Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pembelajaran adalah proses belajar mengajar yang dilakukan antara guru

dengan siswa yang harus berlangsung secara efektif. Keberhasilan proses belajar

mengajar pada pembelajaran dapat dilihat dari keberhasilan siswa yang mengikuti

kegiatan tersebut. Agar tujuan pembelajaran tercapai yaitu dengan adanya

peningkatan prestasi belajar siswa dan peningkatan kualitas. Peningkatan kualitas

pembelajaran ditunjukkan dengan peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa,

dan hasil belajar siswa.

Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan

nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan darinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pasal 3

tentang tujuan dari pendidikan di Indonesia adalah mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

2
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun

2006 tentang Satndar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI menyebutkan

mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang dirancang untuk

mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap

kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermayarakat yang

dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif dan terpadu

dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam

kehidupan di masyarakat (BSNP, 2006:575).

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mengembangkan potensi

peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat,

memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi,

dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari–hari baik yang

menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat (Trianto, 2014:176).

Tujuan pembelajaran IPS di SD agar peserta didik memiliki kemampuan dalam

(1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya; (2) berkemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3)

memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan;

serta (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (BSNP,

2006:575).

Tujuan pembelajaran IPS tercapai ditandai dengan adanya peningkatan


prestasi belajar siswa dan peningkatan kualitas pembelajaran. Kualitas

pembelajaran adalah keterkaitan sistemik dan sinergis antara guru, siswa,

kurikulum dan bahan belajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam

menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan

kurikuler. Indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari perilaku

pembelajaran pendidik, perilaku dan dampak belajar siswa, hasil belajar, iklim

pembelajaran, materi pembelajaran, kualitas media pembelajaran. Dalam

penelitian ini indikator tersebut akan akan dikaji dalam 3 variabel yaitu:

keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar.

Hasil refleksi peneliti saat melakukan pembelajaran dikelas VB SDN

Bendan Ngisor menggunakan kurikulum 2013 tema 3 mencakup muatan

pembelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Penjasorkes difokuskan pada

muatan IPS. Pada muatan IPS tujuan pembelajaran belum optimal karena

mengalami beberapa kendala antara lain: dari keterampilan guru: guru belum

optimal dalam mengelola kegiatan siswa dalam pada saat kerja kelompok dan

belum memanfaatkan media pembelajaran dalam menyampaikan materi, aktivitas

siswa: dalam pembelajaran IPS siswa cenderung untuk menghafal materi dan

dalam kegiatan kerja kelompok hanya beberapa siswa saja yang aktif dan siswa

yang lain bermain sendiri. Pencapaian hasil belajar muatan IPS masih rendah,

ditunjukkan nilai ulangan harian siswa kelas VB hanya 37% siswa yang mencapai

KKM yaitu 65. Berdasarkan data hasil belajar dan pelaksanaan mata pelajaran IPS
maka diperlukan peningkatan proses pembelajaran, agar siswa sekolah dasar lebih

antusias dan aktif dalam pembelajaran IPS, sehingga dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran IPS.

Berdasarkan kondisi diatas, guru bersama guru mitra melakukan tindakan

perbaikan kualitas pembelajaran yang mengaktifkan semua siswa dan

menciptakan kondisi belajar menyenangkan dengan menerapkan Model

Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray dengan media Powerpoint dan

menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan santifik berdasar pada

pembelajaran dalam Kurikulum 2013 yang menekankan pada dimensi pedagogik

modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan saintifik

(pendekatan ilmiah). Pendekatan santifik menerapkan lima pengalaman belajar

pokok yaitu: a) mengamati; b) menanya; c) mengumpulkan informasi;

d) mengasosiasi; dan e) mengkomunikasikan seperti yang tertulis pada Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014. Penggunaan

pendekatan santifik dimaksudkan untuk mendorong siswa dalam mencari tahu

informasi dari berbagai sumber serta memberikan pemahaman dalam mengenal.

Proses pembelajaran tersebut bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa

dalam belajar yang mencakup pengembangan sikap, pengetahuan, dan

keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan sesuai dengan

standar kelulusan tahun 2013.

Pendekatan saintifik ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan


siswa dalam belajar yang mencakup pengembangan sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Melalui model pembelajaran Two Stay Two Stray ini diharapkan

siswa dapat belajar dengan lebih semangat karena siswa akan merasakan

pembelajaran yang melibatkan siswa dengan belajar bersama kelompok secara

langsung dengan menggunakan media presentasi yang menarik.

