PENDAHULUAN
1 𝜕 𝜕𝑉 1 𝜕 𝜕𝑉 1 𝜕 2𝑉
∇2V = [ r2 ]+ [ sin 𝜃 ]+ = 0……… (1)
2 𝜕𝑟 𝜕𝑟 r2 sin θ 𝜕𝜃 𝜕𝜃 r2 sin2 θ 𝜕𝜑 2
Karena anggapan bumi homogen isotropis maka bumi mempunyai simetri bola,
sehingga potensial (V) merupakan fungsi dari (r) saja, jika ditulis V = Vr, sehingga
penyelesaiannya secara umum pada persamaan Laplace adalah sebagai berikut :
1 𝜕 𝜕𝑉
∇2V = [ r2 ] = 0………………………………………… (2)
𝑟 𝜕𝑟 𝜕𝑟
𝜕 𝜕𝑉
∇2V = [ r2 ] = 0………………………………………….(3)
𝜕𝑟 2 𝜕𝑟
Misalkan :
𝜕𝑉 𝜕𝑉 𝐶1 𝐶1
𝑟2 = 𝐶1 = 𝑑𝑎𝑛 𝜕𝑉 = 𝜕𝑟……….……………………..(4)
𝜕𝑟 𝜕𝑟 𝑟2 𝑟2
1 𝐶1
∫ 𝜕𝑉 = 𝐶1 ∫ 𝑟 2 𝜕𝑟 ≈ 𝑉 = − 𝑟
+ 𝐶2 ..…………………………… (5)
Hukum Ohm pada media yang diperluas menyatakan hubungan antara intensitas
media listrik (E) atau gradient potensial dengan rapat arus (j) yaitu :
J = 𝜎 E…………………………………………………….(7)
𝐼𝜌 1 1
VM = ( − )……………………………………………(12)
2𝜋 𝑟1 𝑟2
Dimana :
r1 = jarak titik M ke sumber arus positif A.
r2= jarak titik M ke sumber arus negatif B.
Jika dua buah titik yaitu M dan N yang terletak didalam bumi, maka besarnya beda
potensial antara dua titik M dan N adalah:
𝐼𝜌 1 1 1 1
= ( − − + ) ………………………………..(13)
2𝜋 𝑟1 𝑟2 𝑟3 𝑟4
Dimana :
r3 = jarak titik N ke sumber arus positif A
r4 = jarak titik N ke sumber arus negatif B
∆V
A M 0 N B
Gambar 2.1
Susunan Elektroda Schlumberger
Keterangan :
I = arus listrik (mA) pada transmitter.
∆𝑉 = beda potensial (mV) pada receiver.
O = titik pengukuran.
AB = spasi elektroda arus (meter).
MN = spasi elektroda potensial (meter).
Dengan syarat menurut aturan Schlumberger : MN ≤ 1/5 AB, maka beda potensial
antara M dan N adalah :
Karena bumi tidak Homogen isotropis, maka tahanan jenis yang terukur adalah
tahanan jenis semua, yaitu :
(𝐴𝐵)2 −(𝑀𝑁)2 ∆𝑉
𝜌𝑎 = 𝜋 [ ] ……………………………………(15)
4𝑀𝑁 𝐼
∆𝑉
𝜌𝑎 = 𝐾𝑠 ……………………………………(16)
𝐼
Dimana :
𝜌𝑎 = tahanan jenis semu.
Ks = faktor geometris (konfigurasi Schlumberger).
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor geometri tergantung pada perletakan
elektroda arus maupun elektroda potensial.
Gambar 3.5
Palu
1. Pilihlah lintasan yang akan disurvei. Sebaiknya lintasan yang dipilih atau
dibuat permukaannya datar dan tegak lurus terhadap strike lapisan
batuannya.
2. Rangkailah alat Naniura NRD 22 HF Resistivity-meter.
3. Hidupkan alat (saklar power posisi On), diindikator bagian pemancar akan
diinjeksikan sebesar 24 V dan disekitar pertengahan untuk tegangan
masukan 12 V. Jika indikator kurang dari 24 V, aki sudah harus diisi
kembali.
3.2.3 Pengukuran
1. Arus dimulai diinjeksikan dengan volume kecil yang berada pada posisi 1.
Tekan tombol start, besarnya arus akan muncul didisplay (usahakan besar
arus lebih besar dari 10 mA agar pembacaan arus dapat stabil). Pada saat
pembacaan nilai arus ini, tombol hold ditekan, lalu arus dimatikan. Jadi
pada saat pengiriman arus, cukup membaca besarnya arus sedangkan
besarnya nilai potensial dapat dibaca setelah arus dimatikan. Biasanya
berada pada posisi AB/2 masih kecil misalkan 1,5 m atau 2 m, pembacaan
potensial dalam skala V, sehingga arus dikalikan 1000 untuk besaran
milivolt.
