hati dan limpa. Salmonella typhi
mengalami multiplikasi di dalam sel fagosit mononuklear di dalam
folikel limfe, kelenjar limfe mesenterika, hati dan limfe.
Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang
lamanya ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta respons
imun pejamu makaSalmonella typhi akan keluar dari habitatnya dan
melalui duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan
cara ini organisme dapat mencapai organ manapun, akan tetapi tempat
yang disukai oeh Salmonella typhi adalah hati, limpa, sumsum tulang
belakang, kandung empedu dan Peyer’s patch dari ileum terminal.
Invasi kandung empedu dapat terjadi baik secara langsung dari darah
atau penyebaran retrograd dari empedu. Ekskresi organisme di empedu
dapat menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui tinja.
Peran endotoksin dalam patogenesis demam tifoid tidak jelas, hal
3
tersebut terbukti dengan tidak terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi
penderita melalui pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin
dari Salmonella typhi menstimulasi makrofag di dalam hati, limpa,
folikel limfoma usus halus dan kelenjar limfe mesenterika untuk
memproduksi sitokin dan zat-zat lain. Produk dari makrofag inilah yang
dapat menimbulkan nekrosis sel, sistem vaskular yang tidak stabil,
demam, depresi sumsum tulang belakang, kelainan pada darah dan juga
menstimulasi sistem imunologik. (Soedarmo, dkk., 2012)
4. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Sjamsuhidayat, (1998) tanda dan gejala demam typoid
antara lain:
a. Pada kondisi demam, dapat berlangsung lebih dari 7 hari, febris
reminten, suhu tubuh berangsur meningkat
b. Ada gangguan saluran pencernaan, bau nafaas tidak sedap,bibir
kering pecah-pecah (ragaden), lidah ditutpi selaput putih kotor
(coated tongue, lidah limfoid) ujung dan tepinya kemerahan, biasanya
disertai konstipasi, kadang diare, mual muntah, dan jarang kembung.
c. Gangguan kesadaran, kesadaran pasien cenderung turun, tidak
seberapa dalam, apatis sampai somnolen, jarang sopor, koma atau
gelisah
d. Relaps (kambung) berulangnya gejala tifus tapi berlangsung ringan
dan lebih singkat.
5. KOMPLIKASI
1. Komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perporasi usus
c. Ilius paralitik
2. Komplikasi extra intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan
4
sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan
syndroma uremia hemolitik.
c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
d. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis,
kolesistitis.
e. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan
perinepritis.
f. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis
dan arthritis.
g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus,
meningitis, polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan
sidroma katatonia.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adal
ah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid
terdapatLeukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya
leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam
typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-
batas normal
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi
dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi
5
demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari
beberapa faktor:
a. Teknik pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan
laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik
dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah
yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada
minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya.
Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
c. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau da
pat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat
menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
d. Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan
obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan
terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
4. Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan
antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi
terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang
yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya
aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat
infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin
yaitu :
6
a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal
dari tubuh kuman).
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal
dari flagel kuman).
c. Aglutinin VI, yang dibuat karena rangsangan antigen VI (berasal
dari simpai kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien
menderita typhoid.
7. PENATALAKSANAAN
1. Observasi
a. Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam
atau kurang lebih dari selam 14 hari. MAksud tirah baring adalah
untuk mencegah terjadinya komplikasi perforasi usus.
b. Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya
kekuatan pasien.
c. Pasien dengan kesadarannya yang menurun, posisi tubuhnya
harus diubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari
komplikasi pneumonia dan dekubitus.
d. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-
kadang terjadi konstipasi dan diare.
2. Diet
a. Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
b. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi
tim
d. dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari
3. Pengobatan
Obat-obatan yang umumnya digunakan antara lain:
7
A. Anti Biotik (Membunuh Kuman) :
1. Klorampenicol
2. Amoxicilin
3. Kotrimoxasol
4. Ceftriaxon
5. Cefotaxim
B. Antipiretik (Menurunkan panas): Paracetamol
8. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, suku/ bangsa, agama, status perkawinan, tanggal
masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik
2) Keluhan utama
Keluhan utama demam thypoid adalah panas atau demam
yang tidak turun-turun, nyeri perut, pusing kepala, mual,
muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman
salmonella typhi ke dalam tubuh.
4) Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit demam thypoid.
5) Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes
melitus.
6) Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan kare
na mual dan muntah
b) Pola eliminasi
8
Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah
baring lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami
gangguan,
c) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring
total, agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan
klien dibantu.
d) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan
suhu tubuh.
e) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap
keadaan penyakit anaknya.
f) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan
penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak
terdapat suatu waham pada klien.
b. Pemeriksaan fisik
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 41°C
muka kemerahan. Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Hipertermi berhubungan dengan penyakit atau trauma
2) Kurangnya volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh, intake cairan peroral yang kurang (mual, muntah)
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cidera biologis atau
infeksi
9
No. Dx Tujuan Dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1 Setelah dilakukan 1. Pantau suhu 1. Mengetahui suhu tubuh klien
tindakan tubuh pasien 2. Menurunkan demam.
keperawatan setiap 4 jam 3. Meningkatkan kenyaman,
diharapkan suhu 2. Kolaborasi menurunkan temperatur suhu
tubuh pasien dapat pemberian tubuh
turun, kriteria: antipiretik sesuai 4. Perubahan tingkat kesadaran
- Suhu tubuh stabil anjuran dapat merupakan akibat dari
36-37 C 3. Turunkan panas hipoksia jaringan
- Tanda-tanda dengan 5. Menghindari kehilangan air
vital dalam melepaskan natrium klorida dan kalium yang
rentang normal selimut atau berlebihan.
menanggalkan
pakian yang
terlalu tebal, beri
kompres pada
aksila dan liatan
paha.
4. Observasi
adanya konfusi
disorientasi
5. Berikan cairan
IV sesuai yang
dianjurkan.
2 Setelah dilakukan 1. Jelaskan kepada 1. Agar pasien dapat mengetah
tindakan pasien tentag ui tentang pentingnya cairan
keperawatan pentingnya dan dapat memenuhi
diharapkan cairan kebutuhan cairan.
kebutuhan cairan 2. Monitor dan
2. Untuk mengetahui
terpenuhi, kriteria catat intake dan
keseimbangan intake da output
- Tidak mual output cairan
cairan
- Tidak demam 3. Kaji tanda dan
- Suhu tubuh gejala dehidrasi 3. Hipotensi, takikardia, demam
dalam batas hypovolemik, dapat menunjukkan respon
normal riwayat muntah, terhadap dan atau efek dari
kehausan dan kehilangan caira
turgor kulit
4. Berikan cairan 4. Cairan peroral akan membantu
peroral pada memenuhi kebutuhan caira
klien sesuai
kebutuhan
10
5. Anjurkan 5. Asupan cairan secara adekuat
kepada orang tua sangat diperlukan untuk
klien untuk menambah volume cairan tubuh
mempertahankan
6. Pemberian intravena sangat
asupan cairan
penting bagi klien untuk
secara dekuat
memenuhi kebutuhan cairan
6. Kolaborasi
yang hilang
pemberian cairan
intravena
DAFTAR PUSTAKA
11
Nugroho, Susilo. (2011). Pengobatan Demam Tifoid. Yogyakarta:
Nuha Medika
Mansjoer, Arif. (2009). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius
Simanjuntak, C. H. (2009). Demam Tifoid, Epidemiologi dan
Perkembangan Penelitian. Cermin Dunia Kedokteran No. 83.
Jakarta. Nuha
Sjamsuhidayat. (1998). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta:
EGC
Smeltzer & Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Soedarmo, dkk. (2012). Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta:
IDAI
Widodo, D. (2007). Buku Ajar Keperawatan Dalam. Jakarta: FKUI
12
13
1. Evaluasi
Evaluasi dapat dibedakan atas evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi proses dievaluasi setiap selesai melakukan perasat dan evaluasi
hasil berdasarkan rumusan tujuan terutama kriteria hasil. Hasil evaluasi
memberikan acauan tentang perencanaan lanjutan terhadap masalah
nyeri yang dialami oleh pasien.
