Anda di halaman 1dari 14

SPESIFIKASI TEKNIS

SYARAT-SYARAT TEKNIK

A. SPESIFIKASI UMUM

Pasal - 1
JENIS PEKERJAAN

Nama kegiatan ini adalah :

SKPD : DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN


PROVINSI RIAU
PPK : PEMBANGUNAN/PENINGKATAN PSU PERMUKIMAN KABUPATEN SIAK
PEKERJAAN : PEMBANGUNAN PENINGKATAN PSU PERMUKIMAN KECAMATAN
KANDIS

Untuk Kelancaran Pelaksanaan, pemborongan harus menyediakan :

a. Tenaga kerja / tenaga ahli yang cukup memadai dengan jenis pekerjaan yang
dilaksanakan.
b. Alat-alat kerja (peralatan utama minimal) dan mesin pengaduk beton, alat-alat
pengangkut dan peralatan lain yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
c. Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap pekerjaan yang
dilaksanakan.

Pasal - 2
STANDAR-STANDAR PELAKSANAAN

Apabila tidak ditentukan lain, dalam pelaksanaan pekerjaan ini berlaku dan mengikat
ketentuan-ketentuan yang tersebut dibawah ini dan dianggap pemborong telah
mengetahui dan memahaminya termasuk (apabila ada) segala perubahan dan
tambahannya sampai saat ini :
1. Peraturan Perencanaan Perhitungan Beton (SNI T-15-1991-03)
2. Peraturan Pembuatan Campuran Beton (SNI T-15-1991-03)
3. Peraturan Baja Tulang Beton (SII 01236-84)

Spesifikasi Teknis
4. Peraturan Ukuran Kayu Bangunan (SKSNI S-05-1990-F)
5. Peraturan Portland Cement (SSI 0013-81)
6. Peraturan Umum Bahan Bangunan (PUBB – N.3)
7. Peraturan Beton Indonesia ( PBI – NI.2 Tahun 1971)
8. Peratuan Pabrik untuk bahan-bahan yang belum ada ketentuan- ketentuannya.
9. Peraturan : a. Agregat Kasar
b. Pasir (SKSNI S-04-1989-F)
10. Permen PUPR No. 28/PRT/M/2016 Tentang Harga Satuan Pekerjaan Bidang
Pekerjaan Umum

Pasal - 3
PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Pembersihan Lapangan
Pemborong atas petunjuk Direksi/Pengawas harus melakukan pembersihan lapangan
sedemikian rupa sehingga lahan bersih dari hal-hal yang akan mengganggu
pelaksanaan pekerjaan.

2. Patok Titik Tetap


Bilamana belum ada, Pemborong harus membuat suatu patok titik tetap (BM)
yang dipakai sebagai titik reverence yang bersifat permanen. BM harus dalam keadaan
baik selama proyek dilaksanakan.

3. Papan Nama Kegiatan


Pemborong harus membuat suatu Papan Nama Kegiatan, adapun besar, ukuran dan
pemasangannya harus menurut Direksi.

4. Air Proyek
Pemborong harus menyediakan air bersih untuk proyek, dengan syarat air
tersebut harus memenuhi persyaratan untuk pembangunan seperti persyaratan
yang tercantum dalam SK SNI S-04-1989-F

Spesifikasi Teknis
Pasal - 4
PEMERIKSAAN DAN PENYEDIAAN BAHAN DAN BARANG

1. Bila dalam RKS disebutkan nama pabrik pembuatan dari suatu barang, maka hal ini
dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat mutu, bahan dan barang yang digunakan.
2. Setiap penggantian nama dan pabrik pembuat dari suatu bahan dan barang harus
disetujui oleh Pengawas/Pemberi Tugas dan bila tidak ditentukan dalam RKS
serta gambar kerja maka bahan dan barang tersebut diusahakan dan disediakan oleh
pemborong yang harus mendapat persetujuan dari Pengawas atau Pemberi Tugas.
3. Contoh bahan dan barang yang dipergunakan dalam pekerjaan harus segera
disediakan atas biaya Pemborong, setelah disetujui Pengawas atau Direksi, harus
dianggap bahwa bahan dan barang tersebut yang akan dipakai dalam pelaksanaan
pekerjaan.
4. Contoh bahan dan barang tersebut, disimpan oleh Pengawas atau Direksi untuk
dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak
sesuai kwalitasnya maupun sifatnya.

