Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
buku Rencana Aksi Kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan tahun 2015-2019.
Rencana Aksi tahun 2015 – 2019 disusun sebagai dokumen perencanaan Pusat
Analisis Determinan kesehatan sekaligus menjadi panduan bagi Pusat Analisis
Determinan Kesehatan untuk melakukan analisis determinan terhadap pencapaian
tujuan Rencana Strategis (Renstra), sekaligus Visi dan Misi Presiden RI, serta
mensinergikan pembangunan kesehatan bagi unit-unit utama kementerian kesehatan
baik pada tataran nasional, provinsi maupun kabupaten dan kota.
Dengan adanya panduan ini, semua pelaku yang bergerak dalam pembangunan
Kesehatan :
Diharapkan melalui rencana aksi kegiatan ini, seluruh jajaran di Pusat Analisis
Determinan Kesehatan memiliki penduan dalam mengimplementasikan secara lebih
operasinal, untuk kegiatan dan target kinerja yang telah ditetapkan pada Rencana
Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan 2015-2019 secara optiomal.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya kepada semua
pihak yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian Rencana Aksi Kegiatan
Pusat Analisis Determinan Kesehatan tahun 2015-2019 ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya kepada
kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................1
B. Pengertian Analisis Determinan Kesehatan ................................................................ 2
C. Tujuan Penyusunan Rencana Aksi Kegiatan ................................................................ 3
D. Dasar Hukum ..................................................................................................................
3
E. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Serta Susunan Organisasi ........................................ 4
BAB II
ANALISIS DETERMINAN PERKEMBANGAN DAN MASALAH PEMBANGUNAN
KESEHATAN
A. ISU STRATEGIS ANALISIS POLITIK KESEHATAN .....................................................7
Kinerja Pelayanan Yang Rendah ................................................................................ 8
Rendahnya Pemanfaatan Fasilitas Pemerintah dan Keterjangkauan Pelayanan
Kesehatan .................................................................................................................... 8
Standar Profesi Tenaga Kesehatan ...............................................................................9
Profesi Kesehatan di Indonesia .................................................................................. 9
Tran Pacific Partenership ......................................................................................... 10
Harmonisasi dan Sinkronsasi Implementasi Rencana Strategis Kesehatan ............ 12
Meningkatnya Emerging Desease, Reemerging Muncul Kembali, Neglected
Desease .................................................................................................................... 13
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan SDM Kesehatan .............................................. 22
Pengaruh Kebijakan Nasional UU 23 tahun 2014 : Desentralisasi, Organisasi
Perangkat Daerah ..................................................................................................... 24
GEOGRAFI : Besaran Penyakit Tidak Merata Antara Satu Daerah Dengan
Daerah Yang Lain ................................................................................................... 25
IHR (International Health Regulation) dan GHSA (Global Health Security Agenda) 26
BAB III
LINGKUNGAN STRATEGIS PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN
A. Peta Lingkungan Strategis PADK ............................................................................ 45
B. Bagan Faktor Pengaruh Analisis Kebijakan ............................................................ 47
C. Posisi Determinan Kesehatan Terhadap Tujuan Pembangunan Kesehatan ........ 47
D. Ruang Lingkup PADK .............................................................................................. 48
E. Visi Misi .................................................................................................................. 52
F. Nilai Kementerian Kesehatan .................................................................................. 53
BAB IV
KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN KEGIATAN
A. Kebijakan ................................................................................................................. 55
B. Strategi .................................................................................................................... 55
C. Sasaran Kegiatan/ Output PADK ............................................................................ 56
D. Prioritas Kegiatan .................................................................................................... 57
E. Sasaran Kebijakan Output PADK ........................................................................... 57
BAB V
KEGIATAN PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN
A. Kebijakan Operasional ............................................................................................ 60
B. Strategi Kegiatan ..................................................................................................... 61
C. Kegiatan Pokok ...................................................................................................... 61
D. Indikator Keberhasilan ............................................................................................. 61
E. Kegiatan dan Alokasi Anggaran 2016 - 2019 .......................................................... 61
BAB VI
PENUTUP ........................................................................................................................ 63
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 1
WHO menyatakan aspek-aspek determinan kesehatan adalah lingkungan sosial
dan ekonomi, fisik dan karakter serta perilaku individu itu sendiri. Berdasarkan
Permenkes nomor 64 tahun 2015 menyatakan aspek-aspek analisis determinan
kesehatan terdiri dari analisis perilaku, kesehatan inteligensia dan lingkungan
strategis, termasuk di dalamnya analisis politik kesehatan, sosial serta ekonomi.
Akses terhadap pelayanan yang masih rendah tidak hanya disebabkan masalah
jarak, tetapi terdapat dua faktor penentu (determinan) yaitu determinan
pelayanan dan determinan permintaan. Determinan penyediaan terdiri atas
organisasi pelayanan dan infrastruktur fisik, tempat pelayanan, ketersediaan,
pemanfaatan dan distribusi petugas, biaya pelayanan serta mutu pelayanan.
Sedangkan determinan permintaan yang merupakan faktor pengguna meliputi
rendahnya pendidikan dan kondisi sosial budaya masyarakat serta tingkat
pendapatan masyarakat yang rendah atau miskin.
Status dokter PNS dan PTT menjadi masalah terkait dengan reward Dokter PNS
sebagai kepala puskesmas yang mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
lebih besar tetapi memperoleh reward yang lebih sedikit dibanding dengan dokter
PTT dengan tanggung jawab serta pengalaman yang lebih sedikit.
Keberlangsungan dokter PTT yang sering berganti akan memengaruhi
manajemen puskesmas. Jumlah perawat dan bidan cukup bila dilihat dari
kebutuhan wilayah terutama untuk pelayanan pengobatan di dalam gedung,
tetapi sifatnya hanya menunggu kedatangan pasien Rendahnya kunjungan
pasien ke puskesmas membuktikan bahwa puskesmas induk sulit dijangkau oleh
masyarakat hal ini terkait dengan letak geografis.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 2
C. Tujuan Penyusunan Rencana Aksi Kegiatan
Umum
Sebagai tindak lanjut penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) guna
mendukung pencapaian tujuan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2019 sekaligus
Visi dan Misi Presiden RI.
Khusus
1. Tersusunnya indikator kinerja hingga tahapan pelaksanaan kegiatan Pusat
Analisis Determinan Kesehatan untuk tahun 2016-2019.
2. Menjadi dasar acuan bagi jajaran Pusat Analisis Determinan Kesehatan
dalam menentukan kebijakan dan rencana kerja operasional yang akan
selaras dengan perencanaan anggaran dan kegiatan kerja masing-masing
Bidang dan Bagian.
D. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
5. Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2014 tentang
Sistem Kesehatan Nasional;
8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
374/MENKES/SK/V/2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
375/MENKES/SK/V/2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025;
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 3
11. Keputusan Menteri KesehatanRepublik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/52/2015tentang Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan 2015-2019;
12. Keputusan Menteri KesehatanRepublik Indonesia Nomor
267/MENKES/SK/II/2010 tentang Penetapan Roadmap Reformasi
Kesehatan Masyarakat;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 64 Tahun 2015
tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 4
b. Bagian Tata Usaha, terdiri atas:
1) Subbagian Program dan Evaluasi; dan
2) Subbagian Kepegawaian, Keuangan dan Umum.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 5
STRUKTUR ORGANISASI
PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN
KEPALA PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN
BAGIAN TATA USAHA
SUBBAGIAN SUBBAGIAN
PROGRAMDAN KEPEGAWAIAN,
EVALUASI KEUANGAN DAN
UMUM
BIDANG ANALISIS LINGKUNGAN BIDANG ANALISIS PERILAKU DAN
STRATEGIS KESEHATAN INTELIGENSIA
SUBBIDANG SUBBIDANG
ANALISIS POLITIK KESEHATAN ANALISIS PERILAKU
SUBBIDANG SUBBIDANG
ANALISIS SOSIAL DAN EKONOMI ANALISIS KESEHATAN INTELIGENSIA
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
(KJF)
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 6
BAB II
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 7
pembiayaan. Dari analisis determinan faktor yang paling sering muncul adalah
sebagai berikut :
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 8
Standar Profesi Tenaga Kesehatan
Era Masyarakat Ekonomi Asean mengharuskan tenaga kesehatan berbenah diri.
Peluang dan tantangan yang menghadang harus diterobos dengan peningkatan
mutu dan profesionalisme tenaga kesehatan, dan hanya dapat dicapai bila
tenaga kesehatan Indonesia dalam melakukan pelayanannya sesuai
dengan Standar Profesi-nya.
1. Profesi Bidan
2. Sanitarian
4. Rekam Medis
5. Keperawatan
6. Tekniker Gigi
7. Gizi
8. Radiologi
9. Elektro medik
10. Fisioteraspis
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 9
Trans Pacific Partenership (TPP)
TPP merupakan kerangka kerja sama ekonomi komprehensif lintas Pasifik yang
saat ini telah mencakup 12 negara. Keberadaan AS di dalam keanggotaan TPP
membuat skema kerja sama ini menjadi sangat strategis dan begitu
diperhitungkan, mengingat besarnya peran negara adidaya tersebut dalam
perdagangan dunia dan potensi pasar yang dimilikinya.
Yang perlu diwaspadai dan jauh lebih penting sebenarnya adalah fakta bahwa
TPP bukan semata-mata perjanjian dagang. Substansi yang diatur dalam TPP
memiliki cakupan yang sangat luas dengan tingkat intervensi terhadap peraturan
perundang-undangan dalam negara anggota yang sangat dalam, bahkan
melebihi aturan-aturan Liberalisasi dalam Masyarakat Ekonomi Asean. Selain
perdagangan barang, TPP juga mengatur perdagangan Jasa, Tenaga Kerja,
Investasi, Pelestarian Lingkungan, Perlindungan Hak Cipta, Persaingan Usaha,
BUMN, UMKM, dan anti korupsi. Artinya, besarnya potensi manfaat dari
perdagangan barang saja belum cukup untuk dijadikan dasar bagi Indonesia
untuk bergabung ke TPP, tanpa mempertimbangkan aspek-aspek lain yang di
timbulkan seperti :
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 10
dituntut hingga ganti rugi penuh, meskipun alasan pelanggaran kesepakatan
adalah untuk kepentingan masyarakat di negara tersebut. Dalam hal ini,
Indonesia pernah mengalami beberapa kasus sengketa dengan investor
asing di arbitrase internasional, dengan tuntutan ganti rugi hingga miliaran
dolar.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 11
5. TPP juga dapat mengakibatkan terjadinya fenomena failure market
(kegagalan pasar dalam penyediaan jasa pelayanan Kesehatan), belum lagi
tentang Undang undang ketenagakerjaan karena TPP membolehkan Direktur
Utama dan tenaga kerja dari negara asal.
7. Dari segi undang undang berapa milyard biaya yang dipakai untuk membuat
sebuah undang-undang, dan berapa banyak undang undang yang akan di
sesuaikan dengan TPP.
Hal ini dirasakan perlu untuk dibentuk Pusat Analisis Determinan Kesehatan
(PADK) yang secara komprehensif menjembatani kebutuhan Unit Unit utama,
penguatan sektor dan harmonisasi, membantu mensinergikan Kebijakan
perencanaan dan pelaksana dalam mengintegrasikan tema-tema strategis
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 12
(pengarusutamaan) dalam bentuk rekomendasi Analisis politik kesehatan, Sosial
Ekonomi, Perilaku Kesehatan dan Kesehatan Inteligensia, baik dalam RPJMN,
RENSTRA, dan RKP. Tantangan dalam pengembangan bidang Analisis
Determinan Kesehatan akan semakin kompleks sejalan dengan kuatnya
pengaruh eksternal maupun internal akibat globalisasi, SDGs, TPP (Trans Pasifik
Patner), MEA(Masyarakat Ekonomi Asean),GHSA, (Global Health Securrity
Assessment ), HTA (Health Tecnology Assessment), Desentralisasi, perubahan
iklim, perubahan lingkungan dan lain sebagainya.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 13
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang
telah terinfeksi basil tuberkulosis. Beban penyakit yang disebabkan oleh
tuberkulosis dapat diukur dengan Case Notification Rate (CNR), prevalensi
(didefinisikan sebagai jumlah kasus tuberkulosis pada suatu titik waktu tertentu),
dan mortalitas/kematian (didefinisikan sebagai jumlah kematian akibat
tuberkulosis dalam jangka waktu tertentu).
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 14
berdasarkan diagnosis sebesar 2,4 per 1.000 balita dan berdasarkan diagnosis/
gejala sebesar 18,5 per 1.000 balita
Penyakit Kusta disebut juga sebagai penyakit Lepra atau penyakit Hansen
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae . Bakteri ini mengalami proses
pembelahan cukup lama antara 2–3 minggu. Daya tahan hidup kuman kusta
mencapai 9 hari di luar tubuh manusia. Kuman kusta memiliki masa inkubasi 2 –
5 tahun bahkan juga dapat memakan waktu lebih dari 5 tahun.
Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif,
menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan
mata.Angka prevalensi dan angka penemuan kasus baru Sejak tercapainya
status eliminasi kusta pada tahun 2000, situasi kusta di Indonesia menunjukkan
kondisi yang relatif statis. Hal tersebut dapat terlihat dari angka penemuan kasus
baru kusta selama lebih dari dua belas tahun yang menunjukkan kisaran angka
antara enam hingga delapanper 100.000 penduduk dan angka prevalensi yang
berkisar antara delapan hingga sepuluh per 100.000 penduduk per tahunnya.
Namun, sejak tahun 2012 hingga tahun 2014 angka tersebut menunjukkan
penurunan. Target prevalensi kusta sebesar <1 per 10.000 penduduk (<10 per
100.000 penduduk) berdasarkan bebannya, kusta dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu beban kusta tinggi (high burden) dan beban kusta rendah (low burden).
Provinsi disebut high burden jika NCDR(new case detection rate : angka
penemuan kasus baru) > 10 per 100.000 penduduk dan atau jumlah kasus baru
lebih dari 1.000, sedangkan low burden jika NCDR < 10 per 100.000 penduduk
dan atau jumlah kasus baru kurang dari 1.000 kasus.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 15
insiden diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3%-10,2%).