Kelebihan penggunaan Two Stay Two Stray adalah dapat meningkatkan

aktivitas peserta didik dalam pembelajaran yang membuat cara belajar peserta

didik menjadi lebih bermakna, sehingga tidak akan terjadi pembelajaran yang

teacher center namun mengarah student center, dengan demikian teknik ini

dapat meningkatkan penguasaan materi IPS karena peserta didik bisa bertukar

pendapat serta berdiskusi dengan teman-teman saat kerja kelompok. Model Two

Stay Two Stray ini cukup efektif untuk meningkatkan penguasaan materi IPS.

Sehingga peneliti memilih teknik pembelajaran ini untuk meningkatkan

penguasaan konsep pada peserta didik kelas VB SDN Bendan Ngisor. Tujuan

penggunaan model Two Stay Two Stray akan mengarahkan peserta didik untuk

aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga

menyimak materi yang dijelaskan oleh teman.

Selain menggunakan model Two Stay Two Stray juga digunakan media

powerpoint. Penggunaan media pembelajaran dapat membangkitkan keinginan

dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar,

dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan


media Powerpoint disini menjadikan pembelajaran IPS lebih kondusif dan efektif.

Siswa tertarik dengan materi pembelajaran sehingga kondisi kelas lebih tenang

dan konsentrasi akan terbangun dengan sendirinya pada diri masing-masing siswa.

Hasil penelitian yang menunjukkan tentang keberhasilan berkaitan

penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray dalam kegiatan pembelajaran

antara lain penelitian yang dilakukan oleh Cici Indriyani dengan judul

“Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS dengan Model Pembelajaran

Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Pada Siswa Kelas IV SD Tambakaji 05

Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang”. Hasil penelitian yang diperoleh dalam

penelitian ini yaitu; bahwa skor rata-rata keterampilan guru pada siklus I adalah

2,8 dengan persentase 70% termasuk dalam kategori baik, pada siklus II adalah

3,33 masuk dalam kategori sangat baik dengan persentase 83%. Hal ini

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada keterampilan guru sebesar 0,53

dengan persentase 13%. Sedangkan rata-rata aktivitas siswa pada siklus I adalah

2,85 dengan persentase 72,5%, pada siklus II menjadi 3,22 dengan persentase

80,5% sehingga terjadi peningkatan yang cukup baik yaitu sebesar 0,37 dengan

persentase 8%. Persentase ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan

yaitu pada siklus I persentase ketuntasan belajar mencapai 69%. Pada siklus II

mengalami peningkatan yaitu 82%. (Jurnal Kependidikan Dasar Vol 1 No.2

Tahun 2011: http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chemined/article/view/989/

1017. Diakses pada tanggal 28 januari 2015)


Manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran IPS. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan santifik, model

Two Stay Two Stray, dan media Powerpoint. Penerapan model Kooperatif Two

Stay Two Stray dalam pembelajaran bentuk kelompok dapat meningkatkan

partisipasi siswa, dan penggunaan media Powerpoint diharapkan pembelajaran

lebih menarik karena guru menggunakan media penyampaian materi sehingga

hasil belajar siswa meningkat.

Berdasarkan uraian latar belakang, maka peneliti akan melakukan

penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru sendiri ketika

mendapatkan permasalahan pada pembelajaran dan mencarikan solusinya dalam

upaya memperbaiki kualitas pembelajarannya. Penelitian ini mengambil judul

“Peningkatan kualitas pembelajaran IPS melalui model Two Stay Two Stray

dengan media Powerpoint di SDN Bendan Ngisor Kota Semarang”.

1.2 RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

1.2.1 Rumusan Masalah

1.2.1.1 Rumusan Umum

Bagaimanakah model Two Stay Two Stray dengan media Powerpoint

dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di kelas VB SDN Bendan Ngisor

Kota Semarang?

1.2.1.2 Rumusan Khusus

1. Apakah model pembelajaran Two Stay Two Stray dengan media Powerpoint
dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS di kelas VB

SDN Bendan Ngisor Kota Semarang?

2. Apakah model pembelajaran Two Stay Two Stray dengan media Powerpoint

dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VB

SDN Bendan Ngisor Kota Semarang?

3. Apakah model pembelajaran Two Stay Two Stray dengan media Powerpoint

dapat meningkatkan hasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VB

SDN Bendan Ngisor Kota Semarang?

