Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NN.

L DENGAN THYPOID
DI RUANG BOUGENVILE
RSUD UNGARAN

Disusun Oleh:
NUR ROKHIM

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2018

1
LAPORAN PENDAHULUAN

1. PENGERTIAN
Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang
disebabkan oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di
berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan
subtropis. (Simanjuntak, 2009)
Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih
dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran.
(Nursalam, 2005)
Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus
dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada
saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. (Rampengan,
2007)

2. ETIOLOGI
Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan
salmonella parathypi (S. Parathypi Adan B serta C). Bakteri ini berbentuk
batang, gram negatif, mempunyai flagela, dapat hidup dalam air, sampah
dan debu. Namun bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu
600 selama 15-20 menit. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, pasien
membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
a. Aglutinin O (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan
antigen O (berasal dari tubuh kuman).
b. Aglutinin H (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan
antigen H (berasal dari flagel kuman).
c. Aglutinin Vi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena
rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).

2
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar
pasien menderita tifoid. (Aru W. Sudoyo, 2009)

3. PATOFISIOLOGI
Bakteri Salmonella typhi bersama makanan atau minuman masuk ke
dalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan
suasana asam (pH < 2) banyak bakteri yang mati. Keadaan-keadaan
seperti aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor
histamin H2, inhibitor pompa proton atau antasida dalam jumlah besar,
akan mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan
mencapai usus halus. Di usus halus, bakteri melekat pada sel-sel
mukosa dan kemudian menginvasi mukosa dan menembus dinding
usus, tepatnya di ileum dan jejunum. Sel-sel M, sel epitel khusus yang
melapisi Peyer’s patch, merupakan tempat internalisasi Salmonella
typhi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus, mengikuti aliran ke
kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik
sampai ke jaringan RES di organ hati dan limpa. Salmonella typhi
mengalami multiplikasi di dalam sel fagosit mononuklear di dalam
folikel limfe, kelenjar limfe mesenterika, hati dan limfe.
Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang
lamanya ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta respons
imun pejamu makaSalmonella typhi akan keluar dari habitatnya dan
melalui duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan
cara ini organisme dapat mencapai organ manapun, akan tetapi tempat
yang disukai oeh Salmonella typhi adalah hati, limpa, sumsum tulang
belakang, kandung empedu dan Peyer’s patch dari ileum terminal.
Invasi kandung empedu dapat terjadi baik secara langsung dari darah
atau penyebaran retrograd dari empedu. Ekskresi organisme di empedu
dapat menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui tinja.
Peran endotoksin dalam patogenesis demam tifoid tidak jelas, hal

3
tersebut terbukti dengan tidak terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi
penderita melalui pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin
dari Salmonella typhi menstimulasi makrofag di dalam hati, limpa,
folikel limfoma usus halus dan kelenjar limfe mesenterika untuk
memproduksi sitokin dan zat-zat lain. Produk dari makrofag inilah yang
dapat menimbulkan nekrosis sel, sistem vaskular yang tidak stabil,
demam, depresi sumsum tulang belakang, kelainan pada darah dan juga
menstimulasi sistem imunologik. (Soedarmo, dkk., 2012)

4. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Sjamsuhidayat, (1998) tanda dan gejala demam typoid
antara lain:
a. Pada kondisi demam, dapat berlangsung lebih dari 7 hari, febris
reminten, suhu tubuh berangsur meningkat
b. Ada gangguan saluran pencernaan, bau nafaas tidak sedap,bibir
kering pecah-pecah (ragaden), lidah ditutpi selaput putih kotor
(coated tongue, lidah limfoid) ujung dan tepinya kemerahan, biasanya
disertai konstipasi, kadang diare, mual muntah, dan jarang kembung.
c. Gangguan kesadaran, kesadaran pasien cenderung turun, tidak
seberapa dalam, apatis sampai somnolen, jarang sopor, koma atau
gelisah
d. Relaps (kambung) berulangnya gejala tifus tapi berlangsung ringan
dan lebih singkat.

5. KOMPLIKASI
1. Komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perporasi usus
c. Ilius paralitik
2. Komplikasi extra intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan

4
sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan
syndroma uremia hemolitik.
c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
d. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis,
kolesistitis.
e. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan
perinepritis.
f. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis
dan arthritis.
g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus,
meningitis, polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan
sidroma katatonia.

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adal
ah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid
terdapatLeukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya
leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam
typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-
batas normal
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi
dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi

5
demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari
beberapa faktor:
a. Teknik pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan
laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik
dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah
yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada
minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya.
Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
c. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau da
pat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat
menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
d. Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan
obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan
terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
4. Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan
antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi
terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang
yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya
aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat
infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin
yaitu :

6
a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal
dari tubuh kuman).
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal
dari flagel kuman).
c. Aglutinin VI, yang dibuat karena rangsangan antigen VI (berasal
dari simpai kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien
menderita typhoid.

7. PENATALAKSANAAN
1. Observasi
a. Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam
atau kurang lebih dari selam 14 hari. MAksud tirah baring adalah
untuk mencegah terjadinya komplikasi perforasi usus.
b. Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya
kekuatan pasien.
c. Pasien dengan kesadarannya yang menurun, posisi tubuhnya
harus diubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari
komplikasi pneumonia dan dekubitus.
d. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-
kadang terjadi konstipasi dan diare.
2. Diet
a. Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
b. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi
tim
d. dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari
3. Pengobatan
Obat-obatan yang umumnya digunakan antara lain:

