Anda di halaman 1dari 6

Pengaruh Corporate Governance terhadap Pengungkapan Lingkungan (Studi Empiris Pada

Perusahaan Publik
Non-Keuangan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2013)
RIDA NURAFIATI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perusahaan memperhatikan dampak aktivitas operasinya terhadap
lingkungan agar dapat mempertahankan keberlanjutan bisnisnya. Hal ini
tercantum dalam triple bottom lines yaitu demi mencapai tujuannya untuk
memperoleh laba (profit), perusahaan harus dapat bersinergi dengan alam
(planet) dan manusia (people). Jika perusahaan tidak dapat memenuhi
tanggung jawab lingkungan sebagai akibat dari aktivitas operasinya, maka
akan terjadi perlawanan dari masyarakat selaku pihak yang terdampak dari
menurunnya kondisi lingkungan.
Bentuk perlawanan masyarakat akibat kasus pencemaran
lingkungan diilustrasikan oleh kasus-kasus berikut ini. Kasus litigasi
akibat ledakan minyak di Teluk Meksiko dialami oleh British Petroleum
Exploration & Production Inc. (BP), salah satu perusahaan minyak dan gas
terbesar di dunia. BP dituntut oleh U.S. Justice Department atas ledakan
minyak di Teluk Meksiko pada 20 April 2010 lalu. Pemerintah AS
menuntut BP karena tidak mematuhi aturan keselamatan dan kesehatan
kerja dalam pengeboran minyak lepas pantai yang menewaskan 11 pekerja
dan rusaknya ekosistem laut. Atas kejadian ini, BP membayar klaim
senilai lebih dari 14 miliar dolar AS dan wajib melakukan restorasi Teluk
Meksiko selama lima tahun terhitung sejak 2010 yang menghabiskan dana
700 juta dolar AS (British Petroleum, 2015).
Kasus gugatan pencemaran lingkungan serupa juga dialami oleh
tiga perusahaan di Pekalongan, Jawa Tengah. Tiga perusahaan yaitu PT
Kesamtex, PT Bintang Triputratez dan CV Enzritek digugat oleh warga
Desa Dekoro melalui YAPHI ke Pengadilan Tinggi Jawa Tengah pada
tahun 1990 karena tidak memiliki instalasi pengolahan limbah sehingga
membuang langsung limbahnya ke Kali Banger. Setelah melalui proses

1
Pengaruh Corporate Governance terhadap Pengungkapan Lingkungan (Studi Empiris Pada
Perusahaan Publik
Non-Keuangan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2013)
RIDA NURAFIATI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

hukum selama delapan tahun, ketiga perusahaan ini dikenai denda sebesar
Rp49.184.000 dan usahanya ditutup (Nicholson, 2010).
Berdasarkan kedua kasus di atas, secara umum penyebab dari
munculnya gugatan dari masyarakat atas aktivitas operasi perusahaan
adalah buruknya pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan
tersebut. Jika diruntut ke akar permasalahannya, buruknya pengelolaan
lingkungan dipicu oleh kurangnya perhatian manajemen perusahaan atas
etika, kepatuhan dan corporate governance (British Petroleum, 2015).
Perbedaan yang ditemukan pada dua kasus di atas terdapat pada
pembenahan corporate governance setelah gugatan diajukan. Sejak kasus
tumpahan minyak di Teluk Meksiko, U.S. Environmental Protection
Agency menangguhkan kontrak kerja hingga Maret 2014, setelah BP
memenuhi syarat untuk mematuhi aturan keselamatan kerja, etika dan
kepatuhan, serta pembenahan corporate governance (British Petroleum,
2015). Sementara itu, pada kasus di Pekalongan, Jawa Tengah, ketiga
perusahaan tidak meningkatkan kepatuhan dan etika lingkungan serta tidak
melakukan pembenahan corporate governance. Akibatnya, Pengadilan
Tinggi Jawa Tengah menutup ketiga perusahaan ini pada tahun 1997.
Keputusan ini merupakan bentuk konsekuensi atas tindakan manajemen
perusahaan yang tidak mematuhi peraturan lingkungan hidup yang berlaku
(Nicholson, 2010).
Pengelolaan lingkungan hidup wajib dilakukan oleh perusahaan
dan telah diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI
Nomor 5 Tahun 2011 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER). Peraturan
ini memberikan mandat salah satunya kepada perusahaan publik yang
tercatat di bursa untuk melakukan pengelolaan lingkungan hidup. Dengan
adanya peraturan ini, perusahaan akan merespons tekanan dari pemerintah
seperti yang diungkapkan oleh Guthrie & Parker (1990) dalam Lee &
Hutchison (2005), bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial dan

