Anda di halaman 1dari 12

ARTIKEL PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT

(IbM)

JUDUL
IbM Kelompok Industri Kecil
Kerajinan Tenun Lurik Tradisional ATBM
Di Cawas Kabupaten Klaten

Oleh:

Muhajirin, S.Sn., M.Pd., NIDN.0021016508 (Ketua Tim Pengusul)


Ismadi, S.Pd, M.A., NIDN.0007127903 (Anggota Tim Pengusul)
Dwi Retno Sri Ambarwati,,M.Sn. NIDN.0003027003 (Anggota Tim Pengusul)
Arif Wibowo, SE., NIDN.0026047303 (Anggota Tim Pengusul)

Jurusan Pendidikan Seni Rupa


Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Yogyakarta
2012

1
IbM Kelompok Industri Kecil Kerajinan Tenun Lurik Tradisional ATBM
Di Cawas Kabupaten Klaten
IbM for The Group of Taditional Lurik Weaving ATBM Industry in Cawas Klaten

ABSTRAK

Oleh:
Muhajirin, Dwi Retno SA, Ismadi, Arif Wibowo

Kegiatan Ipteks Berbasis Masyarakat (IbM) Kelompok Industri Kecil


Kerajinan Tenun Lurik Tradisional ATBM di Cawas Kabupaten Klaten ini bertujuan
untuk memberikan solusi terhadap permasalahan perajin dengan sentuhan Ipteks, yaitu
melalui 1) peningkatan kualitas dan kuantitas produk kerajinan tenun lurik, 2)
diversifikasi produk tenun lurik dengan inovasi betik pada tenun, 3) peningkatan
kemampuan manajerial mitra.
Metode yang akan diterapkan dalam kegiatan ini adalah Metode Pelatihan
mengenai Desain Motif Batik, Pelatihan teknik batik tulis dan cap pada tenun,
pelatihan Manajemen Usaha dan Pembukuan. Disamping itu juga dilakukan
peningkatan kualitas dan kuantitas produksi dengan cara memberikan fasilitas
produksi. Dalam kegiatan pelatihan Desain Motif Batik dan Manajemen, tim
pelaksana memberikan materi melalui Metode Presentasi dan Demonstrasi, yang
kemudian dipraktikkan oleh peserta pelatihan Teknik evaluasi dilakukan dengan cara
observasi, yaitu melihat bagaimana kualitas karya yang dihasilkan, dan dengan
melakukan wawancara yaitu memberi berbagai pertanyaan yang terkait dengan
pelaksanaan kegiatan baik secara individu maupun secara kelompok,
Kegiatan IbM ini telah berhasil memberikan tambahan pengetahuan tentang desain
dan pembukuan serta memberikan fasilitas pendukung produksi yang mampu
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tenun lurik di kelompok perajin Tenun
Lurik di Sumber Rejekitex Cawas. Kelompok perajinan menyambut positif kegiatan
ini dan materi yang disajikan dapat dipahami oleh peserta. Kegiatan berlangsung
lancar, tepat waktu dan sesuai dengan yang diharapkan dan para perajin dapat
memahami materi pelatihan yang telah didapatkan serta memanfaatkannya untuk
memajukan usaha batik mereka.Fasilitas yang telah diberikan dalam kegiatan ini
langsung dapat dimanfaatkan oleh perajin dalam berproduksi.

