Anda di halaman 1dari 23

PORTOFOLIO

KELOMPOK 1

2/16/19 KEPERAWATAN KOMUNITAS 1


Anggota Kelompok
1. FABIOLA TRI RULI OKTAVIANA ( 131711133138 )
2. SAFITRI ARIYANTI ( 131711133064 )
3. ERNI PURWANINGSIH ( 131711133142 )
4. TRI WIDYASTUTI ( 131711133006 )
5. MIFTAHUL DESIYAN SYAIFUN MUHSIN ( 131711133105 )
6. DWI ARTA ANJANI ( 131711133027 )
7. ACHMAD YUSKIR RIZAL ROSULI ( 131711133103 )
8. AHMAD HISYAM AL FAISAL ( 131711133139 )
TM 1 : Sejarah dan Perkembangan Keperawatan Komunitas di Indonesia
dan Dunia (Resume)

A. Zaman / Era Keperawatan Komunitas

a. Keperawatan di Timur Tengah


1. Masa Penyebaran Islam/The Islamic Periode (570 M – 632 M)
Perkembangan keperawatan di masa ini, sejalan dengan perang kaum muslimin/jihad
(holy wars), Sistem kedokteran masa lalu yg lebih menjelaskan pengobatan dilakukan
oleh dokter ke rumah pasien dengan memberikan resep, lebih dominan. Hanya sedikit
sekali lilature tentang perawat, namun dalam periode ini dikenal seorang perawat yang
bersama Nabi Muhammad SAW telah melakukan peran keperawatan yaitu Rufaidah
binti Sa'ad/Rufaidah AlAsamiya.
2. Masa Setelah Nabi/Post-Prophetic Era (632 M – 1000 M)
Dokumen yang ada lebih didominasi oleh kedokteran dimasa itu. Dr Al-Razi yang
digambarkan sebagai seorang pendidik, dan menjadi pedoman yang juga menyediakan
pelayanan keperawatan. Dia menulis dua karangan tentang
"The Reason Why Some Persons and the Common People Leave a Physician Even if He Is Clever"
"A Clever Physician Does Not Have the Power to Heal All Diseases, for That is Not Within the
Realm of Possibility."
Di masa ini ada perawat diberi nama "Al Asiyah" dari kata Aasa yang berarti mengobati
luka, dengan tugas utama; memberikan makanan, memberikan obat, dan rehidrasi.
3. Masa Late to Middle Ages (1000 M – 1500 M)
Dimasa ini negara-negara Arab membangun RS dengan baik, dan mengenalkan
perawatan orang sakit. Ada gambaran unik di RS yang tersebar dalam peradaban Islam
dan banyak dianut RS modern saat ini hingga sekarang, yaitu pemisahan antar ruang
pasien laki-laki dan wanita, serta perawat wanita khusus merawat pasien wanita dan
perawat lakilaki hanya merawat pasien laki-laki.
4. Masa Modern (1500 M – Sekarang) Early Leaders in Nursing’s Development
Masa ini banyaknya ekspatriat asing (perawat asing dari Eropa, Amerika & Australia,
India, Philipina) yang masuk & bekerja di RS di negara-negara Timur Tengah. Th 1890
seorang misionaris Amerika, dokter & perawat dari Amerika telah masuk Bahrain &
Riyadh untuk merawat Raja Saudi King Saud. Lutfiyyah Al-Khateeb, seorang perawat
bidan Saudi pertama yang mendapatkan Diploma Keperawatan di Kairo & di th 1960
membangun Institusi Keperawatan di Arab Saudi. Sebenarnya telah dibangun di masa
Nabi Muhammad SAW. Dimana mempengaruhi philosofi praktek, dan profesi
keperawatan. Sejak tahun 1950 dengan dikenalkannya organized health care dan
pembangunan RS di Arab Saudi, keperawatan menjadi lebih maju.

b. Keperawatan di Eropa dan Amerika


Empirical Health Era (Sebelum tahun 1850)
Basic Science Era (tahun 1850 - 1900)
Clinical Science Era (1900 – 1950)
Public Health Science Era (1950 – Sekarang)
Political Health Science Era (Sekarang – Ke arah masa depan)

B. Perkembangan Keperawatan Komunitas Dilihat Dari Perkembangan


Keperawatan Pada Umumnya
Perkembangan keperawatan di masa Rufaidah binti Sa'ad (th 570 – 632 SM), dengan
perkembangan keperawatan era Florence Nightingale (1820 – 1910 M) dan perkembangan
keperawatan era tahun 2000 akan tetap berbeda seiring dengan tuntutan pelayanan
kesehatan. Kedua tokoh keperawatan tersebut muncul di masa-masa peperangan, sedangkan
saat ini keperawatan bergerak maju dalam suasana damai, namum dengan kompleksitas
tuntutan asuhan keperawatan & beragam penyakit infeksi dan penyakit degeneratif (double
burden disease). Perkembangan keperawatan kesehatan komunitas pada umumnya
didasarkan pada adanya kebutuhan masyarakat dalam usaha untuk merawat orang sakit di
rumahnya.

