Anda di halaman 1dari 16

PEDOMAN PEMANTAUAN EFEK TERAPI DAN

EFEK SAMPING OBAT


DI RUMAH SAKIT KRISTEN LINDIMARA

YUMERKRIS
Yayasan Untuk Menyelenggarakan Rumah Sakit-Rumah
Sakit Kristen Di Sumba
RUMAH SAKIT KRISTEN LINDIMARA

Jl. Prof. DR. W. Z. Yohanes No.6


Sumba Timur
YUMERKRIS
Yayasan Untuk Menyelenggarakan Rumah Sakit-Rumah Sakit Kristen Di
Sumba
RUMAH SAKIT KRISTEN LINDIMARA
Jl.Prof DR. W. Z. Yohanis No. 6
Waingapu – 87113 – NTT
Telp : (0387) 61064, 61019 ; Fax : (0387) 61742

SURAT KEPUTUSAN
NOMOR : 2052/ A.29 / SK_DIR / XI / 2018

TENTANG

PENETAPAN PEDOMAN PEMANTAUAN EFEK TERAPI DAN EFEK


SAMPING OBAT DI RUMAH SAKIT

DIREKTUR RUMAH SAKIT KRISTEN LINDIMARA

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSK Lindimara,


maka diperlukan penyelenggaraan farmasi yang bermutu tinggi;

b. Bahwa agar pelayanan farmasi di RSK Lindimara dapat terlaksana


dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur RSK Lindimara sebagai
landasan bagi penyelenggaraan pelayanan Instalasi Farmasi di RSK
Lindimara;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir a


dan b, perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Kristen
Lindimara.

Mengingat :
1. Undang-undang Kesehatan Republik Indonesia No 36 tahun 2009
tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit;
6. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia No 7 tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Obat-Obat
tertentu yang Serimg disalahgunakan;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERTAMA : KEPUTUSAN DIREKTUR RSK LINDIMARA TENTANG KEBIJAKAN
PEMANTAUAN EFEK TERAPI DAN EFEK SAMPING OBAT
DI RUMAH SAKIT
KEDUA : Kebijakan pelayanan Kefarmasian RSK Lindimara sebagaimana tercantum
dalam Lampiran keputusan ini.
KETIGA : Pembinaan dan pengawasan penyelanggaraan pelayanan kefarmasian
RumahSakit Kristen Lindimara dilaksanakan Oleh Kepala Bagian Medis
Farmasi Rumah Sakit;
KEEMPAT: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di :Waingapu
Pada tanggal: 11 November 2018
Direktur RSK Lindimara

dr. Alhairani K.L. Manu Mesa


Nip. 19790709 201001 2 013
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena atas berkat dan bimbingannya,
Penyusunan Pedoman Pemantauan Terapi Obat dan Monitoring Efek Samping Obat Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Kristen Lindimara dapat diselesaikan dengan baik.

Pedoman Pemantauan Terapi Obat dan Monitoring Efek Samping Obat Rumah Sakit
Kristen Lindimara merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan
yang berorientasi pada pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesahatan dan
bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau sehingga diperlukan adanya pedoman
untuk menjalankan Peresepan/permintaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kristen
lindimara.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan pedoman ini masih terdapat bayak
kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi tercapainya
pelayanan yang optimal bagi para pasien.

Akhirnya atas dukungan dan peran dari semua pihak yang turut membantu
menyelesaikan penyusunan pedoman ini , kami ucapkan limpah terima kasih.

Waingapu, 10 November 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................. Error! Bookmark not defined.


SURAT KEPUTUSAN ............................................... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ............................................... Error! Bookmark not defined.v
DAFTAR ISI................................................................................................................. 5
BAB I PENDAHULUAN ........................................... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ..................................................... Error! Bookmark not defined.
B. Tujuan .................................................................. Error! Bookmark not defined.

BAB II DEFINISI ........................................................................................................ .3


A. PEMANTAUAN TERAPI OBAT ...................... Error! Bookmark not defined.
B. MONITORING EFEK SAMPING OBAT ...................................................................... 5

BAB III RUANG LINGKUP........................................................................................ 6


BAB IV TATA LAKSANA ....................................................................................... 12
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia (UU Kesehatan RI)

No. 36 tahun 2009 pasal 1, ayat (1) tentang Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat,

baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk

hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Pembangunan kesehatan saat ini ditekankan pada peningkatan mutu pelayanan

kesehatan. Sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan masyarakat yang bertujuan

mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap warga negara seperti yang tercantum

dalam Undang-Undang pokok kesehatan, rumah sakit terus berupaya untuk meningkatkan

mutu pelayanan. Untuk menunjang Pelayanan kesehatan yang bermutu dibagian farmasi

dirumah sakit maka dilakukan pemantauan terapi terhadap obat-obatan yang digunakan oleh

pasien.