2. Setelah nilai potensial dibaca, tombol hold ditekan, nilai potensial akan
segera hilang.
3. Nilai tegangan dan arus ditulis dalam tabel yang sudah disediakan
kemudian dihitung besarnya tahanan jenis semu (𝜌)dengan menggunakan
(𝐴𝐵)2 −(𝑀𝑁)2 ∆𝑉
rumus persamaan 𝜌𝑎 = 𝜋 [ ] . Untuk memudahkan
4𝑀𝑁 𝐼
Tabel 3.1
Data Hasil Pengukuran Di Lapangan
V I ρ
AB/2 MN/2 K
rata-rata rata-rata Rata-rata
1 0,5 2,355 4780 9,5 1184,937
2 0,5 11,775 1781 11 1906,48
3 0,5 27,475 974 11 2432,786
4 0,5 49,455 609,5 11 2740,257
5 0,5 77,715 459,5 12,5 2856,803
6 0,5 112,255 342,85 12,5 3078,93
6 1 54,978 608 12,5 2674,13
8 1 98,960 318,2 13 2422,236
10 1 155,510 189 14 2099,385
12 1 224,623 117,3 15 1756,552
15 1 351,858 71,7 16 1576,764
15 5 62,832 330,5 16 1297,874
20 5 117,810 119,3 15 936,9822
Gambar 4.1
Ves-Point Pada Software IPI2-Win
Masukan data lapangan yang sudah diolah dalam dalam bentuk excel
kedalam tabel IPI2-Win.
Kemudian save kedalam direktori yang diinginkan > Klik OK.
Gambar 4.2
Ves-Point dan Persen Error Pada Software IPI2-Win
5. Simpan pekerjaan yang dilakukan. Muncul kotak dialog kemudian klik OK.
7. Atur sedemikian rupa sehingga grafik merah mendekati bentuk grafik hitam
sampai persentase kesalahan di bawah 10%.
Dari interpretasi mengunakan IPI2WIN didapatkan bahwa pada tempat pengujian
terdapat 3 lapisan(kesalahan 4,65%). Hasil interpretasi adalah sebagai berikut :
Lapisan pertama mempunyai 𝜌 = 672 Ωm dan kedalaman lapisan 0,5 m
Lapisan kedua mempunyai 𝜌 = 6931 Ωm dan kedalaman lapisan 2,11 m
Lapisan ketiga mempunyai 𝜌 = 585 Ωm dan kedalaman lapisan ∞ m.
𝜌2 𝜌3
1. =3 2. = 0,4
𝜌1 𝜌2
𝜌1 = 1184,937 Ωm 𝜌2 = 1906 Ωm
𝜌2 = 3 x 1184,937 = 3554,811 Ωm 𝜌3 = 1906 x 0,4 = 762,4 Ωm
ℎ2 ℎ3
= 2,3 m =∞
ℎ1 ℎ3
3. Lempung 10 - 200
Tabel 5.2
Hasil Interpretasi Metode Geolistrik Tahanan Jenis 1D
Interpretasi dengan IPI2WIN Interpretasi dengan Curve Matching
Ρ
(Ohm- Jenis h ρ Jenis h
Lap. m) Lapisan (m) Lap. (Ohm-m) Lapisan (m)
672 Pasir dan 0,5
1 1 1184,937 Pasir 1
Kerikil
6931 Pasir dan 2,11 Pasir dan
2 2 1906 2,3
Kerikil Kerikil
585 Kelompok 0,421
3 3 762,4 Batupasir ∞
Granit
6.1 Kesimpulan
Geolistrik adalah metode geofisika yang mempelajari sifat-sifat kelistrikan dalam
bumi dan bagaimana mendeteksinya dipermukaan bumi. Dalam hal ini meliputi
pengukuran potensial, arus dan medan elektromagnetik yang terjadi, baik secara
alamiah maupun akibat adanya injeksi arus kedalam bumi. Matematis untuk
resistivitas (tahanan jenis) adalah sebagai berikut :
1. Bumi berlapis secara Horizontal.
2. Tiap lapisan bersifat Homogen isotropis.
3. Tiap lapisan bias dibedakan berdasarkan nilai tahanan jenis.
Untuk mengolah data lapangan kita dapat menggunakan beberapa metode, metode
yang digunakan antaranya yaitu :
Metode Curve Matching.
Metode Automatic Interpretation.
Metode Linier Filter.
Metode interpretasi secara garis besarnya dibagi dalam dua bagian, yaitu :
1. Metode Kualitatif.
2. Metode Kuantitatif.