C. Perkembangan Kesehatan Masyarakat Di Indonesia


1. Priode Pertama (1882)
Dimulainya usaha kesehatan oleh Belanda, yaitu; Militair Geness Kundige Dienst (MGD) &
Burgelyke Genees Kundige Dienst (BGD). Tujuanan untuk melancarkan pengobatan kepada
orang Belanda. Pada waktu para pekerja perkebunan terjangkit penyakit, Kemudian
berkembang melayani para pekerja perkebunan tersebut. Selanjutnya melayani
masyarakat umum (saat berdiri Rockefeller Foundation).
2. Priode Kedua (Zaman Penjajahan Jepang)
Dikenal adanya Dinas Kesehatan Masyarakat / Dienst Van De Volks Genzonheid (DVG).
Sebagai pengganti BGD, Bertugas melaksanakan usaha dibidang prefentive & curative.
Kedua usaha ini tidak ada hubungannya & masing-masing berjalan sendiri.
3. Priode Ketiga
Dimulai setelah Indonesia merdeka ( Bandung Plan ), disusun suatu rencana kesehatan
masyarakat, bertujuanan untuk menyatukan upaya kuratif & prefentif. Pelaksanaannya
diserahkan kepada Inspektur Kesehatan Jabar, dipimpin o/ Dr. H. A. Patah. Selanjutnya
menyusun Pilot Project usaha kesehatan masyarakat, yang kemudian berkembang menjadi
konsep puskesmas.

D. Perkembangan Keperawatan Kesehatan Komunitas Di Indonesia


1. Pasca Perang Kemerdekaan
Pelayanan prefentif mulai dipikirkan guna melengkapi upaya (pelayanan) kuratif , serta
lahirnya konsep Bandung Plan sebagai embrio dari konsep Puskesmas.
2. Tahun 1960
Terbit Undang-Undang Pokok Kes No. 9 Th 1960 tentang Pokok-Pokok Kes. “ Tiap - tiap
warganegara berhak mencapai derajat kes yg setinggi- tingginya dan wajib diikutsertakan dlm
kegiatan yg diselenggarakan oleh pemerintah ”.

3. Pelita I
Dimulai Pelayanan kesehatan melaui puskesmas
4. Pelita II
Mulai dikembangkan PKMD, sebagai bentuk oprasional dari Primary Health Care (PHC).
Pada saat ini juga mulai timbul kesadaran untuk keterlibatan partisipasi masyarakat dalam
bidang kesehatan.
5. Pelita III
 Lahir SKN th 1982, menekankan pada; Pendekatan kesistem
 Pendekatan kemasyarakat
 Kerja sama lintas program (KLP) & lintas sektoral (KLS)
 Peran serta masyarakat
 Menekankan pada pendekatan promotive & prefentive.
6. Pelita IV
PHC / PKMD diwarnai dengan prioritas untuk menurunkan tingkat kematian bayi, anak &
ibu serta meningkatkan tingkat kelahiran, & menyelenggarakan program posyandu di tiap
desa.
7. Pelita V
Digalangkan dengan upaya peningkatan mutu posyandu, melaksanakan Panca Krida
Posyandu serta Sapta Krida Posyandu.
8. Menjelang Th 2000 (th 1998)
Pergeseran visi pembangunan kesehatan di Indonesia, yang semua menganut paradigma
sakit menjadi paradigama sehat. Visi pembangunan kesehatan dewasa ini adalah
“Indonesia Sehat th 2010” dengan misi sebagai berikut:
 Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
 Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
 Memelihara & menaikkan pelayanan kesehtan yang bermutu, merata & terjangkau.
 Memelihara dan menaikkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat & lingkungan.

Strategi Untuk Mencapai Visi & Misi


 Pembangunan nasional berwawasan kes (paradigma sehat)
 Profisionalisme.
 Jaminan pemeliharaan kes masy (JPKM).
 Desentralisasi.
TM 3 : Organisasi Keperawatan Komunitas Di Dunia dan Indonesia.

A. Organisasi Keperawatan Komunitas di Indonesia

Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia (IPKKI) adalah sebuah organisasi sebagai
wadah berhimpunnya para perawat dengan peminatan keperawatan komunitas yang dibentuk
sebagai badan kelengkapan organisasi PPNI untuk melakukan pengembangan dan pembinaan
praktik keperawatan komunitas.

Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia untuk pertama kali disepakati berdirinya pada
tanggal 9 Maret 2007 di Semarang dalam kegiatan Pertemuan dan Seminar Nasional Perawat
Komunitas dan di kukuhkan melalui Konggres Nasional Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas
Indonesia di Jakarta pada tanggal 27 Maret 2008.

Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia berazaskan Pancasila dan Undang-Undang


Dasar 1945. Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia bersifat organisasi profesi yang
independent, terbuka, kekeluargaan dan professional.

Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia memiliki tujuan:

 Terbinanya semangat persatuan dan kesatuan perawat komunitas yang professional


dengan membangun kerjasama multidisiplin.
 Meningkatnya kemampuan perawat terkait keperawatan kesehatan komunitas pada
berbagai tatanan pelayanan.
 Terjalinnya hubungan kerjasama dengan organisasi profesi keperawatan maupun
organisasi kesehatan komunitas tingkat Nasional maupun Internasional

Untuk mencapai tujuan organisasi tersebut, Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia
melakukan usaha sebagai berikut :

 Mengembangkan kualitas keilmuan dan keahlian pelayanan keperawatan yang didasarkan


pada filosofi dan keyakinan maupun nilai-nilai keperawatan kesehatan komunitas.
 Mengembangkan wawasan berfikir ilmiah, kritis dan inovatif terhadap perubahan dan
perkembangan ilmu keperawatan kesehatan komunitas
 Menumbuhkembangkan sikap disiplin, taat terhadap aturan dan etika keprofesian
 Berpartisipasi aktif dalam membina dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
kesehatan komunitas di Indonesia melalui kegiatan penelitian dan pengembangan
 Menumbuhkembangkan sistem informasi pengetahuan dan pengalaman profesional
keperawatan kesehatan komunitas melalui kegiatan ilmiah, pemanfaatan tehnologi
informasi dan komunikasi, serta berbagi pengalaman.
 Mempererat, memperjuangkan dan memelihara kedudukan anggota sesuai dengan harkat
dan martabat luhur profesi keperawatan.

Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia berfungsi:

 Sebagai wadah tunggal anggota perawat komunitas yang memiliki kesamaan visi, misi, dan
kepedulian untuk meningkatkan pengetahuan dan kualitas pelayanan keperawatan
kesehatan komunitas.
 Mengembangkan profesi keperawatan komunitas dengan memperhatikan
perekembangan ilmu dan teknologi serta kebutuhan masyarakat dan bangsa.
 Melaksanakan kaderisasi dan pembinaan anggota

Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia memiliki peran:

 Menjadi rujukan bagi PPNI dalam pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan,
pelayanan/asuhan keperawatan komunitas dan pendidikan keperawatan komunitas.
 Aktif mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan
 Mitra pemerintah dan organisasi profesi kesehatan dan masyarakat dalam pembangunan
kesehatan masyarakat.

Logo IPKKI
B. Organisasi Keperawatan Komunitas di Dunia

Di dunia, perawat komunitas disebut juga ‘Perawat Komunitas Faith’. Menurut Lingkup
Keperawatan Komunitas Faith dan Standar Praktek adalah: "... sebuah praktik khusus
keperawatan profesional yang berfokus pada perawatan spiritual yang disengaja serta promosi
kesehatan orang seutuhnya dan pencegahan atau meminimalkan penyakit dengan konteks
komunitas iman dan komunitas yang lebih luas" (ANA & HMA, 2017, hlm. 1) . memiliki berbagai
program pendidikan untuk masuk, termasuk program pendidikan berkelanjutan terakreditasi,
sarjana muda atau lulusan program keperawatan, atau "konten terkait dalam konseling,
kesehatan masyarakat, dan perawatan pastoral" (ANA & HMA, 2017, hlm. 28). Ada beberapa
organisasi keperawatan komunitas di dunia, sebagai berikut:

1. Australia Faith Community Nurses Association


Asosiasi Perawat Komunitas Faith Australia adalah badan profesional puncak untuk
Perawat Komunitas Faith (FCN) yang bekerja di pelayanan kesehatan dan perawatan pastoral
(HCM) gereja-gereja Kristen/komunitas iman yang terletak di Ausrtralia. Kadang-kadang
Keperawatan Komunitas Faith disebut sebagai Parish Nursing.
Perawat Komunitas Faith (FCNs) menyediakan perawatan tubuh, pikiran, dan jiwa
seluruh orang. Praktik mereka berfokus pada meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit,
pelecehan atau cedera, dan mengelola kondisi yang ada untuk menjaga kesehatan dan
kesejahteraan yang optimal.
FCN berbasis di komunitas agama, gereja, sekolah berbasis gereja, layanan perawatan
lansia atau layanan komunitas lainnya yang dilakukan di bawah naungan gereja. FCN melayani
orang-orang dalam komunitas iman itu dan / atau orang-orang dalam komunitas geografis atau
budaya yang dilayani komunitas agama tertentu.
Keperawatan Komunitas Faith adalah bentuk praktik lanjutan keperawatan komunitas
yang didirikan berdasarkan prinsip-prinsip Kristen yang berupaya mendukung dan memperkuat
kesehatan dan kesejahteraan individu, keluarga, dan masyarakat.
Area kesehatan menjadi fokus, ada empat area di mana FCN membuat perbedaan positif:
 Kesehatan mental
 Manajemen kondisi kronis
 Penuaan dan transisi yang menyertainya
 Menavigasi sistem kesehatan

2. New Zealand Faith Community Nursing Association

New Zealand Faith Community Nursing Association (NZFCNA) adalah organisasi Kristen
nasional yang memperlengkapi perawat untuk melayani di komunitas lokal mereka.
Perawat Kristen berada dalam posisi yang unik dan istimewa karena mereka bilingual dalam
kepercayaan dan kesehatan. Sebagai profesional keperawatan mereka dapat melayani peran
penting dalam masyarakat, mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan melalui pendidikan,
advokasi dan manajemen perawatan serta memberikan dukungan pastoral melalui persekutuan
gereja.
Fungsi dari New Zealand Faith Community Nursing Association (NZFCNA) sendir harus
memelihara pertumbuhan spiritual dan memperjelas hubungan antara kepercayaan dan
kesehatan. Tujuan didirikanya New Zealand Faith Community Nursing Association (NZFCNA) dari
semua pendidikan, konseling, advokasi, sumber daya dan rujukan, dan manajemen perawatan
adalah untuk membantu orang untuk mengintegrasikan aspek spiritual kehidupan dalam keadaan
mereka saat ini sehingga mereka dapat menemukan kesehatan, penyembuhan dan kesejahteraan
tubuh, pikiran dan jiwa. Semua perawatan kesehatan ditujukan untuk memfasilitasi integritas fisik,
mental, sosial dan spiritual orang-orang dan masyarakat ketika mereka mengalami transisi
kehidupan.