Sedangkan period prevalence diare (>2 minggu-1 bulan terakhir sebelum
wawancara) berdasarkan gejala sebesar 7%. Gambar 6.21 berikut ini
menggambarkan period prevalence diare menurut provinsi pada tahun 2013
terjadi 8 KLB yang tersebar di 6 Propinsi, 8 kabupaten dengan jumlah penderita
646 orang dengan kematian 7 orang (CFR 1,08%). Sedangkan pada tahun 2014
terjadi 6 KLB Diare yang tersebar di 5 propinsi, 6 kabupaten/kota, dengan jumlah
penderita 2.549 orang dengan kematian 29 orang (CFR 1,14%).
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 16
Penyakit Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang
menyerang sistem pernapasan bagian atas. Penyakit difteri pada umumnya
menyerang anak-anak usia 1-10 tahun. Jumlah kasus difteri pada tahun 2014
sebanyak 396 kasus dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 16 kasus
sehingga CFR difteri sebesar 4,04%. Dari 22 provinsi yang melaporkan adanya
kasus difteri, kasus tertinggi terjadi di Jawa Timur yaitu sebanyak 295 kasus yang
berkontribusi sebesar 74% dari total kasus Jumlah kasus difteri di Jawa Timur
pada tahun 2014 menurun setengahnya dibandingkan tahun 2013 yang
sebanyak 610 kasus. Dari seluruh kasus tersebut, sebesar 37% tidak
mendapatkan vaksin campak
POLIO DAN AFP disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem
syaraf sehingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada
umumnya menyerang anak berusia 0-3 tahun ini ditandai dengan munculnya
demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher, serta sakit di tungkai dan lengan.
AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid yang bersifat lunglai, lemas
atau layuh, atau terjadi penurunan kekuatan otot, dan terjadi secara akut
(mendadak).
Sedangkan non polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus
polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus polio.
Kementerian Kesehatan menetapkan non polio AFP rate minimal 2/100.000
populasi anak usia <15 tahun. Pada tahun 2014, secara nasional non polio AFP
rate sebesar 2,38/100.000 populasi anak <15 tahun yang berarti telah mencapai
standar minimal penemuan.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 17
sebanyak 112.511 serta IR 45,85 terjadi penurunan kasus pada tahun 2014.
Target Renstra kementerian Kesehatan untuk angka kesakitan DBD tahun 2014
sebesar ≤ 51per 100.000 penduduk, dengan demikian Indonesia telah mencapai
target Renstra 2014.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 18
Rabies merupakan penyakit mematikan baik pada manusia maupun hewan yang
disebabkan oleh infeksi virus (golongan Rabdovirus) yang ditularkan melalui
gigitan hewan seperti anjing, kucing, kelelawar, kera, musang dan serigala yang
di dalam tubuhnya mengandung virus. Terdapat beberapa indikator yang
digunakan dalam memantau upaya pengendalian rabies, yaitu: GHPR (kasus
Gigitan Hewan Penular Rabies), PET/Post Exposure Treatment
(penatalaksanaan kasus gigitan), dan kasus yang positif rabies dan mati
berdasarkan uji Lyssa. Tahun 2014 terdapat 25 provinsi tertular rabies dari 34
provinsi di Indonesia (Kementerian Pertanian). Sebanyak sembilan provinsi
lainnya bebas rabies, lima diantaranya provinsi bebas historis (Papua, Papua
Barat, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, dan NTB), dan enpat provinsi
dibebaskan (Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan DKI Jakarta). Kasus
kematian karena rabies (Lyssa) di tahun 2014 secara signifikan mengalami
penurunan dari 195 pada tahun 2009 menjadi 81 kasus Lyssa pada tahun 2014.
Demikian juga dengan jumlah kasus GHPR pada tahun 2014 mengalami
penurunan dalam tiga tahun terakhir.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 19
FLU BURUNG Pengendaliannya dilakukan secara terpadu secara signifikan
telah berhasil menurunkan jumlah kasus konfirmasi flu burung H5N1 di Indonesia
pada tahun 2014. Sejak munculnya penyakit flu burung pertama kali pada tahun
2005, jumlah kasus terus menurun pada periode tahun 2006-2014 dari 55 kasus
pada tahun 2006 menjadi dua kasus pada tahun 2014. Namun, keseluruhan
kasus konfirmasi flu burung pada tahun 2014 tersebut meninggal (CFR=100%).
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 20
Jaminan Kesehatan Nasional; dilakukan dengan strategi perluasan
sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 21
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dan SDM Kesehatan :
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 22
Keliling Perairan. Dalam Pedoman Pelayanan Kesehatan Puskesmas Terpencil
dan sangat Terpencil di DTPK, dikemukakan bahwa dengan keterbatasan tenaga
di DTPK, maka upaya pelayanan wajib yang ditetapkan yaitu:
1) Promosi kesehatan
2) Kesehatan lingkungan
3) Kesehatan Ibu dan Anak serta KB
4) Perbaikan gizi masyarakat
5) Pencegahan penyakit
6) Pengobatan, kesiapsiagaan dan kegawatdaruratan.
Terdapat tiga kelompok sasaran yaitu bayi, balita dan ibu hamil/ nifas/menyusui.
Masalah atau isu publik yang timbul adalah daerah perbatasan merupakan
etalase negara, di samping itu daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan
(DTPK) memiliki topografi yang ekstrem. Oleh karena itu peran infrastruktur
menjadi salah satu komponen fisik yang penting bagi wilayah perbatasan karena
pengembangan infrastruktur yang sistematis.
Akses terhadap pelayanan yang masih rendah tidak hanya disebabkan masalah
jarak, tetapi terdapat dua faktor penentu (determinan) yaitu determinan
pelayanan dan determinan permintaan. Determinan penyediaan terdiri atas
organisasi pelayanan dan infrastruktur fisik, tempat pelayanan, ketersediaan,
pemanfaatan dan distribusi petugas, biaya pelayanan serta mutu pelayanan.
Sedangkan determinan permintaan yang merupakan faktor pengguna meliputi
rendahnya pendidikan dan kondisi sosial budaya masyarakat serta tingkat
pendapatan masyarakat yang rendah atau miskin.
Mengingat reward berupa insentif finansial untuk daerah terpencil sudah tidak
ada lagi maka akan menyulitkan dalam merekrut Pegawai Negeri Sipil (PNS)
agar mau menetap di daerah terpencil. Sumber daya puskesmas khususnya di
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 23
daerah terpencil perbatasan masih perlu dibenahi terutama tentang
keseimbangan masa kerja, beban kerja dan reward bagi tenaga kesehatan PNS
dan PTT.
Pertama adalah sistem pendidikan yang baik dan bermutu. Untuk mencapai hal
tersebut, maka diperlukan penataan terhadap sistem pendidikan secara
menyeluruh, terutama berkaitan dengan kualitas pendidikan, serta relevansinya
dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja, berorientasikan pada
penguasaan iptek, serta merata di seluruh pelosok tanah air.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 24
dalam rangka memperkokoh jati diri dan kepribadian bangsa (character building).
