Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengobatan pada zaman Nabi terkenal dengan istilah Thibbun
Nabawi, dimunculkan oleh para dokter muslim sekitar abad 13 M untuk
menunjukkan berbagai ilmu kedokteran yang berada dalam bingkai
keimanan pada Allah, sehingga terjaga dari kesyirikan, takhayul dan
khurofat. Thibbun Nabawi mengacu pada kata dan tindakan Nabi dengan
sandaran pada penyakit, pengobatan penyakit, dan perawatan pasien.
Demikian juga termasuk perkataan Nabi mengenai berbagai hal
medis, perawatan medis yang dipraktekkan oleh orang lain pada Nabi,
perawatan medis yang dipraktekkan oleh Nabi pada dirinya dan orang lain,
perawatan medis yang diamati oleh Nabi tanpa keberatan, prosedur medis
yang Nabi dengar atau ketahui dan tidak terlarang dari kaidah Islam atau
berbagai praktek medis yang sangat umum serta tingkat kesembuhannya
cukup diyakini.
Rasul mengatakan sebuah prinsip dasar dalam pengobatan untuk
setiap penyakit adalah perawatan (ma anzala allahu daa; illa anzala lahu
shifa'a- Kitaab al Tibb, al Bukhari). Hal ini mendorong kita untuk mencari
cara pengobatan. Dengan demikian, tradisi pengobatan ala Nabi tidak hanya
berhenti pada pengajaran pengobatan oleh Rasulullah melainkan untuk
mendorong manusia agar terus mencari dan bereksperimen dengan ilmu
pengobatan baru.
Al Qur’an sebagai salah satu sumber thibbun nabawi, yakni banyak
ayat dalam Al Qur’an yang berhubungan dengan penyakit dalam tubuh dan
pikiran serta cara penyembuhannya. Al Qur’an berbicara tentang kesehatan
fisik dan mental yang buruk atau penyakit hati serta memuat tentang do’a
untuk kesehatan yang baik sebagaimana panduan terapi khusus seperti
madu, hanya memakan makanan yang sehat dan halal, menghindari
makanan yang haram dan tidak sehat, serta tidak makan dalam jumlah yang
berlebihan.

1
Jumlah keseluruhan hadist tentang pengobatan sekitar 300, banyak
yang tidak mencapai tingkatan hasan. Bukhari dalam Sahihnya
menceritakan 299 hadist yang secara langsung berhubungan dengan
pengobatan. Para akademisi telah mengumpulkan berbagai hadist tersebut
dan beberapa diantaranya menghubungkannya dengan ilmu kedokteran yang
telah ada.
Hadist mengenai pengobatan fisik berdasarkan pada wahyu maupun
pengalaman empiris. Dalam banyak kasus, tidak dapat memisahkan dua
sumber hukum (thibbun nabawi) tersebut yakni Al Qur’an dan Hadist,
kecuali terdapat indikasi khusus bahwa wahyu dibutuhkan, misalkan dalam
hadist pemakaian madu untuk mengobati penyakit perut ringan seorang
sahabat. Jadi, hadist yang tidak menjelaskan wahyu bersifat tidak mengikat,
ghair mulzimat. Akan tetapi, semua hadist mengenai penyembuhan jiwa dari
penyakit adalah wahyu dan wajib, mulzimat.
Ajaran medis Nabi adalah pedoman umum mengenai kesehatan fisik
dan mental yang berlaku untuk semua tempat, setiap waktu, dan semua
keadaan. Thibbun nabawi tidak hanya satu sistem medis monolitik atau
sistematis namun bersifat holistik karena kesembuhan dapat berasal dari
berbagai cara yang tentu saja melalui cara yang diridhoi oleh Allah SWT.
Berbagai ajaran medis Nabi ini bervariasi dan mendalam, hal ini mencakup
obat pencegahan, pengobatan kuratif, kesejahteraan mental, pengobatan
spiritual atau ruqyah, perawatan medis dan bedah. Berbagai hal tersebut
mengintegrasikan pikiran dan tubuh, materi dan roh.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya kuratif dalam kacamata Islam?
2. Bagaimana upaya kuratif dalam ajaran Islam di dunia moderen?
3. Bagaimana aplikasi upaya kuratif (madu) menurut Islam di masa kini?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Mengetahui upaya kuratif dalam Islam.
2. Mengetahui upaya kuratif dalam Islam di dunia modern.
3. Mempelajari aplikasi upaya kuratif (madu) menurut Islam masa kini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kuratif
Penyakit bisa berupa penyakit jasmaniah atau rohaniah. Keduanya
memiliki cara penyembuhan yang berbeda. Dimasa kini ilmu kedokteran
berkembang pesat dan banyak yang membuktikan bahwa pengobatan yang
diajarkan dalam agama Islam memang baik dan memberi kesembuhan pada
berbagai penyakit tanpa efek samping yang berarti. Seiring berkembangnya
peradaban, penyakit juga semakin beragam, namun Islam telah memberi
fondasi yang jelas bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya, hanya terkadang
belum ditemukan saat sudah ada penyakitnya.
Pengobatan adalah suatu kebudayaan untuk menyelamatkan diri dari
dari penyakit yang mengganggu hidup. Kebudayaan tidak saja dipengaruhi
oleh lingkungan, tetapi juga oleh kepercayaan dan keyakinan, karena
manusia telah merasa di alam ini ada sesuatu yang lebih kuat dari dia, baik
yang dapat dirasakan oleh pancaindera maupaun yang tidak dapat dirasakan
dan bersifat ghaib. Pengobatan ini pun tidak lepas dari pengaruh
kepercayaan atau agama yang di anut manusia.
Secara umum di dalam dunia pengobatan dikenal istilah medis dan
non medis. Para ahli berbeda pendapat tentang penjelasan batasan istilah
medis dan definisinya secara terminologis menjadi 3 pendapat, yaitu :
a. Pendapat pertama
Medis atau kedokteran adalah ilmu untuk mengetahui berbagai kondisi
tubuh manusia dari segi kesehatan dan penyakit yang menimpanya.
Pendapat ini di nisbatkan oleh para dokter klasik dan Ibnu Rusyd Al-
hafidz.
b. Pendapat kedua
Medis atau kedokteran adalah ilmu tentang berbagai kondisi tubuh
manusia untuk menjaga kesehatan yang telah ada dan
mengembalikannya dari kondisi sakit.