Daftar Pustaka

AD/ ART. PPNI, Keputusan MUNAS VII PPNI di Menado (2005)

Peraturan organisasi hasil rakernas PPNI di Jakarta, Tahun 2006

AFCNA (Australian Faith Community Nurses Association Inc) https://afcna.org.au/


www.faithcommunitynursing.nz/fcn/the-role-of-a-faith-community-nurse

https://www.fcninternational.org/becoming-a-faith-community-nurse.html

https://dokumen.tips/documents/visi-misi-dan-prog-prioritas-ipkki-serta-logo.html

TM : 6
Aktivitas Exploratory Learning 1 :

1. Dapatkah Anda menjelaskan 7 langkah/fokus GERMAS?


Jawaban :
Setidaknya terdapat 7 langkah penting dalam rangka menjalankan Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat. Ketujuh langkah tersebut merupakan bagian penting dari pembiasaan pola hidup
sehat dalam masyarakat guna mencegah berbagai masalah kesehatan yang beresiko dialami
oleh masyarakat Indonesia. Berikut ini 7 langkah GERMAS yang dapat menjadi panduan
menjalani pola hidup yang lebih sehat.

1. Melakukan Aktivitas Fisik Perilaku kehidupan modern seringkali membuat banyak orang
minim melakukan aktivitas fisik; baik itu aktivitas fisik karena bekerja maupun berolah
raga. Kemudahan – kemudahan dalam kehidupan sehari – hari karena bantuan teknologi
dan minimnya waktu karena banyaknya kesibukan telah menjadikan banyak orang
menjalani gaya hidup yang kurang sehat. Bagian germas aktivitas fisik merupakan salah
satu gerakan yang diutamakan untuk meningkatkan kualitas kesehatan seseorang.
2. Budaya Konsumsi Buah dan Sayur Keinginan untuk makan makanan praktis dan enak
seringkali menjadikan berkurangnya konsumsi sayur dan buah yang sebenarnya jauh lebih
sehat dan bermanfaat bagi kesehatan. Beberapa jenis makanan dan minuman seperti junk
food dan minuman bersoda sebaiknya dikurangi atau dihentikan konsumsinya. Menambah
jumlah konsumsi buah dan sayur merupakan contoh GERMAS yang dapat dilakukan oleh
siapapun.
3. Tidak Merokok Merokok merupakan kebiasaan yang banyak memberi dampak buruk bagi
kesehatan. Berhenti merokok menjadi bagian penting dari gerakan hidup sehat dan akan
berdampak tidak pada diri perokok; tetapi juga bagi orang – orang di sekitarnya. Meminta
bantuan ahli melalui hipnosis atau metode bantuan berhenti merokok yang lain dapat
menjadi alternatif untuk menghentikan kebiasaan buruk tersebut.
4. Tidak Mengkonsumsi Minuman Beralkohol Minuman beralkohol memiliki efek buruk
yang serupa dengan merokok; baik itu efek buruk bagi kesehatan hingga efek sosial pada
orang – orang di sekitarnya.

5. Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Secara Berkala Salah satu bagian dari arti
germas sebagai gerakan masyarakat hidup sehat adalah dengan lebih baik dalam mengelola
kesehatan. Salah satunya adalah dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin
dan tidak hanya datang ke rumah sakit atau puskesmas ketika sakit saja. Langkah ini dapat
memudahkan mendeteksi penyakit atau masalah kesehatan lebih dini.
6. Menjaga Kebersiha nLingkunganBagian penting dari GERMAS hidup sehat juga
berkaitan dengan meningkatkan kualitas lingkungan; salah satunya dengan lebih serius
menjaga kebersihan lingkungan. Menjaga kebersihan lingkungan dalam skala kecil seperti
tingkat rumah tangga dapat dilakukan dengan pengelolaan sampah. Langkah lain yang
dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan guna mengurangi resiko kesehatan seperti
mencegah perkembangan vektor penyakit yang ada di lingkungan sekitar.

7. Menggunakan Jamban Aspek sanitasi menjadi bagian penting dari gerakan masyarakat
hidup sehat; salah satunya dengan menggunakan jamban sebagai sarana pembuangan
kotoran. Aktivitas buang kotoran di luar jamban dapat meningkatkan resiko penularan
berbagai jenis penyakit sekaligus menurunkan kualitas lingkungan.