14
Nama Mahasiswa : Nur Rokhim
NIM :
Tempat Praktek : Ruang Bougenvile
Tanggal : 23 April 2018
I. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 April 2018 di ruang Baugenvile
RSUD Ungaran jam 14.30 WIB
A. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama : Nn. L
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Status Perkawinan : Belum menikah
Pendidikan Terakhir : Mahasiswa
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Asrama Universitas Ngudi Waluyo
No. RM : 237281
Tanggal Masuk Rs : 22 April 2018 jam 18.14 WIB
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Sdr. H
Umur : 23 Tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Pendidikan Terakhir : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Asrama Universitas Ngudi Waluyo
15
Hubungan dg klien : kakak
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada perut kuadran tengah atas ( bagian
lambung)
P Nyeri tidak diketahui penyebabnya
Q Nyeri seperti dipelintir
R Bagian perut atas kuadran tengah ( bagian lambung)
S Nyeri dalam skala 6
T Nyeri timbul secara menetap dan terus menerus
16
Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang sakit seperti ini,
keluarga pasien juga tidak mempunyai riwayat sakit hipertensi
dan DM.
5. Genogram
Keterangan:
: Perempuan : Garis Keturunan
: Laki-laki : Tinggal Serumah
: Mninggal
: Pasien
Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara saat ini sekolah di SMU
17
Antopometri : TB/BB: 156 cm / 46 Kg
1. System Pernapasan
Gejala (Subyek) :
a. Dipsnea : tidak ada
b. Riwayat penyakit pernapasan :
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit
pernapasan seperti Bronkhitis/Asma/TBC/Emfisema /
Pneumonia.
c. Pemajanan terhadap udara berbahaya : tidak ada
d. Kebiasaan merokok :
Klien mengatakan klien tidak merokok
e. Batuk : ( ) Ya ( ) Tidak
f. Sputum : ( ) Ya ( ) Tidak
Jika ya, Warna : Konsentrasi :
g. Penggunaan alat bantu: Pasien tidak menggunakan alat bantu
pernafasan seperti O2
18
Lesi pada dinding dada : ( ) Ya ( ) Tidak
2. Sistem Cardiovaskuler
19
Gejala (Subjektif) : tidak ada masalah pada system cardiovaskuler
a. Palpitasi : tidak ada
b. Nyeri dada : tidak ada
c. Riwayat pemakaian obat jantung
( ) Ya Obat:…….
( ) Tidak
Tanda (Objektif) : tidak ada masalah pada system cardiovaskuler
a. Inspeksi
Sklera : ( ) Ikterik ( ) Tidak ikterik
Konjungtiva : ( ) Anemis ( ) Tidak anemis
Ictus Cordis : ( ) Tampak ( ) Tidak tampak
Pulsasi Katup : ( ) Tampak ( ) Tidak tampak
b. Palpasi
Heat Rate :
Frekuensi : Kali/menit
Ciri denyutan : ( ) Pulsus anarkot ( ) Pulsus seler
( ) Pulsus paradox ( ) Pulsusu alternans
Irama ( ) Teratur ( ) Pulsus bigemini
( ) Pulsus trigeminus ( ) Pulsus ekstra systole
Isi nadi ( ) Kuat ( ) Lemah
Arteri Carotis ( ) Teraba ( ) Tidak teraba
( ) Kuat ( ) Lemah
Ictus Cordis : Teraba : Thrill ( ) Ya ( ) Tidak
JVP : tidak ada
CVP : tidak ada
Ektermitas : Edema ( ) Ya, Drajat edema :…….