Ketiga adalah peningkatan kapasitas SDM melalui berbagai diklat, kompetensi,
pembinaan dan lain-lain. Tenaga kerja profesional dan terampil sesuai
tuntutan/kebutuhan pasar merupakan faktor keunggulan suatu bangsa dalam
menghadapi persaingan global. Pemerintah memegang peranan penting dalam
menyiapkan program-program strategis guna menghasilkan SDM berkualitas dan
siap memasuki pasar kerja. Terakhir, adalah pembinaan dan pengembangan
masyarakat terutama generasi muda. Sebagai penopang utama dalam roda
pembangunan, pemberdayaan generasi muda diharapkan dapat menciptakan
generasi yang kreatif, inovatif dan berdaya saing tinggi. Karakteristik generasi
muda seperti inilah yang diharapkan mampu berkonstribusi dan memenangkan
persaingan global.
Pembangunan perkotaan yang sangat pesat dalam saat ini telah memberikan
satu dampak yang signifikan terhadap perubahan kualitas ekosistem. Perubahan
kualitas ekosistem sendiri akan berpengaruh terhadap kehidupan manusia, salah
satunya terhadap derajat kesehatan di perkotaan. Kesehatan kota merupakan
satu isu mutakhir yang sedang berkembang saat ini, khususnya berkaitan
dengan penyakit menular. Permasalahan terkait penyakit menular semakin
menjadi kompleks manakala dikaitkan dengan pola hidup, pola mobilitas dan
interaksi dan kepedulian masyarakat untuk mencegahnya serta kualitas
lingkungan perkotaan itu sendiri.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 25
penyebaran penyakit DBD pada kelurahan di sekitarnya. Kejadian penularan ini
tidak terlepas dari kualitas fisik lingkungan permukiman yang kurang baik
sehingga menyebabkan vektor mudah berkembang biak
penyebaran vektor pembawa penyakit menular seperti nyamuk dan kutu telah
diketahui meningkat dan berubah pola sebarannya menjadi makin luas akibat
perubahan iklim menyebabkan peningkatan jumlah penderita penyakit ini.
Banyak penyakit seperti malaria, kolera, diare, demam berdarah, demam Rift
Valley, pes, dan penyakit infeksi baru seperti hantavirus, demam berdarah Ebola,
dan virus West Nile sangat sensitif terhadap perubahan suhu dan curah hujan
(Bullard, 2009). Peningkatan jumlah penderita penyakit ini telah memberikan
sumbangan terhadap peningkatan biaya kesehatan secara signifikan.
Melalui analisis dan policy breef yang dihasilkan oleh Pusat Analisis Determinan
sebagai unsur pendukung pelaksanaan tugas kementerian kesehatan di bidang
Analisis dan secara administrasi melalui Sekretaris Jenderal, diharapkan dapat
mampu memberi jalan keluar sekaligus menjawab tantangan tersebut diatas.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 26
ditingkatkan guna menghadapi kemungkinan pandemi. Tercatat beberapa
penyakit menular yang menyebar hampir ke seluruh dunia.Disebutkan antara
lain, virus Sars pada 2002, virus influenza tipe A (H1N1) pada 2009, Ebola pada
2014, Mers CoV pada 2015 hingga vurus Zika pada 2016.
Dijelaskan tujuan dari GHSA terdiri dari 3 kelompok besar, yaitu pencegahan
outbreak/epidemi yang bersifat pencegahan, deteksi dini ancaman kesehatan
dan keamanan, dan respon secara cepat dan efektif. Dalam mencapai tujuan
besar itu, forum GHSA melakukan identifikasi terhadap 11 paket kegiatan untuk
dilaksanakan negara anggota GHSA. Disebutkan 11 Action Package itu adalah
pencegahan pada Anti Microbial Resistance (AMR), penyakit zoonosis, biosafety
dan biosecurity, serta Imunisasi.Selain itu ada sistem laboratorium nasional, real-
time surveilleance, pelaporan dan workforce development.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 27
Rendahnya Kondisi Kesehatan Lingkungan
Rendahnya Pembangunan Ekonomi yang belum merata adalah biang keladi
pokok masalah ini, hal tersebut menimbulkan kesenjangan soasial baik papan,
sandang dan pangan. Salah satu faktor penting lainnya yang berpengaruh
terhadap derajat kesehatan masyarakat adalah kondisi lingkungan yang
tercermin antara lain dari akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi
dasar.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 28
pendidikan serta pemerataannya dan memberikan kesempatan yang sama
kepada masyarakat. Apabila kita mempunyai daya saing yang kuat, persiapan
yang matang, sehingga produk-produk dalam negeri akan menjadi tuan rumah
dinegeri sendiri dan kita mampu memanfaatkan kehadiran, untuk kepentingan
bersama dan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Demografi
Pertambahan penduduk disuatu daerah disatu pihak akan merupakan modal
pembangunan, karena terdapat angkatan kerja sesuai perkembangan penduduk
tersebut. Sedangkan dilain pihak akan menjadi beban pemerintah karena setiap
jiwa akan membutuhkan kebutuhan hidup, seperti pangan, sandang, penyediaan
prasarana dan sarana sekolah serta lapangan kerja. Namun demikian terhadap
angkatan kerja baik yang berada di kota, pinggiran kota, maupun di desa
semakin sulit memperoleh lapangan pekerjan, apalagi berupaya menciptakan
lapangan kerja baru atau wirausaha baru. Hal tersebut semakin tidak seimbang
antara jumlah pencari kerja aktif maupun adanya lowongan kerja.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 29
meningkat tajam. Hal ini terlihat semakin tingginya frekuensi kemacetan yang
terjadi dijalan-jalan yang membuat jalan di kota tidak lancer lagi di lalui.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 30
trade agreement (FTA) dengan China, akibatnya China menguasai pasar
komoditi Indonesia. Tidak ada pilihan lain selain menghadapi dengan percaya diri
bahwa bangsa Indonesia mampu dan menjadi lebih baik perekonomiannya
dalam keikutsertaan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Beberapa langkah strategis
yang perlu dilaksanakan oleh pemerintah ialah memperbaiki kualitas produk
dalam negeri dan memberikan label SNI bagi produk dalam negeri. Dalam sektor
tenaga kerja Indonesia perlu meningkatkan kualifikasi pekerja, meningkatkan
mutu pendidikan serta pemerataannya dan memberikan kesempatan yang sama
kepada masyarakat.