7
A. Anti Biotik (Membunuh Kuman) :
1. Klorampenicol
2. Amoxicilin
3. Kotrimoxasol
4. Ceftriaxon
5. Cefotaxim
B. Antipiretik (Menurunkan panas): Paracetamol
8. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, suku/ bangsa, agama, status perkawinan, tanggal
masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik
2) Keluhan utama
Keluhan utama demam thypoid adalah panas atau demam
yang tidak turun-turun, nyeri perut, pusing kepala, mual,
muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman
salmonella typhi ke dalam tubuh.
4) Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit demam thypoid.
5) Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes
melitus.
6) Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan kare
na mual dan muntah
b) Pola eliminasi

8
Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah
baring lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami
gangguan,
c) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring
total, agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan
klien dibantu.
d) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan
suhu tubuh.
e) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap
keadaan penyakit anaknya.
f) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan
penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak
terdapat suatu waham pada klien.

b. Pemeriksaan fisik
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 41°C
muka kemerahan. Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Hipertermi berhubungan dengan penyakit atau trauma
2) Kurangnya volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh, intake cairan peroral yang kurang (mual, muntah)
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cidera biologis atau
infeksi

10. INTERVENSI KEPERAWATAN

9
No. Dx Tujuan Dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1 Setelah dilakukan 1. Pantau suhu 1. Mengetahui suhu tubuh klien
tindakan tubuh pasien 2. Menurunkan demam.
keperawatan setiap 4 jam 3. Meningkatkan kenyaman,
diharapkan suhu 2. Kolaborasi menurunkan temperatur suhu
tubuh pasien dapat pemberian tubuh
turun, kriteria: antipiretik sesuai 4. Perubahan tingkat kesadaran
- Suhu tubuh stabil anjuran dapat merupakan akibat dari
36-37 C 3. Turunkan panas hipoksia jaringan
- Tanda-tanda dengan 5. Menghindari kehilangan air
vital dalam melepaskan natrium klorida dan kalium yang
rentang normal selimut atau berlebihan.
menanggalkan
pakian yang
terlalu tebal, beri
kompres pada
aksila dan liatan
paha.
4. Observasi
adanya konfusi
disorientasi
5. Berikan cairan
IV sesuai yang
dianjurkan.
2 Setelah dilakukan 1. Jelaskan kepada 1. Agar pasien dapat mengetah
tindakan pasien tentag ui tentang pentingnya cairan
keperawatan pentingnya dan dapat memenuhi
diharapkan cairan kebutuhan cairan.
kebutuhan cairan 2. Monitor dan
2. Untuk mengetahui
terpenuhi, kriteria catat intake dan
keseimbangan intake da output
- Tidak mual output cairan
cairan
- Tidak demam 3. Kaji tanda dan
- Suhu tubuh gejala dehidrasi 3. Hipotensi, takikardia, demam
dalam batas hypovolemik, dapat menunjukkan respon
normal riwayat muntah, terhadap dan atau efek dari
kehausan dan kehilangan caira
turgor kulit
4. Berikan cairan 4. Cairan peroral akan membantu
peroral pada memenuhi kebutuhan caira
klien sesuai
kebutuhan

10
5. Anjurkan 5. Asupan cairan secara adekuat
kepada orang tua sangat diperlukan untuk
klien untuk menambah volume cairan tubuh
mempertahankan
6. Pemberian intravena sangat
asupan cairan
penting bagi klien untuk
secara dekuat
memenuhi kebutuhan cairan
6. Kolaborasi
yang hilang
pemberian cairan
intravena

3 Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. Respon nyeri sangat individual


tindakan pegkajian nyeri sehingga penangananya pun
keperawatan pasien secara berbeda untuk masing-masing
menunjukkan komprehensi individu.
tingkat 2. Observasi reaksi 2. Menngetahui tingkat
kenyamanan nonverbal dari kenyamanan
meningkat, kriteria: ketidaknyamana 3. Lingkungan yang nyaman dapat
- Pasien dapat n. membantu klien untuk
melaporkan nyeri 3. Kontrol faktor mereduksi nyeri.
berkurang Freku lingkungan yang 4. Pengalihan nyeri dengan
ensi nyeri mempengaruhi relaksasi dan distraksi dapat
- Tanda-tanda nyeri seperti mengurangi nyeri yang sedang
vital dalam batas suhu ruangan, timbul.
normal pencahayaan, 5. Pemberian analgetik yang tepat
kebisingan. dapat membantu klien untuk
4. Ajarkan teknik beradaptasi dan mengatasi nyeri.
non farmakologis
(relaksasi,
distraksi dll)
untuk mengetasi
nyeri.
5. Berikan
analgetik untuk
mengurangi
nyeri.

DAFTAR PUSTAKA

11
Nugroho, Susilo. (2011). Pengobatan Demam Tifoid. Yogyakarta:
Nuha Medika
Mansjoer, Arif. (2009). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius
Simanjuntak, C. H. (2009). Demam Tifoid, Epidemiologi dan
Perkembangan Penelitian. Cermin Dunia Kedokteran No. 83.
Jakarta. Nuha
Sjamsuhidayat. (1998). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta:
EGC
Smeltzer & Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Soedarmo, dkk. (2012). Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta:
IDAI
Widodo, D. (2007). Buku Ajar Keperawatan Dalam. Jakarta: FKUI

12
13
1. Evaluasi
Evaluasi dapat dibedakan atas evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi proses dievaluasi setiap selesai melakukan perasat dan evaluasi
hasil berdasarkan rumusan tujuan terutama kriteria hasil. Hasil evaluasi
memberikan acauan tentang perencanaan lanjutan terhadap masalah
nyeri yang dialami oleh pasien.