( ) Tidak
Kulit : ( ) Hangat ( ) Dingin ( ) Lembab
Capillary Refil:( )>3 detik ( )<3 detik
20
c. Perkusi
Bunyi perkusi jantung :
Batas jantung : ( ) Normal ( ) Tidak normal
d. Auskultasi
Bunyi jantung I, II : ( ) Teratur ( ) Tidak normal
Gallop : ( ) Ada ( ) Tidak ada
Murmur/bising jantung : ( ) Ada ( ) Tidak ada
Drajat murmur :………………
3. System Gastrointestinal
Gejala (Subyekif) :
- Diit biasa (tipe) : lunak
- Jumlah makan/hari : 1500 kalori namun habis 1/4 porsi
- Pola diit : 3 kali sehari (pagi, siang, malam)
- Makan terakhir : siang jam 12.00 WIB
- Nafsu/selera makan : tidak ada
- Mual muntah : mual dan muntah
- Nyeri ulu hati : nyeri pada ulu hati
21
Alergi makanan : tidak ada riwayat alergi makanan
- Masalah mengunyah/: tidak ada masalah
menelan
- Pola BAB : biasanya lancar 1 kali sehari namun sejak pagi
sebelum masuk rumah sakit pasien belum
BAB
- Kesulitan BAB : Konstipasi : tidak ada
Diare : tidak ada
- Penggunaan Laksantif : tidak ada
- Penurunan Inkontensia Alvi : tidak ada
- Riwayat Hemoroid : tidak ada
Tanda (Objektif) :
a. Kondisi mulut
Gigi : keadaan utuh jumlah 32 buah, tidak terdapat
carries dentis
Mukosa Mulut : lembab
Lidah : kondisi lidah bersih
b. Antopometri
Berat badan : 46 Kg
22
Tinggi badan : 156 cm
IMT :-
c. Biochemical (hasil pemeriksaan Lab penunjang nutrisi)
Hemoglobin : 13,80 g/dl
d. Clinical Appearance (Penampilan klinik)
Klien nampak terlihat bersih dan berpenanmpilan rapi
dengan menggunakan pakaian kaos dan celana pendek
e. Diet (gangguan / kebiasaan pola makan)
( ) Mual ( ) Muntah
( ) Makan sebelumnya : Selama berada di RS klien makan
makanan yang dianjurkan oleh dokter sesuai diit yaitu
makanan lunak seperti bubur yang telah konsultasikan oleh
ahli gizi.
f. Inspeksi
Klien Nampak terlihat lemas,
g. Auskultasi
Bising Usus : 12 kali/menit
Pengkajian peristaltic : 12 kali/menit
( ) Normal ( ) Hiperaktif ( ) Hipoaktif
h. Palpasi
( ) Nyeri tekan, Kuadran : ada
( ) Massa : tidak ada
( ) Edema : tidak ada
( ) Ascites : tidak ada
( ) Turgor kulit : turgor kulit baik (elastis)
i. Perkusi
( ) Tympani ( ) Hypertympani
j. Hemoroid
( ) Ada, Drajat ( ) Tidak ada tidak terkaji
23
4. System Perkemihan
Gejala (Subjektif) : tidak ada masalah pada system perkemihan
a. Riwayat penyakit ginjal : tidak ada
b. Riwayat penggunaan deuretik : tidak ada
c. Rasa nyeri/rasa terbakar saat kencing : tidak ada
d. Kesulitan BAK : tidak ada
5. System Persyarafan
Gejala (Subjektif) : tidak ada masalah pada sytem persyarafan
a. Rasa ingin pingsan/pusing : tidak ada rasa ingin pingsan,
ada pusing
b. Sakit kepala PQRST : tidak ada sakit kepala
c. Kesemutan/kebas/kelemahan : tidak ada
d. Kesulitan menelan : tidak ada
e. Gejala sisa stroke : tidak ada
f. Kejang : tidak ada
g. Status psikososial : tidak ada masalah
h. Dll : tidak ada masalah
24
Tanda (Objektif) : tidak ada masalah pada sytem persyarafan
a. Pemeriksaan saraf kranial : normal
b. Pemeriksaan fungsi sensorik : normal
c. Pemeriksaan fungsi mototrik : normal
d. Pemeriksaan reflex : normal
e. Pemeriksaan saraf otonom : normal
6. System Immune
Gejela (Subjektif) :tidak ada masalah pada system immune
Riwayat imunisasi : tidak ada masalah
Tanda (Objektif) :tidak ada masalah pada system immune
7. System Reproduksi
Pria
Gejala (Subjektif : tidak ada masalah pada system
reproduksi
a. Rabas penis : tidak ada
b. Gangguan prostat : tidak ada
c. Sirkumsisi : tidak ada
d. Vasektomi : tidak ada
e. Melakukan pemeriksaan sendiri : tidak dilakukan pemeriksaan
f. Payudara/testis : tidak ada kelainan pada testis
g. Protoskopi/pemeriksaan prostat terakhir : tidak dilakukan
Tanda (Objektif) : tidak ada masalah pada system reproduksi
a. Pemeriksaan : tidak dilakukan pemeriksaan
b. Testis : tidak dilakukan pemeriksaan
c. Kulit genital/lesi : tidak ada
8. Sistem Muskuloskeletal
25
Gejala (Subjektif) : tidak ada masalah pada system muskuloskeletal
a. Riwayat cedera kecelakaan : tidak ada riwayat kecelakaan jatuh
dari sepeda motor
b. Fraktur /dislokasi : tidak terdapat fraktur
c. Arthritis/sendi tak stabil : tidak terdapat dislokasi sendi
d. Masalah punggung : tidak ada masalah
e. Riwayat penggunaan kortikosteroid : tidak ada riwayat
penggunaan kortikosteroid
Tanda (Objektif) :
a. Massa/tonus otot : tidak ada gangguan pada
ekstremitas
b. Postur : tampak tegap
c. Tremor : tidak ada
d. Rentang gerak : rentang gerak normal kecuali pada
extremitas bawah bagian kiri.