Pasal - 5
PERBEDAAN DALAM DOKUMEN LAMPIRAN KONTRAK

1. Dalam hal terjadi perbedaan dan atau pertentangan dalam gambar-gambar yang ada
(Struktur dan situasi) dalam buku uraian pekerjaan ini, maupun perbedaan yang terjadi,
kontraktor wajib melaporkan hal tersebut kepada konsultan pengawas secara tertulis
untuk mendapatkan keputusan pelaksanaan setelah konsultan pengawas berunding
terlebih dahulu dengan pemberi pekerjaan. Ketentuan tersebut diatas tidak dapat
dijadikan alasan oleh kontraktor untuk memperpanjang waktu pelaksanaan.
2. Ukuran-ukuran yang terdapat dalam Gambar kerja menjadi acuan dalam pelaksanaan.

Pasal - 6
GAMBAR KERJA (SHOP DRAWING)

1. Jika terdapat kekurangan penjelasan pada gambar kerja, atau diperlukan gambar
tambahan/gambar detail, atau untuk memungkinkan pemborong melaksanakan dan
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan ketentuan, maka Pemborong harus

Spesifikasi Teknis
membuat gambar tersebut atas biaya Pemborong dan dapat dilaksanakan setelah
mendapat persetujuan dari pengawas.
2. Gambar-gambar pelaksanaan dan (shop drawing) adalah gambar-gambar, diagram,
ilustrasi, jadwal, brosur atau data yang disiapkan kontraktor, supplier atau produsen
yang menjelaskan bahan-bahan atau sebagian pekerjaan.
- Shop drawing pembuatannya harus sesuai gambar kerja dan disampaikan
pengawas untuk mendapatkan persetujuannya.
- Pekerjaan pelaksanaan belum dapat dimulai sebelum mendapat persetujuan dari
konsultan pengawas.

- Persetujuan terhadap gambar pelaksanaan bukan berarti menghilangkan tanggung


jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan tersebut. Keterlambatan atas proses
pembuatan shop drawing ini tidak berarti pemborong mandapat perpanjangan
waktu.
- Shop drawing tersebut harus dibuat rangkap 5 (lima) berikut aslinya dan semua
biaya menjadi tanggung jawab pemborong.
3. Gambar kerja hanya berubah apabila diperintahkan secara tertulis oleh Pemberi
Tugas.
4. Gambar tersebut harus diserahkan kepada Pengawas untuk disetujui sebelum
dilaksanakan.

Pasal - 7
PENGUKURAN DAN PEMASANGAN PATOK

1. Pemborong harus sudah memperhitungkan biaya untuk pengukuran atau penelitian


ukuran tata letak .
2. Sebelum melaksanakan pengukuran terhadap konstruksi terlebih dahulu
Kontraktor mengukur situasi lapangan dengan mempergunakan alat ukur.
3. Apabila terdapat pengukuran terdahulu, maka Kontraktor memberitahukan terlebih
dahulu kepada Direksi Lapangan sebelum melaksanakan pekerjaan dalam arti yang
sebenarnya.
4. Sebelum pekerjaan dimulai Kontraktor harus sudah menguasai situasi lapangan baik
mengenai panjang, lebar, elevasi permukaan tanah dan sebagainya.
5. Pelaksana Kontraktor diwajibkan mempelajari gambar rencana dan gambar detail
sehingga waktu meletakkan tapak konstruksi tidak ada terdapat kesalahan antara
gambar rencana dengan situasi site.

Spesifikasi Teknis
6. Papan bekisting (2 x 20 cm) diketam rata pada satu sisi tebalnya, yang akan dipasang
menjadi dinding penahan pada saat pengecoran.
7. Papan bekisting dipasang pada tiang-tiang kayu ukuran 5/7 cm, tertancap kuat
kedalam tanah.

8. Papan harus dijaga keutuhannya, tidak boleh diubah posisinya dan dijaga jangan
sampai tertimbun tanah galian. Tanda pada As dan Peil ketinggian diberi cat warna
merah dan harus dijelaskan sampai papan tersebut tidak diperlukan lagi.
9. Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada Pengawas agar dapat ditentukan sebagai
pedoman atau referensi dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar
rencana dan persyaratan teknis.