1.2.2 Pemecahan Masalah

Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan pada pembelajaran IPS

kelas VB SDN Bendan Ngisor maka untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

perlu diambil tindakan yaitu melalui perencanaan penerapan model Two Stay Two

Stray menurut Agus Suprijono (2012:140), dikombinasikan dengan media

Powerpoint menurut Daryanto (2012: 70), dan menngunakan pendekatan saintifik

menurut Hosnan (2014: 39-41). Adapun langkah-langkah tindakan tersebut

adalah:

1) Guru menyiapkan materi dan siswa mempersiapkan diri.

2) Guru membuka pelajaran dan melakukan apersepsi.

3) Siswa mendengarkan materi dari guru dan mengamati tayangan powerpoint

tentang tokoh perjuangan kemerdekaan yang telah disiapkan oleh guru

kemudian melakukan tanya jawab. (mengamati, menanya)


4) Siswa membentuk kelompok secara heterogen yang benggotakan 4 anak,

2 anak sebagai tuan rumah dan 2 anak lainya sebagai tamu, dan siswa

menggunakan tanda di kepala berbentuk bulan sebagai tuan rumah dan

bintang sebagai tamu. (membuat jejaring)

5) Siswa diberikan lembar kerja yang dibahas bersama-sama dengan anggota

kelompoknya. (menalar)

6) Dua orang siswa dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya

untuk bertamu ke kelompok lain. Dua orang siswa yang tinggal dalam

kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu

mereka. (mencoba, mengkomunikasikan)

7) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan

temuan mereka dari kelompok lain untuk mencocokkan dan membahas hasil

hasil kerja mereka. (mencoba, mengkomunikasikan)

8) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.

(mengkomunikasikan).

9) Guru dan siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran kemudian melakukan

evaluasi. (mengkomunikasikan, menalar)

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian adalah :

1.3.1 Tujuan Umum

Meningkatkan kualitas pembelajaran IPS SD dengan penerapan model Two Stay


Two Stray berbantuan media Powerpoint.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mendiskripsikan peningkatan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS

dengan penerapan model Two Stay Two Stray dengan media Powerpoint pada

siswa kelas VB SD Negeri Bendan Ngisor Kota Semarang.

2. Mendiskripsikan peningkatan aktivitas siswa pada pembelajaran IPS dengan

penerapan model Two Stay Two Stray dengan media Powerpoint pada siswa

kelas VB SD Negeri Bendan Ngisor Kota Semarang.

3. Mendiskripsikan peningkatan hasil belajar IPS dengan penerapan model Two

Stay Two Stray dengan media Powerpoint pada siswa kelas VB SD Negeri

Bendan Ngisor Kota Semarang.

10

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Manfaaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengembangan teori

pembelajaran IPS, menjadi kajian tentang hasil penelitian Ilmu Pengetahuan

Sosial serta sebagai referensi atau bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat praktis


Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah:

1. Siswa

Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray dengan media

Powerpoint menjadikan pembelajaran siswa dikelas lebih bervariasi sehingga

meningkatkan minat dan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran IPS.

Hasil belajar siswa yang dicapai siswa dalam pembelajaran IPS meningkat

dan membentuk karakter siswa.

2. Guru

Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray dengan media

Powerpoint bisa diterapkan guru dalam memberikan pengetahuan maupun

materi serta memberikan pengalaman baru tentang model pembelajaran

kooperatif dan membuat guru lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan

pembelajaran.

3. Lembaga/ Sekolah

Model Pembelajaran Two Stay Two Stray dengan media Powerpoint dapat

memberikan panduan model dan media pembelajaran untuk diterapakan

sehingga bisa meningkatkan kualitas pembelajaran.

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI


2.1.1 Hakikat Belajar

2.1.1.1 Pengertian Belajar

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses

perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkunganya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan

tersebut akan nyata pada seluruh aspek tingkah laku.Belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamn sendiri dalam interaksi

dengan lingkunganya. Perubahan yang terjadi dalam diri seseprang banyak sekali

baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam

diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar (Slameto, 2013:2).

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau

tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni

mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan

pengubahan kelakuan. Tujuan belajar itu prinsipnya sama, yakni perubahan

tingkah laku, hanya berbeda cara atau usaha pencapaiannya. Pengertian ini

menitik beratkan pada interaksi antara individu dengan lingkungan.Didalam

interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar. Belajar

bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi,

11

12

merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh (Oemar Hamalik,


2014:28).

