FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
PRE EKLAMPSIA
DISUSUN OLEH
1. Muhammad Ziaurrahman, S.Ked
2. Moh. Afandi Puluala, S.Ked
PEMBIMBING:
Dr. Fauziah Dachlan, M.Kes
Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante,
intra dan postpartum. Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila
dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir
triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi. Pre-eklampsia
adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi penyebab
kematian ibu.
Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan
proteinuria yang timbul akibat kehamilan yang biasanya terjadi pada triwulan
ketiga kehamilan tetapi dapat timbul juga sebelum triwulan ketiga seperti pada
pasien mola hidatidosa (Wiknjosastro, 2006).
Epidemiologi
Di Indonesia frekuensi kejadian Preeklampsia sekitar 3-10% (menurut
Triadmojo, 2003) sedangkan di Amerika serikat dilaporkan bahwa kejadian
Preeklampsia sebanyak 5% dari semua kehamilan (23,6 kasus per 1.000
kelahiran). (menurut Dawn C Jung, 2007). Penyakit preeklampsia ringan terjadi
75 % dan preeklampsia berat terjadi 25 %. Dari seluruh kejadian preeklampsia,
sekitar 10 % kehamilan umurnya kurang dari 34 minggu. Kejadian preeklampsia
meningkat pada wanita dengan riwayat preeklampsia, kehamilan ganda, hipertensi
kronis dan penyakit ginjal (Lim, 2009). Preeklampsia mengenai 10-15% pada
primigravida dan 2-5% wanita multi para.
Etiologi
Apa yang menjadi penyebab terjadinya preeklampsia hingga saat ini belum
diketahui. Terdapat banyak teori yang ingin menjelaskan tentang penyebab
Patogenesis
Preeklampsia telah dijelaskan oleh Chelsey sebagai “disease of theories”
karena penyebabnya tidak diketahui. Banyak teori yang menjelaskan patogenesis
dari preeklampsia, diantaranya adalah (1) fenomena penyangkalan yaitu tidak
2
adekuatnya produksi dari blok antibodi, (2) perfusi plasenta yang tidak adekuat
menyebabkan keadaan bahaya bagi janin dan ibu, (3) perubahan reaktivitas
vaskuler, (4) ketidakseimbangan antara prostasiklin dan tromboksan, (5)
penurunan laju filtrasi glomerulus dengan retensi garam dan air, (6) penurunan
volume intravaskular, (7) peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat, (8)
penyebaran koagulasi intravaskular (Disseminated Intravascular Coagulation,
DIC), (9) peregangan otot uterus (iskemia), (10) faktor-faktor makanan dan (11)
faktor genetik. Dari teori-teori yang telah dijelaskan sebelumnya, belum ada
satupun yang dapat membuktikan proses patogenesis preeklampsia yang
sebenarnya (Pernoll, 1987).
Penyakit hipertensi pada kehamilan dibagi menjadi empat grup yaitu :
Hipertensi gestational
Gejala yang timbul adalah peningkatan tekanan darah 140/90 mmHg atau
lebih pada awal kehamilan, tidak terdapat proteinuria, tekanan darah kembali
normal kurang dari 12 minggu setelah kelahiran dan diagnosis bisa ditegakkan
jika setelah pasien melahirkan.
Hipertensi kronis
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang terjadi sebelum kehamilan atau
sebelum usia kehamilan 20 minggu dan bukan merupakan penyebab dari penyakit
tropoblastik kehamilan. Hipertensi yang terdiagnosa setelah usia kehamilan 20
minggu dan menetap selama lebih dari 12 minggu setelah melahirkan termasuk
dalam klasifikasi hipertensi kronis.
Preeklampsia atau Eklampsia
Pasien dengan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih setelah usia kehamilan
20 minggu dengan sebelumnya memiliki tekanan darah normal dan disertai
proteinuria (≥ 0,3 gram protein dalam spesimen urin 24 jam). Eklampsia dapat
didefinisikan sebagai kejang yang bukan merupakan dikarenakan penyebab
apapun pada wanita dengan preeklampsia.
Preeklampsia dibagi menjadi dua yaitu preeklampsia ringan dan preeklampsia
berat.
Preeklampsia ringan didefinisikan dengan terdapatnya :
3
- Hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) yang terjadi dua kali dalam
rentang waktu paling sedikit 6 jam.
- Proteinuria lebih dari 3 gram dalam urin 24 jam.