Pasal - 8
IZIN-IZIN

1. Pemborong harus mengurus dan memperhitungkan biaya untuk pembuatan izin-izin


yang diperlukan dan berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan antara lain :
- Izin penebangan, pengambilan material, izin jalan, izin pembuangan, izin
pengurugan, izin trayek dan pemakaian jalan, izin penggunaan bangunan serta izin-
izin lain yang diperlukan sesuai dengan ketentuan/peraturan daerah setempat.
2. Izin penggunaan tenaga kerja dari luar daerah/Propinsi.
3. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan oleh hal tersebut dalam ayat
1 diatas menjadi tanggung jawab Pemborong.

Pasal - 9
DOKUMENTASI

1. Pemborong harus memperhitungkan biaya pembuatan dokumentasi serta


pengirimannya ke Pemberi Tugas serta pihak-pihak lain yang diperlukan.
2. Yang dimaksud dalam pekerjaan dokumentasi adalah : foto-foto kegiatan, berwarna
minimal ukuran postcard, pelaksanaan pengambilan foto dimaksud yaitu dimulai dari
pekerjaan 0%, 50%, dan 100%.

Spesifikasi Teknis
Pasal 10
PEKERJAAN BEKESTING

1. Pekerjaan Bekesting bahan yang sesuai dan dirancang dengan ukuran dan bentuk
sesuai dengan gambar rencana.
2. Pemasangan bekesting dipasang mengunakan skor kuat yang rapat untuk
menjaga kekuatan bekesting agar tidak bergeser pada saat pengecoran.
3. Sebelum dilaksanakannya pengecoran bekesting terlebih dahulu di beri Minyak
Bekesting.
4. Pada saat akan dimulai pengecoran bekesting terlebih dahulu diperiksa ulang
dipastikan kuat dan rapi.

Pasal - 11
PEKERJAAN BETON

a. Lingkup Pekerjaan
1. Pengadaan dan Penyediaan semua bahan untuk pembuatan beton bertulang
maupun beton tidak bertulang
2. Pengadaan dan penyediaan semua alat-alat untuk pembuatan beton.
3. Melaksanakan pekerjaan konstruksi beton bertulang atau beton tidak bertulang

b. Bahan
1. Semen Portland (PC)
- Semen Portland type I dan memenuhi persyaratan SII 0013-81
- Penyimpanan semen didalam gudang harus pada tempat yang kering,
tinggi lantai minimum 30 cm dari permukaan tanah.
- Semen harus dalam keadaan baik dan tidak lembab, apabila semen sudah
lembab dan menunjukkan gejala membatu maka semen tidak boleh dipakai.

2. Pasir Beton
- Memenuhi persyaratan PBI-1971 dan SK SNI S-04-1989-F
- Terdiri dari butir-butir yang keras dan tajam
- Bersih dari segala macam kotoran dan bahan-bahan organik
- Kadar lumpur maksimum 5 %
- Mempunyai butir-butir yang beraneka ragam besarnya

Spesifikasi Teknis
3. Agregat
a) Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang
diberikan dalam Tabel 3.(1) Ketentuan Gradasi Agregat

Tabel 3 (1) Ketentuan Gradasi Agregat

Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos Untuk Agregat

ASTM (mm) Halus Kasar

2” 50,8 - 100 - - -

1 1/2” 38,1 - 95 -100 100 - -

1” 25,4 - - 95 - 100 100 -

3/4” 19 - 35 - 70 - 90 - 100 100

1/2” 12,7 - - 25 - 60 - 90 - 100

3/8” 9,5 100 10 - 30 - 20 - 55 40 - 70

No.4 4,75 95 - 100 0-5 0 -10 0 - 10 0 - 15

No.8 2,36 - - 0-5 0-5 0-5

No.16 1,18 45 - 80 - - - -

No.50 0,300 10 - 30 - - - -

No.100 0,150 2 - 10 - - - -

b) Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar


tidak lebih dari ¾ dari jarak minimum antara baja tulangan atau antara
baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton
harus dicor
c) Sifat-sifat Agregat
- Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih,
keras, kuat yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau
berangkal (boulder), atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu)
dari kerikil dan pasir sungai.
- Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan
oleh pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat
lainnya yang diberikan dalam Tabel 3.(2) bila contoh-contoh diambil
dan diuji sesuai dengan prosedur SNI/ AASHTO yang berhubungan.