Cronbach, Haronld Spears, dan Geoch mengungkapkan definisi belajar

yaitu (1) Cronbach memberikan definisi ,”Learning is shown by a change in

behavior as a result of experience.” (Belajar adalah memperlihatkan perubahan

dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman). (2) Harold Spears memberikan

batasan,”Learning is to be observe, to read, to iniate, to try something themselves,

to listen, to follow direction.” (Belajar adalah mengamati, membaca, berinisisasi,

mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjik). (3) Geoch

mengatakan, ”Learning is change in perfomance as a result of practice.” (Belajar

adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktik) (Hamdani,2011:20).

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan yang keadaaannya berbeda

dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan

tindakan yang serupa itu dengan beberapa kegiatan antara lain membaca,

mengamati, mendengarkan, meniru, dan lainya . Belajar itu mempunyai sifat aktif

dan terarah yang mempunyai intensitas tergantung pada tingkat kematangan fisik,

mental, dan tendensi pada seorang individu yang melakukanya.

2.1.1.2 Prinsip-prinsip belajar

Dalam Suprijono, (2012 : 4-5), menyatakan bahwa prinsip-prinsip belajar

terdiri dari tiga hal.

Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil belajar

yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

13
a. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental, yaitu perubahan yang disadari.

b. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya.

c. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.

d. Positif atau berakumulasi.

e. Aktif sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.

f. Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig, belajar sebagai

“any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire

that accurs as a result of experience”.

g. Bertujuan dan terarah.

h. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena dorongan kebutuhan

dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah sistemik yang dinamis, konstruktif,

dan organic. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen

belajar.

Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya

adalah hasil interaksi antara peserta didik dan lingkungannya.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip belajar ada tiga, yaitu

belajar merupakan perubahan tingkah laku, belajar merupakan proses, dan belajar

merupakan bentuk pengalaman bagi setiap individu.

2.1.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat

digolongkan menjadi dua bagian yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri

peserta didik (intern) dan faktor-faktor yang berasal dari luar diri peserta didik

14
(ektern). Faktor intern adalah faktor yang ada didalam individu yang sdang

belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu

(Slameto, 2013:54).

Salah satu faktor internal adalah kecerdasan, kecerdasan merupakan salah

satu aspek yang penting dan sangat menentukan berhasil-tidaknya studi seseorang.

Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau diatas normal,

secara potensi ia dapat mencapai prestasi tinggi (Kartono dalam

Hamdani,2011:139).

Selain kecerdasan yang merupakan faktor internal antara lain: (1)faktor

jasmani atau faktor fisiologis yang pada umumnya sangat berpengaruh terhadap

kemampuan belajar seseorang (2) Sikap seseorang yang dapat dipengaruhi oleh

pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan (3) minat, menurut para ahli psikologis

minat merupakan suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan

mengingat sesuatu secara terus menerus (4) bakat, merupakan kemampuan

potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang

akan datang (5) motivasi, yang merupakan pendorong seseorang untuk melakukan

sesuatu (Hamdani, 2011:142).

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar adalah: (1)faktor

keluarga, siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara

orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan

keadaan ekonomi keluarga, (2) keadaan sekolah, faktor sekolah yang

mempengaruhi belajar ini mencangkup metode mengajar, kurikulum, relasi


gurudengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan

15

waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas

rumah, (3) lingkungan masyarakat, masyarakat merupakan faktor ektern yang

juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena

keberadaannya siswa dalam masyarakat (Slameto, 2013:60)

Suatu faktor atau pendorong yang biasanya besar pengaruhnya dalam

belajarnya anak-anak didik kita adalah cita-cita. Cita-cita merupakan pusat dari

bermacam-macam kebutuhan, artinya kebutuhan-kebutuhan biasanya

disentralisasikan di sekitar cita-cita itu, sehingga dorongan tersebut mampu

memobilisasikan energi psikis untuk belajar (Daryanto, 2013:58).

Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor- faktor

yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor ekternal dan intern. Faktot internal

terdiri dari kecerdasan, faktor jasmani, sikap, minat, bakat, dan motivasi.

Kemudian utuk faktor ekternal terdiri dari lingkungan sosial dan lingkungan non

sosial. Faktor internal dan ekternal saling mempengaruhi prestasi belajar siswa,

serta cita-cita peserta didik juga merupakan faktor yang mempengaruhi

belajarnya.

2.1.2 Hakikat pembelajaran

2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran berdasarkan makna lesikal berarti proses, cara, perbuatan

memahami.Subjek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran berpusat pada


peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif, merupakan proses organic

Anda mungkin juga menyukai