Jangan Download
Jangan Download
OLEH:
RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Vicky William
dr. Harry Supratama A
SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Micheal John, M.Kes, Sp.OT
Telah menyelesaikan referat dengan judul Pelvic Fractures in Polytrauma Patient dalam
rangka menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Orthopedi dan
Supervisor Pembimbing
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................................i
Lembar Pengesahan...................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
2.1 Definisi...............................................................................................................6
2.4 Prognosis............................................................................................................9
Daftar Pustaka...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Politrauma adalah kumpulan gejala dari beberapa cedera pada tubuh dengan reaksi
sistemik sehingga dapat menyebabkan disfungsi atau kegagalan organ dan tanda-tanda vital.
Cedera ortopedi merupakan salah satu cedera yang dapat terjadi pada pasien politrauma, yang
pada umumnya tidak membahayakan jiwa jika cedera tersebut tidak menyebabkan instabilitas
darah dari cedera pelvis. Perdarahan merupakan penyebab utama kematian pada pasien
dengan fraktur pelvis, dengan keseluruhan angka kematian antara 6-35% pada fraktur pelvis
berkekuatan-tinggi. 1
Berdasarkan WHO 2010, trauma adalah suatu penyakit yang dapat dicegah, dapat
diprediksi dan dapat diobati. Kematian akibat trauma mencapai 5,8 juta jiwa setiap tahunnya
di seluruh dunia dan merupakan penyebab utama kematian pada usia muda (5-44 tahun).
Perdarahan sehubungan fraktur pelvis menuntut evaluasi yang efisien dan intervensi
yang cepat. Evaluasi dan perawatan pasien dengan fraktur pelvis membutuhkan sebuah
pendekatan multidisiplin. Penilaian dini oleh ahli bedah ortopedi yang mengenal pola fraktur
pelvis memudahkan tim pengobatan untuk membangun igament dan prioritas pengobatan,
terhadap sumber perdarahan potensial dan kesadaran akan pilihan pengobatan adalah penting
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Definisi
Politrauma adalah cedera pada minimal 2 bagian tubuh dengan AIS≥ 3 dan berkaitan
dengan salah satu atau lebih parameter fisiologik yaitu hipotensi (TDS ≤ 90mmHg), tingkat
kesadaran (GCS ≤ 8), asidosis (BE≤ - 6), koagulopati (INR ≥ 1.4 or aPTT≥ 40s), dan umur
(≥ 70 tahun). 3,4
Politrauma harus dibedakan dengan fraktur multipel. Fraktur multipel adalah masalah
ortopedi yang murni karena tidak melibatkan sistem skeletal. Sedangkan pada politrauma,
ada keterlibatan lebih dari satu sistem seperti terkait dengan cedera kepala, cedera thorax,
vertebra servikal
multi sistem terutama pada pasien dengan penurunan kesadaran atau trauma
Options:
Membuka jalan nafas: Chin lift atau Jaw thrust
Deliver O2
Bag Valve mask
Guedel / Nasopharyngeal
Laryngeal mask
Endo/Naso Tracheal tube
Surgical Airway
High flow O2
Penanganan:
Kesadaran
Warna kulit
Nadi
Penanganan:
Adequate airway
Adequate Ventilation
2 large bore venflons (Poiseuille Law)
2 litres crystalloid
Control bleeding points
Resuscitative laparotomy
Resuscitative thoracotomy
A : Alert
selesai, upaya resusitasi sedang berlangsung, dan telah terjadi peningkatan fungsi vital
pasien. Ketika personel medis tambahan tersedia, bagian dari secondary survey dapat
dilakukan sementara personel lain tetap menjalankan primary survey. Metode ini tidak
(riwayat lengkap) dan pemeriksaan fisik, termasuk penilaian ulang semua tanda-tanda
vital. Setiap igame tubuh diperiksa sepenuhnya. Potensi untuk lalai dalam
menemukan suatu cedera atau gagal mengidentifikasi tanda-tanda khusus dari suatu
injury. Namun, riwayat tersebut sering tidak dapat diperoleh langsung dari pasien
yang mengalami trauma yang berkelanjutan; Oleh karena itu, petugas pre-hospital dan
adalah igament yang tepat untuk tujuan ini: Allergies, Medications currently used,
fisiologis pasien dan memberikan petunjuk untuk cedera yang diantisipasi. Beberapa
cedera dapat diprediksi berdasarkan arah dan jumlah igame yang terkait dengan
mechanism of injury. Pola cedera juga dipengaruhi oleh kelompok umur dan aktivitas.
Cedera dibagi menjadi dua kategori besar: trauma tumpul dan trauma penetrasi. Jenis
cedera lain yang penting informasi historisnya termasuk cedera termal dan yang
Tabel 1.