e. Kekuatan otot : normal dengan nilai skor 5
Ekstermitas atas kiri 5, kanan 5, ekstremitas bawah kiri 5,
dan kanan 5
f. Deformitas : tidak ada
g. Kelainan fungsi : tidak ada
h. Bengkak : tidak ada
i. Kekakuan : tidak ada kekakuan,
j. Infeksi : tidak ada
k. Instabilitas ligament : tidak ada
l. Luas luka dan lebar luka : tidak ada
m. fase penyembuhan :tidak ada
n. Gait/posisi jalan pasien : posisi jalan tidak normal,
o. Lain-lain : tidak ada
26
9. System Endokrin
Gejala (Subjektif) : tidak ada masalah pada system endokrin
a. Polyuria : tidak ada
b. Polydipsia : tidak ada
c. Polifagia : tidak ada
d. Susah tidur : pasien susah tidur karena merasakan nyeri
perut
e. Sering merasa lemah : tidak ada
f. Mudah lelah : tidak ada
g. Emosi labil : tidak ada
h. Gangguan pengelihatan (mata kabur) : tidak ada
i. Perubahan mestruasi/libido : tidak ada
j. Sering luka : tidak ada
k. Riwayat pg kortikosteroid jangka panjang` : tidak ada
l. Riwayat penyakit keturunan dalam keluarga : tidak ada
m. Riwayat trauma kepala : tidak ada
n. Riwayat pengangkatan kelenjar throid : tidak ada
o. Riwayat defisiensi iodin : tidak ada
Tanda (Objektif) : tidak ada masalah pada system endokrin
a. Keterlambatan pubertas : tidak mengalami keterlambatan
b. Tubuh sangat pendek : tidak ada
c. Luka sulit sembuh : tidak ada
d. Peningkatan suhu tubuh : tidak ada
e. Penurunan berat badan : tidak ada
f. Tremor : tidak ada
g. Berjerawat banyak : tidak ada
27
Gejala (Subjektif) : tidak ada masalah pada system integumen
a. Riwayat gangguan kulit : tidak ada
b. Keluhan klien : tidak ada
Tanda (Objektif) : tidak ada masalah pada system integumen
a. Penampilan lesi kulit : tidak ada
b. Lokasi lesi kulit : tidak ada
- Region : tidak ada
- Region relative : tidak ada
c. Jumlah lesi kulit : tidak ada
d. Penyebab lesi kulit : tidak ada
e. Abnormalitas kuku : tidak ada
f. Abnormalitas rambut : tidak ada
g. Penyebaran/kualitas rambut : penyebaran rambut merata
h. Diaforesis : tidak ada
i. Laserasi : tidak ada
j. Ulserasi : tidak ada
k. Ekimosis : tidak ada
l. Luka bakar (drajat/persen) : tidak ada
m. Drainase : tidak ada
n. Ruam kulit primer
- Macula ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Eritema ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Papula ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Nodula ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Vesikula ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Bula ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Pustule ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Urtika ( ) Ada ( ) Tidak ada
28
o. Ruam kulit skunder
- Skuama ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Krusta ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Erosi ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Ekskoriasi ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Ulkus ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Rhagaden ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Parut ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Keloid ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Abses ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Likenifikasi ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Guma ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Hiperpigmentasi ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Lain-lain : tidak ada
29
Tanda (Objektif) : tidak ada masalah pada system hematologi
a. Jenis golongan darah : Golongan darah A
b. Tanda-tanda infeksi : Tidak ada demam, mengigil tidak ada
c. Perdarahan : epitaksis, petekie, purpura, perdarahan
gusi, ekimosis, menorhagi, hematrosis : tidak ada
d. Warna kulit : sawo matang
e. Dipsnea, nyeri dada, ortostatis : tidak ada
f. Pica (pada anemia difisiensi besi) : tidak ada
g. Perut terasa penuh, mudah kenyang (menunjukkan