14
Nama Mahasiswa : Nur Rokhim
NIM :
Tempat Praktek : Ruang Bougenvile
Tanggal : 23 April 2018

I. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 April 2018 di ruang Baugenvile
RSUD Ungaran jam 14.30 WIB
A. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama : Nn. L
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Status Perkawinan : Belum menikah
Pendidikan Terakhir : Mahasiswa
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Asrama Universitas Ngudi Waluyo
No. RM : 237281
Tanggal Masuk Rs : 22 April 2018 jam 18.14 WIB
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Sdr. H
Umur : 23 Tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Pendidikan Terakhir : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Asrama Universitas Ngudi Waluyo

15
Hubungan dg klien : kakak

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada perut kuadran tengah atas ( bagian
lambung)
P Nyeri tidak diketahui penyebabnya
Q Nyeri seperti dipelintir
R Bagian perut atas kuadran tengah ( bagian lambung)
S Nyeri dalam skala 6
T Nyeri timbul secara menetap dan terus menerus

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pasien mengatakan satu hari sebelum masuk rumah sakit pasien
merasakan nyeri bagian lambung namun dapat ditahan, namun
pada tanggal 22 April 2018 sejak siang nyeri semakin bertambah
seperti dipelintir dan pasien juga muntah muntah dikarenakan
nyeri tadi. Oleh teman pasien diantar ke IGD RSUD ungaran dan
diberikan infus serta perawatan, pasien dianjurkan untuk rawat
inap. Jam 19. 00 WIB pindah ke bangsal Bougenvile
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya pasien belum pernah di rawat dirumah sakit dengan
penyakit yang sama, pasien juga tidak mempunyai riwayat
penyakit TB ataupun penyakit menular lainnya

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

16
Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang sakit seperti ini,
keluarga pasien juga tidak mempunyai riwayat sakit hipertensi
dan DM.
5. Genogram

Keterangan:
: Perempuan : Garis Keturunan
: Laki-laki : Tinggal Serumah
: Mninggal
: Pasien

Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara saat ini sekolah di SMU

C. REVIEW of SISTEM (ROS)


Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Glowglas Coma Scale (GCS) : 15
Verbal : 5 Psikomotor :6 Mata : 4

17
Antopometri : TB/BB: 156 cm / 46 Kg

Tanda - Tanda Vital


Tekanan Darah :110/70 mmHg
Nadi :110 kali/ment
Temperatur (Suhu) : 38,2 0C
Respirasi : 20 kali/menit

1. System Pernapasan
Gejala (Subyek) :
a. Dipsnea : tidak ada
b. Riwayat penyakit pernapasan :
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit
pernapasan seperti Bronkhitis/Asma/TBC/Emfisema /
Pneumonia.
c. Pemajanan terhadap udara berbahaya : tidak ada
d. Kebiasaan merokok :
Klien mengatakan klien tidak merokok
e. Batuk : ( ) Ya ( ) Tidak
f. Sputum : ( ) Ya ( ) Tidak
Jika ya, Warna : Konsentrasi :
g. Penggunaan alat bantu: Pasien tidak menggunakan alat bantu
pernafasan seperti O2

Tanda (Obyektif) : tidak ada masalah pada system


pernapasan
a. Inspeksi
Kelainan tulang belakang : ( ) Ya ( ) Tidak
Warna kulit : ( ) Sianosis ( ) tidak sianosis

18
Lesi pada dinding dada : ( ) Ya ( ) Tidak

Terdapat luka post operasi : ( ) Ya Kondisi luka :……


( ) Tidak
Terpasang WSD : ( ) Ya ( ) Tidak
Clubbing Finger : ( ) Ada ( ) Tidak
Dada : ( ) Cembung( ) Cekung
( ) Simetris ( ) Asimetris
Pergerakan dada : ( ) Simetris ( ) Asimetris
( ) Teratur ( ) Tidak teratur
Frekuensi dan irama pernapasan : Kali/menit,
Reguler
Pola napas :
( ) Takipnoe ( ) Brdipnoe ( ) Hiperpnoe
( ) Cheyne’stroke ( ) Kusmaul ( ) Biot
Retraksi : ( ) Ada ( ) Tidak ada
b. Palpasi
Taktil Fremitus : tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada
Massa abnormal : tidak ada
Ekspansi paru : tidak ada
c. Perkusi
( ) Pekak ( ) Sonor ( ) Hipersonor
d. Auskultasi
Suara napas : ( ) Vesikuler ( ) Bronkovesikuler
( ) Wheezing ( ) Ronchi
Friction Rub : ( ) Ada ( ) Tidak ada

2. Sistem Cardiovaskuler

19
Gejala (Subjektif) : tidak ada masalah pada system cardiovaskuler
a. Palpitasi : tidak ada
b. Nyeri dada : tidak ada
c. Riwayat pemakaian obat jantung
( ) Ya Obat:…….
( ) Tidak
Tanda (Objektif) : tidak ada masalah pada system cardiovaskuler
a. Inspeksi
Sklera : ( ) Ikterik ( ) Tidak ikterik
Konjungtiva : ( ) Anemis ( ) Tidak anemis
Ictus Cordis : ( ) Tampak ( ) Tidak tampak
Pulsasi Katup : ( ) Tampak ( ) Tidak tampak
b. Palpasi
Heat Rate :
Frekuensi : Kali/menit
Ciri denyutan : ( ) Pulsus anarkot ( ) Pulsus seler
( ) Pulsus paradox ( ) Pulsusu alternans
Irama ( ) Teratur ( ) Pulsus bigemini
( ) Pulsus trigeminus ( ) Pulsus ekstra systole
Isi nadi ( ) Kuat ( ) Lemah
Arteri Carotis ( ) Teraba ( ) Tidak teraba
( ) Kuat ( ) Lemah
Ictus Cordis : Teraba : Thrill ( ) Ya ( ) Tidak
JVP : tidak ada
CVP : tidak ada
Ektermitas : Edema ( ) Ya, Drajat edema :…….
( ) Tidak
Kulit : ( ) Hangat ( ) Dingin ( ) Lembab
Capillary Refil:( )>3 detik ( )<3 detik