3
c. Pendapat ketiga
Ilmu pengetahuan tentang kondisi-kondisi tubuh manusia, dari segi
kondisi sehat dan kondisi menurunnya kesehatan untuk menjaga
kesehatan yang telah ada dan mengembalikannya kepada kondisi sehat
ketika kondisi nya tidak sehat. Ini adalah pendapat Ibnu sina.
B. Pengobatan Dalam Islam Beserta Hadist dan Ayat
Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara
agama, jiwa, akal, jasmani, harta, dan keturunan. Setidaknya tiga dari yang
disebut di atas berkaitan dengan kesehatan. Tidak heran jika ditemukan
bahwa Islam amat kaya dengan tuntunan kesehatan. Dalam kehidupannya
di dunia, setiap orang tentu sangat mungkin untuk jatuh sakit. Bahkan
terkadang dalam satu waktu seseorang bisa terkena beberapa jenis
penyakit. Maka perlu kiranya kita ingatkan, bahwa orang yang sedang
sakit disyariatkan baginya untuk memerhatikan dua perkara, yaitu:
1. Tidak mengucapkan kata-kata atau melakukan perbuatan yang
menunjukkan ketidaksabaran terhadap ketetapan Allah atas dirinya
Hal yang seharusnya ia lakukan adalah dia harus bersabar atas
ketetapan Allah pada dirinya. Karena kesabaran seorang muslim
menandakan keimanan dirinya, sebagaimana disebutkan oleh Nabi n
dalam sabdanya:
َ ‫ إأ ْن أ‬،‫ْس ذَاكَ أِل َ َح ٍد إأالَّ أل ْل ُمؤْ أم أن‬
ُ ‫صابَتْه‬ َ ‫ َو َلي‬،‫ إأ َّن أ َ ْم َرهُ ُكلَّهُ َخي ٌْر‬،‫َع َجبًا أِل َ ْم أر ْال ُمؤْ أم أن‬
‫صبَ َر َف َكانَ َخي ًْرا لَه‬ َ ُ‫صابَتْه‬
َ ‫ض َّرا ُء‬ َ َ ‫ َو أإ ْن أ‬،ُ‫شك ََر فَ َكانَ َخي ًْرا لَه‬
َ ‫س َّرا ُء‬
َ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang muslim, (karena)
sesungguhnya semua urusannya berakibat baik (baginya), dan yang
demikian ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang muslim,
(yaitu) apabila mendapat nikmat dia bersyukur sehingga akibatnya
baik baginya dan apabila tertimpa musibah dia bersabar dan akibatnya
(juga) baik baginya.” (HR. Muslim dan yang lainnya)
Begitu pula hendaknya orang yang sakit juga melakukan
introspeksi diri dari kesalahan-kesalahannya. Karena musibah yang
menimpa seseorang merupakan akibat dari kesalahannya,
sebagaimana Allah sebutkan di dalam firman-Nya:

4
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu adalah disebabkan
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar
(dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy-Syura: 30). Sehingga dengan
kesabarannya dan upaya mengintrospeksi diri tersebut akan menjadi
sebab terhapuskan dosa-dosanya.
2. Perkara kedua yang perlu diperhatikan oleh orang yang sakit adalah
berobat dengan pengobatan yang bermanfaatTidak boleh baginya
untuk mencari bentuk pengobatan yang menyelisihi syariat. Hal ini
karena Allah telah menetapkan bahwa segala penyakit itu ada
obatnya. Maka hendaknya yang dia lakukan adalah berusaha untuk
mencari tahu tentang obat atau tatacara pengobatannya, karena tidak
setiap orang mengetahuinya. Al-Imam Muslim di dalam kitab Shahih-
nya menyebutkan dalam salah satu hadits yang beliau riwayatkan
dengan sanadnya melalui jalan sahabat Jabir bin ‘Abdillah z, dari Nabi
, bahwasanya beliau bersabda:
‫ْب دَ َوا ُء الد أَّاء بَ َرأ َ بإأذْ أن هللاأ َع َّز َو َج َّل‬ ‫أل ُك أِّل دَاءٍ دَ َوا ٌء فَإأذَا أ ُ أ‬
َ ‫صي‬
“Setiap penyakit ada obatnya, apabila obat penyakit tersebut
mengenai (orang yang sakit) maka dia akan sembuh atas izin Allah
SWT.” (HR. Muslim)
Hadits tersebut dan yang semisalnya menunjukkan bahwa orang
yang sakit tidak dilarang untuk berobat. Begitu pula berobatnya orang
yang sakit tidaklah berarti menentang ketetapan Allah serta tidak pula
bertentangan dengan kewajiban bertawakkal kepada-Nya. Bahkan
orang yang berobat ibarat orang yang berusaha menghilangkan rasa
lapar dan hausnya dengan makan dan minum.
3. Berobat yang sesuai dengan syariat secara umum bisa dilakukan
dengan dua cara yaitu:
1. Berobat dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an atau dengan
doa yang diajarkan oleh Nabi
Yaitu dengan cara dibacakan ayat dan doa tersebut dengan
diniatkan untuk mengobati pada bagian yang terkena sakit.
Pengobatan cara seperti ini disebut dengan istilah ruqyah. Cara

5
ini, dengan izin Allah , akan menjadi sebab sembuhnya orang
yang terkena penyakit. Karena Allah telah memberitakan kepada
kita bahwa kalam-Nya adalah obat.
2. Berobat dengan menggunakan pengobatan yang bermanfaat dan
diperbolehkan secara syariat.
Adapun obat-obatan yang terbuat dari sesuatu yang
diharamkan oleh Allah maka tidak boleh dijadikan sebagai obat.
Hal ini sebagaimana disebutkan Nabi dalam sabdanya, ketika ada
salah seorang sahabat yaitu Thariq bin Suwaid menanyakan
tentang khamr, yaitu sesuatu yang memabukkan, untuk dijadikan
sebagai obat. Maka beliau menjawab:
ٍ‫ْس أبدَ َواءٍ َولَ أكنَّهُ دَاء‬
َ ‫أإنَّهُ لَي‬
“Sesungguhnya (khamr) itu bukan obat bahkan (khamr)itu
adalah penyakit.” (HR. Muslim).
Termasuk pengobatan yang tidak diperbolehkan adalah
pengobatan dengan sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan
penyakit. Misalnya dengan mengikatkan benang di leher atau di
tangan, dengan maksud untuk menghilangkan penyakit yang
mengenainya atau untuk mencegah datangnya penyakit.
Perbuatan ini bahkan dikategorikan sebagai perbuatan syirik yang
bisa mengurangi kesempurnaan iman, bahkan bisa
menghilangkannya.
Oleh karena itu, apa yang dilakukan sebagian orangtua
dengan mengalungkan benang di leher atau di tangan anaknya
ketika ingin mengobatinya dari penyakit panas atau yang
semisalnya adalah cara pengobatan yang dilarang dalam syariat.
Karena benang atau semisalnya yang dikalungkan itu tidak ada
kaitannya secara langsung untuk mengurangi atau menghilangkan
penyakit.
Oleh karena itu disebutkan dalam hadits, bahwa Nabi ketika
mendapatkan ada sahabatnya yang mengenakan sejenis logam di

6
lengannya untuk menghilangkan sakit pada lengannya tersebut,
beliau n mengatakan:
‫ َفإأنَّكَ ل‬،‫ْو ُمتَّ َوه َُو َعلَيْكَ َما أ َ ْفلَحْ تَ أَبَدًا ََا ْن أز ْع َها فَإأنَّ َها الَ ت أَز ْيدُكَ إأالَّ َو ْهنًا‬
“Lepaskan dan buanglah (logam yang engkau lingkarkan
di tanganmu), karena sesungguhnya (apa yang kamu lingkarkan
di tanganmu itu) tidak akan membuat engkau kecuali semakin
lemah. Seandainya engkau mati dalam keadaan masih
memakainya, sungguh engkau tidak akan mendapatkan
keberuntungan selamanya.” (HR. Ahmad dengan sanad yang
dikatakan baik oleh sebagian para ulama)
3. Pengobatan Ala Rasulullah SAW. (menurut-Dr. Khadim Jafar
Yamani)
Beberapa pengobatan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW
adalah dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Tidak bertentangan dengan alquran.
2. Tidak menggunakan bahan haram.
3. Tidak memnyebabkan tubuh cacat.
4. Tidak bersifat tahayul; maupun khurafat.
5. Dokter atau tabib harus mengetahui ilmu tubuh manusia,
ilmu pengobatan dan efek samping obat.
6. Harus menjauhkan diri sikap riya, ujub sombong dan
cenderung melakukan tindak pemerasan kepada pasien.
7. Tempat pemeriksaan harus rapi dan bersih dan berpakaian
putih dan bersih.
8. Tidak ada simbul simbul yang merupakan pemujaan.
9. Bukan sebagai penyembuh hanya penghusada.
4. Metode Penyembuhan Rasulluloh
1. Jintan Hitam
Jintan hitam (Arab: habbatus sauda, Inggris: the black
cummin, Latin: nigella sativa) atau disebut juga biji hitam ini
berasal dari tanaman perdu yang tingginya mencapai 30 hingga
60 cm, dikarenakan kandungan yang terdapat dalam jintan hitam