Pemantauan terapi obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakupkegiatan untuk

memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagipasien. Kegiatan tersebut

mencakup: pengkajian pilihan obat, dosis, carapemberian obat, respons terapi, reaksi obat

yang tidak dikehendaki(ROTD),)dan rekomendasi perubahan atau alternatif terapi.

Pemantauanterapi obat (PTO) harus dilakukan secara berkesinambungan dan dievaluasi

secarateratur pada periode tertentu agar keberhasilan ataupun kegagalan terapidapat

diketahui.

Keberadaan apoteker memiliki peran yang penting dalam mencegahmunculnya masalah

terkait obat. Apoteker sebagai bagian dari tim pelayanankesehatan memiliki peran penting

dalam PTO. Pengetahuan penunjangdalam melakukan PTO adalah patofisiologi penyakit;

farmakoterapi; serta interpretasi hasil pemeriksaan fisik, laboratorium dan diagnostik. Proses

PTO merupakan proses yang komprehensif mulai dari seleksi pasien, pengumpulan data
pasien, identifikasi masalah terkait obat, rekomendasi terapi, rencana pemantauan sampai

dengan tindak lanjut. Proses tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan sampai tujuan

terapi tercapai.

Dalam rangka mendukung pelaksanaan PTO di rumah sakit Kristen Lindimara perlu

menyusun pedoman pemantauan terapi dan efek samping obat.

B. Tujuan

Sebagai acuan apoteker melaksanakan PTO dalam rangka penerapan pelayanan farmasi

klinik di rumah sakit Kristen Lindimara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab

kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil

yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Sediaan Farmasi adalah obat,

bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. Sedangkan Obat merupakan bahan atau

paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau

menyelidiki system fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,

pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk

manusia (Permenkes Nomor 35 Tahun 2014).

Pelayanan farmasi klinik di rumah sakit merupakan bagian dari Pelayanan

Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud

mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitashiduppasien. Beberapa bagian

pelayanan farmasi klinik diantaranya melakukan pemantauan efek terapi dan efek

samping obat.

1. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Pemantauan terapi obat merupakan proses yang memastikan bahwa seorang

pasien mendapatkan terapi Obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan

efikasi dan meminimalkan efek samping.

Kriteria pasien:

a. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.

b. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.

c. Adanya multi diagnosis.


d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.

e. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.

f. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang merugikan.

2. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) Merupakan kegiatan pemantauan

setiap respon terhadap Obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi

padadosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis

dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.

Kegiatan:

a. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek

samping Obat.

b. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

c. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional dengan

menggunakan Formulir 10 sebagaimana terlampir.

Faktor yang perlu diperhatikan:

a) Kerjasama dengan tim kesehatan lain.

b) Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.


BAB III

RUANG LINGKUP

1. Pemantauan Efek Terapi

Unit pelayanan resep rawat jalan, Unit pelayanan resep rawat inap, Unit

pelayanan kamar operasi dan Unit pelayanan UGD.

2. Pemantauan Efek samping

Unit pelayanan resep rawat jalan, Unit pelayanan resep rawat inap, Unit

pelayanan kamar operasi dan Unit pelayanan UGD.

3. Tata Laksana Pemantauan Terapi Obat

1) Pengumpulan data pasien

Data pasien dapat diperoleh dari rekam medik, profil pengobatan pasien,

wawancara dengan pasien, anggota keluarga dan tenaga kesehatan lain. Semua

data yang sudah diterima dikumpul dan dikaji. Data yang berhubungan dengan

PTO diringkas dan diorganisasikan kedalam format yang sesuai.

2) Identifikasi masalah terkait

Setelah data terkumpul dilakukan analisis untuk identifikasi masalah terkait obat.

Masalah terkait obat menurut Hepler dan Strand dapat dikategorikan sebagai

berikut:

a) Ada indikasi tetapi tidak ada terapi

b) Pemberian obat tanpa indikasi

c) Pemilihan obat yang tidak tepat

d) Dosis terlalu tinggi

e) Dosis terlalu rendah

f) Adanya interaksi obat


3) Melakukan penyelesaian masalah terkait

Hasil identifiakasi penyakit pasien ditindaklanjutkan dengan memberikan

penyelesaian berdasarkan kategori pada poin 2.