Kata Kunci : Tenun lurik ATBM, Kelompok Perajin Sumber Rejekitex

2
IbM for The Group of Taditional Lurik Weaving ATBM Industry in Cawas
Klaten

IbM Kelompok Industri Kecil Kerajinan Tenun Lurik Tradisional ATBM


Di Cawas Kabupaten Klaten

Oleh:
Muhajirin, Dwi Retno SA, Ismadi, Arif Wibowo

ABSTRACT

The Community-based science and technology ( IBM ) for the Group Industry of
Lurik Weaving Traditional Craft Cawas Klaten is intended to provide a solution to the
problems of artisans with a touch of science and technology , ie by 1 ) improving the
quality and quantity of products lurik weaving craft , 2 ) product diversification Lurik
weaving by batik innovations in weaving , 3 ) an increase in managerial ability of
partners .
The method that applied in this activity is the training method Batik Design ,
Training and stamp batik techniques in weaving , Business Management and
Accounting training . Besides, it is also improving the quality and quantity of
production by providing production facilities . In training activities Batik Design and
Management , team providing materials through presentation and demonstration
methods , which are then put into practice by the trainees consisting of 25 artisans who
are members of the group of craftmen in Sumber Rejekitex . Evaluation techniques by
observation , to see how the quality of the work produced , and by conducting
interviews that provide a variety of questions related to the implementation of
activities , both individually and in groups , also by way of a questionnaire to find out
how the participants' responses on the implementation of activities.

Keywords: Traditional lurik weaving craft ATBM, the group of tradisional lurik
weaving

3
A. Analisis Situasi
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam
pembangunan ekonomi nasional, dan sektor ini terbukti lebih tangguh dalam
menghadapi krisis krisis ekonomi. Menurut Tambunan (1999) keunggulan UKM
dalam ekspor karena mengandalkan pada keahlian tangan (hand made), seperti pada
kerajinan tenun, tenun , perhiasan dan ukir kayu.
Salah satu wilayah di kabupaten Klaten yang memiliki usaha kecil dan
menengah adalah wilayah Cawas dengan usaha tenun luriknya. Tenun Lurik
merupakan salah satu brand image Klaten masa lalu yang sekarang pamornya sudah
tidak bersinar lagi. Mengingat potensí yang masih terlihat antara lain jumlah Alat
Tenun Bukan Mesin (ATBM), operator yang umumnya perempuan dan peluang pasar
yang masih terbuka, perlu dipikirkan upaya pemberdayaan yang diteruskan dengan
pengembangan tenun lurik di Cawas Klaten .Industri kecil yang menjadi mitra dalam
kegiatan Ipteks ini adalah industri kerajinan tenun lurik tradisional Sumber Rejekitex
yang beralamat di Desa Cawas Kabupaten Klaten.
Hasil observasi yang telah dilakukan oleh tim pengabdi di Cawas mendapatkan
keterangan dari Sunarmi, perajin lurik yang menggunakan alat tenun bukan mesin
(ATBM) asal desa Cabeyan, Mlese, Cawas, Klaten yang mengeluhkan maraknya lurik
produksi pabrik/ alat tenun mesin (ATM) di pasaran. Tenun lurik produksi pabrik ini
diproduksi menggunakan mesin sehingga berharga murah sekaligus lebih cepat
pengerjaannya.
Perajin tenun Cawas sangat berharap untuk dapat menjalin hubungan
kerjasama dengan pihak perguruan tinggi agar dapat memberikan bantuan baik berupa
pelatihan, penerapan teknologi, perbaikan manajemen, sistem pemasaran yang efektif
sehingga dapat meningkatkan produktivitas pengrajin tenun lurik.

B. Permasalahan Mitra
Berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan maka permasalahan yang
dialami oleh pengrajin kerajinan tenun lurik tradisional yang menjadi mitra kami
sebagai usaha kecil dan menengah, dalam perkembangannya adalah sebagai berikut:

4
1. Kurangnya lengkapnya alat tenun untuk proses produksi yang memungkinkan
pengusaha mampu memproduksi tenun dalam kuantitas dan kualitas yang memadai.
2. Kurangnya kemampuan dalam membuat variasi serta diversifikasi desain dan hasil
produk tenun, sehingga produk yang dihasilkan terbatas dalam bentuk kain
lembaran dengan motif yang monoton.
3. Kurang peka terhadap selera konsumen
4. Kemampuan dalam mengakses pasar lemah
5. Sistem manajemen yang diterapkan masih sangat sederhana, sehingga keuntungan
maupun kerugian tidak dapat terdeteksi dengan baik.
6. Belum memiliki kemampuan penggunaan teknologi informasi yang dapat
dimanfaatkan sebagai media pemasaran.
Melihat permasalahan yang dihadapi industri mitra dan keterbatasan dari tim
pelaksana Ipteks, maka perlu prioritas terhadap permasalahan yang akan diatasi
melalui kegiatan Ipteks ini. Setelah berdiskusi dengan Perusahaan tenun lurik
tradisional dengan mempertimbangkan kemampuan tim pelaksana Ipteks, maka
permasalahan yang diprioritaskan untuk diatasi melalui kegiatan Ipteks ini adalah 1)
kurangnya peralatan proses produksi, 2) peningkatan kemampuan dalam membuat
diversifikasi produk kerajinan tenun lurik tradisional untuk memenuhi selera pasar, 3)
penggunaan teknologi informasi sebagai media pemasaran produk, 4) perbaikan sistem
manajemen.

C. Solusi yang ditawarkan


Informasi mengenai beberapa permasalahan yang dihadapi oleh perajin tenun lurik
tradisional Cawas tersebut tentunya harus sesegera mungkin untuk diatasi sebagai
salah satu solusi pengembangan usaha kecil dan menengah. Tim pengusul pengabdian
sebagai bagian dari masyarakat yang kebetulan berkecimpung dalam dunia
pendidikan, merasa terpanggil untuk ikut membantu memberikan solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi UKM Kerajinan tenun lurik tradisional Cawas . Melalui
program usulan kegiatan Ipteks ini dan berdasarkan analisis kebutuhan yang telah
dilaksanakan, tim pengabdi mencoba menawarkan solusi terhadap permasalahan
tersebut dengan sentuhan Ipteks, yaitu melalui kegiatan pokok

5
1. Memberikan pelatihan kepada para pengrajin tentang teknologi pertenunan,
desain pertenunan, pewarnaan,
2. Memberi pelatihan tentang desain dan teknik batik pada tenun lurik
3. Memberikan bantuan peralatan yang memadai untuk mempercepat proses
produksi

Manfaat yang diperoleh mitra dari pelaksanaan 3 kegiatan pokok tersebut,


diantaranya:
1. Kelompok perajin tenun lurik tradisional dapat membuat variasi terhadap
produk yang dihasilkan dengan pengetahuan tentang teknik batik pada tenun.
2. Kelompok perajin tenun lurik tradisional dapat meningkatkan kuantitas
produknya dengan waktu yang lebih singkat dengaan tersedianya peralatan
yang memadai.
3. Kelompok perajin tenun lurik tradisional memiliki kompetensi manajemen
usaha untuk menjalankan bisnisnya, sehingga bisa membuat strategy marketing
sendiri.

D. Langkah-langkah Kegiatan
1. Persiapan:
Tahap persiapan merupakan tahap awal sebelum pelaksanaan kegiatan.
Dalam tahap ini ada beberapa hal yang dilakukan, yaitu:
a. Survey dan persiapan: Identifikasi Permasalahan dan kebutuhan Perajin
b. Koordinasi Internal, dilakukan oleh Tim untuk merencanakan pelaksanaan
secara konseptual, operasional, serta job description masing-masing anggota.
c. Penentuan dan rekruitment peserta pelatihan, dalam perekrutan peserta tim
pelaksana dibantu oleh Ketua Kelompok Perajin Tenun Sumber Rejekitex,
untuk mengkoordinir dan mengundang anggota kelompoknya.
d. Pembuatan Instrumen PPM, seperti lembar presensi, angket, lembar kerja.
e. Persiapan alat dan bahan pelatihan
f. Persiapan konsumsi, publikasi, lokasi, dokumentasi, dsb.