7
ini maka tak heran bila jintan hitam ini memiliki fungsi dalam
mengobati berbagai penyakit serta keluhan seperti juga
berfungsi sebagai:
a. Detoksifikasi
b. Meremajakan sel-sel kulit mati
c. Memperlambat proses penuaan sehingga awet muda
d. Menghaluskan dan memutihkan kulit
e. Sumber serat tinggi untuk mengatasi gangguan pencernaan
f. Menghilangkan rasa sakit
g. Sebagai anti oksidan dan antibiotik
h. Meningkatkan pembentukan sel darah
i. Mencegah dan menghentikan pertumbuhan sela kanker
dan tumor
j. Meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan virus
k. Anti bakteri dan jamur
Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad shallallahu alaihi
wasallam bersabda: “Gunakanlah jintan hitam karena
sesungguhnya di dalamnya terdapat obat bagi semua penyakit
kecuali kematian atau as-sam” (HR. Bukhari dan Muslim dari
Abu Hurairah radhiyallahu anhu).
Dalam riwayat yang lain, beliau bersabda: “Sesungguhnya
jintan hitam dapat menyembuhkan segala macam penyakit,
kecuali As-sam.” Saya bertanya: “Apakah as-sam itu ?” Baginda
menjawab: ‘As-sam yaitu maut!” (HR. Bukhari).
2. Air Zam-Zam
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,”Air zam-zam itu penuh berkah. Ia
makanan yang mengeyangkan (dan obat bagi penyakit)” (HR.
Muslim IV/1922, yang terdapat di dalam kurung adalah menurut
riwayat al Bazzar, al Baihaqi dan ath Thabari dan sanadnya
shahih, lihat Majma’uz Zawaa-id III/286)

8
Imam Ibnu Qayyim rahimahullah menceritakan
pengalamannya berkaitan dengan cara menyembuhkan
penyakitnya dengan air zam-zam, yang dikombinasikan dengan
metode ruqyah dari al Qur’an ini, “Pada suatu ketika aku
pernah jatuh sakit, tetapi aku tidak menemukan seorang dokter
atau obat penyembuh. Lalu aku berusaha mengobati dan
menyembuhkan diriku dengan Ummul Qur’an, aku melihat
pengaruh yang sangat menakjubkan. Aku ambil segelas air
zamzam dan membacakan padanya surat Al-Faatihah berkali-
kali, lalu aku meminumnya hingga aku mendapatkan
kesembuhan. Selanjutnya aku bersandar dengan cara tersebut
dalam mengobati berbagai penyakit dan aku merasakan
manfaat yang sangat besar. Kemudian aku beritahu kepada
orang banyak yang mengeluhkan suatu penyakit dan banyak
dari mereka yang sembuh dengan cepat.” (Zaadul Ma’aad
IV/178 dan al Jawaabul Kaafi hal. 23)
Keyakinan bahwa air zam-zam penuh berkah serta sabda
Rasulullah saw mengenai manfaat zam-zam, telah terbukti
secara ilmiah. Berdasarkan beberapa penelitian, ditemukan
bahwa selain air zam-zam tidak berbau –sebagai salah satu
indikator air sehat– air tanah suci ini juga terbukti memiliki
kandungan mineral kalsium, magnesium dan fluorida yang
tinggi. Air zam-zam dikatakan memiliki muatan ion-ion yang
seimbang.
3. Madu
Di dunia Islam, penggunaan madu sebagi obat sudah
diterapkan sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Pada saat itu,
madu digunakan untuk mengobati penyakit diare. Lem lebah
yang berasal dari madu juga sangat berkhasiat untuk mengobati
berbagai macam penyakit. Madu berasal dari sari bunga dan
menjadi obat bagi bermacam-macam penyakit manusia.
Sedangkan Alquran mengandung inti sari dari kitab-kitab yang

9
telah diturunkan kepada nabi-nabi zaman dahulu ditambah
dengan ajaran-ajaran yang diperlukan oleh semua bangsa
sepanjang masa untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kemukjizatan madu sebagaimana disampaikan Alquran
telah terbukti secara ilmiah. Dalam Tafsir Alquran, Sayyid
Quthb mengungkapkan, madu sebagai obat penyembuh penyakit
sudah dibuktikan secara ilmiah oleh para pakar kedokteran.
Inilah salah satu bukti kebenaran ayat Alquran yang harus
diyakni umat manusia.

“... Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang


bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi
orang-orang yang memikirkan.'' (QS An Nahl:69).
4. Bahan nabati/gizi lain: Kurma, buah zaitun, tajin, rebusan
sayur, cuka apel, bawang putih, kismis, mentimun,
susu.Pengobatan dengan susu

Artinya:
Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar
terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari
pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang
bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-
orang yang meminumnya. (An-Nahl Ayat : 66)

10
5. Bekam
Bekam atau hijamah adalah teknik pengobatan dengan
jalan membuang darah kotor (racun yang berbahaya) dari dalam
tubuh melalui permukaan kulit. Di Indonesia dikenal pula
dengan istilah kop atau cantuk.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam telah besabda :

‫س ٍل َوش َْر َط ِة ِمحْ ج ٍَم َو َكيَّ ِة نَ ٍار َوإِنِِّ ْي أَ ْنهَى أ ُ َّمتِ ْي ع َْن‬ َ ‫ ش َْربَ ِة‬:ٍ‫شفَا ُء فِ ْي ثَالَثَة‬
َ ‫ع‬ ِّ ِ ‫ال‬
‫ا ْل َك ِِّي‬
“Kesembuhan itu berada pada tiga hal, yaitu minum
madu, sayatan pisau bekam dan sundutan dengan api (kay).
Sesungguhnya aku melarang ummatku (berobat) dengan
kay.” (HR Bukhari)
Dalam hadits yang lain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Salam bersabda :

ْ َ‫َاو ْيت ُ ْم ِب ِه ا ْل ِحجَا َمةُ َوا ْلف‬


‫ص ُد‬ َ ‫ِإنَّ أ َ ْمث َ َل َما تَد‬
“Sesungguhnya cara pengobatan yang paling ideal bagi
kalian adalah alhijamah (bekam) dan fashdu
(venesection).” (HR Bukhari – Muslim)
6. Ruqyah
Makna ruqyah secara terminologi adalah al-‘udzah
(sebuah perlindungan) yang digunakan untuk melindungi orang
yang terkena penyakit, seperti panas karena disengat binatang,
kesurupan, dan yang lainnya. Adapun makna ruqyah secara
etimologi syariat adalah doa dan bacaan-bacaan yang
mengandung permintaan tolong dan perlindungan kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala untuk mencegah atau mengangkat
bala/penyakit.
Terkadang doa atau bacaan itu disertai dengan sebuah
tiupan dari mulut ke kedua telapak tangan atau anggota tubuh
orang yang meruqyah atau yang diruqyah. (Lihat transkrip

11
ceramah Asy-Syaikh Shalih bin ‘Abdul ‘Aziz Alus-Syaikh yang
berjudul Ar-Ruqa wa Ahkamuha oleh Salim Al-Jaza`iri, hal.
Tentunya ruqyah yang paling utama adalah doa dan bacaan yang
bersumber dari Al-Qur`an dan As-Sunnah. (Ibid, hal. 5)
Beberapa syarat-syarat ruqyah yakni.
 Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu berkata: “Para ulama
telah bersepakat tentang bolehnya ruqyah ketika terpenuhi
tiga syarat:
- Menggunakan Kalamullah atau nama-nama dan sifat-Nya.
- Menggunakan lisan (bahasa) Arab atau yang selainnya,
selama maknanya diketahui.
- Meyakini bahwa ruqyah tidak berpengaruh dengan
sendirinya, namun dengan sebab Dzat Allah Subhanahu
wa Ta’ala.
Dengan penjelasan di atas, berarti segala ruqyah yang
tidak memenuhi tiga syarat itu tidak diperbolehkan. Jika kita
rinci, ada tiga jenis ruqyah yang tidak diperbolehkan.
 Ruqyah yang mengandung permohonan bantuan dan
perlindungan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
 Ruqyah dengan bahasa ‘ajam (non Arab) atau sesuatu yang
tidak dipahami maknanya.
7. Berwudhu
Wudhu adalah salah satu syariat Islam. Allah SWT
memerintahkan umat Islam untuk membersihkan diri atau
berwudhu, sebelum mendirikan shalat lima waktu. (QS Al-
Ma'idah [5]: 6). Sebab, wudhu merupakan salah satu syarat
diterimanya ibadah shalat oleh Allah.
"Allah tidak akan menerima shalat seseorang di antara
kamu, hingga dia berwudhu ."
(HR Bukhari No 135, dan Muslim No 224-225).
Secara umum, tujuan berwudhu adalah untuk
membersihkan diri dari hadats dan najis yang menempel di