splenomegaly) : tidak ada
h. Alkoholik, kekurangan gizi, vegetarian (pada anemia
megalobastik) : tidak ada
i. Pruritus (Pada polisitemia dan penyakit hodgskin)
: tidak ada
j. Sakit kepala dan gangguan neurologis (pada
trombositopenia) : tidak ada
k. Glositis : tidak ada
l. Limpadenopati : tidak ada
m. Nyeri tulang/ tenderness : tidak ada
30
D. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Hari/tanggal : 22 -04-2018
Jam : 19.30 WIB
Nama Pasien : Nn. L
Jenis Kelamin : Perempuan
Bahan Pemeriksaan : Darah Rutin
31
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hari/tanggal : 22-04-2018
Jam : 19.30
Nama Pasien : Nn L
Jenis Kelamin : Laki-laki
Bahan Pemeriksaan : Kimia Klinik
32
2. Terapi Medikasi
NAMA
NO DOSIS INDIKASI TANGGAL & WAKTU
OBAT
33
3. Tanda-Tanda Vital
Tanggal dan Waktu Pemeriksaan
Jenis Tanggal : 23-04-2018 Tanggal : 24-04-2018
No
Pemeriksaan
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
1 Tek darah 110/80 mmHg 100/80 mmHg 110/90 mmHg 120/80 mmHg 110/70 mmHg 100/70 mmHg
5 SPO2 95 95 96 94 95 98
34
II. ANALISA DATA
INTERPRES
DATA MASALAH
Tgl /jam TASI
(SIGN/SYMPTOM) (PROBLEM)
(ETIOLOGI)
DS :
Pernafasan : 20x/
menit
Suhu tubuh : 38.20 C
35
Tekanan darah : 110/70
mmHg
- Ekspresi wajah meringis,
Pengkajian nyeri:
P : Nyeri timbul secara tiba - tiba
Q : nyeri seperti dipelintir
R: nyeri pada perut bagian atas
(ulu hati)
S: skala nyeri 6
T : dirasakan terus menerus
- Makan hanya habis 1/4 porsi
DS :
36
DO : Nadi : 100x/
menit
Pernafasan : 20x/
menit
Suhu tubuh : 380 C
Tekanan darah : 160/90
mmHg
- Pasien menggigil
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis; thypoid ditandai dengan pasien mengatakan nyeri perut bagian
atas
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan suhu tubuh 38 0 C dan leukosit 12.36
37
IV. RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
NO TANDA
TUJUAN DAN NOC NIC
DP TANGAN
38
1. Mampu mengontrol dari ketidaknyamanan akibat
prosedur
nyeri ( tahu penyebab
4. Dorong pasien untuk memonitor
nyeri, mampu
nyeri dengan menangani nyeri
menggunakan tehnik dengan tepat
5. Ajarkan tehnik relaksasi yang tepat
nonfarmakologi untuk
6. Berikan pasien penurun nyeri yang
mengurangi nyeri
optimaldengan peresepan analgetik
2. Nyeri berkurang dari 7. Dukung istirahat /tidur yang adekuat
untuk menurunkan nyeri.
skala 1 ( berat) menjadi
Terapi relaksasi:
skala 3 (sedang)
39
skala 1(berat) menjadi 4. Minta klien untuk rileks gunakan
suara yang lembut, ajarkan relaksasi
3 (sedang)
dan pasien mempraktekkan
5. Gunakan relaksasi sebagai strategi
Monitor tanda - tanda
tambahan bersama obat anti nyeri
vital:
6. evaluasi dan dokumentasikan respon
terhadap relaksasi
1. Tanda - tanda vital
Peningkatan tidur :
dalam batas normal
1. Tentukan pola tidur/ aktifitas pasien
Manajemen gangguan 2. Bantu untuk menghilangkan situasi
stress sebelum tidur
makan dengan indikator:
3. Diskusikan dengan pasien dan
keluarga mengenai tehnik untuk
1. Kehilangan nafsu
meningkatkan tidur
makan dari skala 1
4. Atur lingkungan yang nyaman
40
(parah) menjadi 4 ( 1. Rundingkan dengan ahli gizi tentang
kalori dan tampilan makanan yang
sedikit)
tepat
2. Libatkan orang terdekat klien
3. Ajarkan dan dukung konsep nutrisi
yang baik
41
NO TANDA
TUJUAN DAN NOC NIC
DP TANGAN
42
1. Hipertermi dari 6. Berikan kompres hangat untuk
menurunkan suhu tubuh pasien
sedang(2) menjadi
7. Kolaborasikan pemberian obat
ringan(4)
antipiretik
Manajemen cairan:
Skala 36 ringan, 37
43
- tanda vital dalam 4. Tentukan kemampuan pasien untuk
mengobati diri sendiri dengan cara
batas normal
yang tepat
5. Berikan informasi tentang obat yang
Kontrol Hipertermi dengan
diberikan ke pasien
indikator:
1. Mampu mengontrol
peningkatan suhu
peningkatan suhu
tubuh, mampu
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi hipertermi.