2. Mengapa GERMAS perlu melibatkan pendekatan keluarga? Apa saja 12 indikator


utama penanda kesehatan keluarga?
Jawaban :

Keluarga sebagai fokus dalam pendekatan pelaksanaan program Indonesia Sehat karena
menurut Friedman (1998), terdapat Lima fungsi keluarga, yaitu:

1. Fungsi afektif (The Affective Function)


Fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan
untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
Proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan
interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak
lahir. Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma
tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan nilai-nilai
budaya keluarga.
3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function)
Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (The Economic Function)
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan
tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function)
Untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang
kesehatan. Sedangkan tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya,
b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat,
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarganya,
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas kesehatan.
Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12
indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator
utama tersebut adalah sebagai berikut.
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
3. Peran yang diemban perawat komunitas dalam mendukung program GERMAS ?
Jawaban :
GERMAS adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk memasyarakatkan budaya hidup
sehat serta meninggalkan kebiasaan dan perilaku masyarakat yang kurang sehat.
Aksi GERMAS ini juga diikuti dengan memasyarakatkan perilaku hidup bersih sehat dan
dukungan untuk program infrastruktur dengan basis masyarakat.
Program ini memiliki beberapa fokus seperti membangun akses untuk memenuhi
kebutuhan air minum, instalasi kesehatan masyarakat serta pembangunan pemukiman yang
layak huni. Ketiganya merupakan infrastruktur dasar yang menjadi pondasi dari gerakan
masyarakat hidup sehat.

Dalam Gerakan Gerakan Masyarakar Sehat ( GERMAS ) perawat komunitas


mempunyai dua peran utama yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan serta
pelaksana konseling keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berdasarkan peran tersebut, perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mendukung
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat mencapai tujuan perubahan perilaku.

Sebagai pendidik atau penyuluh kesehatan, fungsi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mengkaji kebutuhan klien untuk menentukan kegiatan yang akan dilakukan dalam
penyuluhan atau pendidikan kesehatan. Dari hasil pengkajian diharapkan dapat
diketahui tingkat pengetahuan klien, informasi apa yang diperlukan klien, dan apa
yang ingin diketahui dari klien.
2. Meningkatkan dan memelihara kesehatan klien melalui penyuluhan atau
pendidikan kesehatan.
3. Melaksanakan penyuluhan atau pendidikan kesehatan untuk pemulihan kesehatan
klien antara lain tentang pengobatan, hygiene, perawatan, serta gejala dan tanda-
tanda bahaya.
4. Menyusun program penyuluhan atau pendidikan kesehatan baik untuk topik sehat
maupun sakit seperti nutrisi, latihan, penyakit dan pengelola penyakit.
5. Mengajar kepada klien informasi tentang tahap perkembangan.
6. Membantu klien untuk memilih sumber informasi kesehatan dari buku-buku, koran,
TV, teman, dan lainnya.
Sebagai pelaksana konseling keperawatan, perawat melaksanakan fungsi antara lain
sebagai berikut :
1. Memberikan informasi, mendengarkan secara objektif, memberi dukungan,
memberikan asuhan, dan menjaga kepercayaan yang diberikan klien.
2. Membantu klien untuk mengindentifikasi masalah serta faktor-faktor yang
mempengaruhi.
3. Memberikan petunjuk kepada klien untuk mencari pendekatan pemecahan masalah
dan memilih cara pemecahan masalah yang tepat.
4. Membantu klien menentukan pemecahan masalah yang dapat dilakukan.
4. Dapatkah Anda Menjelaskan Hubungan IPKM dengan GERMAS?
Jawaban :
IPKM (Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat) adalah indikator komposit yang
menggambarkan kemajuan pembangunan kesehatan, dirumuskan dari data kesehatan berbasis
komunitas yaitu:
a) Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar)
b) Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional)
c) Survei Podes (Potensi Desa)

Dengan pengembangan IPKM diharapkan dapat dirumuskan indikator komposit dari


berbagai indikator kesehatan berbasis komunitas yang menggambarkan keberhasilan
pembangunan kesehatan masyarakat.

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan sistematis dan
terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan
kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.
Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil
dari masyarakat yang membentuk kepribadian.

Meningkatnya PTM dapat menurunkan produktivitas sumber daya manusia, bahkan


kualitas generasi bangsa. Hal ini berdampak pula pada besarnya beban pemerintah karena
penanganan PTM membutuhkan biaya yang besar. Pada akhirnya, kesehatan akan sangat
mempengaruhi pembangunan sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan
RI secara khusus mengingatkan masyarakat untuk menjaga kesehatan melalui gerakan
masyarakat hidup sehat (GERMAS) guna mewujudkan Indonesia sehat.