12
badan. Seperti kencing, kotoran manusia, air liur anjing, babi,
wadzi, madzi, dan lainnya. Di balik tujuan tersebut, terkandung
makna yang sangat dalam. Wudhu bukan hanya sekadar untuk
kebersihan, tapi juga menyehatkan, baik fisik maupun psikis
(kejiwaan), baik kesehatan jasmani maupun rohani.
Dunia ilmu kedokteran telah membuktikan khasiat wudhu.
Di balik ibadah yang sederhana, murah, dan mudah, bahkan
terkadang dianggap sepele, ternyata terkandung hikmah yang
sangat luar biasa. Wudhu menyimpan berbagai kemukjizatan
yang mengagumkan. Bahkan, berapa banyak orang yang masuk
Islam, karena Islam mengajarkan kebersihan dari ibadah yang
bernama wudhu.
Tak salah bila Allah mewajibkan syariat wudhu ini sejak
14 abad silam kepada umat Islam. Di dalamnya terkandung
hikmah dan manfaat yang sangat besar. Bahkan, bila seseorang
melaksanakan dan mengerjakan wudhu dengan baik dan benar,
niscaya tubuhnya akan senantiasa sehat dan terhindar dari
berbagai serangan penyakit. Baik penyakit kulit, asma,
kanker,pilek,sinusitis, migren, kudis, kurap, dan lain sebagainya.
Dunia ilmu kesehatan mengenal berbagai macam metode
dan pencegahan penyakit. Bahkan, ribuan tahun silam, ilmu
kesehatan Tiongkok mengenal istilah akupunktur, yaitu suatu
metode kesehatan dengan cara tusuk jarum. Ada ribuan titik
yang harus ditusuk dengan jari, jika ingin mendapatkan
kesehatan yang prima. Dan tidak mudah mempelajari titik-titik
itu, karena jumlahnya mencapai 4.000-5.000 titik.
8. Membaca al quran
Banyak ayat Al Qur'an yang mengisyaratkan tentang
pengobatan karena Al Qur'an itu sendiri diturunkan sebagai
penawar dan Rahmat bagi orang -orang yang mukmin. " Dan
kami menurunkan Al Qur'an sebagai penawar dan Rahmat untuk
orang-orang yang mu'min "( Al-Isra : 82 ). Menurut para ahli

13
tafsir bahwa nama lain dari Al Qur'an yaitu " Asysyifa " yang
artinya secara Terminologi adalah Obat Penyembuh." Hai
manusia , telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari
tuhanmu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman" ( Yunus : 57 ).
Di samping Al Qur'an mengisyaratkan tentang
pengobatan juga menceritakan tentang keindahan alam semesta
yang dapat kita jadikan sebagai sumber dari pembuat obat-
obatan ." Dia menumbuhkan tanaman-tanaman untukmu, seperti
zaitun, korma, anggur dan buah-buahan lain selengkapnya .
sesungguhnya pada hal-hal yang demikian terdapat tanda-tanda
Kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mau memikirkan ( An-
Nahl : 11 ) Dan makanlah oleh kamu bermacam-macam sari
buah-buahan, serta tempuhlah jalan-jalan yang telah digariskan
Tuhanmu dengan lancar. Dari perut lebah itu keluar minuman
madu yang bermacam-macam jenisnya dijadikan sebagai obat
untuk manusia. Di alamnya terdapat tanda-tanda Kekuasaan
Allah bagi orang-orang yang mau memikirkan( An-Nahl : 69 )
9. Puasa
Puasa telah dilakukan sejak zaman dulu, tidak hanya oleh
umat Islam saja, tapi oleh umat beragama yang lain, dengan cara
masing-masing yang dipercayainya. Dengan puasa kita bisa
sehat secara jasmani dan rohani. Dalam medis puasa bisa
membersihkan toksin dan zat-zat yang menumpuk dalam seluran
pencernaan, ginjal, dan organ yang lain akibat bahan pengawet,
zat pewarna, pemanis buatan, zat karninogenik yang
menyebabkan kanker, asap rokok dan lain-lainnya yang
menumpuk bertahun-tahun. Walaupun tubuh kita sendiri
mempunyai kemampuan mekanisme untuk mengobati sediri,
tapi kapasitas tubuh sendiri juga ada batasnya. Dengan puasa ini
kerja tubuh melindungi organ-organnya bisa lebih sempurna.

14
Dalam Islam puasa yang kita lakukan dalam bulan
ramadhan maupun puasa sunah diluar Ramadhan membuat kita
bisa menjadi lebih taqwa dan lebih sabar, bila yang halal saja
dapat kita tahan dengan puasa, apalagi yang haram.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Muslim, dari Abu
Hurairah r.a , katanya Rasullullah bersabda ”Allah ’Azza wa
Jalla berfirman: ”Setiap amal anak Adam teruntuk baginya
kecuali puasa, puasa itu adalah untuk Ku dan Aku akan
memberinya pahala. Puasa itu perisai. Apabila kamu puasa
janganlah kamu rusak puasamu itu dengan sanggama dan jangan
menghina orang. Apabila kamu yang dihina atau dipukul orang,
maka katakanlah :”Aku puasa,” Demi Allah yang jiwa
Muhammad berada ditangan-Nya, sesungguhnya bau mulut
orang puasa lebih harum disisi Allah pada hari kiamat kelak dari
pada bau kesturi. Dan bagi orang puasa ada dua kegembiraan.
Apabila dia berbuka dia gembira dengan bukaannya dan apabila
dia menemui Tuhannya (meninggal) dia gembira dengan
puasanya. (Muslim:hadist 1117)