20
c. Perkusi
Bunyi perkusi jantung :
Batas jantung : ( ) Normal ( ) Tidak normal
d. Auskultasi
Bunyi jantung I, II : ( ) Teratur ( ) Tidak normal
Gallop : ( ) Ada ( ) Tidak ada
Murmur/bising jantung : ( ) Ada ( ) Tidak ada
Drajat murmur :………………

3. System Gastrointestinal
Gejala (Subyekif) :
- Diit biasa (tipe) : lunak
- Jumlah makan/hari : 1500 kalori namun habis 1/4 porsi
- Pola diit : 3 kali sehari (pagi, siang, malam)
- Makan terakhir : siang jam 12.00 WIB
- Nafsu/selera makan : tidak ada
- Mual muntah : mual dan muntah
- Nyeri ulu hati : nyeri pada ulu hati

P Nyeri tidak diketahui penyebabnya


Q Nyeri seperti dipelintir
R Bagian perut atas kuadran tengah ( bagian lambung)
S Nyeri dalam skala 6
T Nyeri timbul secara menetap

21
Alergi makanan : tidak ada riwayat alergi makanan
- Masalah mengunyah/: tidak ada masalah
menelan
- Pola BAB : biasanya lancar 1 kali sehari namun sejak pagi
sebelum masuk rumah sakit pasien belum
BAB
- Kesulitan BAB : Konstipasi : tidak ada
Diare : tidak ada
- Penggunaan Laksantif : tidak ada
- Penurunan Inkontensia Alvi : tidak ada
- Riwayat Hemoroid : tidak ada

Pemeriksaan fisik abdomen :


Inspeksi : perut simetris kanan dan kiri tidak ada asites, tidak hamil,
Auskultasi : bising usus 12 x / menit
Perkusi : timpani, dan pekak pada kuadran kanan atas yaitu bagian
hepar.
Palpasi ; tidak ada massa dalam abdomen yang menandakan tumor.
Terdapat nyeri tekan pada bagian lambung.

Tanda (Objektif) :
a. Kondisi mulut
Gigi : keadaan utuh jumlah 32 buah, tidak terdapat
carries dentis
Mukosa Mulut : lembab
Lidah : kondisi lidah bersih
b. Antopometri
Berat badan : 46 Kg

22
Tinggi badan : 156 cm
IMT :-
c. Biochemical (hasil pemeriksaan Lab penunjang nutrisi)
Hemoglobin : 13,80 g/dl
d. Clinical Appearance (Penampilan klinik)
Klien nampak terlihat bersih dan berpenanmpilan rapi
dengan menggunakan pakaian kaos dan celana pendek
e. Diet (gangguan / kebiasaan pola makan)
( ) Mual ( ) Muntah
( ) Makan sebelumnya : Selama berada di RS klien makan
makanan yang dianjurkan oleh dokter sesuai diit yaitu
makanan lunak seperti bubur yang telah konsultasikan oleh
ahli gizi.
f. Inspeksi
Klien Nampak terlihat lemas,
g. Auskultasi
Bising Usus : 12 kali/menit
Pengkajian peristaltic : 12 kali/menit
( ) Normal ( ) Hiperaktif ( ) Hipoaktif
h. Palpasi
( ) Nyeri tekan, Kuadran : ada
( ) Massa : tidak ada
( ) Edema : tidak ada
( ) Ascites : tidak ada
( ) Turgor kulit : turgor kulit baik (elastis)
i. Perkusi
( ) Tympani ( ) Hypertympani
j. Hemoroid
( ) Ada, Drajat ( ) Tidak ada tidak terkaji

23
4. System Perkemihan
Gejala (Subjektif) : tidak ada masalah pada system perkemihan
a. Riwayat penyakit ginjal : tidak ada
b. Riwayat penggunaan deuretik : tidak ada
c. Rasa nyeri/rasa terbakar saat kencing : tidak ada
d. Kesulitan BAK : tidak ada

Tanda (Objektif) : tidak ada masalah pada system perkemihan


a. Pola BAK
Dorongan : Frekuensi : 3-4 kali/hari
b. Perubahan kandung kemih : Distensi kandung kemih
( ) Ada, Drajat ( ) Tidak ada
c. Karakteristik urine
warna : kuning kecokelatan
jumlah : 1500 cc
bau : khas (amoniak)

5. System Persyarafan
Gejala (Subjektif) : tidak ada masalah pada sytem persyarafan
a. Rasa ingin pingsan/pusing : tidak ada rasa ingin pingsan,
ada pusing
b. Sakit kepala PQRST : tidak ada sakit kepala
c. Kesemutan/kebas/kelemahan : tidak ada
d. Kesulitan menelan : tidak ada
e. Gejala sisa stroke : tidak ada
f. Kejang : tidak ada
g. Status psikososial : tidak ada masalah
h. Dll : tidak ada masalah

24
Tanda (Objektif) : tidak ada masalah pada sytem persyarafan
a. Pemeriksaan saraf kranial : normal
b. Pemeriksaan fungsi sensorik : normal
c. Pemeriksaan fungsi mototrik : normal
d. Pemeriksaan reflex : normal
e. Pemeriksaan saraf otonom : normal

6. System Immune
Gejela (Subjektif) :tidak ada masalah pada system immune
Riwayat imunisasi : tidak ada masalah
Tanda (Objektif) :tidak ada masalah pada system immune

7. System Reproduksi
Pria
Gejala (Subjektif : tidak ada masalah pada system
reproduksi
a. Rabas penis : tidak ada
b. Gangguan prostat : tidak ada
c. Sirkumsisi : tidak ada
d. Vasektomi : tidak ada
e. Melakukan pemeriksaan sendiri : tidak dilakukan pemeriksaan
f. Payudara/testis : tidak ada kelainan pada testis
g. Protoskopi/pemeriksaan prostat terakhir : tidak dilakukan
Tanda (Objektif) : tidak ada masalah pada system reproduksi
a. Pemeriksaan : tidak dilakukan pemeriksaan
b. Testis : tidak dilakukan pemeriksaan
c. Kulit genital/lesi : tidak ada