- Edema dan hiperrefleksia sekarang bukan merupakan pertimbangan utama
dalam kriteria diagnosis preeklampsia ringan.
Kriteria diagnosa preeklampsia berat adalah apabila terdapat gejala dan tanda
sebagai berikut (Wiknjosastro, 2006) :
- Sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg yang terjadi dua kali
dalam waktu paling sedikit 6 jam
- Proteinuria lebih dari 5 gram dalam urin 24 jam
- Edema pulmonal
- Oligouria (<400 ml dalam 24 jam)
- Sakit kepala yang menetap
- Nyeri epigastrium dan atau kerusakan fungsi hati
- Trombositopenia
SuperImposed Pre Eklampsia
Proteinuria dengan onset yang cepat (>300 mg dalam urin 24 jam) dengan
wanita hamil dengan hipertensi tetapi tidak terjadi proteinuria sebelum usia
kehamilan 20 minggu. Peningkatan tekanan darah atau proteinuria atau penurunan
jumlah platelet hingga dibawah 100.000 secara tiba-tiba pada wanita dengan
hipertensi atau proteinuria sebelum usia kehamilan 20 minggu.
Penatalaksanaan Preeklampsia
Preeklampsia Ringan
Istirahat di tempat tidur merupakan terapi utama dalam penanganan
preeklampsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan
aliran darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal meningkat, tekanan vena pada
ekstrimitas bawah juga menurun dan reabsorpsi cairan di daerah tersebut juga
bertambah. Selain itu dengan istirahat di tempat tidur mengurangi kebutuhan
volume darah yang beredar dan juga dapat menurunkan tekanan darah dan
kejadian edema. Apabila preeklampsia tersebut tidak membaik dengan
4
penanganan konservatif, maka dalam hal ini pengakhiran kehamilan dilakukan
walaupun janin masih prematur (Wiknjosastro, 2006).
Pre Eklampsia berat
Pada pasien preeklampsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat untuk
mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12 – 24 jam bahaya akut sudah
diatasi, tindakan selanjutnya adalah cara terbaik untuk menghentikan kehamilan.
Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang dapat diberikan
larutan MgSO4 40 % sebanyak 10 ml disuntikan intramuskular pada bokong kiri
dan kanan sebagai dosis permulaan. Pemberian dapat diulang dengan dosis yang
sama dalam rentang waktu 6 jam menurut keadaan pasien. Tambahan MgSO4
hanya dapat diberikan jika diuresis pasien baik, refleks patella positif dan
frekuensi pernafasan lebih dari 16 kali/menit. Obat ini memiliki efek
menenangkan, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis. Selain
sMgSO4, pasien dengan preeklampsia dapat juga diberikan klorpromazin dengan
dosis 50 mg secara intramuskular ataupun diazepam 20 mg secara intramuskular
(Wiknjosastro, 2006).
5
KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Neneng
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Paritas :2
Alamat : Jl. Dg. Siraju Lr. Buntu /3
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Tanggal Masuk : 7 September 2019 pukul 23.10 WITA
II. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 7 September 2019
pukul 23.10 WITA
Keluhan Utama : Nyeri perut tembus ke belakang
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke Puskesmas Bara – baraya dengan keluhan nyeri perut
tembus ke belakang, pasien masuk dengan tekanan darah 140/90 mmHg.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi : Tidak Ada
Riwayat Peny. Jantung : Tidak Ada
Riwayat Diabetes Melitus : Tidak Ada
Riwayat Alergi : Tidak Ada
6
Riwayat Hipertensi : Tidak Ada
Riwayat Peny. Jantung : Tidak Ada
Riwayat Diabetes Melitus : Tidak Ada
Riwayat Alergi : Tidak Ada
Riwayat Pribadi
Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Haid : teratur
Siklus : 30 hari
Lama Haid : 7 hari
Hari Pertama Haid Terakhir : 10 Januari 2019
Taksiran Persalinan : 17 September 2019
Riwayat Perkawinan
Merupakan pernikahan pertama bagi pasangan suami dan istri.
Riwayat KB
Menggunakan kondom akan tetapi tidak teratur.
Riwayat Obstetri Dahulu
Anak Pertama : Usia 12 tahun, lahir normal di puskesmas
Anak Kedua : Usia 5 tahun, lahir normal di puskesmas
Anak Ketiga : Kehamilan sekarang
Riwayat Abortus : disangkal
Kesimpulan : G3P2A0
Riwayat ANC
Pasien mengatakan telah kontrol kehamilan sebanyak 2 kali ke bidan.