Sosial Ekonomi
Lebih dari 110 juta orang Indonesia hidup dengan penghasilan kurang dari US$ 2
per hari. Jumlah ini sama dengan jumlah penduduk Malaysia, Vietnam dan
Kamboja digabungkan. Sebagian besar penduduk miskin di Asia Tenggara
tinggal di Indonesia. Selain itu, Indonesia juga tidak mampu meningkatkan
berbagai indikator utama pembangunan kesehatan dibandingkan dengan
negaranegara Asia Timur lainnya. Tingkat kematian ibu hamil di Indonesia,
misalnya, dua kali lebih tinggi dari tingkat kematian di Filipina dan lima kali lebih
tinggi dari Vietnam. Hampir setengah dari penduduk Indonesia tidak mempunyai
akses yang cukup terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi. Indonesia memang
telah mencapai hasil yang memuaskan dalam menurunkan tingkat kemiskinan
sejak tahun 1960-an dan juga telah berhasil mengurangi efek dari krisis. Tetapi
Indonesia masih harus menghadapi tiga masalah mendasar dalam upaya
mengangkat sebagian besar penduduk yang masih terhimpit kemiskinan dan
kepapaan, yaitu:
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 31
Indonesia sedang mengalami krisis penyediaan fasilitas sanitasi. Hanya kurang
dari satu persen limbah rumah tangga di Indonesia yang menjadi bagian dari
sistem pembuangan. Penyediaan fasilitas limbah lokal tidak dibarengi dengan
penyediaan fasilitas pengumpulan, pengolahan dan pembuangan akhir. Pada
tahun 2002, pemerintah hanya menyediakan anggaran untuk perbaikan sanitasi
sebesar 1/1000 dari anggaran yang disediakan untuk penyediaan air. Akibatnya,
penduduk miskin cenderung menggunakan air dari sungai yang telah tercemar.
Tempat tinggal mereka juga sering berada di dekat tempat pembuangan limbah.
Hal ini membuat penduduk miskin cenderung menjadi lebih mudah sakit dan
tidak produktif. Pada tahun 2001, kerugian ekonomi yang timbul akibat masalah
sanitasi diperkirakan mencapai Rp 100.000,- per rumah tangga setiap bulannya.
Untuk mengatasi hal tersebut ada dua hal yang dapat dilakukan:
2. Pada sisi penawaran, tentu saja penyediaan sanitasi harus diperbaiki. Aspek
terpenting adalah membiayai investasi di bidang sanitasi yang akan terus
meningkat. Dua pilihan yang dapat dilakukan adalah: (i) mengadakan
kesepakatan nasional untuk membahas masalah pembiayaan fasilitas
sanitasi dan (ii) mendorong pemerintah lokal untuk membangun fasilitas
sanitasi pada tingkat daerah dan kota; misalnya dengan menyediakan DAK
untuk pembiayaan sanitasi ataupun dengan menyusun standar pelayanan
minimum.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 32
Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors)
Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku
seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai
dan sebagainya. Misalnya seorang ibu mau menggunakan alat kontrasepsi
karena ibu tersebut tahu dengan menggunakan alat kontrasepsi kelahiran anak
dapat dibatasi. Tanpa adanya pengetahuan-pengetahuan seperti ini mungkin ibu
tersebut tidak akan menggunakan alat kontrasepsi.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 33
PROGRAM INDONESIA SEHAT
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5
Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini
didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program
Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program Indonesia Sehat
selanjutnya menjadi program utama Pembangunan Kesehatan yang kemudian
direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I.
Nomor HK.02.02/Menkes/ 52/2015
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 34
1) Kesehatan Ibu dan Anak.
Angka Kematian Ibu sudah mengalami penurunan, namun masih jauh dari target
MDGs tahun 2015, meskipun jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan mengalami peningkatan. Kondisi ini kemungkinan disebabkan antara
lain oleh kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai, kondisi ibu
hamil yang tidak sehat dan faktor determinan lainnya. Penyebab utama kematian
ibu adalah hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan post partum. Penyebab
ini dapat diminimalkan apabila kualitas antenatal care dilaksanakan dengan baik.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat
antara lain adalah penanganan komplikasi, anemia, ibu hamil yang menderita
diabetes, hipertensi, malaria, dan empat terlalu (terlalu muda 35 tahun, terlalu
dekat jaraknya 2 tahun, dan terlalu banyak anaknya >3 orang).
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 35
dan Pembangunan Keluarga serta Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas
yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Pemerintah pusat dan pemerintah
daerah menetapkan kebijakan pembangunan keluarga melalui pembinaan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga, untuk mendukung keluarga agar dapat
melaksanakan fungsinya secara optimal. Sebagai penjabaran dari amanat
Undang-Undang tersebut, Kementerian Kesehatan menetapkan strategi
operasional pembangunan kesehatan melalui Program Indonesia Sehat Dengan
Pendekatan Keluarga.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 36
Komitmen : MDG’s (Millennium Development Goals)
Angka Kematian Ibu sudah mengalami penurunan, namun masih jauh dari target
MDGs tahun 2015, meskipun jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan mengalami peningkatan. Kondisi ini kemungkinan disebabkan antara
lain oleh kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai, kondisi ibu
hamil yang tidak sehat dan faktor determinan lainnya. Penyebab utama kematian
ibu adalah hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan post partum. Penyebab
ini dapat diminimalkan apabila kualitas antenatal care dilaksanakan dengan baik.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat
antara lain adalah penanganan komplikasi, anemia, ibu hamil yang menderita
diabetes, hipertensi, malaria, dan empat terlalu (terlalu muda 35 tahun, terlalu
dekat jaraknya 2 tahun, dan terlalu banyak anaknya >3 orang).
Dalam 5 tahun terakhir, Angka Kematian Neonatal (AKN) tetap sama yakni
19/1000 kelahiran, sementara untuk Angka Kematian Paska Neonatal (AKPN)
terjadi penurunan dari 15/1000 menjadi 13/1000 kelahiran hidup, dan angka
kematian anak balita juga turun dari 44/1000 menjadi 40/ 1000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian pada kelompok perinatal adalah Intra Uterine Fetal Death
(IUFD), yakni sebanyak 29,5% dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebanyak
11,2%. Hal ini berarti faktor kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan amat
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 37
menentukan kondisi bayinya. Untuk usia di atas neonatal sampai satu tahun,
penyebab utama kematian adalah infeksi khususnya pnemonia dan diare. Ini
berkaitan erat dengan perilaku hidup sehat ibu dan juga kondisi lingkungan
setempat.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 38
1. Goal 3. Kesehatan untuk semua lapisan usia, dengan usulan indikator
antara lain (i) tingkat kematian penduduk akibat penyakit dan kecelakaan
per 100 ribu penduduk; (ii) tingkat polusi.
2. Goal 6. Ketersediaan air dan sanitasi, dengan indikator (i) proporsi rumah
tangga dengan akses air minum (bukan air bersih); (ii) pengolahan limbah
rumah tangga yang diolah sesuai dengan standar nasional
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 39
6. Memastikan ketersediaan dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan
sanitasi untuk semua.
7. Menjamin akses ke energi yang terjangkau, dapat diandalkan, berkelanjutan,
dan modern untuk semua.
8. Mempromosikan pertumbuhan yang berkelanjutan, inklusif dan berkelanjutan
ekonomi, kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak
untuk semua.
9. Membangun infrastruktur tangguh, mempromosikan industrialisasi inklusif
dan berkelanjutan dan mendorong inovasi.
10. Mengurangi ketimpangan dalam dan di antara negara-negara.
11. Membuat kota-kota dan pemukiman manusia inklusif, aman, tangguh dan
berkelanjutan.