8. Sistem Muskuloskeletal

25
Gejala (Subjektif) : tidak ada masalah pada system muskuloskeletal
a. Riwayat cedera kecelakaan : tidak ada riwayat kecelakaan jatuh
dari sepeda motor
b. Fraktur /dislokasi : tidak terdapat fraktur
c. Arthritis/sendi tak stabil : tidak terdapat dislokasi sendi
d. Masalah punggung : tidak ada masalah
e. Riwayat penggunaan kortikosteroid : tidak ada riwayat
penggunaan kortikosteroid

Tanda (Objektif) :
a. Massa/tonus otot : tidak ada gangguan pada
ekstremitas
b. Postur : tampak tegap
c. Tremor : tidak ada
d. Rentang gerak : rentang gerak normal kecuali pada
extremitas bawah bagian kiri.
e. Kekuatan otot : normal dengan nilai skor 5
Ekstermitas atas kiri 5, kanan 5, ekstremitas bawah kiri 5,
dan kanan 5
f. Deformitas : tidak ada
g. Kelainan fungsi : tidak ada
h. Bengkak : tidak ada
i. Kekakuan : tidak ada kekakuan,
j. Infeksi : tidak ada
k. Instabilitas ligament : tidak ada
l. Luas luka dan lebar luka : tidak ada
m. fase penyembuhan :tidak ada
n. Gait/posisi jalan pasien : posisi jalan tidak normal,
o. Lain-lain : tidak ada

26
9. System Endokrin
Gejala (Subjektif) : tidak ada masalah pada system endokrin
a. Polyuria : tidak ada
b. Polydipsia : tidak ada
c. Polifagia : tidak ada
d. Susah tidur : pasien susah tidur karena merasakan nyeri
perut
e. Sering merasa lemah : tidak ada
f. Mudah lelah : tidak ada
g. Emosi labil : tidak ada
h. Gangguan pengelihatan (mata kabur) : tidak ada
i. Perubahan mestruasi/libido : tidak ada
j. Sering luka : tidak ada
k. Riwayat pg kortikosteroid jangka panjang` : tidak ada
l. Riwayat penyakit keturunan dalam keluarga : tidak ada
m. Riwayat trauma kepala : tidak ada
n. Riwayat pengangkatan kelenjar throid : tidak ada
o. Riwayat defisiensi iodin : tidak ada
Tanda (Objektif) : tidak ada masalah pada system endokrin
a. Keterlambatan pubertas : tidak mengalami keterlambatan
b. Tubuh sangat pendek : tidak ada
c. Luka sulit sembuh : tidak ada
d. Peningkatan suhu tubuh : tidak ada
e. Penurunan berat badan : tidak ada
f. Tremor : tidak ada
g. Berjerawat banyak : tidak ada

10. System Integumen

27
Gejala (Subjektif) : tidak ada masalah pada system integumen
a. Riwayat gangguan kulit : tidak ada
b. Keluhan klien : tidak ada
Tanda (Objektif) : tidak ada masalah pada system integumen
a. Penampilan lesi kulit : tidak ada
b. Lokasi lesi kulit : tidak ada
- Region : tidak ada
- Region relative : tidak ada
c. Jumlah lesi kulit : tidak ada
d. Penyebab lesi kulit : tidak ada
e. Abnormalitas kuku : tidak ada
f. Abnormalitas rambut : tidak ada
g. Penyebaran/kualitas rambut : penyebaran rambut merata
h. Diaforesis : tidak ada
i. Laserasi : tidak ada
j. Ulserasi : tidak ada
k. Ekimosis : tidak ada
l. Luka bakar (drajat/persen) : tidak ada
m. Drainase : tidak ada
n. Ruam kulit primer
- Macula ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Eritema ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Papula ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Nodula ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Vesikula ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Bula ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Pustule ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Urtika ( ) Ada ( ) Tidak ada

28
o. Ruam kulit skunder
- Skuama ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Krusta ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Erosi ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Ekskoriasi ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Ulkus ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Rhagaden ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Parut ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Keloid ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Abses ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Likenifikasi ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Guma ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Hiperpigmentasi ( ) Ada ( ) Tidak ada
- Lain-lain : tidak ada

11. System Sensori


Gejala (Subjektif) : tidak ada masalah pada system sensori
Tanda (Objektif) : tidak ada masalah pada system sensori

12. System Hematologi


Gejala (Subjektif) : tidak ada masalah pada system hematology
a. Riwayat kesehatan keluarga : Pasien mengatakan tidak ada
riwayat kesehatan keluarga yang berhubungan dengan
anemia dan perdarahan.
b. Riwayat kesehatan klien
- Tidak ada riwayat kesehatan yang berhubungan dengan
snemia dan perdarahan
c. Lain-lain : tidak ada masalah

29
Tanda (Objektif) : tidak ada masalah pada system hematologi
a. Jenis golongan darah : Golongan darah A
b. Tanda-tanda infeksi : Tidak ada demam, mengigil tidak ada
c. Perdarahan : epitaksis, petekie, purpura, perdarahan
gusi, ekimosis, menorhagi, hematrosis : tidak ada
d. Warna kulit : sawo matang
e. Dipsnea, nyeri dada, ortostatis : tidak ada
f. Pica (pada anemia difisiensi besi) : tidak ada
g. Perut terasa penuh, mudah kenyang (menunjukkan
splenomegaly) : tidak ada
h. Alkoholik, kekurangan gizi, vegetarian (pada anemia
megalobastik) : tidak ada
i. Pruritus (Pada polisitemia dan penyakit hodgskin)
: tidak ada
j. Sakit kepala dan gangguan neurologis (pada
trombositopenia) : tidak ada
k. Glositis : tidak ada
l. Limpadenopati : tidak ada
m. Nyeri tulang/ tenderness : tidak ada