Menurut pasien, riwayat Imunisasi TT dilakukan 3 kali yaitu 1 kali awal
kehamilan pertama, 1 kali saat awal kehamilan kedua dan 1 kali awal
kehamilan yang sekarang. Kenaikan berat badan pasien selama kehamilan
kurang lebih 15 kg dari awal hamil sampai sekarang. Tinggi badan pasien
tidak mengalami perubahan. Selama kehamilan pasien mengatakan tidak
ada keluhan.
Riwayat Sosial Ekonomi
7
Tidak punya asuransi, rumah dihuni 4 orang anggota keluarga (suami, istri, 2
anak), suami dan istri. Kesan sosial ekonomi kurang.
Riwayat Lingkungan
Sumber air yang digunakan untuk minum, memasak dan mandi menggunakan
PAM. Adanya hewan peliharaan disangkal pasien.
8
- Auskultasi : suara dasar paru vesikuler
Cor :
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
- Perkusi :
Batas atas : ICS II linea parasternal sinistra
Batas pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinistra
Batas kanan bawah : ICS V linea parasternal dekstra
Batas kiri bawah : ICS V LMCS 1-2 cm medial
- Auskultasi: S1>S2, suara jantung tambahan (-)
Kesan : konfigurasi jantung dalam batas normal.
Abdomen : Sesuai status obstetri
Ekstremitas : tidak ditulis
Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Perut cembung, striae gravidarum (+)
Palpasi :
Pemeriksaan Leopold
I. Tinggi fundus uteri setinggi processus xyphoideus, teraba lunak,
besar. Kesan bokong.
II. Teraba tahanan besar memanjang sebelah kiri (kesan punggung),
teraba tahanan kecil-kecil sebelah kanan (kesan ekstrimitas).
Denyut Jantung Janin 13-12-13 (152x/menit)
III. Teraba bagian janin masih bisa digoyang kesan belum masuk pintu
atas panggul.
IV. Kesan konvergen, bagian bawah belum masuk pintu atas panggul.
Pemeriksaan Dalam
9
1. Pukul 23.30 WITA : Nyeri tekan (-), Φ 4 cm, kulit ketuban utuh,
presentasi kepala (UUK dibawah)
2. Pukul 04.30 WITA : Nyeri tekan (-), Φ 10 cm, kulit ketuban utuh,
presentasi kepala (UUK dibawah)
RESUME
Ny. D datang ke Puskesmas Bara – Baraya 7 September 2019 pukul 23.10
WITA. Dengan keluhan nyeri perut tembus ke belakang. Pasien mengatakan telah
kontrol kehamilan sebanyak 2 kali ke bidan selama kehamilan. Mencarche usia 15
tahun, HPHT 10 Januari 2019 taksiran partus 17 September 2019. Menurut
pasien, riwayat Imunisasi TT dilakukan 3 kali yaitu 1 kali awal kehamilan
pertama, 1 kali saat awal kehamilan kedua dan 1 kali awal kehamilan yang
sekarang. Kenaikan berat badan pasien selama kehamilan kurang lebih 15 kg dari
awal hamil sampai sekarang. Tinggi badan pasien tidak mengalami perubahan.
Selama kehamilan pasien mengatakan tidak ada keluhan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg, perut
cembung (+), striae gravidarum (+). Pemeriksaan leopold didapatkan hasil leopold
I kesan bokong, TFU setinggi procesessus xyphoideus, leopold II kesan
pungggung kiri dengan denyut jantung janin 152x/menit, leopold III kesan bagian
bawah janin belum masuk PAP, dan leopold IV kesan konvergen.
Diagnosa Kerja
G3P2A0, usia 36 Tahun, gravida 38 minggu, Janin tunggal, hidup intrauterine,
presentasi kepala, pesentasi punggung kanan, Kulit ketuban utuh, ɸ 2 cm, dengan
penyulit pre-eklampsia.