Spesifikasi Teknis
Tabel 3.(2) Sifat-sifat Agregat

Batas Maksimum yang


diijinkan untuk Agregat
Sifat-sifat Metode Pengujian

Halus Kasar

Keausan Agregat dengan Mesin Los SNI 03-2417-1991 - 40 %


Angeles pada 500 putaran

Kekekalan Bentuk Batu terhadap SNI 03-3407-1994 10 % 12 %


Larutan Natrium Sulfat atau Magne-
sium Sulfat setelah 5 siklus

Gumpalan Lempung dan Partikel SK SNI M-01-1994-03 0,5 % 0,25 %


yang Mudah Pecah

Bahan yang Lolos Ayakan No.200 SK SNI M-02-1994-03 3% 1%

4. Besi
- Besi yang digunakan besi polos diameter 6 mm sesuai gambar
rencana.
- Bebas dari kotoran, karat dan bahan lainnya yang dapat mengurangi daya
lekat beton terhadap besi
- Diameter besi ditentukan dengan alat ukur yang tepat (jangka sorong)

5. Kawat Pengikat
- Terbuat dari baja lunak yang telah dipijarkan terlebih dahulu
- Tidak bersepuh seng
- Diameter minimum 1 mm
- Memenuhi persyaratan SNI 0040-87-A

c. Pembuatan Campuran Beton


1. Pembuatan campuran beton harus mengikuti persyaratan yang tercantum dalam
SNI T-151990-03 tentang Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal.
2. Sebelum melaksanakan pembuatan beton, maka perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap bahan-bahan pembuatan campuran beton, takaran pembuatan campuran
dan alat-alat yang akan digunakan untuk pembuatan beton.
3. Pembuatan beton dengan Mutu K-250 (Disesuaikan dengan RAB) dan mutu-
mutu lainnya yang lebih tinggi, harus dipakai campuran beton yang direncanakan.

Spesifikasi Teknis
Pembuatan beton dengan campuran yang direncanakan, jumlah semen minimum
dan nilai faktor air semen maksimum yang dipakai harus disesuaikan dengan
Permen PUPR No. 28/PRT/M/2016 Tentang Harga Satuan Pekerjaan Bidang
Pekerjaan Umum.

d. Pengadukan Beton
1. Adukan beton dilakukan di Beaching Plant dan diangkut dengan Mobil Ready Mix
(Sesuai RAB).
2. Waktu pengadukan disesuaikan dengan kapasitas Beaching Plant, banyaknya
adukan, jenis, susunan butir dari agregat yang dipakai dan slump dari betonnya.
3. Adukan beton yang tidak memenuhi syarat minimal seperti antara lain :
- Terlalu encer
- Sudah mengeras
- Tercampur bahan yang dapat merusak beton tidak boleh dipakai dan harus
disingkirkan dari tempat pelaksanaan.

e. Pengecoran Beton
1. Sebelum pengecoran beton dilaksanakan, maka tulangan harus terpasang dengan
baik (setengah dari tebal konstruksi semenisasi, dipasang menggunakan beton tahu
sebagai penyangga) sehingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah
posisinya.
2. Sebelum pengecoran beton dilaksanakan, maka cetakan beton harus sudah
terpasang dengan baik dan kuat sehingga masa waktu pengecoran dilaksanakan
tidak terjadi kebocoran dan pembongkaran pada cetakan beton.
3. Sebelum pengecoran beton dilaksanakan, maka ruang-ruang yang akan diisi
dengan beton harus dibersihkan dari segala macam kotoran, kemudian cetakan-
cetakan dan pasangan-pasangan dinding yang berhubungan dengan beton harus
dibasahi sampai jenuh.
4. Pengecoran beton harus dilakukan sedekat-dekatnya dengan tujuan terakhir agar
terjadi pemisahan-pemisahan bahan-bahan akibat pemindahan adukan didalam
cetakan.
5.. Pengecoran beton harus berkelanjutan sampai batas yang direncanakan tanpa
berhenti.
6. Untuk mencegah pengeringan bidang-bidang beton, selama paling sedikit dua
minggu, permukaan beton harus dibasahi terus menerus, guna untuk perawatan
beton sampai batas umur beton selama 28 (dua puluh delapan)hari.