12. Pastikan pola konsumsi dan produksi berkelanjutan.
13. Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan
dampaknya.
14. Melestarikan dan berkelanjutan menggunakan samudera, laut dan sumber
daya kelautan untuk pembangunan berkelanjutan.
15. Melindungi, memulihkan dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan
ekosistem darat, berkelanjutan mengelola hutan, memerangi desertifikasi,
dan menghentikan dan membalikkan degradasi lahan dan menghentikan
hilangnya keanekaragaman hayati.
16. Mempromosikan masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan
berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan bagi semua dan
membangun institusi yang efektif, akuntabel dan inklusif di semua tingkatan.
17. Memperkuat sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk
pembangunan berkelanjutan.
1. Pengurangan Kemiskinan,
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 40
6. Pemerintah yang ditingkatkan kualitasnya dan akses merata kepada
keadilan bagi semua orang
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 41
Tim AoC Kemenkes, dengan sasaran utama revolusi mental yakni untuk
mengubah mindset dan culture set dari Road Map Reformasi Birokrasi ASN
Kemenkes dilayani menjadi melayani.
Inisiasi Revolusi Mental ASN Kemenkes dengan mengikuti prioritas nasional
Revolusi Mental aparatur adalah: 1. Pengembangan nilai-nilai untuk menegakkan
integritas; 2. Pembentukan agen perubahan yang dapat mendorong terjadinya
perubahan pola pikir dan menjadi role model bagi ASN pelaksana Pelayanan
Publik di Kemenkes dengan semboyan Cepat (No Dellai), Tepat (No Error),
Bersahabat (No Complaine) .
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 42
biokimia yang kuat pada otak. Reaksi ini bersifat instan, kata Reismen, “namun
meninggalkan jejak ingatan permanen pada memori.'' Sekali saja cairan zat kimia
saraf tercipta, maka ia akan sulit bahkan tidak mungkin dihapus. ketika sebuah
image tertangkap mata meski image itu hanya melintas 3/10 detik dan
tersambung ke otak, maka secara alami otak akan mengalami perubahan
struktural, lantas merekamnya menjadi memori. pada setiap pengalaman visual
Gambar porno adalah image yang amat kuat. Ia meninggalkan ingatan yang kuat
karena tekanan hormon libido, dan berpotensi memicu ketagihan, Psikiater guru
besar pada Universitas Princeton, Jeffrey Satinover, MS MD mengatakan
kemajuan neuroscience mengantarkan manusia modern untuk mampu
mengetahui bahwa proses alami pada seseorang dengan kecanduan heroin
sama persis dengan orang kecanduan gambar porno. Yang berbeda cuma
medianya, dan pecandu pornografi berdampak buruk bagi kesehatan otak,
karena adiksi mengakibatkan otak bagian tengah depan yang disebut
VentralTegmental Area (VTA) secara fisik mengecil, dan menimbulkan gangguan
memori. Kondisi itu, tidak terjadi secara cepat dalam waktu singkat namun
melalui beberapa tahap yakni kecanduan yang ditandai dengan tindakan impulsif,
ekskalasi kecanduan, desensitisasi dan akhirnya penurunan perilaku.
Dan kerusakan otak akibat kecanduan pornografi adalah yang paling berat, lebih
berat dari kecanduan kokain, 6 fatamorgana tentang pornografi yang terlanjur
tercipta secara tidak sengaja oleh otak kita sebagai berikut :
1. Pornografi membuat cara berpikir seseorang menjadi penuh dengan seks
semata. Pikiran seks akan menguasai alam bawah sadar mereka. Gambar
berbau seks akan melekat pada otak mereka, sehingga pada saat
seseorang memutuskan untuk berhenti melihat pornografi-pun, gambar-
gambar yang pernah ia lihat dimasa lalu akan bertahan sampai beberapa
tahun bahkan selama-lamanya.
2. Pornografi menjadi ajang promosi terhadap praktik seksual yang
menyimpang. Contohnya, situs porno internet biasnya terhubung dengan
situs porno yang lebih progresif seperti homoseks, pornografi anak, seks
dengan hewan, perkosaan, seks dengan kekerasan dan lainnya.
3. Dalam banyak kasus, pornografi membuat seseorang kehilangan daya
kerjanya. Yang tadinya aktif dan kreatif bisa menjadi tidak fokus dalam
pekerjaan.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 43
4. Melihat pornografi akan membuat seseorang menjadi sering berbohong.
Orang yang terikat pornografi akan menyimpan kebiasaannya ini
sebagairahasia, sehingga dengan berbohong ia dapat menyembunyikan
rasa malunya dan menghindari kritik dari lingkungannya. Kemanapun ia
pergi, ia akan cenderung memakai ‘topeng’.
5. Pornografi akan membuat seseorang mempercayai semua kebohongan
yang ditawarkan oleh pornografi sendiri. Banyak orang yang mengabaikan
dampak pornografi, padahal efek negatifnya lebih besar daripada narkoba
dalam hal merusak otak. Tak hanya itu, pecandu pornografi juga lebih sulit
dideteksi ketimbang pacandu narkoba," ujar Dr Mark B. Kastlemaan, pakar
adiksi pornografi dari USA, dalam acara 'Seminar Eksekutif Penanggulangan
Adiksi Pornografi' di Hotel Grand Kemang, Jakarta, Senin (27/9/2010).
Menurut Dr Mark, pornografi dapat menyebabkan kerusakan pada lima
bagian otak, terutama pada Pre Frontal Corteks (bagian otak yang tepat
berada di belakang dahi). Sedangkan kecanduan narkoba menyebabkan
kerusakan pada tiga bagian otak.
6. Kerusakan bagian otak ini akan membuat prestasi akademik atau prestasi
kerja menurun, orang tidak bisa membuat perencanaan, mengendalikan
hawa nafsu dan emosi, mengambil keputusan dan berbagai peran eksekutif
otak sebagai pengendali impuls-impuls. Bagian inilah yang membedakan
manusia dengan binatang.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 44
BAB III
Konstitusi menjamin hak warganya untuk sehat: ”Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.
Sedangkan pada Pasal 34 (angka 3) UUD 1945 dikatakan: ”Negara bertanggung
jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan
umum yang layak”. Itu masih belum memenuhi harapan.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 45
Kesehatan hanya sebagai ”komoditas politik” dengan membawa konsekuensi
”memanfaatkan” sumber daya manusia bidang kesehatan sebagai komponen di
dalamnya salah satunya dokter.
Dengan kata lain, pada saat kita menyelesaikan masalah keamanan harus ikut
dipikirkan masalah kesejahteraan, demikian pula sebaliknya. Termasuk di sini
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam pembangunan sektor
kesehatan. Ketahanan sistem kesehatan sebuah negara secara tidak langsung
sangat dipengaruhi ketahanan sistem kesehatan di daerah. Indonesia sehat akan
tercapai bila terwujud provinsi sehat, provinsi sehat akan tercapai bila kabupaten/
kota sehat terwujud.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 46
Persoalan kesehatan sendiri saat ini sebagai suatu faktor utama dan investasi
berharga yang pelaksanaannya didasarkan pada sebuah paradigma baru yang
biasa dikenal dengan paradigma sehat yakni paradigma kesehatan yang
mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan
rehabilitatif.