a. SDGs membawa 5 prinsip-prinsip mendasar yang menyeimbangkan dimensi ekonomi,


sosial, dan lingkungan, yaitu 1) People (manusia), 2) Planet (bumi), 3) Prosperity
(kemakmuran), 4) Peace (perdaiaman), dan 5) Partnership (kerjasama). Kelima prinsip
dasar ini dikenal dengan istilah 5 P dan menaungi 17 Tujuan dan 169 Sasaran yang
tidak dapat dipisahkan, saling terhubung, dan terintegrasi satu sama lain guna mencapai
kehidupan manusia yang lebih baik.Kepala negara dan pemerintahan yang
menyepakati SDGs telah meneguhkan komitmen bersama untuk menghapuskan
kemiskinan, menghilangkan kelaparan, memperbaiki kualitas kesehatan,
meningkatkan pendidikan, dan mengurangi ketimpangan. Agenda pembangunan ini
juga menjanjikan semangat bahwa tidak ada seorangpun yang akan ditinggalkan.
Dijelaskan bahwa setiap orang dari semua golongan akan ikut melaksanakan dan
merasakan manfaat SDGs, dengan memprioritaskan kelompok-kelompok yang paling
termarginalkan. SDGs tidak dirumuskan untuk berdiri sendiri. Terdapat kesepakatan-
kesepakatan lain yang sejalan dan dapat menunjang agenda pembangunan
berkelanjutan ini. Diantaranya terdapat Sendai Framework – merupakan kesepakatan
dari pertemuan Konferensi PBB ketiga di Sendai, Jepang – yang menyepakati soal
penanganan kebencanaan hingga tahun 2030. Juga terdapat Addis Ababa Action
Agenda (AAAA) yakni kesepakatan antara Kepala Negara dan Pemerintahan, serta
Perwakilan dari berbagai Negara untuk mengatasi tantangan pembiayaan dan
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pembangunan berkelanjutan dalam
semangat kemitraan dan solidaritas global.
b. Di dalam Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa, Canada (1986)
menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter). Piagam tersebut merumuskan upaya
promosi kesehatan mencakup 5 butir.
1) Kebijakan Berwawasan Kesehatan (Health Public Policy). Ditujukan
kepada policy maker agar mengeluarkan kebijakan-kebijakan public yang
mendukung kesehatan.
2) Lingkungan yang Mendukung (Supportive Environment). Ditujukan kepada para
pengelola tempat umum termasuk pemerintah kota, agar menyediakan prasarana
saranayang emndukung terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat.
3) Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service). Selama ini yang
menjadi penyedia (provider) pelayanan kesehatan adalah pemerintah dan swasta
sedangkan masyarakat adalah sebagai pengguna (customers) pelayanan
kesehatan. Pemahaman ini harus diubah, bahwasannya masyarakat tidak sekedar
pengguna tetapi bisa sebagai provider dalam batas-batas tertentu melalui upaya
pemberdayaan.
4) Keterampilan Individu (Personnel Skill). Kesehatan masyarakat akan terwujud
apabila kesehatan individu, keluarga dan kelompok tersebut terwujud.
5) Gerakan Masyarakat (Community Action). Adanya gerakan-gerakan atau
kegiatan-kegiatan di masyarakat yang mendukung kesehatan agar terwujud
perilaku yang kondusif dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.
5. Bagaimana hubungan IPKM dengan Riskesdas, Susenas, dan Survei Potensi Desa?
Jawaban :
IPKM (Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat) adalah indikator komposit yang
menggambarkan kemajuan pembangunan kesehatan. IPKM ini terdiri dari 24 indikator
kesehatan utama yang dikumpulkan dari 3 survei berbasis komunitas, yaitu :

1) Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar)


Riskesdas merupakan survei yang dirancang untuk mengumpulkan data dasar
bidang kesehatan dan dapat menghasilkan indikator kesehatan, sehingga bermanfaat untuk
perbaikan sistem informasi kesehatan berbasis data. Data Riskesdas dikumpulkan dengan
tiga cara yaitu wawancara menggunakan kuesioner, pengukuran fisik, dan pemeriksaan
biokimia. Ruang lingkup data yang dikumpulkan sebagai berikut:
a) Status gizi balita dan dewasa
b) Penyakit menular dan penyakit tidak menular
c) Disabilitas dan cedera
d) Kesehatan mental
e) Kesehatan lingkungan
f) Pengetahuan, sikap, dan perilaku
g) Akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan
h) Farmasi dan pelayanan kesehatan tradisional
i) Kesehatan ibu dan KB
j) Kesehatan anak, imunisasi, dan pemantauan pertumbuhan
k) Pengukuran lingkar perut dan lingkar lengan atas
l) Pengukuran tekanan darah
m) Pemeriksaan visus
n) Pemeriksaan telinga
o) Pemeriksaan gigi
p) Pemeriksaan darah dan urin
q) Pemeriksaan garam dan air
2) Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional)
Survei Sosial Ekonomi (Susenas) adalah survei yang dikumpulkan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS). Data yang dikumpulkan yaitu mengenai pengeluaran rumah tangga,
karakteristik sosial, dan beberapa yang terkait dengan kesehatan. Pendataan dilakukan
untuk mendapatkan data pada tingkat individu dan rumah tangga berdasarkan wawancara
dengan individu.

3) Survei Podes (Potensi Desa)


Badan Pusat Statistik (BPS) juga melakukan survei Potensi Desa (Podes). Podes
bertujuan menyediakan data tentang potensi dan kinerja pembangunan di desa/ kelurahan
dan perkembangnnya yang meliputi keadaan sosial, ekonomi, sarana dan prasarana, serta
potensi yang ada di desa/ kelurahan. Data yang dikumpulkan termasuk data terkait bidang
kesehatan mengenai sumber daya manusia dan fasilitas kesehatan. Pendataannya
menggunakan cara sensus untuk seluruh desa/ kelurahan atau wilayah administrasi
setingkat lainnya yang ada di Indonesia.
Variabel yang dapat digunakan untuk kepentingan kajian pembangunan kesehatan
di tingkat desa, diantaranya adalah fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas, pos
kesehatan desa, pondok bersalin desa, posyandu, dll) dan sumber daya manusia bidang
kesehatan (dokter, bidan, tenaga kesehatan lainnya). Pada IPKM 2013 ini menggunakan
data Potensi Desa yang mencakup jumlah dokter, jumlah posyandu, jumlah bidan, jumlah
penduduk, jumlah kecamatan, dan jumlah desa.