30
D. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hari/tanggal : 22 -04-2018
Jam : 19.30 WIB
Nama Pasien : Nn. L
Jenis Kelamin : Perempuan
Bahan Pemeriksaan : Darah Rutin

Nama Hasil Nilai Rujukan Satuan Metode


Pemeriksaan
HEMATOLOGI
Hematokrit 47.13 40 – 52 % Flowcytometri
MCV 75 80-100 fL Flowcytometri
MCH 25.5 26.5 – 33.5 pg Flowcytometri
MCHC 34.0 31.5 – 35.0 g/dl Flowcytometri
RDW 17.0 11.5–14.0 % Flowcytometri
Hemoglobin 13.8 13.0 – 18.0 g/dl Flowcytometri
Eritrosit 6.27 4.5 – 5.5 10^6/uL Flowcytometri
Trombosit 255 150.000 – 400.000 10^3/uL Flowcytometri
Lekosit 12.36 4.000 – 11.000 10^3/uL Flowcytometri
Hitung Jenis (diff):
Granulosit 84.3 43.6-73.4 % Flowcytometri
Limfosit 12.0 25-40 % Flowcytometri
Monosit 3.7 2-8 % Flowcytometri

31
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hari/tanggal : 22-04-2018
Jam : 19.30
Nama Pasien : Nn L
Jenis Kelamin : Laki-laki
Bahan Pemeriksaan : Kimia Klinik

32
2. Terapi Medikasi

NAMA
NO DOSIS INDIKASI TANGGAL & WAKTU
OBAT

Pagi Siang Malam

Jenis : Per oral


1 Paracetamol 1000 mg, / 8 jam Digunakan untuk penghilang rasa 06.00 12.00 18.00
nyeri post operasi per oral
2 alprazolam 0.2 mg, /12 jam Obat penenang agar pasien bisa 20.00
istirahat tidur, diminum pada malam
hari
Jenis : Injeksi
1 Ranitidine 50 mg, /12 jam tukak lambung dan tukak duodenum, 18.00 06.00
refluks esofagitis, dispepsia episodik
kronis, tukak akibat AINS, tukak
duodenum karena H.pylori,
sindrom Zollinger-Ellison, kondisi lain
dimana pengurangan asam lambung
akan bermanfaat.
2 omeprazol 1 amp /12 jam Untuk obat tukak lambung 18.00 06.00
3 Ondancetron 1 amp/ 12 jam Obat muntah 18.00 06.00

33
3. Tanda-Tanda Vital
Tanggal dan Waktu Pemeriksaan
Jenis Tanggal : 23-04-2018 Tanggal : 24-04-2018
No
Pemeriksaan
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam

1 Tek darah 110/80 mmHg 100/80 mmHg 110/90 mmHg 120/80 mmHg 110/70 mmHg 100/70 mmHg

2 Suhu 38.2 0C 38.2. 0C 370C 36.5 0C 36.6 0C 36 0C

3 Nadi 105 x/menit 100 x/menit 98 x/menit 84 x/menit 88 x/menit 80 x/menit

4 Pernapasan 20 x/menit 20 x/menit 20 x/menit 18 x/menit 22 x/menit 20 x/menit

5 SPO2 95 95 96 94 95 98

Tanggal dan Waktu Pemeriksaan


Tanggal : 25-04-2018
Jenis
No
Pemeriksaan
Pagi : Siang : Malam :

1 Tekanan darah 120/70 mmHg - -


2 Suhu 36.2 0C - -
3 Nadi 80 x/menit - -
4 Pernapasan 20 x/menit - -
5 SPO2 97 - -

34
II. ANALISA DATA
INTERPRES
DATA MASALAH
Tgl /jam TASI
(SIGN/SYMPTOM) (PROBLEM)
(ETIOLOGI)

DS :

- Klien mengatakan nyeri perut


bagian atas
- Pasien mengatakan tidak bisa
tidur
- Pasien mengatakan mual
1 Agen injuri
muntah Nyeri akut
biologis
DO : Nadi : 110x/
menit

Pernafasan : 20x/
menit
Suhu tubuh : 38.20 C

35
Tekanan darah : 110/70
mmHg
- Ekspresi wajah meringis,
Pengkajian nyeri:
P : Nyeri timbul secara tiba - tiba
Q : nyeri seperti dipelintir
R: nyeri pada perut bagian atas
(ulu hati)
S: skala nyeri 6
T : dirasakan terus menerus
- Makan hanya habis 1/4 porsi
DS :

- Klien mengatakan Badannya


2
panas Proses infeksi hipertermi
- Pasien mengatakan tidak mau
minum karena mual

36
DO : Nadi : 100x/
menit

Pernafasan : 20x/
menit
Suhu tubuh : 380 C
Tekanan darah : 160/90
mmHg
- Pasien menggigil
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis; thypoid ditandai dengan pasien mengatakan nyeri perut bagian
atas
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan suhu tubuh 38 0 C dan leukosit 12.36

37
IV. RENCANA KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN

NO TANDA
TUJUAN DAN NOC NIC
DP TANGAN

TUJUAN : Manajemen nyeri :


1. Lakukan pengkajian nyeri
Setelah dilakukan tindakan komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/ durasi, kualitas
keperawatan selama 3 x 24
beratnya nyeri dan faktor pencetus
1
jam nyeri akut teratasi ,
2. Evaluasi dengan pasien efektifitas
penanyanganan nyeri sebelumnya.
Pain level dengan
3. Berikan informasi mengenai nyeri,
indikator:
seperti penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan dirasakan dan antisipasi