Identifikasi
Isu Formulasi Pelaksanaan Kelanggengan
Kebijakan Kebijakan Kebijakan Kebijakan
C. POSISI DETERMINAN KESEHATAN TERHADAP TUJUAN
PEMBANGUNAN KESEHATAN
Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pembangunan di
bidang kesehatan diharapkan akan semakin meningkatkan tingkat kesehatan
masyarakat dan pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh semua lapisan
masyarakat secara memadai. Berhasilnya pembangunan kesehatan ditandai
dengan lingkungan yang kondusif, perilaku masyarakat yang proaktif untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit,
pelayanan kesehatan yang berhasil dan berdaya guna tersebar merata di seluruh
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 47
wilayah Indonesia. Akan tetapi pada kenyataanya, pembangunan kesehatan di
Indonesia masih jauh dari yang diharapkan. Permasalahan-permasalahan
kesehatan masih banyak terjadi. Beberapa diantaranya adalah: penyakit seperti
DBD, flu burung, dan sebagainya yang semakin menyebar luas, kasus gizi buruk
yang semakin marak khususnya di wilayah Indonesia Timur, prioritas kesehatan
rendah, serta tingkat pencemaran lingkungan yang semakin tinggi.
Sebagian masyarakat berpendapat bahwa kebijakan pemerintah-lah yang salah,
sehingga masalah-masalah kesehatan di Indonesia seakan tak ada ujungnya,
padahal bagaimanapun juga, sebenarnya perilaku individu yang menjadi faktor
penentu dalam menentukan status kesehatan. Dengan kata lain, selain
pemerintah masih banyak lagi faktor-faktor atau determinan yang mempengaruhi
status kesehatan masyarakat.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 48
kesehatan dibagi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, negara tetap
bertanggung jawab, seperti yang termaktub dalam Pasal 28H, ayat (1): UUD
1945, “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh
pelayanan kesehatan” dan UUD 1945 Pasal 34, ayat (3): “Negara bertanggung
jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan
umum yang layak”, dalam hal ini penanggung jawabnya adalah Presiden cq
Menteri Kesehatan.
Agar amanah dalam UUD 1945 dapat diwujudkan, kebijakan kesehatan yang
unggul mutlak dibutuhkan. Proses penyusunan kebijakan sendiri merupakan
rangkaian proses yang berkesinambungan, mulai dari identifikasi dan analisis
masalah, melakukan riset/penelitian, penyusunan draft, konsultasi, kemudian
dilakukan sosialiasi dan implementasi, serta dikendalikan melaluiproses review
dan evaluasi.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 49
Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di
bidang kesehatan, serta menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan kebijakan teknis penelitian dan pengembangan di bidang
biomedik dan epidemiologi klinik, upaya kesehatan masyarakat, pelayanan
kesehatan, kefarmasian dan alat kesehatan, sumber daya manusia, dan
humaniora kesehatan;
b. pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan di bidang biomedik
dan epidemiologi klinik, upaya kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan,
kefarmasian dan alat kesehatan, sumber daya manusia, dan humaniora
kesehatan;
c. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan penelitian dan pengembangan di
bidang biomedik dan epidemiologi klinik, upaya kesehatan masyarakat,
pelayanan kesehatan, kefarmasian dan alat kesehatan, sumber daya
manusia, dan humaniora kesehatan;
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 50
melaksanakan penyusunan kebijakan, pelaksanaan, dan pemantauan, evaluasi,
dan pelaporan di bidang analisis faktor – faktor yang berpengaruh terhadap
proses pembangunan kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Selanjutnya PADK melaksanakan fungsi yaitu:
a. penyusunan kebijakan teknis di bidang analisis lingkungan strategis, analisis
perilaku, dan kesehatan inteligensia;
b. pelaksanaan di bidang analisis lingkungan strategis, analisis perilaku, dan
kesehatan inteligensia;
c. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang analisis lingkungan strategis,
analisis perilaku, dan kesehatan inteligensia;
Sebagai gambaran konkret tahun 2016, melalui Rapat kerja Kesehatan Nasional,
PADK beserta dengan seluruh unit utama dan pemerintah daerah telah
menyusun Resolusi Rakerkesnas tahun 2016 dalam rangka mendorong
percepatan pelaksanaan desentralisasi pembangunan kesehatan tahun 2016
sebagai dasar penyusunan kegiatan pembangunan kesehatan tahun 2017
sekaligus sebagai perangkat monitoring dan evaluasi guna menilai proses
implementasi desentralisasi kesehatan yang telah disesuaikan dengan
pembagian kewenangan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten / kota. PADK
bersama unit utama juga melibatkan Badan Penelitian dan pengembangan
Kesehatan telah mengembangkan resolusi Rakerkesnas sebagai sebuah
instrumen evaluasi dan pengendalian pembangunan kesehatan sehingga dapat
dipetakan besaran kekuatan dan kelemahan sistem kesehatan di setiap daerah
provinsi/kabupaten/kota sebagai dasar bagi intervensi implementasi
desentralisasi kesehatan. Dengan demikian dapat dihindari penerapan kebijakan
yang bersifat blanked policy. Dengan adanya identifikasi kekuatan dan
kelemahan tersebut, maka diharapkan kebijakan kesehatan ke depan dapat lebih
memperhatikan keberagaman karakteristik geografi, demografi, kapasitas fiskal,
sumber daya, dan kebutuhan dari masing – masing daerah. Untuk mencapai hal
tersebut, makapada tahun 2016 Pusat Analisis Determinan Kesehatan
melaksanakan output kegiatan yang terdiri dari:
1. Analisis Gambaran Desentralisasi Kesehatan di Indonesia
2. Jejaring Peningkatan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (berupa analisis
masalah/issue determinan kesehatan yang mengemuka pada tahun 2016)
3. Analisis SDM Kesehatan di Daerah Terpencil, Perbatasan, dan Kepulauan
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 51
4. Analisis Dampak Pornografi terhadap Kualitas SDM
5. Analisis Dampak Peningkatan Harga terhadap Pelayanan Kesehatan di
Fasilitas Kesehatan Rujukan dikaitkan dengan Keberlangsungan Pelayanan
Kesehatan Berkualitas
6. Analisis Pembangunan Revolusi Mental Bidang Kesehatan
7. Penguatan Potensi Integritas Berbasis Fungsi Eksekutif Otak
8. Profil Pengembangan Kesehatan Inteligensia di Daerah
9. Rancang Bangun Pengamatan/Penelitian Kesehatan Inteligensia di 7
Provinsi
10. Lokakarya Kebijakan Determinan Kesehatan
11. Forum Dialog Kebijakan Kesehatan
E. Visi Misi
Rencana Aksi Kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan mendukung visi
dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang
Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong”, dengan 7
misi pembangunan yaitu:
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 52
Agenda prioritas ada 9 (NAWA CITA), yaitu:
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 53
menjadi dasar dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang berbeda-
beda, sehingga diperlukan penangnganan yang berbeda pula.
4. Efektif
Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target
yang telah ditetapkan dan bersifat efisien.