TM : 6

Aktivitas Exploratory Learning 2 :

1. Apa yang Anda pahami tentang 5 Prinsip mendasar yang menyeimbangkan dimensi
ekonomi, sosial dan lingkungan (5P) dalam SDGs?
Jawaban :
SDGs membawa 5 prinsip-prinsip mendasar yang menyeimbangkan dimensi ekonomi,
sosial, dan lingkungan, yaitu :
1) People (manusia)
2) Planet (bumi)
3) Prosperity (kemakmuran)
4) Peace (perdaiaman)
5) Partnership (kerjasama)

Kelima prinsip dasar ini dikenal dengan istilah 5 P dan menaungi 17 Tujuan dan 169
Sasaran yang tidak dapat dipisahkan, saling terhubung, dan terintegrasi satu sama lain guna
mencapai kehidupan manusia yang lebih baik.

Kepala negara dan pemerintahan yang menyepakati SDGs telah meneguhkan


komitmen bersama untuk menghapuskan kemiskinan, menghilangkan kelaparan,
memperbaiki kualitas kesehatan, meningkatkan pendidikan, dan mengurangi ketimpangan.
Agenda pembangunan ini juga menjanjikan semangat bahwa tidak ada seorangpun yang akan
ditinggalkan. Dijelaskan bahwa setiap orang dari semua golongan akan ikut melaksanakan
dan merasakan manfaat SDGs, dengan memprioritaskan kelompok-kelompok yang paling
termarginalkan.

SDGs tidak dirumuskan untuk berdiri sendiri. Terdapat kesepakatan-kesepakatan lain


yang sejalan dan dapat menunjang agenda pembangunan berkelanjutan ini. Diantaranya
terdapat Sendai Framework1 – merupakan kesepakatan dari pertemuan Konferensi PBB
ketiga di Sendai, Jepang – yang menyepakati soal penanganan kebencanaan hingga tahun
2030. Juga terdapat Addis Ababa Action Agenda (AAAA) yakni kesepakatan antara Kepala
Negara dan Pemerintahan, serta Perwakilan dari berbagai Negara untuk mengatasi tantangan
pembiayaan dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pembangunan berkelanjutan
dalam semangat kemitraan dan solidaritas global.

Satu kesepakatan lagi selain Sustainable Development Goals adalah Paris Agreement3
. Paris Agreement adalah konvensi atau kesepakatan berbagai pihak (Negara) yang tergabung
dalam Konvensi PBB dalam hal perubahan iklim. Fokus kesepakatan ini adalah upaya
bersama untuk mengatasi perubahan iklim yang jika terjadi di satu wilayah Negara akan
memberikan dampak langsung maupun tidak langsung pada Negara lain.
2. Bagaimana implikasi 5P dengan Ottawa Charter yang ditetapkan dalam pertemuan
WHO 1986?
Jawaban :
Di dalam Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa-Canada (1986)
menghasilkan piagam Ottawa (Ottawa charter). Piagam tersebut merumuskan upaya promosi
kesehatan mencakup 5 butir,yaitu:
a. Kebijakan Berwawasan Kesehatan (Health Public Policy)
Adalah ͢kegiatan yang ditujukan kepada para pembuat keputusan/ penentu
kebijakan yang berwawasan kesehatan. Setiap kebijakan pembangunan di bidang apa saja
harus mempertimbngkan dampak kesehatannya bagi masyarakat. Misalnya, orang yang
mendirikan pabrik/ industri, sebelumnya harus dilakukan analisis dampak lingkungan agar
tidak tercemar dan tidak berdampak kepada masyarakat.
b. Lingkungan Yang Mendukung (Supportive environtment)
Adalah kegiatan untuk mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang
mendukung yang ditujukan pada:
a) pemimpin organisasi masyarakat
b) pengelola tempat –tempat umum
Diharapkan memperhatikan dampak terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan non fisik mendukung atau kondusif terhadap kesehatan masyarakat.
c. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Services)