38
1. Mampu mengontrol dari ketidaknyamanan akibat
prosedur
nyeri ( tahu penyebab
4. Dorong pasien untuk memonitor
nyeri, mampu
nyeri dengan menangani nyeri
menggunakan tehnik dengan tepat
5. Ajarkan tehnik relaksasi yang tepat
nonfarmakologi untuk
6. Berikan pasien penurun nyeri yang
mengurangi nyeri
optimaldengan peresepan analgetik
2. Nyeri berkurang dari 7. Dukung istirahat /tidur yang adekuat
untuk menurunkan nyeri.
skala 1 ( berat) menjadi
Terapi relaksasi:
skala 3 (sedang)

1. Gali apakah ada intervensi relaksasi


Peningkatan istirahat
di masa lampau
tidur dengan indikator: 2. Berikan relaksasi yang tepat dan
jelas tentang relaksasi yang dipilih.
1. Interupsi pada saat 3. Dorong pasien relaksasi dengan
posisi yang nyaman
tidur menurun dari

39
skala 1(berat) menjadi 4. Minta klien untuk rileks gunakan
suara yang lembut, ajarkan relaksasi
3 (sedang)
dan pasien mempraktekkan
5. Gunakan relaksasi sebagai strategi
Monitor tanda - tanda
tambahan bersama obat anti nyeri
vital:
6. evaluasi dan dokumentasikan respon
terhadap relaksasi
1. Tanda - tanda vital
Peningkatan tidur :
dalam batas normal
1. Tentukan pola tidur/ aktifitas pasien
Manajemen gangguan 2. Bantu untuk menghilangkan situasi
stress sebelum tidur
makan dengan indikator:
3. Diskusikan dengan pasien dan
keluarga mengenai tehnik untuk
1. Kehilangan nafsu
meningkatkan tidur
makan dari skala 1
4. Atur lingkungan yang nyaman

Manajemen gangguan makan

40
(parah) menjadi 4 ( 1. Rundingkan dengan ahli gizi tentang
kalori dan tampilan makanan yang
sedikit)
tepat
2. Libatkan orang terdekat klien
3. Ajarkan dan dukung konsep nutrisi
yang baik

41
NO TANDA
TUJUAN DAN NOC NIC
DP TANGAN

TUJUAN : Perawatan Hipertermi :


1. Monitor tanda-tanda vital
Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor suhu tubuh dengan alat
yang sesuai
keperawatan selama 3 x 24
3. Monitor urin output
hipertermi teratasi , dengan
4. Instruksikan pasien mengenai tanda
2
kriteria hasil : dan gejala awal kondisi sakit yang
berhubungan dengan panas dan
Hipertermi dengan kapan mencari bantuan petugas
kesehatan.
indikator menununjukkan:
5. Anjurkan minuman yang
mengandung elektrolit

42
1. Hipertermi dari 6. Berikan kompres hangat untuk
menurunkan suhu tubuh pasien
sedang(2) menjadi
7. Kolaborasikan pemberian obat
ringan(4)
antipiretik
Manajemen cairan:
 Skala 36 ringan, 37

sedang 38 cukup berat 1. Catat input dan out put pasien


2. Monitor status hidrasi pasien(
dan lebih 38 berat
membran mukosa lembab dan
denyut nadi adekuat
2. Sakit kepala atau
3. Berikan terapi cairan IV yang sesuai
pusing dari skala 1(

berat) menjadi Manajemen pengobatan :


1. Tentukan obat yang diperlukan dan
4(ringan)
kelola menurut resep
2. Monitor efektifitas cara pemberian
2. Tanda - tanda vital
obat yang yang sesuai
dengan indikator:Tanda
3. Monitor efek samping obat

43
- tanda vital dalam 4. Tentukan kemampuan pasien untuk
mengobati diri sendiri dengan cara
batas normal
yang tepat
5. Berikan informasi tentang obat yang
Kontrol Hipertermi dengan
diberikan ke pasien
indikator:

1. Mampu mengontrol

peningkatan suhu

tubuh ( tahu penyebab

peningkatan suhu

tubuh, mampu

menggunakan tehnik

nonfarmakologi untuk

mengurangi hipertermi.

44
V. CATATAN KEPERAWATAN
NO HARI TANDA
JAM IMPLEMENTASI RESPON PASIEN
DP TANGGAL TANGAN
14. 30 1. Melakukan pengkajian nyeri DS
komprehensif yang meliputi.  Pasien mengatakan nyeri pada luka
lokasi, karakteristik, post opersi dibagian kaki sebelah
onset/durasi, frekuensi, kaualitas, kanan
intensitas atau beratnya nyeri dan P Nyeri karena bekas operasi
factor pencetus
Q Nyeri seperti tertusuk-tusuk
2. Memberikan informasi mengenai
nyeri, seperti penyebab nyeri,
R Bagian kaki sebelah kanan, pada
berapa lama nyeri di rasakan, dan bagian fibula
DX
1 antisipasi dari ketidaknyamanan S Nyeri dalam skala 6
akibat prosedur T Nyeri timbul secara tiba-tiba dan
3. Memonitoring tekanan darah, bersifat hilang timbul, durasi 1-
nadi, suhu, dan status pernafasan 2 menit
dengan tepat

DO
 Wajah nampak meringis
 Tanda-tanda vital

45
TD 110/80 mmhg

N 110 x/menit
S 38 oC
RR 20 x/menit

1. mendiskusikan tentang makanan Sebelum sakit pasien terbiasa makan makanan


yang diberikan dan kebiasaan pedas seperti bakso dan mie ayam, namun di rs
pasien pasien makan bubur yang diberikan walaupun
16.00 2. 1/3 porsi.