2
Pengaruh Corporate Governance terhadap Pengungkapan Lingkungan (Studi Empiris Pada
Perusahaan Publik
Non-Keuangan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2013)
RIDA NURAFIATI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

lingkungan terjadi karena adanya reaksi atas tekanan dari pemerintah dan
publik.
Kasus-kasus gugatan lingkungan yang mengemuka akibat dampak
aktivitas operasi perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan perlu
memiliki sensitivitas tinggi terhadap pemenuhan tanggung jawab
lingkungan. Di samping itu, jika perusahaan memperoleh gugatan akibat
pencemaran lingkungan, maka informasi mengenai gugatan tersebut wajib
diungkapkan di laporan tahunan. Tidak hanya informasi mengenai perkara
penting seperti gugatan, namun status penyelesaian gugatan dan
pengaruhnya terhadap kondisi perusahaan wajib dimuat dalam laporan
tahunan (BAPEPAM LK, 2012a). Hal ini dilakukan demi mewujudkan
komitmen perusahaan pada lingkungan. Komitmen perusahaan pada
lingkungan dapat tercermin dari aktivitas pengelolaan dan pemulihan
lingkungan yang secara sukarela diungkapkan dalam laporan
keberlanjutan.
Informasi mengenai perhatian perusahaan pada lingkungan yang
diungkapkan perusahaan dalam voluntary disclosure merupakan media
komunikasi antara manajemen perusahaan dengan pemangku kepentingan
yang diperlukan untuk mengambil keputusan. Hal ini didukung oleh teori
pemangku kepentingan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab untuk
menciptakan nilai, salah satunya bagi lingkungan hidup. Pengungkapan
lingkungan membuat investor dan pemangku kepentingan mampu
memberikan penilaian terkait efisiensi dan dampak dari keputusan dan
tindakan yang diambil oleh manajer dengan menilai prospek, peluang dan
risiko masa depan (Deegan, 2004 dalam Iatridis, 2013). Pengungkapan
lingkungan pada perusahaan terkait diperlukan pula oleh manajemen dan
pemangku kepentingan untuk mempengaruhi persepsi publik (Patten, 2000
dalam Cong & Freedman, 2011) agar terhindar dari pemberitaan buruk di
media dan risiko litigasi.
Teori keagenan, salah satu teori yang mendasari corporate
governance mengasumsikan adanya perbedaan kepentingan dan tujuan
3
Pengaruh Corporate Governance terhadap Pengungkapan Lingkungan (Studi Empiris Pada
Perusahaan Publik
Non-Keuangan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2013)
RIDA NURAFIATI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

antara manajer perusahaan sebagai agen dan pemilik saham sebagai


prinsipal sehingga menimbulkan benturan kepentingan antara kedua pihak.
Berbagai skandal akuntansi yang muncul menunjukkan lemahnya
penerapan corporate governance (Solomon, 2007 dalam Warsono, Amalia
& Rahajeng, 2009), seperti kurangnya dewan komisaris dan dewan direksi
yang independen, lemahnya pertanggungjelasan Chief Executive Officer
dan Chief Financial Officer, dan kurangnya independensi komite audit
(Cong & Freedman, 2011). Padahal kebijakan manajemen merupakan
faktor kausal pentingnya desakan untuk pengungkapan informasi (Lee &
Hutchison, 2005) sehingga manajemen memiliki peran penting dalam
menentukan diungkapkan tidaknya suatu informasi.
Berbagai kasus litigasi akibat pencemaran lingkungan oleh
perusahaan yang terjadi di Indonesia antara lain disebabkan oleh lemahnya
penerapan corporate governance dan kurangnya perhatian manajemen
pada etika dan kepatuhan lingkungan hidup. Studi mengenai pengaruh
corporate governance terhadap pengungkapan lingkungan sebelumnya
telah cukup banyak dilakukan. Namun, penelitian bertajuk corporate
governance dan pengungkapan lingkungan menunjukkan keragaman hasil
yang disebabkan oleh ketidakkonsistenan model dan proksi pengukuran
atau indikator yang digunakan (Belkaoui & Karpik, 1989 dalam
Sembiring, 2006). Cong & Freedman (2011) melakukan analisis pada 50
perusahaan di Amerika Serikat dan menemukan bukti bahwa corporate
governance berpengaruh positif terhadap pengungkapan lingkungan pada
periode awal setelah diterbitkannya Sarbanes-Oxley Act, namun
sebaliknya berpengaruh negatif setelah pengembangan Sarbanes-Oxley
Act. Iatridis (2013); Kock, Santalo & Diestre (2012) menemukan bahwa
perusahaan yang melakukan pengungkapan lingkungan lebih baik adalah
perusahaan yang menerapkan corporate governance yang efektif.
Berdasarkan kasus dan pemaparan di atas, penulis hendak menguji
atribut corporate governance yang berhubungan dengan pengungkapan
lingkungan untuk memahami corporate governance yang efektif
4
Pengaruh Corporate Governance terhadap Pengungkapan Lingkungan (Studi Empiris Pada
Perusahaan Publik
Non-Keuangan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2013)
RIDA NURAFIATI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