Spesifikasi Teknis
B. SPESIFIKASI KHUSUS

Pasal – 1
UMUM

1. Lingkup Pekerjaan
Nama kegiatan ini adalah :

SKPD : DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN


PERTANAHAN PROVINSI RIAU
PPK : PEMBANGUNAN/PENINGKATAN PSU PERMUKIMAN KABUPATEN
SIAK
PEKERJAAN : PEMBANGUNAN PENINGKATAN PSU PERMUKIMAN KECAMATAN
KANDIS

Dalam melaksanakan pekerjaan tersebut Pemborong wajib memenuhi/ mematuhi dan


melaksanakan segala hal-hal yang telah dituangkan di dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat Teknis ini serta Risalah Penjelasan (Aanwijzing) sangat mengikat dalam
pelaksanaan kecuali adanya permintaan/ peraturan tertulis dari pihak pemilik proyek.

2. Pemeriksaan dan Penyediaan Bahan


1. Bila di dalam RKS ini disebutkan nama dan pabrik suatu bahan atau produk, ini
dimaksudkan hanya menunjukkan sumber minimal dari mutu bahan yang digunakan.
2. Contoh bahan/produk yang akan digunakan dalam pekerjaan ini Kontraktor harus
menyampaikan kepada Direksi dan konsultan pengawas guna untuk mendapatkan
persetujuan.
3. Tentang usulan pemakaian bahan nama produk/pabrik harus mendapat
rekomendasi dari Direksi berdasarkan ketentuan di dalam RKS serta Risalah
Penjelasan Pekerjaan.

3. Ukuran
Semua ukuran yang dipakai adalah ukuran jadi/bersih, kecuali ada ketentuan lain yang
disepakati dan diperkuat dengan Berita Acara Perubahan.

Spesifikasi Teknis
4. Gambar-gambar
a. Seluruh gambar-gambar Rencana dan gambar lainnya dapat diperoleh melalui
pemberi tugas, Pemborong wajib mengetahui seluruh pelaksanaan konstruksi ini,
sehingga dapat menyesuaikan program pekerjaannya secara baik dan benar.
b. Selama pelaksanaan, Pemborong harus memberi tanda dengan warna pada
gambar setiap bagian yang telah dilaksanakan termasuk kalau ada perubahan dari
perencanaan semula.
c. Pemborong harus membuat gambar pelaksanaan untuk bagian yang dianggap
perlu (Shop Drawing) gambar ini harus diketahui dan disetujui oleh
Pengawas/Direksi.
d. Setelah pekerjaan ini selesai, pemborong harus menjelaskan gambar terpasang (as
build drawing) untuk dapat dicetak dan diserahkan kepada Direksi.

5. Perbedaan Gambar dan Hal-hal Yang Kurang Jelas


a. Pada dasarnya bila ada perbedaan/pertentangan antara gambar dan RKS,
maka yang berlaku adalah RKS, kecuali bilamana ada ketentuan lain dari
Pengawas/Direksi dan Perencana.
b. Apabila ada ketidaksesuaian/keragu-raguan antara gambar dan RKS, yang
tidak bisa diatasi, maka sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut Pemborong
wajib melaporkan secara tertulis kepada Pengawas/Direksi untuk mendapatkan
keputusan selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum masalah tersebut terlihat
dalam pelaksanaan.
c. Perbedaan tersebut tidak bisa dijadikan alasan bagi pemborong untuk
mengadakan Claim.

6. Lapangan Kerja
a. Pemborong harus membuat gudang, los kerja pada lokasi lapangan yang tidak
mengganggu kegiatan pelaksanaan pekerjaan.

b. Selama pekerjaan berlangsung Pemborong wajib menyediakan fasilitas- fasilitas


keamanan serta keselamatan kerja antara lain : obat-obatan dan peralatan
pemadam kebakaran serta menempatkan tenaga kerja yang bertanggung jawab
atas keamanan lokasi kerja.