3. Melibatkan keluarga dalam Keluarga membantu menyuapai pasien


pemenuhan nutrisi pasien
Memberikan kompres hangat Pasien mengikuti dan mengatakan sakitnya
16.15
sudah lumayan enakan
1. Memberikan individu penurun DO
nyeri yang optimal dengan Ranitidine 50 mg,
resepan analgesic Omeprazole 1 vial
1 17.00 2. Menentukan obat apa yang ceftriaxon 500 mg,
diperlukan, dan kelola menurut
Paracetamol 500 mg
resep dan/atau protocol

1. Mengajarkan prinsip prinsip- DS


prinsip manajement nyeri,  Pasien mengatakan setelah melakukan
1 18.00
mengajarkan tehnik relaksasi tehnik relaksasi nyeri berkurang
P Nyeri

46
2. Mengevaluasi kefektifan dari Q Nyeri seperti digenggam
tindakan pengontrol nyeri yang R Bagian ulu hati
dipakai selama pengkajian nyeri S Nyeri dalam skala 5
dilakukan T Nyeri timbul secara tiba-tiba dan
3. Mengajarkan tehnik relaksasi bersifat hilang timbul, durasi 1-2
benson menit
4. Evaluasi tingkat nyeri
DO
 Pasien kooperatif selama melakukan
tehnik relaksasi
 Pasien dapat melakukan tehnik
relaksasi dengan baik

Mendiskusikan pola tidur pasien Pasien mengatakan biasa tidur jam


Memberikan tehnik relaksasi dan 22.00 malam
3 20.00
suasana tenang Pasien terlihat mulai mencoba tidur

1. Menentukan obat apa yang DO


diperlukan, dan kelola menurut Paracetamol 4x 1000 mg, 2 tablet
resep dan/atau protocol  Tanda-tanda vital
2. Memonitoring tekanan darah, TD 110/90 mmHg
1 18.00 nadi, suhu, dan status pernafasan
dengan tepat N 100 x/menit
S 370C
RR 20 x/menit

14. 30 4. Melakukan pengkajian nyeri DS


DX komprehensif yang meliputi.  Pasien mengatakan nyeri di ulu hati
1 lokasi, karakteristik, sudah berkurang
onset/durasi, frekuensi, kaualitas, P Nyeri karena sakit thipus

47
intensitas atau beratnya nyeri dan Q Nyeri seperti remas
factor pencetus R Bagian ulu hati
5. Memberikan informasi mengenai S Nyeri dalam skala 4
nyeri, seperti penyebab nyeri, T Nyeri timbul secara tiba-tiba dan
berapa lama nyeri di rasakan, dan bersifat hilang timbul, durasi 1-
antisipasi dari ketidaknyamanan
2 menit
akibat prosedur
6. Memonitoring tekanan darah,
nadi, suhu, dan status pernafasan
dengan tepat DO
 Wajah nampak meringis
 Tanda-tanda vital
TD 110/80 mmhg

N 110 x/menit

S 37.5 oC
RR 20 x/menit

4. mendiskusikan tentang makanan Sebelum sakit pasien terbiasa makan makanan


yang diberikan dan kebiasaan pedas seperti bakso dan mie ayam, namun di rs
pasien pasien makan bubur yang diberikan walaupun
16.00 5. 1/3 porsi.

6. Melibatkan keluarga dalam Keluarga membantu menyuapai pasien


pemenuhan nutrisi pasien

48
Memberikan kompres hangat Pasien mengikuti dan mengatakan sakitnya
16.15
sudah lumayan enakan
3. Memberikan individu penurun DO
nyeri yang optimal dengan Ranitidine 50 mg,
resepan analgesic Omeprazole 1 vial
1 17.00 4. Menentukan obat apa yang ceftriaxon 500 mg,
diperlukan, dan kelola menurut
Paracetamol 500 mg
resep dan/atau protocol

5. Mengajarkan prinsip prinsip- DS


prinsip manajement nyeri,  Pasien mengatakan setelah melakukan
mengajarkan tehnik relaksasi tehnik relaksasi nyeri berkurang
6. Mengevaluasi kefektifan dari P Nyeri
tindakan pengontrol nyeri yang Q Nyeri seperti diperas
dipakai selama pengkajian nyeri R Bagian ulu hati
dilakukan S Nyeri dalam skala 3
7. Mengajarkan tehnik relaksasi T Nyeri timbul secara tiba-tiba dan
1 18.00 benson bersifat hilang timbul, durasi 1-2
8. Evaluasi tingkat nyeri menit

DO
 Pasien kooperatif selama melakukan
tehnik relaksasi
 Pasien dapat melakukan tehnik
relaksasi dengan baik

Mendiskusikan pola tidur pasien Pasien mengatakan biasa tidur jam


Memberikan tehnik relaksasi dan 22.00 malam
3 20.00
suasana tenang Pasien terlihat mulai mencoba tidur

49
3. Menentukan obat apa yang DO
diperlukan, dan kelola menurut Paracetamol 4x 1000 mg, 2 tablet
resep dan/atau protocol  Tanda-tanda vital
4. Memonitoring tekanan darah, TD 110/90 mmHg
1 18.00 nadi, suhu, dan status pernafasan
dengan tepat N 100 x/menit
S 370C
RR 20 x/menit

50
EVALUASI

NO HARI TANGGAL TANDA


RESPON PERKEMBANGAN
DP PUKUL TANGAN
S Pasien mengatakan nyeri berkurang
P Nyeri karena sakit thipoid
Q Nyeri seperti di remas remas
R Bagian ulu hati
S Nyeri dalam skala 3
T Nyeri timbul secara tiba-tiba dan
bersifat hilang timbul, durasi 1-2
menit
DX Rabu, 25 April 2018
O  Wajah namapak rileks
1 jam 20.00
 Melakukan TTV
TD 110/70 mmHg
N 36.2 0C
S 80 x/menit
RR 18 x/menit
SPO2 97
A Masalah teratasi
P Intervensi selesai
S Pasien mengatakan panas tubuh sudah tidak lagi
O TD 110/70 mmHg
N 36.2 0C
DX Rabu, 25 April 2018
S 80 x/menit
2 jam 20.00
RR 18 x/menit
SPO2 97

51
A Masalah teratasi
P Intervensi selesai

52

Anda mungkin juga menyukai