4) Pemantauan

Rencana pemantauan dilakukan setelah memastikan pencapain efek terapi dan

meminimalkan efek yang tidak dikehendaki. Parameter farmakoterapi dengan

menetapkan karakteristik obat, obat dengan indeks terapi sempit, efikasi terapi,

perubahan fisiologik pasien, efisiensi pemeriksaan laboratorium

5) Tindak lanjut
BAB IV

TATALAKSANA

1. PEMANTAUAN TERAPI OBAT

a. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.

b. Mengambil data yang dibutuhkan yaitu riwayat pengobatan pasien yang

terdiri dari riwayat penyakit, riwayat penggunaan Obat dan riwayat alergi;

melalui wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau tenaga

kesehatan lain

c. Melakukan identifikasi masalah terkait Obat. Masalah terkait Obat antara

lain adalah adanya indikasi tetapi tidak diterapi, pemberian Obat tanpa

indikasi, pemilihan Obat yang tidak tepat, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu

rendah, terjadinya reaksi Obat yang tidak diinginkan atau terjadinya

interaksi Obat

d. Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien dan

menentukan apakah masalah tersebut sudah atau berpotensi akan terjadi

e. Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang berisi rencana

pemantauan dengan tujuan memastikan pencapaian efek terapi dan

meminimalkan efek yang tidak dikehendaki

f. Hasil identifikasi masalah terkait Obat dan rekomendasi yang telah dibuat

oleh Apoteker harus dikomunikasikan dengan tenaga kesehatan terkait

untuk mengoptimalkan tujuan terapi.

g. Melakukan dokumentasi pelaksanaan pemantauan terapi Obat dan diisi

dalam CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi).


2. MONITORING EFEK SAMPING OBAT

a. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi

mengalami efek samping Obat.

b. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

c. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional dengan

menggunakan Formulir MESO.


BAB V

DOKUMENTASI

Setiap langkah kegiatan pemantauan terapi dan efek samping obat yang dilakukan harus

di dokumentasikan. Hal ini penting karena berkaitan dengan buktiotentik pelaksanaan pelayanan

kefarmasian yang dapat di gunakan untuk tujuan akun tabilitas/pertanggung jawaban dan evaluasi

pelayanan.

Pendokumentasian dapat dilakukan berdasarkan nomor rekam medik, nama, penyakit,

ruangan dan usia. Data dapat di dokumentasikan secara manual, elektronik atau keduanya. Data

bersifat rahasia dan disimpan dengan rentang waktu sesuai kebutuhan. Sesuai dengan etik

penelitian, untuk publikasi hasil penelitian identitas pasien harus disamarkan.

Petunjuk praktis dalam pencatatan dokumentasi:

1) Dokumentasi dibuat dalam formulir khusus yang telah disepakati

2) Informasi sebaiknya ditulis singkat dan jelas (bentuk frase bukankalimat lengkap).

3) Informasi yang ditulis hanya berisi data untuk mendukungassessment dan plans

4) Setiap masalah dan rekomendasinya dibuat secara sistematis

5) Singkatan yang lazim

6) Data dikategorikan dengan tepat (contoh: demam adalah datasubyektif, suhu tubuh 39 0C

adalah data obyektif)Parameter yang digunakan sedapat mungkin terukur (contoh:tekanan

darah terkontrol 130/80mmHg).


BAB IV

PENUTUP

Pedoman Pemantauan Terapi dan Efek samping Obat ini diharapkan dapat digunakan

sebagai acuan apoteker dalam melakukan praktek profesi terutama dalam pelaksanaan pelayanan

farmasi klinik di rumah sakit.

Pedoman Pemantauan Terapi dan Efek Samping Obat, bukan merupakan standar yang

bersifat mutlak, maka dalam pelaksanaan di lapangan apoteker perlu menambah informasi dan

referensi dari sumber lain.

Apoteker sebagai long life learner harus selalu menambah pengetahuan dan

keterampilannya melalui pendidikan formal atau non formal (continuing professional

development).

Dengan adanya Pedoman Pemantauan Terapi dan Efek Samping Obat, apoteker

diharapkan melaksanakan pemantauan terapi obat, sehingga masyarakat pada umumnya dan

pasien pada khususnya serta pihak-pihak terkait akan lebih merasakan peran dan fungsi

pelayanan kefarmasian.

Anda mungkin juga menyukai