(IbM)
JUDUL
IbM Kelompok Industri Kecil
Kerajinan Tenun Lurik Tradisional ATBM
Di Cawas Kabupaten Klaten
Oleh:
1
IbM Kelompok Industri Kecil Kerajinan Tenun Lurik Tradisional ATBM
Di Cawas Kabupaten Klaten
IbM for The Group of Taditional Lurik Weaving ATBM Industry in Cawas Klaten
ABSTRAK
Oleh:
Muhajirin, Dwi Retno SA, Ismadi, Arif Wibowo
2
IbM for The Group of Taditional Lurik Weaving ATBM Industry in Cawas
Klaten
Oleh:
Muhajirin, Dwi Retno SA, Ismadi, Arif Wibowo
ABSTRACT
The Community-based science and technology ( IBM ) for the Group Industry of
Lurik Weaving Traditional Craft Cawas Klaten is intended to provide a solution to the
problems of artisans with a touch of science and technology , ie by 1 ) improving the
quality and quantity of products lurik weaving craft , 2 ) product diversification Lurik
weaving by batik innovations in weaving , 3 ) an increase in managerial ability of
partners .
The method that applied in this activity is the training method Batik Design ,
Training and stamp batik techniques in weaving , Business Management and
Accounting training . Besides, it is also improving the quality and quantity of
production by providing production facilities . In training activities Batik Design and
Management , team providing materials through presentation and demonstration
methods , which are then put into practice by the trainees consisting of 25 artisans who
are members of the group of craftmen in Sumber Rejekitex . Evaluation techniques by
observation , to see how the quality of the work produced , and by conducting
interviews that provide a variety of questions related to the implementation of
activities , both individually and in groups , also by way of a questionnaire to find out
how the participants' responses on the implementation of activities.
Keywords: Traditional lurik weaving craft ATBM, the group of tradisional lurik
weaving
3
A. Analisis Situasi
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam
pembangunan ekonomi nasional, dan sektor ini terbukti lebih tangguh dalam
menghadapi krisis krisis ekonomi. Menurut Tambunan (1999) keunggulan UKM
dalam ekspor karena mengandalkan pada keahlian tangan (hand made), seperti pada
kerajinan tenun, tenun , perhiasan dan ukir kayu.
Salah satu wilayah di kabupaten Klaten yang memiliki usaha kecil dan
menengah adalah wilayah Cawas dengan usaha tenun luriknya. Tenun Lurik
merupakan salah satu brand image Klaten masa lalu yang sekarang pamornya sudah
tidak bersinar lagi. Mengingat potensí yang masih terlihat antara lain jumlah Alat
Tenun Bukan Mesin (ATBM), operator yang umumnya perempuan dan peluang pasar
yang masih terbuka, perlu dipikirkan upaya pemberdayaan yang diteruskan dengan
pengembangan tenun lurik di Cawas Klaten .Industri kecil yang menjadi mitra dalam
kegiatan Ipteks ini adalah industri kerajinan tenun lurik tradisional Sumber Rejekitex
yang beralamat di Desa Cawas Kabupaten Klaten.
Hasil observasi yang telah dilakukan oleh tim pengabdi di Cawas mendapatkan
keterangan dari Sunarmi, perajin lurik yang menggunakan alat tenun bukan mesin
(ATBM) asal desa Cabeyan, Mlese, Cawas, Klaten yang mengeluhkan maraknya lurik
produksi pabrik/ alat tenun mesin (ATM) di pasaran. Tenun lurik produksi pabrik ini
diproduksi menggunakan mesin sehingga berharga murah sekaligus lebih cepat
pengerjaannya.
Perajin tenun Cawas sangat berharap untuk dapat menjalin hubungan
kerjasama dengan pihak perguruan tinggi agar dapat memberikan bantuan baik berupa
pelatihan, penerapan teknologi, perbaikan manajemen, sistem pemasaran yang efektif
sehingga dapat meningkatkan produktivitas pengrajin tenun lurik.