diterapkan di perusahaan publik demi menghindari risiko litigasi dan


resistensi dari masyarakat akibat ketidakpatuhan perusahaan terhadap
peraturan lingkungan hidup. Studi yang akan dilakukan oleh penulis
mengacu pada penelitian Iatridis (2013) yang menggunakan variabel
independen yaitu proporsi komisaris independen, proporsi direktur
independen, proporsi anggota komite audit independen, persentase
kepemilikan saham manajerial, persentase kepemilikan saham
institusional, dan tercatat lintas bursa efek. Penulis menambahkan tiga
variabel independen yaitu adanya komite nominasi dan remunerasi,
adanya komite kebijakan risiko dan adanya komite kebijakan corporate
governance dan menggunakan dua variabel kontrol yaitu leverage dan
return on asset. Setelah dilakukan purposive sampling, studi ini berfokus
pada pengaruh corporate governance terhadap pengungkapan lingkungan
pada 19 perusahaan publik non-keuangan yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2012 – 2013. Dengan demikian, penulis hendak
menguji cakupan informasi lingkungan yang diungkapkan secara sukarela
oleh perusahaan dipengaruhi oleh atribut corporate governance.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka
rumusan masalah yang akan dianalisis yaitu:
1.2.1 Apakah pengaruh komisaris independen, direktur independen,
anggota komite audit independen, komite nominasi dan
remunerasi, komite kebijakan risiko, komite kebijakan corporate
governance, kepemilikan saham manajerial, kepemilikan saham
institusional, dan pencatatan lintas bursa secara individu terhadap
pengungkapan lingkungan?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Menguji hubungan komisaris independen, direktur independen,
anggota komite audit independen, komite nominasi dan
5
Pengaruh Corporate Governance terhadap Pengungkapan Lingkungan (Studi Empiris Pada
Perusahaan Publik
Non-Keuangan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2013)
RIDA NURAFIATI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

remunerasi, komite kebijakan risiko, komite kebijakan corporate


governance, kepemilikan saham manajerial, kepemilikan saham
institusional, dan pencatatan lintas bursa secara parsial terhadap
pengungkapan lingkungan pada perusahaan publik non-keuangan
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 – 2013.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Menjadi bahan pertimbangan manajemen perusahaan mengenai
corporate governance yang efektif untuk mendorong
pengungkapan lingkungan di Indonesia;
1.4.2 Memberikan informasi mengenai praktik corporate governance
yang berhubungan dengan pengungkapan lingkungan di Indonesia;
1.4.3 Menjadi bahan referensi selanjutnya dalam menganalisis praktik
corporate governance dan pengungkapan lingkungan di Indonesia.

1.5 Batasan Penelitian


Studi ini menggunakan pendekatan unweighted disclosure index
untuk mengukur pengungkapan lingkungan di laporan keberlanjutan
berdasarkan Sustainable Reporting Guidelines G3.1 (GRI, 2011), laporan
tahunan untuk mengukur atribut corporate governance dan laporan
keuangan. Sampel penelitian yang digunakan adalah perusahaan publik
non-keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 – 2013.

Anda mungkin juga menyukai