YUMERKRIS
Yayasan Untuk Menyelenggarakan Rumah Sakit-Rumah
Sakit Kristen Di Sumba
RUMAH SAKIT KRISTEN LINDIMARA
SURAT KEPUTUSAN
NOMOR : 2052/ A.29 / SK_DIR / XI / 2018
TENTANG
Mengingat :
1. Undang-undang Kesehatan Republik Indonesia No 36 tahun 2009
tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit;
6. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia No 7 tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Obat-Obat
tertentu yang Serimg disalahgunakan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERTAMA : KEPUTUSAN DIREKTUR RSK LINDIMARA TENTANG KEBIJAKAN
PEMANTAUAN EFEK TERAPI DAN EFEK SAMPING OBAT
DI RUMAH SAKIT
KEDUA : Kebijakan pelayanan Kefarmasian RSK Lindimara sebagaimana tercantum
dalam Lampiran keputusan ini.
KETIGA : Pembinaan dan pengawasan penyelanggaraan pelayanan kefarmasian
RumahSakit Kristen Lindimara dilaksanakan Oleh Kepala Bagian Medis
Farmasi Rumah Sakit;
KEEMPAT: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di :Waingapu
Pada tanggal: 11 November 2018
Direktur RSK Lindimara
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena atas berkat dan bimbingannya,
Penyusunan Pedoman Pemantauan Terapi Obat dan Monitoring Efek Samping Obat Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Kristen Lindimara dapat diselesaikan dengan baik.
Pedoman Pemantauan Terapi Obat dan Monitoring Efek Samping Obat Rumah Sakit
Kristen Lindimara merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan
yang berorientasi pada pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesahatan dan
bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau sehingga diperlukan adanya pedoman
untuk menjalankan Peresepan/permintaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kristen
lindimara.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan pedoman ini masih terdapat bayak
kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi tercapainya
pelayanan yang optimal bagi para pasien.
Akhirnya atas dukungan dan peran dari semua pihak yang turut membantu
menyelesaikan penyusunan pedoman ini , kami ucapkan limpah terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
No. 36 tahun 2009 pasal 1, ayat (1) tentang Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat,
baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
kesehatan. Sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan masyarakat yang bertujuan
mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap warga negara seperti yang tercantum
dalam Undang-Undang pokok kesehatan, rumah sakit terus berupaya untuk meningkatkan
mutu pelayanan. Untuk menunjang Pelayanan kesehatan yang bermutu dibagian farmasi
dirumah sakit maka dilakukan pemantauan terapi terhadap obat-obatan yang digunakan oleh
pasien.
Pemantauan terapi obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakupkegiatan untuk
memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagipasien. Kegiatan tersebut
mencakup: pengkajian pilihan obat, dosis, carapemberian obat, respons terapi, reaksi obat
diketahui.
terkait obat. Apoteker sebagai bagian dari tim pelayanankesehatan memiliki peran penting
farmakoterapi; serta interpretasi hasil pemeriksaan fisik, laboratorium dan diagnostik. Proses
PTO merupakan proses yang komprehensif mulai dari seleksi pasien, pengumpulan data
pasien, identifikasi masalah terkait obat, rekomendasi terapi, rencana pemantauan sampai
dengan tindak lanjut. Proses tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan sampai tujuan
terapi tercapai.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan PTO di rumah sakit Kristen Lindimara perlu
B. Tujuan
Sebagai acuan apoteker melaksanakan PTO dalam rangka penerapan pelayanan farmasi
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Sediaan Farmasi adalah obat,
bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. Sedangkan Obat merupakan bahan atau
paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki system fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud
pelayanan farmasi klinik diantaranya melakukan pemantauan efek terapi dan efek
samping obat.
pasien mendapatkan terapi Obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan
Kriteria pasien:
f. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang merugikan.
setiap respon terhadap Obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi
padadosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis
Kegiatan:
a. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek
samping Obat.
RUANG LINGKUP
Unit pelayanan resep rawat jalan, Unit pelayanan resep rawat inap, Unit
Unit pelayanan resep rawat jalan, Unit pelayanan resep rawat inap, Unit
Data pasien dapat diperoleh dari rekam medik, profil pengobatan pasien,
wawancara dengan pasien, anggota keluarga dan tenaga kesehatan lain. Semua
data yang sudah diterima dikumpul dan dikaji. Data yang berhubungan dengan
Setelah data terkumpul dilakukan analisis untuk identifikasi masalah terkait obat.
Masalah terkait obat menurut Hepler dan Strand dapat dikategorikan sebagai
berikut:
4) Pemantauan
menetapkan karakteristik obat, obat dengan indeks terapi sempit, efikasi terapi,
5) Tindak lanjut
BAB IV
TATALAKSANA
terdiri dari riwayat penyakit, riwayat penggunaan Obat dan riwayat alergi;
kesehatan lain
lain adalah adanya indikasi tetapi tidak diterapi, pemberian Obat tanpa
indikasi, pemilihan Obat yang tidak tepat, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu
interaksi Obat
f. Hasil identifikasi masalah terkait Obat dan rekomendasi yang telah dibuat
DOKUMENTASI
Setiap langkah kegiatan pemantauan terapi dan efek samping obat yang dilakukan harus
di dokumentasikan. Hal ini penting karena berkaitan dengan buktiotentik pelaksanaan pelayanan
kefarmasian yang dapat di gunakan untuk tujuan akun tabilitas/pertanggung jawaban dan evaluasi
pelayanan.
ruangan dan usia. Data dapat di dokumentasikan secara manual, elektronik atau keduanya. Data
bersifat rahasia dan disimpan dengan rentang waktu sesuai kebutuhan. Sesuai dengan etik
2) Informasi sebaiknya ditulis singkat dan jelas (bentuk frase bukankalimat lengkap).
3) Informasi yang ditulis hanya berisi data untuk mendukungassessment dan plans
6) Data dikategorikan dengan tepat (contoh: demam adalah datasubyektif, suhu tubuh 39 0C
PENUTUP
Pedoman Pemantauan Terapi dan Efek samping Obat ini diharapkan dapat digunakan
sebagai acuan apoteker dalam melakukan praktek profesi terutama dalam pelaksanaan pelayanan
Pedoman Pemantauan Terapi dan Efek Samping Obat, bukan merupakan standar yang
bersifat mutlak, maka dalam pelaksanaan di lapangan apoteker perlu menambah informasi dan
Apoteker sebagai long life learner harus selalu menambah pengetahuan dan
development).
Dengan adanya Pedoman Pemantauan Terapi dan Efek Samping Obat, apoteker
diharapkan melaksanakan pemantauan terapi obat, sehingga masyarakat pada umumnya dan
pasien pada khususnya serta pihak-pihak terkait akan lebih merasakan peran dan fungsi
pelayanan kefarmasian.