6
2. Pelaksanaan Kegiatan:
Pelaksanaan seluruh kegiatan dilakukan di peusahaan Tenun ATBM Sumber
Rejekitex yang sekaligus berfungsi sebagai tempat produksi dan showroom. Adapun
urutan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan kegiatan, yaitu sebagai
berikut:
a. Perancangan dan penyediaan bak celup benang proses finishing akhir tenun
yang memadai
Kegiatan ini bertujuan membantu kelompok pengrajin tenun dalam hal pemrosesan
pewarnaan benang setelah setesai dipintal, pewarnaan setelah menjadi kain, maupun
pearnaan batik. Dengan tersedianya fasilitas yang memadai maka alur kerja dapat
berlangsung dengan efektif dan efisien, meski tempat yang tersedia terbatas.
Perancangan fasilitas ruang proses akhir melibatkan beberapa mahasiswa dan teknisi.
Langkah-langkah dalam perancangan bak celup adalah: Merancang bentuk,
ukuran, penentuan bahan, dengan pertimbangan aspek keamanan dan kecepatan proses
produksi sesuai fungsinya.

b. Penyediaan alat penghanai benang untuk mempermudah proses pemintalan


benang tenun.
Alat penghanai benang yang sudah ada masih dijalankan secara manual dengan
tenaga manusia, sehingga cukup repot pengoperasionalannya, kaena tangan operator
harus bergatian memutar penghanai sekaligus menata warna benang.
Oleh karena itu tim memberikan penambahan alat berupa generator yang dapat
membuat penghanai ini dapat berputar secara masinal, sehingga tangan operator dapat
focus untuk menata komposisi warna benang.

c. Penyediaan peralatan dan bahan teknik batik tulis


Kelompok industry Sumber Rejekitex belum memiliki peralatan untuk
membatik tulis sehingga tim pelaksana menyediakan seluruh bahan dan peralatan yang
dibutuhkan untuk proses membatik tulis, melipti: wajan dan kompor batik 15 buah,
canting (cecek, colet, klowong,), kuas, panci rebus, kompor besar untuk melorod
malam, kaus tangan, bahan kain mori primissima, kertas roti untuk menjipla pola,

7
kertas manila untuk menggambar pola, pensil, penggais, penghapus. Seluruh peralatan
dan bahan langsung digunakan dalam pelatihan batik tulis.

d. Penyediaan peralatan dan bahan teknik batik cap


Peralatan yang dibutuhkan untu proses batik cap adalah: meja, spons khusus untuk
alas, plastik yang dipasang di atas spons, wajan datar untuk tempat malam batik yang
di atasnya diberi landasan cap, serta cap batik motif flora 3 buah.

e. Pelatihan keterampilan mendesain motif batik pada tenun yang mampu


memberikan inovasi produk tenun
Pelatihan yang diberikan kepada mitra mempunyai tujuan untuk memberikan
tambahan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka meningkatkan produktivitas
pengrajin kerajinan batik tulis. Pelatihan yang dimaksud sesuai dengan apa yang
dibutuhkan oleh mitra yaitu pelatihan desain motif batik, dan manajemen usaha.
Adapun pelatihan yang akan dilaksanakan adalah:
Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan kemampuan dalam mendesain motif
kerajinan tenun sehingga diharapkan produk kerajinan tenun dapat dibatik sendiri
sesuai motif yang diinginkan dan menghasilkan mempunyai variasi model yang unik
dan beragam, yang pada akhirnya akan menambah daya saing terhadap produk yang
dihasilkan.
Materi yang akan diajarkan dalam pelaksanaan pelatihan desain motif batik
meliputi: Pengenalan mengenai berbagai motif batik, Eksplorasi motif geometris,
Eksplorasi motif flora dan fauna, Eksplorasi motif kreasi, dan Pengetahuan tentang
konsep warna.