C. Ayat Al-quran dan Hadist Mengenai Upaya kuratif


Selama menjalani kehidupan tidak ada manusia yang tidak pernah
sakit, setiap manusia pasti pernah mengalami sakit baik ringan maupun
berat. Apabila manusia mengalami sakit dia akan berusaha untuk mencari
obat penyembuhan dengan berbagai cara baik secara zahir seperti pergi ke
dokter atau meminum obat-obatan tertentu ataupun secara batin seperti
wirid, zikir, salat, dan doa. Saat mengalami kondisi sakit manusia harus
senantiasa berikhtiar mencari kesembuhan karena Allah SWT tidak akan
menurunkan suatu penyakit apabila tidak menurunkan juga obatnya.

15
sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra dari
Nabi saw bersabda:
‫َّللاُ دَا ًء إأ َّال أ َ ْنزَ َل لَهُ أشفَا ًء‬
َّ ‫َما أ َ ْنزَ َل‬

Artinya :
Allah swt tidak menurunkan sakit, kecuali juga menurunkan
obatnya (HR Bukhari).
Sesuai dengan hadist tersebut segala macam penyakit pasti ada
obatnya. Oleh karena itu manusia wajib berusaha semaksimal mungkin
dalam mencari kesembuhan. Selain itu manusia juga wajib memohon
kepada Allah agar diberi kesembuhan karena hanya Allah sajalah yang bisa
menyembuhkan dari segala macam penyakit. Hal ini diterangkan pada Al-
quran dalam surat Yunus-107, yang berbunyi :

Artinya:
Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak
ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah
menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak
kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-
Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.(QS Yunus:107)
Al-Quran sabagi kalam Allah SWT dapat digunakan sebagai penawar
dan obat terhadap penyakit seseorang baik jasmani maupun rohani. Hal ini
dijelaskan dalam surah Al Isra: 45 dan Yunus:57.

16
Artinya:
Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur'an itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (QS Al-
Israa’:82)

Artinya:
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada
dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.(QS Yunus:57)
Bila dalam kondisi sakit, umat Islam dijanjikan oleh Allah Swt berupa
penghapusan dosa apabila ia bersabar dan berikhtiar untuk menyembuhkan
penyakitnya. Sebagaimana sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim,
“Tidaklah seorang muslim tertimpa derita dari penyakit atau perkara lain
kecuali Allah hapuskan dengannya (dari sakit tersebut) kejelekan-
kejelekannya (dosa-dosanya) sebagaimana pohon menggugurkan daunnya.”

17
Dalam mencari pengobatan umat Islam harus memperhatikan
pengobatan yang dilakukan hendaklah tidak bertentangan dengan ajaran
Islam. Meskipun berobat itu diperintahkan agama tetapi penggunaan obat
dibatasi pada hal-hal yang halal. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw
yang berbunyi
“sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah menjadikan obat untuk
penyembuhanmu padahal yang diharamkan atasmu.” (HR Aththabrani)
Jadi tidak dibenarkan menjadikan sesuatu yang haram menjadi obat,
seperti berobat dengan meminum darah atau minuman keras atau dengan
memakan makanan yang diharamkan oleh Allah seperti babi dan bangkai.
Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran surah Al Baqarah ayat 173, yang
berbunyi:

Artinya:
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain
Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang
dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak
ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS Al Baqarah:173)

18
BAB III
CONTOH APLIKATIF
Honey for Refractory Diabetic Foot Ulcers
Diceritakan di dalam Journal of Family Practice vol.54 No.10 tahun 2005
seorang laki-laki di Belgia yang berusia 50 tahun dan menderita diabetes
golongan 2 yang sudah parah. Segala bentuk pengobatan modern telah ditempuh
bahkan lelaki ini selama 14 bulan telah lima kali masuk rumah sakit dan 4 kali
menjalani operasi. Biaya yang dikeluarkan telah mencapai US$ 390,000,- (Sekitar
3.5 milyar rupiah). Dengan segala upaya tersebut luka yang menganga di dua
tempat sebesar 8 cm x 5 cm dan 3 cm x 3 cm tetap tidak sembuh meskipun telah
diberi antibiotik terbaik yang ada. Bahkan lelaki tersebut telah kehilangan dua
jarinya.
Lebih buruk lagi, dua tim dokter yang menangani pasien tersebut berusaha
meyakinkan pasien bahwa ia perlu diamputasi kakinya mulai lutut ke bawah
karena apabila tidak maka nyawanya terancam. Pasien menolak amputasi tersebut
dan sebelum dia mendapatkan informasi tentang madu, pasien ini kehilangan satu
jari lagi. Setelah mendapatkan informasi tentang madu, pasien ini mulai membeli
madu di supermarket – mengoleskan pada luka-lukanya dan meninggalkan
pengobatan dengan antibiotik lainnya. Karena pengobatan sekarang hanya dengan
madu maka biayanya menjadi jauh lebih murah. Dua minggu setelah menjalani
pengobatan dengan madu, jaringan di tempat lukan mulai hidup kembali. Dalam
rentang waktu 6 – 12 bulan, pasien tersebut telah sepenuhnya pulih kembali dan
lukanya tidak kambuh kembali.
Proses kimia dari nectar menjadi Madu terjadi di dalam perut lebah
ketikaenzym invertasemengubah sukrosa (disakarida) menjadi glukosa dan
fruktosa yang keduanya merupakan monosakarida seperti ditunjukkan di ilustrasi
di samping. Meskipun lebih dari 1400 tahun lalu Allah melalui ayat-ayat Al-
Qur’an telah memberitahukan bahwa madu sebagai obat, baru beberapa tahun
belakangan para ilmuwan membuat berbagai penelitian mengenai kemampuan
madu sebagai obat.