5. Bersih
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN), transparan, dan akuntabel.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 54
BAB IV
KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN KEGIATAN
A. KEBIJAKAN
Kebijakan Pusat Analisis Determinan Kesehatan didasarkan pada Kebijakan
Kementerian Kesehatan yang tercantum dalam Renstra Kementerian Kesehatan
RI Tahun 2015-2019 yaitu :
1. Peningkatan Analisis Determinan Kesehatan
2. sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya Analisis Determinan Kesehatan
3. Indikator pencapaian Kegiatan tersebut adalah jumlah dokumen analisis
kebijakan pembangunan kesehatan yang ditindak lanjuti
B. STRATEGI
Untuk mencapai tujuan PADK melakukan analisis determinan dan analisis
kebijakan kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu meningkatkan
metode dan proses analisis yang terstruktur berdasarkan data yang tersedia dan
akurat, masukan dari pakar/akademisi, lintas program dan lintas sektor. Perlu
meningkatkan kapasitas PADK untuk melakukan analisis detrminan dan analisis
kebijakan kesehatan serta menyediakan pengetahuan (tacid & eksplisit) guna
mendukung strategi 1 & 2
Menguatkan metodologi, SDM, anggaran, pembangunan sarana prasarana,
pelatihan-pelatihan. Melaksanakan analisis, outsourcing, menghadirkan pakar,
pendampingan,
Meningkatkan pengetahuan SDM
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 55
C. SASARAN KEGIATAN/ OUTPUT PADK
1. Tersedianya Policy Brief terkait politik kesehatan yang dibahas dalam
RATAS
2. Tersedianya Policy Brief terkait Sosioekonomi kesehatan yang dibahas
dalam RATAS
3. Tersedianya Policy Brief terkait Perilaku kesehatan yang dibahas dalam
RATAS
4. Tersedianya Policy Brief terkait Inteligensia kesehatan yang dibahas
dalam RATAS
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 56
D. PRIORITAS KEGIATAN
E. SASARAN KEBIJAKAN OUTPUT PADK
1. Policy Analysis
Kebijakan kesehatan, terdiri dari 3 kata yang mengandung arti dan dimensi yang
luas, yaitu : analisa atau analisis, kebijakan, dan kesehatan. Analisa atau
analisis, adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (seperti karangan,
perbuatan, kejadian atau peristiwa) untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya, sebab musabab atau duduk perkaranya (KBBI, 1991). Kebijakan
adalah rangkaian dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam
pelaksaan suatu pekerjaan kepemimpinan, pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip,
atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen/administrasi dalam
usaha mencapai sasaran tertentu. Kebijakan berbeda makna dengan
kebijaksanaan. Kebijaksanaan (KBBI, 1991), adalah kepandaian seseorang
menggunakan akal budinya (berdasar pengalaman dan pengetahuannya); atau
kecakapan bertindak apabila menghadapi kesulitan. Menurut UU RI No. 23 tahun
1992 tentang kesehatan, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 57
ekonomi. Pengertian ini cenderung tidak berbeda dengan yang dikembangkan
oleh WHO, yaitu: kesehatan adalah suatu keadaan yang sempurna yang
mencakup fisik, mental, kesejahteraan, dan bukan hanya terbebasnya dari
penyakit atau kecacatan.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 58
besar. Upaya untuk mengurangi disparitas memang membutuhkan penyelesaian
dengan pendekatan yang luas, dengan menyertakan bahasan faktor-faktor
penentu sosial untuk mengurangi ketidakadilan dalam kinerja program dan
dampak kesehatan melalui kerja nyata lintas sektor, partisipasi dan
pemberdayaan masyarakat. Dengan kata lain, diperlukan wawasan yang cukup
perihal faktor-faktor atau lingkungan yang mempengaruhi kondisi kesehatan
masyarakat dalam suatu wilayah.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 59
BAB V
KEGIATAN PUSAT ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN
Dalam rangka pencapaian tujuan visi, misi, dan sasaran perlu dirumuskan
kebijakan operasional, dan kegiatan untuk pencapaiannya.Adapun kebijakan
operasional, dan kegiatan, sebagai berikut :
A. KEBIJAKAN OPERASIONAL :
Tahapan interpretasi. Tahapan ini merupakan tahapan penjabaran sebuah
kebijakan yang bersifat abstrak dan sangat umum ke dalam kebijakan atau
tindakan yang lebih bersifat manajerial dan operasional. Kebijakan abstrak
biasanya tertuang dalam bentuk peraturan perundangan, bisa bebentuk perda
atau undang undang. Sedang kebijakan operasional berupa keputusan pejabat
berupa peraturan menteri atau kepala dinas terkait.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 60
4. Meningkatkan evaluasi, monitoring dan informasi;
C. KEGIATAN POKOK
Upaya pencapaian tujuan dan sasaran sesuai strategi Pusat Analisis
Determinan Kesehatan, pada tahun 2016 ini dilaksanakan kegiatan sebagai
berikut :
1. Melaksanakan kajian
2. Menyusun policy brief
3. Melakukan review
4. Menyusun pedoman
5. Capacity Building;
6. Membangun Knowledge Management System
D. INDIKATOR KEBERHASILAN
Evaluasi kebijakan dalam perspektif alur proses/siklus kebijakan publik,
menempati posisi terakhir setelah implementasi kebijakan, sehingga sudah
sewajarnya jika kebijakan publik yang telah dibuat dan dilaksanakan lalu di
evaluasi. Dari evaluasi akan diketahui keberhasilan atau kegagalan sebuah
kebijakan, sehingga secara normatif akan diperoleh rekondasi apakan kebijakan
dapat dilanjutkan; atau perlu perbaikan sebelum dilanjutkan, atau bahkan harus
dihentikan. Evaluasi juga menilai keterkaitan teori (kebijakan) dengan
prakteknya (implementasi) dalam bentuk dampak kebijakan, apakah dampak
tersebut sesuai dengan yang diperkirakan atau tidak. Dari hasil evaluasi pula,
kita dapat menilai apakah sebuah kebijakan/program memberikan manfaat atau
tidak bagi masyarakat yang dituju. Secara normatif fungsi evaluasi sangat
dibutuhkan sebagai bentuk pertanggung-jawaban publik, terlebih di masa
masyarakat yang makin kritis menilai kinerja pemerintah.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 61
3. Alokasi Anggaran tahun 2018 Rp. 34.850.000.000,- (Tiga puluh
empat milyar delapan ratus lima puluh juta rupiah)
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 62
BAB VI
PENUTUP
Rencana Aksi dan Kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan Tahun 2016-
2019 ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian upaya analisis determinan kesehatan dalam Kurun
waktu empat tahun Kedepan.
Rencana Aksi dan Kegiatan Pusat Pusat Analisis Determinan Kesehatan dapat
terlaksana dan mencapai tujuan organisasi apabila dilakukan dengan dedikasi
yang tinggi dan kerjasama segenap aparatur kesehatan baik di lingkungan Pusat
Pusat Analisis Determinan Kesehatan maupun di lintas program dan lintas
sektor.
Pusat Analisis Determinan Kesehatan 63