44
V. CATATAN KEPERAWATAN
NO HARI TANDA
JAM IMPLEMENTASI RESPON PASIEN
DP TANGGAL TANGAN
14. 30 1. Melakukan pengkajian nyeri DS
komprehensif yang meliputi. Pasien mengatakan nyeri pada luka
lokasi, karakteristik, post opersi dibagian kaki sebelah
onset/durasi, frekuensi, kaualitas, kanan
intensitas atau beratnya nyeri dan P Nyeri karena bekas operasi
factor pencetus
Q Nyeri seperti tertusuk-tusuk
2. Memberikan informasi mengenai
nyeri, seperti penyebab nyeri,
R Bagian kaki sebelah kanan, pada
berapa lama nyeri di rasakan, dan bagian fibula
DX
1 antisipasi dari ketidaknyamanan S Nyeri dalam skala 6
akibat prosedur T Nyeri timbul secara tiba-tiba dan
3. Memonitoring tekanan darah, bersifat hilang timbul, durasi 1-
nadi, suhu, dan status pernafasan 2 menit
dengan tepat
DO
Wajah nampak meringis
Tanda-tanda vital
45
TD 110/80 mmhg
N 110 x/menit
S 38 oC
RR 20 x/menit
46
2. Mengevaluasi kefektifan dari Q Nyeri seperti digenggam
tindakan pengontrol nyeri yang R Bagian ulu hati
dipakai selama pengkajian nyeri S Nyeri dalam skala 5
dilakukan T Nyeri timbul secara tiba-tiba dan
3. Mengajarkan tehnik relaksasi bersifat hilang timbul, durasi 1-2
benson menit
4. Evaluasi tingkat nyeri
DO
Pasien kooperatif selama melakukan
tehnik relaksasi
Pasien dapat melakukan tehnik
relaksasi dengan baik
47
intensitas atau beratnya nyeri dan Q Nyeri seperti remas
factor pencetus R Bagian ulu hati
5. Memberikan informasi mengenai S Nyeri dalam skala 4
nyeri, seperti penyebab nyeri, T Nyeri timbul secara tiba-tiba dan
berapa lama nyeri di rasakan, dan bersifat hilang timbul, durasi 1-
antisipasi dari ketidaknyamanan
2 menit
akibat prosedur
6. Memonitoring tekanan darah,
nadi, suhu, dan status pernafasan
dengan tepat DO
Wajah nampak meringis
Tanda-tanda vital
TD 110/80 mmhg
N 110 x/menit
S 37.5 oC
RR 20 x/menit
48
Memberikan kompres hangat Pasien mengikuti dan mengatakan sakitnya
16.15
sudah lumayan enakan
3. Memberikan individu penurun DO
nyeri yang optimal dengan Ranitidine 50 mg,
resepan analgesic Omeprazole 1 vial
1 17.00 4. Menentukan obat apa yang ceftriaxon 500 mg,
diperlukan, dan kelola menurut
Paracetamol 500 mg
resep dan/atau protocol
DO
Pasien kooperatif selama melakukan
tehnik relaksasi
Pasien dapat melakukan tehnik
relaksasi dengan baik
49
3. Menentukan obat apa yang DO
diperlukan, dan kelola menurut Paracetamol 4x 1000 mg, 2 tablet
resep dan/atau protocol Tanda-tanda vital
4. Memonitoring tekanan darah, TD 110/90 mmHg
1 18.00 nadi, suhu, dan status pernafasan
dengan tepat N 100 x/menit
S 370C
RR 20 x/menit
50
EVALUASI
51
A Masalah teratasi
P Intervensi selesai
52