Melibatkan masyarakat dalam pelayanan kesehatan untuk memelihara dan


meningkatkan kesehatannya sendiri. Bentuk pemberdayaan masyarakat yaitu LSM yang
peduli terhadap kesehatan baik dalam bentuk pelayanan maupun bantuan teknis (pelatihan-
pelatihan) sampai upaya swadaya masyarakat sendiri.
d. Keterampilan Individu (Personal Skill)
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari kelompok,
keluarga dan individu- individu. Meningkatnya keterampilan setiap anggota masyarakat
agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri ( personal skill)
sangat penting.
Masing-masing individu seyogyanya mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang baik
terhadap :
a) cara – cara memelihara kesehatannya
b) mengenal penyakit-penyakit dan penyebabnya
c) mampu mencegah penyakit
d) mampu meningkatkan kesehatannya
e) mampu mencari pengobatan yang layak bilamana sakit
e. Gerakan Masyarakat(Community Action)
Derajat kesehatan masyarakat akan efektif apabila unsur-unsur yang ada di
masyarakat tersebut bergerak bersama-sama. Dari kutipan piagam Ottawa, dinyatakan
bahwa: Promosi Kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga
mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan sendiri.
3. Bagaimana implikasi Ottawa Charter, SDGs dan RJPM/KN Kesehatan di Indonesia?
Jawaban :
Implikasi atau bentuk keterlibatan dari Ottawa Charter di Indonesia yaitu berupa bentuk
dukungan dalam bentuk kebijakan mengenai promosi kesehatan dengan tujuan yaitu
masyarakat mau dan mampu dalam meningkatkan derajat kesehatannya. Sebuah langkah
strategis yang tercantum pada piagam Ottawa Charter mampu berperan dalam meningkatkan
promosi kesehatan di Indonesia yaitu :
a) Membangun kebijakan publik yang sehat
b) Menciptakan lingkungan yang mendukung
c) Memperkuat aksi masyarakat
d) Mengembangkan keterampilan pribadi
e) Reorientasi Layanan Kesehatan
Implikasi atau bentuk keterlibatan SDGs bagi kesehatan di Indonesia yaitu suatu program
yang dibuat oleh PBB yang didalamnya ada Indonesia yang merupakan bagian negara yang
aktif di PBB yang sangat mendukung SDGs. Program ini memiliki tujuan yaitu pembangunan
negara dalam jangka waktu panjang maupun menengah. SDGs memiliki 17 tujuan yang
salah satunya yaitu memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi
semua untuk semua usia. Pada tujuan tersebut dapat dijadikan oleh Indonesia sebagai target
pengembangan negara dalam bidang kesehatan.
Bentuk Implikasi dari RJPM/KN bagi kesehatan di Indonesia yaitu merupakan sebuah
penjabaran dari visi misi program pembangunan kesehatan Indonesia. RJPM/KN dapat
diartikan sebagai tujuan dalam pembangunan kesehatan Indonesia sehingga kedepannya
untuk program kesehatan memiliki gerakan yang jelas dan bertujuan baik untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia. Karena sudah terbukti dengan berjalannya
program ini tingkat kesehatan di Indonesia memiliki kemajuan seperti mengecilnya jumlah
tingkat penyakit menular.

4. Apa yang dapat Anda simpulkan tentang situasi kesehatan di Indonesia, dan bagaimana
peran perawat dalam mendukung kondisi tersebut?
Jawaban :
a) Situasi kesehatan yang ada di Indonesia
Situasi kesehatan yang ada di Indonesia saat ini masih mengkhawatirkan karena pola
hidup sehat masyarakat Indonesia masih buruk. Rendahnya kesadaran menjaga
lingkungan dan mengatur pola makan memunculkan masalah kesehatan masyarakat
Indonesia saat ini. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan masih rendah.
Tingkat kesehatan masyarakat yang tidak merata dan sangat rendah khususnya terjadi pada
masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh. Perilaku masyarakat yang masih tidak
higienis ditambah lagi dengan tidak adanya sarana dan prasarana lingkungan yang
mendukung berdampak pada kesehatan masyarakat yang tinggal pada pemukiman kumuh
tersebut. Banyak masalah kesehatan masyarakat yang mungkin akan timbul akibat perilaku
masyarakat dan kondisi lingkungan yang tidak memperhatikan kesehatan seperti masalah
kekurangan gizi, penyakit menular, dsb.
b) Peran perawat dalam mendukung kondisi kesehatan di Indonesia
Peran perawat dalam mendukung kondisi kesehatan yang ada di Indonesia yaitu dengan
melakukan promosi kesehatan, membantu klien belajar tentang kesehatan dan cara
memulihkan atau memelihara kesehatan mereka , memberikan informasi yang diperlukan
klien atau memfasilitasi agar tenaga kesehatan lain memberikan informasi yang diperlukan
klien, membantu klien untuk mengembangkan sikap, perasaan dan perilaku dengan melihat
alternatif perilaku lain yang lebih sehat dan meningkatkan kemampuan pengendalian diri.

DAFTAR PUSTAKA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG


PELAKSANAAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
https://www.sdg2030indonesia.org/, diakses pada tanggal 20 Maret 2019 pukul 21.40 WIB
Thompson, S.R, dkk. 2018. The Ottawa Charter 30 years on: still an important standard for health
promotion. International Journal of Health Promotion and Education, 56:2, 73-84, DOI:
10.1080/14635240.2017.1415765.
Masyarakat, K., Kutai, K., & Belakang, L. (2013). Peranan Tenaga Medis Perawat Dalam
Meningkatkan, 1(36), 1–11.

Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI (www.depkes.go.id )

6 Desember 2010. Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Kemenkes.

http://promkes.kemkes.go.id/germas ( Diakses pada tanggal 20 Maret 2019 pukul 18.09 WIB)

Effendi, F., Makhfudli., 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan


Praktik dalam Keperawatan

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2014. Indeks Pembangunan Kesehatan


Masyarakat. Jakarta : Lembaga Penerbit Balitbangkes.

Kemenkes RI. 2017. GERMAS - Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.

http://promkes.kemkes.go.id/germas, Diakses pada 21 Maret 2019.

Kemenkes RI. 2017. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.

http://www.depkes.go.id/article/view/17070700004/program-indonesia-sehat-dengan-
pendekatan-keluarga.html, Diakses pada 21 Maret 2019.

Panuluh Sekar, Fitri Riskia Meila.(2016).”Perkembangan Pelaksanaan Sustainable Development


Goals (SDGs) di Indonesia”.

Anda mungkin juga menyukai