19
Salah satu peneliti yang sangat mendalami masalah madu ini adalah Peter
Nolan seorang ahli riset biokimia dari The University of Waikato – New Zealand.
Peter Nolan mempunyai cerita favorit mengenai keandalan madu sebagai
antibiotik ini, yaitu berdasarkan pengalaman langsung yang dialami seorang
remaja Inggris berusia 20 tahun yang luka di tangannya tidak mempan diobati
oleh berbagai jenis antibiotik. Remaja ini kemudian mendengar tentang
pengobatan dengan madu dan minta dokternya untuk mengobati dengan madu.
Karena berbagai cara telah dilakukan, maka tim dokterpun tidak keberatan untuk
mencoba cara lain dengan madu ini. Setelah pengobatan dengan madu berjalan
selama satu bulan, ternyata luka di tangan remaja tersebut benar-benar sembuh
dan tangannya dapat berfungsi kembali.
Madu ternyata dapat menumpas spesies microbial yang resistanceterhadap
antibiotik buatan manusia. Penggunaan madu sebagai antibiotik juga memiliki
beberapa keunggulan antara lain.
1. Pengobatan dengan madu tidak menimbulkan inflamasi
2. Madu menyebabkan rasa sakit berkurang
3. Madu membersihkan infeksi
4. Madu menghilangkan bau pada luka
5. Penyembuhan berjalan cepat tanpa menimbulkan bekas luka
6. Madu bersifat antimicrobial yang dapat mencegah microba tumbuh
7. Tidak menimbulkan rasa sakit pada saat penggantian pembalut karena tidak
lengket
8. Mempunyai stimulatory efek yang mempercepat tumbuhnya jaringan tubuh
kembali
Hasil riset di universitas tersebut juga membuktikan madu lebih effective dari
antibiotik buatan manusia seperti silver sulfadiazine.

20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit dalam Islam terdiri dari penyakit jasmaniah dan rohaniah.
Ajaran Islam menganjurkan berikhtiar saat sakit dan diiringi dengan
tawakkal pada Allah SWT. Namun pengobatan yang dilakukan harus
sesuai syariat Islam. Dalam Alquran dan hadist sudah memberi tuntunan
pada kita tentang upaya kuratif yang dimasa kini sudah dibuktikan
dengan uji klinis.
Beberapa upaya kuratif yang dianjurkan Islam diantaranya,
pengobatan dengan madu, jintan hitam, air zam-zam, bekam, ruqyah,
berwudhu dan membaca Alquran.
B. Saran
1. Jika sakit baik rohani maupun jasmani hendaklah berikhtiar untuk
mencari kesembuhan dan bertawakkal.
2. Memilih pengobatan yang sesuai syariat Islam.

21
DAFTAR PUSTAKA
Az-Zabidi, Imam. 2002. Ringkasan Hadist Shahih Al-Bukhari. Pustaka Amani.
Jakarta.

Uman, Cholil. 1994. Khasiat Ayat-ayat Allah dan Wirid Mujarab. Ampel Suci.
Surabaya

http://navirbph.blogspot.com/2010/07/obat-berobat-pengobatan-yang-
diajarkan.html

http://muslimah.or.id/kesehatan-muslimah/fakta-thibbun-nabawi-habbatus-sauda-
madu-dan-minyak-zaitun.html

http://griyahusada77.blogspot.com/2012/07/thibbun-nabawi.html

http://bazardt.com/thibbun-nabawi-pengobatan-ala-rasulullah-saw/
http://arwanee.blogspot.com/2012/08/bab-kuratif-pengobatan-dengan-minum-
madu.html
http://muslimah.or.id/kesehatan-muslimah/fakta-thibbun-nabawi-habbatus-sauda-
madu-dan-minyak-zaitun.html/comment-page-2

www.muslimah.or.id
http://www.pengobatan.com/khazanah_islamiah/kronologis_pengobatan_islam.ht
ml

http://agama.kompasiana.com/2010/09/28/konsep-sakit-perspektif-islam/

http://www.pengobatan.com/khazanah_islamiah/an_nusyroh.html

http://www.konsultasisyariah.com/hukum-operasi-caesar/#ixzz26FPwzoOb

22

Anda mungkin juga menyukai