PENDAHULUAN
dengan siswa yang harus berlangsung secara efektif. Keberhasilan proses belajar
mengajar pada pembelajaran dapat dilihat dari keberhasilan siswa yang mengikuti
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
2
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif dan terpadu
peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat,
memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi,
dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari–hari baik yang
lingkungannya; (2) berkemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3)
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (BSNP,
2006:575).
kurikulum dan bahan belajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam
menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan
kurikuler. Indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari perilaku
pembelajaran pendidik, perilaku dan dampak belajar siswa, hasil belajar, iklim
penelitian ini indikator tersebut akan akan dikaji dalam 3 variabel yaitu:
muatan IPS. Pada muatan IPS tujuan pembelajaran belum optimal karena
mengalami beberapa kendala antara lain: dari keterampilan guru: guru belum
optimal dalam mengelola kegiatan siswa dalam pada saat kerja kelompok dan
siswa: dalam pembelajaran IPS siswa cenderung untuk menghafal materi dan
dalam kegiatan kerja kelompok hanya beberapa siswa saja yang aktif dan siswa
yang lain bermain sendiri. Pencapaian hasil belajar muatan IPS masih rendah,
ditunjukkan nilai ulangan harian siswa kelas VB hanya 37% siswa yang mencapai
KKM yaitu 65. Berdasarkan data hasil belajar dan pelaksanaan mata pelajaran IPS
maka diperlukan peningkatan proses pembelajaran, agar siswa sekolah dasar lebih
antusias dan aktif dalam pembelajaran IPS, sehingga dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran IPS.
Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray dengan media Powerpoint dan
keterampilan. Melalui model pembelajaran Two Stay Two Stray ini diharapkan
siswa dapat belajar dengan lebih semangat karena siswa akan merasakan
aktivitas peserta didik dalam pembelajaran yang membuat cara belajar peserta
didik menjadi lebih bermakna, sehingga tidak akan terjadi pembelajaran yang
teacher center namun mengarah student center, dengan demikian teknik ini
dapat meningkatkan penguasaan materi IPS karena peserta didik bisa bertukar
pendapat serta berdiskusi dengan teman-teman saat kerja kelompok. Model Two
Stay Two Stray ini cukup efektif untuk meningkatkan penguasaan materi IPS.
penguasaan konsep pada peserta didik kelas VB SDN Bendan Ngisor. Tujuan
penggunaan model Two Stay Two Stray akan mengarahkan peserta didik untuk
aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga
Selain menggunakan model Two Stay Two Stray juga digunakan media
dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar,
Siswa tertarik dengan materi pembelajaran sehingga kondisi kelas lebih tenang
dan konsentrasi akan terbangun dengan sendirinya pada diri masing-masing siswa.
penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray dalam kegiatan pembelajaran
antara lain penelitian yang dilakukan oleh Cici Indriyani dengan judul
Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Pada Siswa Kelas IV SD Tambakaji 05
penelitian ini yaitu; bahwa skor rata-rata keterampilan guru pada siklus I adalah
2,8 dengan persentase 70% termasuk dalam kategori baik, pada siklus II adalah
3,33 masuk dalam kategori sangat baik dengan persentase 83%. Hal ini
dengan persentase 13%. Sedangkan rata-rata aktivitas siswa pada siklus I adalah
2,85 dengan persentase 72,5%, pada siklus II menjadi 3,22 dengan persentase
80,5% sehingga terjadi peningkatan yang cukup baik yaitu sebesar 0,37 dengan
yaitu pada siklus I persentase ketuntasan belajar mencapai 69%. Pada siklus II
Two Stay Two Stray, dan media Powerpoint. Penerapan model Kooperatif Two
penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru sendiri ketika
“Peningkatan kualitas pembelajaran IPS melalui model Two Stay Two Stray
Kota Semarang?
1. Apakah model pembelajaran Two Stay Two Stray dengan media Powerpoint
dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS di kelas VB
2. Apakah model pembelajaran Two Stay Two Stray dengan media Powerpoint
3. Apakah model pembelajaran Two Stay Two Stray dengan media Powerpoint
perlu diambil tindakan yaitu melalui perencanaan penerapan model Two Stay Two
adalah:
2 anak sebagai tuan rumah dan 2 anak lainya sebagai tamu, dan siswa
kelompoknya. (menalar)
untuk bertamu ke kelompok lain. Dua orang siswa yang tinggal dalam
7) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan
temuan mereka dari kelompok lain untuk mencocokkan dan membahas hasil
(mengkomunikasikan).
dengan penerapan model Two Stay Two Stray dengan media Powerpoint pada
penerapan model Two Stay Two Stray dengan media Powerpoint pada siswa
Stay Two Stray dengan media Powerpoint pada siswa kelas VB SD Negeri
10
Sosial serta sebagai referensi atau bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.
1. Siswa
Hasil belajar siswa yang dicapai siswa dalam pembelajaran IPS meningkat
2. Guru
kooperatif dan membuat guru lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan
pembelajaran.
3. Lembaga/ Sekolah
Model Pembelajaran Two Stay Two Stray dengan media Powerpoint dapat
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
tersebut akan nyata pada seluruh aspek tingkah laku.Belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamn sendiri dalam interaksi
dengan lingkunganya. Perubahan yang terjadi dalam diri seseprang banyak sekali
baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam
Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni
tingkah laku, hanya berbeda cara atau usaha pencapaiannya. Pengertian ini
bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi,
11
12
dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman). (2) Harold Spears memberikan
dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan
tindakan yang serupa itu dengan beberapa kegiatan antara lain membaca,
mengamati, mendengarkan, meniru, dan lainya . Belajar itu mempunyai sifat aktif
dan terarah yang mempunyai intensitas tergantung pada tingkat kematangan fisik,
13
a. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental, yaitu perubahan yang disadari.
dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah sistemik yang dinamis, konstruktif,
belajar.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip belajar ada tiga, yaitu
belajar merupakan perubahan tingkah laku, belajar merupakan proses, dan belajar
digolongkan menjadi dua bagian yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
peserta didik (intern) dan faktor-faktor yang berasal dari luar diri peserta didik
14
(ektern). Faktor intern adalah faktor yang ada didalam individu yang sdang
belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu
(Slameto, 2013:54).
satu aspek yang penting dan sangat menentukan berhasil-tidaknya studi seseorang.
Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau diatas normal,
Hamdani,2011:139).
jasmani atau faktor fisiologis yang pada umumnya sangat berpengaruh terhadap
kemampuan belajar seseorang (2) Sikap seseorang yang dapat dipengaruhi oleh
pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan (3) minat, menurut para ahli psikologis
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan datang (5) motivasi, yang merupakan pendorong seseorang untuk melakukan
keluarga, siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara
orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan
15
waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas
belajarnya anak-anak didik kita adalah cita-cita. Cita-cita merupakan pusat dari
yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor ekternal dan intern. Faktot internal
terdiri dari kecerdasan, faktor jasmani, sikap, minat, bakat, dan motivasi.
Kemudian utuk faktor ekternal terdiri dari lingkungan sosial dan lingkungan non
sosial. Faktor internal dan ekternal saling mempengaruhi prestasi belajar siswa,
belajarnya.