Spesifikasi Teknis
Pasal - 2
PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Pekerjaan Pembersihan Lokasi


Yang dimaksud dengan pembersihan lokasi pada pekerjaan ini adalah : Pembersihan
lokasi tempat dibangunnya jalan harus dibersihkan dari hal- hal yang dapat
mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
a. Pekerjaan ini meliputi pembersihan, perataan badan jalan, bahu jalan dan
rencana saluran drainase dari rumput-rumput dan kotoran lainnya.

b. Sekelompok pekerjaan akan membantu meratakan badan jalan dengan


menggunakan alat bantu.
c. Bekas penyiapan badan jalan ini seperti rumput-rumput, sampah dan kotoran lainnya
harus dibuang keluar dari lokasi pekerjaan.

2. Pekerjaan Papan Nama Proyek


Papan Nama kegiatan berisikan informasi mengenai kegiatan, adapun besar, ukuran
dan pemasangannya disesuaikan dilapangan.

3. Pengukuran dan Pemasangan Patok


a. Yang dimaksud dengan pengukuran adalah pemeriksaan dan penentuan lokasi, as
konstruksi, dan posisi kontruksi sesuai dengan Gambar Rencana serta penentuan
elevasi, pemasangan Patok pengukuran dan STA dengan kayu ( ukuran
disesuaikan RAB) ditanam kedalam tanah di beri tanda STA, pada peil atas di cat
merah di dijaga sampai pekerjaan selesai.
b. Setelah pengukuran (uitzetten) selesai dan disetujui oleh Direksi, maka
pemborong dapat memenuhi pekerjaan selanjutnya.
c. Dalam pelaksanaan pengukuran Pemborong bersama dengan Direksi/Pengawas
supaya memperhatikan untuk menetapkan sumbu (As) serta ukurannya.

Pasal - 3
PEKERJAAN BEKISTING

1. Bekisting untuk pekerjaan jalan beton Dibuat dengan Kayu Klas 3 dengan lebar 15 cm
2. Bekisting dapat digunakan hingga 3 kali pakai.

Spesifikasi Teknis
Pasal - 4
PEKERJAAN PLASTIK ALAS

1. Plastik alas untuk pekerjaan jalan beton menggunakan Plastik 1 lapis.


2. Plastik alas dipasang hingga menutupi bekisting

Pasal - 5
PEKERJAAN JALAN BETON

1. Semenisasi jalan m u t u B e to n K - 2 50 dibuat d i Beaching Plant dan diangkut


dengan mobil Ready Mix kemudian dihampar di lokasi pekerjaan yang ketebalannya
disesuaikan dengan gambar rencana.
2. Permukaan jalan yang dicor harus dibersihkan dari sampah-sampah atau kotoran
lainnya. Diberi plastik alas sebelum dicor.
3. Tidak diperkenankan adanya plesteran pada permukaan jalan yang telah dicor, jadi
sebelum adukan beton tersebut mengering, harus sudah diadakan perapian dan
penghalusan.
4. Kadar air beton yang sudah dicor harus tetap dijaga selama 7 (tujuh) hari sesudah
pengecoran dengan mengadakan penyiraman atau menutupi beton bila terjadi hujan.

Pasal - 6
PEKERJAAN SOSOTAN ASPAL/BURAS

1. jenis aspal panas yang memenuhi AASHTO M140 atau Pd S-01-1995-03 (AASHTO
M208).
2. Aspal harus mengandung residu hasil penyulingan minyak bumi (aspal dan pelarut) tidak
kurang dari 50 % dan mempunyai penetrasi aspal tidak kurang dari 60/70.

Pasal - 7
PEKERJAAN AKHIR

1. Samping kiri dan kanan sepanjang pekerjaan harus dibersihkan dari semua kotoran,
bekas-bekas bahan bangunan.
2. Pekerjaan ini juga melaksanakan pembersihan terhadap sampah, kotoran, sisa
material lainnya dibawa keluar lokasi pekerjaan oleh kontraktor.

Spesifikasi Teknis
Pasal - 8
LAIN-LAIN

1. Pekerjaan Beton harus ada Job Mix Formula dari Laboratorium. (Test kubus beton
untuk umur beton 28 hari masing-masing sample 10 buah).

Pasal - 9
PENUTUP

Meskipun dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) ini, uraian pekerjaan dan bahan-
bahan tidak dinyatakan kata demi kata, yang dibuat dan dilaksanakan/ disediakan
pemborong, pekerjaan dianggap tercantum/dibuat dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS) ini dan bukan sebagai pekerjaan tambahan.

Spesifikasi Teknis

Anda mungkin juga menyukai