Mechanism of injury and suspected injury patterns 4
Pemeriksaan Fisis
struktur maksilofasial, cervical spine dan leher, thorax, abdomen, pelvis, perineum,
igame dan vagina. Secondary survey dimulai dengan mengevaluasi kepala untuk
mengidentifikasi semua cedera neurologis terkait. Seluruh scalp dan kepala harus
diperiksa apakah ada laserasi, kontusio, dan fraktur. Karena edema di sekitar mata
dahulu, yaitu berupa pemeriksaan visual acuity, ukuran pupil, perdarahan konjungtiva
dan/atau fundi, cedera penetrasi, lensa kontak (lepaskan sebelum edema terjadi),
dislokasi lensa, ocular entrapment. Pemeriksaan wajah harus meliputi palpasi semua
struktur tulang, penilaian oklusi, pemeriksaan intraoral, dan penilaian jaringan lunak.4
cervical spine injury (mis. Fraktur dan/atau cedera igament), dan gerakan cervical
spine harus dibatasi. Pemeriksaan leher meliputi inspeksi, palpasi, dan auskultasi.
Nyeri cervical spine, emfisema subkutan, deviasi trakea, dan fraktur laring dapat
CT. Pada igame thorax, pemeriksaan fisik melalui evaluasi visual dada, baik anterior
segmen flail yang besar. Evaluasi meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan
chest xray. Evaluasi lengkap thorax membutuhkan palpasi seluruh dinding thorax,
termasuk klavikula, kosta, dan sternum. Cedera pada thorax iga bermanifestasi
menangani trauma tumpul abdomen, karena seiring waktu, temuan pada abdomen
pasien dapat berubah. Keterlibatan awal seorang ahli bedah sangat penting. Fraktur
pelvis dapat dicurigai dengan identifikasi ekimosis pada iliac wing, pubis, labia, atau
skrotum. Nyeri pada palpasi pelvic ring merupakan temuan penting pada pasien sadar.
Selain itu, penilaian pulsasi perifer dapat mengidentifikasi adanya cedera pembuluh
keberadaan darah dalam lumen usus, integritas dinding igame, dan kualitas tonus
sfingter. Pemeriksaan vagina harus dilakukan pada pasien yang berisiko cedera
vagina. Klinisi harus menilai adanya darah dalam vagina dan laserasi vagina.4
Fraktur Pelvis
Pasien dengan hipotensi dan fraktur pelvis memiliki angka kematian yang
tinggi. Pengambilan keputusan yang baik sangat penting untuk outcome yang optimal.
urethra (hematoma skrotum atau darah di meatus uretra), leg length discrepancy, dan
deformitas rotasi tungkai tanpa fraktur yang jelas. Pada pasien-pasien ini, hindari
memanipulasi pelvis secara manual, karena dapat mengeluarkan bekuan darah yang
ada dan menyebabkan perdarahan lebih lanjut. Palpasi dari tulang pelvis untuk dapat
Pelvic ring injury dapat terjadi pada kecelakaan kendaraan bermotor, tabrakan
rupturnya kompleks igament posterior. Pelvic ring melebar, merobek pleksus vena
posterior dan cabang-cabang igame arteri iliaca interna. Pendarahan yang terjadi
panggul, dan merupakan mekanisme fraktur panggul yang paling umum dalam
internal selama kompresi lateral, mengurangi volume pelvis dan mengurangi tension
pada struktur igament panggul. Rotasi internal ini dapat mendorong pubis ke lower
dan/atau uretra.5
vaskularisasi iliac dan menyebabkan perdarahan hebat. Dalam mekanisme ini, gaya
geser berenergi tinggi terjadi di sepanjang bidang igament melintasi aspek anterior
dan posterior pelvic ring. Geser igament ini mengganggu igament sacrospinous dan
sacrotuberous dan menyebabkan major pelvic instability. Jatuh dari ketinggian lebih
2.4 Prognosis
Death in Polytrauma7
• Immediate trauma death/First peak of death
Severe head injury
Brain stem injury
High cord injury
Heart and major vessel injury
Massive blood loss
• Early trauma death/Second peak of death
Intracranial bleed
Chest injury
Abdominal bleeding
Pelvic bleeding
Multiple limb injury
Sepsis
Organ Failure
DAFTAR PUSTAKA
Pelvic Fracture. The Journal of the American Academy of Orthopaedic Surgeons 2009
Aug;17(7):447-57.
2. LaGrone L et al. Uptake of the World Health Organization’s trauma care guidelines: a
4. American College of Surgeons. 2018. Advanced Trauma Life Support Tenth Edition.