DAFTAR MASALAH
1. Tekanan darah tinggi
4. Sosial ekonomi kurang
10
ASSESSMENT
Masalah Aktif Masalah Pasif
Observasi Tekanan darah tinggi 1.Sosial ekonomi kurang
pada kehamilan 2.Usia Risiko tinggi
DD :
- Pre Eklampsi Berat
- Hipertensi Gestasional
- Superimpose Pre Eklampsia
INITIAL PLAN
1. Observasi Tensi Tinggi pada kehamilan
Diagnosis Subjektif : Pre Eklampsia, Hipertensi Gestasional, Superimpose Pre
Eklampsia
Diagnosis Objektif : pemeriksaan penunjang yang disarankan
Darah rutin (hemoglobin, trombosit, leukosit, LED,
Diff count)
Urinalisa (proteinuri, ureum, kreatinin)
SGOT/ SGPT
GDS
Diagnosis : G3P2A0, usia 36 Tahun, gravida 38 minggu, Janin
tunggal, hidup intrauterine, presentasi kepala, pesentasi punggung kanan, Kulit
ketuban utuh, ɸ 2 cm, dengan penyulit pre-eklampsia.
.
Terapi :
Non Medikamentosa
Pasien di rawat inap
Tirah baring
Medikamentosa
11
Monitoring :
Keadaan umum, vital sign, observasi HIS/Denyut Jantung Janin/dan tanda-
tanda persalinan,
Pemeriksaan laboraturium: darah rutin.
Edukasi :
Istirahat cukup
Stress management
disarankan KB setelah melahirkan
Diet rendah garam dan kaya vitamin C
toxoperal (vitamin E) beta caroten, minyak ikan (eicosapen tanoic acid),
zink (seng), magnesium
untuk menurunkan tekanan darah diberikan diuretik, anti hipertensi,
aspirin dosis rendah, dan kalium
Prognosis
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Sanam : ad bonam
Quo ad Fungsionam : ad bonam
12
PEMBAHASAN
13
UPAYA KESEHATAN PERORANGAN DAN MASYARAKAT
1. UKP
Sesuai dengan Permenkes No. 97 tahun 2014, pre eklampsia /
eklampsia menjadi salah satu penyebab tidak langsung kematian ibu, oleh
karena itu dianjurkan untuk menghindari 4 Terlalu dan 3 Terlambat.
Yang dimaksud dengan 4 Terlalu ialah :
a. Terlalu muda
b. Terlalu tua
c. Terlalu sering melahirkan
d. Terlalu dekat jarak kelahiran
Sedangkan yang dimaksud dengan 3 Terlambat ialah :
a. Terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan
b. Terlambat mencapai fasilitas kesehatan
c. Terlambat dalam penanganan kegawatdaruratan
Selain itu pasien juga di edukasi untuk sering memeriksakan diri di
fasilitas kesehatan dalam hal ini puskesmas minimal sebanyak 4x ANC,
pasien juga di edukasi mengenai faktor – faktor resiko pre eklampsia serta
komplikasi nya.
2. UKM
Upaya Kesehatan Masyarakat yang dapat dilakukan pada kasus pre
eklampsia adalah, memberikan edukasi terhadap masyarakat dengan cara
memberikan penyuluhan tentang pre eklampsia, faktor resiko dan
komplikasi yang dapat menyebabkan pre eklampsia itu sendiri.
Adapun sesuai dengan Permenkes No. 97 tahun 2014 hal yang
perlu di lakukan di fasilitas kesehatan dalam hal ini puskesmas adalah :
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b. Ukur tekanan darah
c. Nilai status gizi
d. Ukur tinggi fundus uteri
14
e. Tentukan presentasi dan denyut jantung janin
f. Imunisasi Tetanus Toxoid
g. Berikan tablet besi
h. Periksa laboratorium
i. Tatalaksanaan / penanganan kasus
j. Temu wicara ( konseling )
15
SARAN
Saran kami yaitu perlu nya di giatkan lagi UKP dan UKM kepada masyarakat
dengan cara persuasif ke perorangan dan penyuluhan secara terbuka terkait pre
eklampsia, faktor resiko dan komplikasi yang dapat disebabkan oleh hal ini.
Selain itu penanganan pre eklampsia pada fasilitas kesehatan (Puskesmas)
juga perlu ditingkatkan, dalam hal ini pemeriksaan laboratorium seperti
proteinuria, karena tidak dapat dikatakan seorang pasien mengalami pre eklampsia
jika tidak disertakan dengan pemeriksaan proteinuria.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan adanya peningkatan terhadap
screening dan pemeriksaan lanjutan dan penunjang terhadap pasien pre eklampsia
agar para tenaga kesehatan yang berada di puskesmas dapat mengetahui apakah
ini perlu dirujuk ke fasilitas lanjutan atau bisa di selesaikan di puskesmas.
16
DAFTAR PUSTAKA
17