f. Pelatihan Teknik Batik Tulis


Teknik batik tulis diterapkan pada tenun sebagai upaya inovasi produk tenun.
Selama ini telah banyak pesanan batik tenun, tetapi selalu dilempar ke perusahaan lain
di luar dareah karena belum ada SDM di kelompok industri tersebut yang mampu
mengerjakannya. Langkah-langkah dalam pelaksanaan pelatihan teknik batik tulis
adalah sebagai berikut: 1)Merumuskan materi pelatihan yang relevan, 2) Membuat

8
jadwal pelatihan, 3)Menyiapkan alat dan bahan pelatihan, 4) Pembagian tugas
Instruktur. Pelaksanaan pelatihan meliputi pelatihan pembuatan pola di atas kain,
pencantingan, pencelupan warna, pelorodan warna.

g. Pelatihan teknik batik cap untuk tenun


Untuk menganisipasi banyaknya pesanan dalam jumlah besar dan dalam motif
yang sama, perlu strategi baru dengan memanfaatkan teknik cap pada tenun. Untuk itu
tim pelaksana memberikan pelatihan teknik batik cap di atas tenun. Pada prinsipnya
batik cap memiliki kesamaan dengan batik tulis dalam hal hasil akhirnya, hanya saja
proses pencantingan diganti dengan cap dan motif yang dihasilkan merupakan motif
perulangan/repetisi. Setelah di cap, dapat juga dikombanasi dengan canting agar kesan
yang ditimbulkan seolah seperti batik tulis.

h. Pelatihan pembukuan dan manajemen usaha.


Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan jiwa wirausaha
para pengrajin batik tulis, meningkatkan kemampuan pembukuan usaha,
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan manajemen usaha terutama manajemen
pemasaran dalam rangka meningkatkan pendapatan usaha
Pelatihan manajemen usaha yang telah dilaksanakan berisi antara lain :
pelatihan kewirausahaan, pelatihan pembukuan usaha kecil/menengah, dan pelatihan
manajemen pemasaran.
Secara rinci tahap-tahap pelatihan manajemen usaha meliputi: 1) Pelatihan
kewirausahaan dengan materi: Pengenalan ciri-ciri dan watak wirausaha, Strategi
menangkap peluang besar, Penyusunan rencana bisnis, dan Pelatihan pembukuan
usaha kecil/menengah. Pelatihan manajemen pemasaran meliputi: Strategi penentuan
harga, Promosi penjualan , Strategi menghadapi persaingan, Packaging dan labeling
Langkah-langkah dalam pelaksanaan pelatihan manajemen usaha ini adalah sebagai
berikut: 1) Merumuskan materi pelatihan yang relevan, 2) Membuat jadwal pelatihan ,
3) Menyiapkan alat dan bahan pelatihan, 4) Pembagian tugas Instruktur, 5)
Pelaksanaan pelatihan, dan 6) Melaksanakan evaluasi.

9
E. Faktor Pendukung dan Penghambat
1. Faktor Pendukung
Kegiatan ini telah terlaksana dengan baik berkat dukungan berbagai faktor yaitu:
a. Komunikasi dan koordinasi tim
Komunikasi antar anggota tim berlangsung lancar dan efektif sehingga
koordinasi tim pada proses persiapan, pembagian tugas, pelatihan dan penyediaan
fasilitas produksi dapat berlangsung dengan baik dan tepat waktu.
b. Komitmen peserta pelatihan
Peserta pelatihan yang terdiri dari perajin yang tergabung dalam kelompok
perajin tenun Sumber Rejekitex sangat antusias dan bersemangat dalam mengikuti
pelatihan dari awal hingga akhir.