B. Permasalahan Mitra
Berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan maka permasalahan yang
dialami oleh pengrajin kerajinan tenun lurik tradisional yang menjadi mitra kami
sebagai usaha kecil dan menengah, dalam perkembangannya adalah sebagai berikut:
4
1. Kurangnya lengkapnya alat tenun untuk proses produksi yang memungkinkan
pengusaha mampu memproduksi tenun dalam kuantitas dan kualitas yang memadai.
2. Kurangnya kemampuan dalam membuat variasi serta diversifikasi desain dan hasil
produk tenun, sehingga produk yang dihasilkan terbatas dalam bentuk kain
lembaran dengan motif yang monoton.
3. Kurang peka terhadap selera konsumen
4. Kemampuan dalam mengakses pasar lemah
5. Sistem manajemen yang diterapkan masih sangat sederhana, sehingga keuntungan
maupun kerugian tidak dapat terdeteksi dengan baik.
6. Belum memiliki kemampuan penggunaan teknologi informasi yang dapat
dimanfaatkan sebagai media pemasaran.
Melihat permasalahan yang dihadapi industri mitra dan keterbatasan dari tim
pelaksana Ipteks, maka perlu prioritas terhadap permasalahan yang akan diatasi
melalui kegiatan Ipteks ini. Setelah berdiskusi dengan Perusahaan tenun lurik
tradisional dengan mempertimbangkan kemampuan tim pelaksana Ipteks, maka
permasalahan yang diprioritaskan untuk diatasi melalui kegiatan Ipteks ini adalah 1)
kurangnya peralatan proses produksi, 2) peningkatan kemampuan dalam membuat
diversifikasi produk kerajinan tenun lurik tradisional untuk memenuhi selera pasar, 3)
penggunaan teknologi informasi sebagai media pemasaran produk, 4) perbaikan sistem
manajemen.
5
1. Memberikan pelatihan kepada para pengrajin tentang teknologi pertenunan,
desain pertenunan, pewarnaan,
2. Memberi pelatihan tentang desain dan teknik batik pada tenun lurik
3. Memberikan bantuan peralatan yang memadai untuk mempercepat proses
produksi
D. Langkah-langkah Kegiatan
1. Persiapan:
Tahap persiapan merupakan tahap awal sebelum pelaksanaan kegiatan.
Dalam tahap ini ada beberapa hal yang dilakukan, yaitu:
a. Survey dan persiapan: Identifikasi Permasalahan dan kebutuhan Perajin
b. Koordinasi Internal, dilakukan oleh Tim untuk merencanakan pelaksanaan
secara konseptual, operasional, serta job description masing-masing anggota.
c. Penentuan dan rekruitment peserta pelatihan, dalam perekrutan peserta tim
pelaksana dibantu oleh Ketua Kelompok Perajin Tenun Sumber Rejekitex,
untuk mengkoordinir dan mengundang anggota kelompoknya.
d. Pembuatan Instrumen PPM, seperti lembar presensi, angket, lembar kerja.
e. Persiapan alat dan bahan pelatihan
f. Persiapan konsumsi, publikasi, lokasi, dokumentasi, dsb.
6
2. Pelaksanaan Kegiatan:
Pelaksanaan seluruh kegiatan dilakukan di peusahaan Tenun ATBM Sumber
Rejekitex yang sekaligus berfungsi sebagai tempat produksi dan showroom. Adapun
urutan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan kegiatan, yaitu sebagai
berikut:
a. Perancangan dan penyediaan bak celup benang proses finishing akhir tenun
yang memadai
Kegiatan ini bertujuan membantu kelompok pengrajin tenun dalam hal pemrosesan
pewarnaan benang setelah setesai dipintal, pewarnaan setelah menjadi kain, maupun
pearnaan batik. Dengan tersedianya fasilitas yang memadai maka alur kerja dapat
berlangsung dengan efektif dan efisien, meski tempat yang tersedia terbatas.
Perancangan fasilitas ruang proses akhir melibatkan beberapa mahasiswa dan teknisi.
Langkah-langkah dalam perancangan bak celup adalah: Merancang bentuk,
ukuran, penentuan bahan, dengan pertimbangan aspek keamanan dan kecepatan proses
produksi sesuai fungsinya.