2. Faktor Penghambat
a. Lokasi yang Cukup Jauh
Lokasi yang cukup jauh dengan medan berbukit cukup menguras energi dan
waktu tim pelaksana. Akan tetapi semua bias diatasi dengan komitmen tinggi untuk
mensukseskan kegiatan ini, dan antusiasme para perajin membuat tim sangat
bersemangat.

b. Keterbatasan Waktu
Waktu yang terbatas disebabkan oleh banyaknya kegiatan lain, disamping itu
pelaksanaan pelatihan dilaksanakan menjelang, saat, dan setelah bulan puasa
sehingga cukup mengalami kendala dalam pengaturan waktu.

F. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasar hasil pelaksanaan kegiatan Ipteks bagi Masyarakat ini dan uraian
pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut ini.
a. Pelatihan ini telah memberikan beberapa materi yang terkait dengan upaya
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tenun ATBM di kelompok perajin
tenun lurik ATBM Sumber Rejekitex Cawas.

10
b. Kelompok perajinan menyambut positif kegiatan ini dan materi yang disajikan
dapat dipahami oleh peserta.
c. Kegiatan berlangsung lancar, tepat waktu dan sesuai dengan yang diharapkan dan
para perajin dapat memahami materi pelatihan yang telah didapatkan serta
memanfaatkannya untuk memajukan usaha batik mereka.
d. Fasilitas yang telah diberikan dalam kegiatan ini langsung dapat dimanfaatkan oleh
perajin dalam berproduksi.

2. Saran
Melihat kebermanfaat program ini dalam upaya meningkatkan kemampuan perajin
serta meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tenun lurik , maka diharapkan
bahwa:
a. Sebaiknya program kegiatan seperti ini dapat dilanjutkan ke tahap pengembangan
produk untuk eksport.
b. Hendaknya program ini dapat terus berlanjut sehingga lebih banyak lagi kelompok
perajin yang dapat merasakan manfaatnya.
c. Para perajin peserta pelatihan diharapkan dapat ikut aktif berperan dalam
mengembangkan tenun dan menularkan pengetahuan yang telah di dapat pada
perajin lain.

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2001. Profil Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga: Tahun 1999, Jakarta.

Jafar Hafsah. 2004. Upaya Pengembangan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM).
Infokop Nomor 25 Tahun XX.

Kenneth N. Wexley. 1991. Developing and Training Human Resources in


Organizations.

Ketut, Sunarya, 2000. Kuliah Kerajinan Batik I. Yogyakarta: UNY.

Kuncoro, M. 2002. Analisis Spasial dan Regional: Studi Aglomerasi dan Kluster
Industri Indonesia. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.

11
Luhur Hertanto. 2009. UNESCO Akui Batik Milik Indonesia
– detikNews. Dari http://www.detiknews.com/

Noer Soetrisno. 2002. Pengembangan UKM, Ekonomi Rakyat Dan Penanggulangan


Kemiskinan. Jakarta.

Perkembangan Batik di Indonesia. (http://id.88db.com/id/Knowledge).

Raymond A. Noe. 1994. Employee Training and Development

Shujiro Urata Ph.D. 2000. Policy Recommendation for SME Promotion in the
Republic of Indonesia, JICA Senior Advisor to Coordination Minister of
Economy, Finance and Industri, Jakarta.

Sumardjo, 2004, Teori dan Praktik Kemitraan Agribisnis, Penerbit Penebar Swadaya,
Jakarta.

Tambunan, T. 1999. Perkembangan Industri Skala Kecil Di Indonesia. Jakarta: PT.


Mutiara Sumber Widya.

Tarsis Tarmudji. 1996. Prinsip-prinsip Wirausaha. Yogyakarta: Liberty.

Tenaga Kerja. Nilai Tambah, dan Eksport Usaha kecil Menengah serta peranannya
terhadap Tenaga kerja Nasional dan Produk Domestik Bruto. Jakarta.

Toha, M t.th. 1997. Permasalahan Industri Kecil Kotamadya Yogyakarta,


Yogyakarta : IKIP Irats.

12

Anda mungkin juga menyukai