7
kertas manila untuk menggambar pola, pensil, penggais, penghapus. Seluruh peralatan
dan bahan langsung digunakan dalam pelatihan batik tulis.
8
jadwal pelatihan, 3)Menyiapkan alat dan bahan pelatihan, 4) Pembagian tugas
Instruktur. Pelaksanaan pelatihan meliputi pelatihan pembuatan pola di atas kain,
pencantingan, pencelupan warna, pelorodan warna.
9
E. Faktor Pendukung dan Penghambat
1. Faktor Pendukung
Kegiatan ini telah terlaksana dengan baik berkat dukungan berbagai faktor yaitu:
a. Komunikasi dan koordinasi tim
Komunikasi antar anggota tim berlangsung lancar dan efektif sehingga
koordinasi tim pada proses persiapan, pembagian tugas, pelatihan dan penyediaan
fasilitas produksi dapat berlangsung dengan baik dan tepat waktu.
b. Komitmen peserta pelatihan
Peserta pelatihan yang terdiri dari perajin yang tergabung dalam kelompok
perajin tenun Sumber Rejekitex sangat antusias dan bersemangat dalam mengikuti
pelatihan dari awal hingga akhir.
2. Faktor Penghambat
a. Lokasi yang Cukup Jauh
Lokasi yang cukup jauh dengan medan berbukit cukup menguras energi dan
waktu tim pelaksana. Akan tetapi semua bias diatasi dengan komitmen tinggi untuk
mensukseskan kegiatan ini, dan antusiasme para perajin membuat tim sangat
bersemangat.
b. Keterbatasan Waktu
Waktu yang terbatas disebabkan oleh banyaknya kegiatan lain, disamping itu
pelaksanaan pelatihan dilaksanakan menjelang, saat, dan setelah bulan puasa
sehingga cukup mengalami kendala dalam pengaturan waktu.
10
b. Kelompok perajinan menyambut positif kegiatan ini dan materi yang disajikan
dapat dipahami oleh peserta.
c. Kegiatan berlangsung lancar, tepat waktu dan sesuai dengan yang diharapkan dan
para perajin dapat memahami materi pelatihan yang telah didapatkan serta
memanfaatkannya untuk memajukan usaha batik mereka.
d. Fasilitas yang telah diberikan dalam kegiatan ini langsung dapat dimanfaatkan oleh
perajin dalam berproduksi.
2. Saran
Melihat kebermanfaat program ini dalam upaya meningkatkan kemampuan perajin
serta meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tenun lurik , maka diharapkan
bahwa:
a. Sebaiknya program kegiatan seperti ini dapat dilanjutkan ke tahap pengembangan
produk untuk eksport.
b. Hendaknya program ini dapat terus berlanjut sehingga lebih banyak lagi kelompok
perajin yang dapat merasakan manfaatnya.
c. Para perajin peserta pelatihan diharapkan dapat ikut aktif berperan dalam
mengembangkan tenun dan menularkan pengetahuan yang telah di dapat pada
perajin lain.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2001. Profil Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga: Tahun 1999, Jakarta.
Jafar Hafsah. 2004. Upaya Pengembangan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM).
Infokop Nomor 25 Tahun XX.
Kuncoro, M. 2002. Analisis Spasial dan Regional: Studi Aglomerasi dan Kluster
Industri Indonesia. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.
11
Luhur Hertanto. 2009. UNESCO Akui Batik Milik Indonesia
– detikNews. Dari http://www.detiknews.com/
Shujiro Urata Ph.D. 2000. Policy Recommendation for SME Promotion in the
Republic of Indonesia, JICA Senior Advisor to Coordination Minister of
Economy, Finance and Industri, Jakarta.
Sumardjo, 2004, Teori dan Praktik Kemitraan Agribisnis, Penerbit Penebar Swadaya,
Jakarta.
Tenaga Kerja. Nilai Tambah, dan Eksport Usaha kecil Menengah serta peranannya
terhadap Tenaga kerja Nasional dan Produk Domestik Bruto. Jakarta.
12